Anda di halaman 1dari 3

Schoedinger dan Kucingnya

Post: Fisika Kuantum

Schroedinger, lengkapnya Erwin Schroedinger adalah nama seorang fisikawan asal Austria yang
merupakan salah satu pionir dalam pengembangan fisika kuantum. Ia terkenal dengan mekanika
gelombang yang ia definisikan ke dalam persamaan Schroedimger yang terkenal. Lalu, apa hubungannya
dengan kucing? Kenapa dengan kucingnya? Sebenarnya ini bukan tentang kucing Schroedinger yang
sebenarnya, walaupun menurut cerita Schroedinger sebenarnya juga memelihara kucing. Tapi ini bukan
tentang kucingnya, tapi tentang eksperimen dalam pikirannya yang melibatkan kucing yang juga ada dalam
pikirannya. Eksperimen pikiran, ya fisikawan-fisikawan pada awal-awal perkembangan fisika kuantum
gemar sekali melakukan eksperimen pikiran. Istilah dalam bahasa Jemannya adalah "gendanken
experiment".

Eksperimen pikiran yang digagas oleh Schroediger adalah hasil dari korespondensinya dengan Albert
Einstein. Einstein adalah satu diantara sekian fisikawan yang tidak mempercayai interpretasi mekanika
kuantum yang digagas oleh Niels Bohr dan kawan-kawan di Kopenhagen, Denmark. Interpretasi ini dikenal
dengan 'interpretasi Kopenhagen' dan diterima luas di kalangan kebanyakan fisikawan. Dalam interpretasi
Kopenhagen realitas dipandang muncul hanya sebagai akibat dari dilakukannya observasi. Selama
observasi belum dilakukan suatu materi akan dalam kondisi superposisi, suatu kondisi kombinasi atas lebih
dari satu keadaan. Misalnya, elektron yang dalam keadaan superposisi dapat bersifat gelombang
dan materi. Jika observasi dilakukan terhadap elektron tersebut, keadaan superposisi ini akan runtuh dan
elektron hanya akan bersifat gelombang atau materi.

Interpretasi ini tidak disukai oleh Einstein sehingga ia dan murid-muridnya, Boris Podolsky dan Nathan
Rosen, di Institute of Advanced Studies di Princeton University menggagas suatu eksperimen pikiran untuk
menunjukkan kelemahan interpretasi ini. Eksperimen pikiran ini dikenal dengan 'paradoks EPR', dimana
EPR adalah singkatan dari Einstein Podolsky Rosen. Namun kita tidak akan membahas paradoks EPR

pada artikel ini, jika penasaran banyak sumber di internet yang dapat dibaca. Schroedinger yang pada saat
itu berada di Oxford, Inggris membaca tentang paradoks EPR ini dan merasa Einstein sependapat
dengannya dalam hal menolak interpretasi kopenhagen. Schroedinger kemudian berbalas surat dengan
Einstein dimana dalam korespondensi surat ini Einstein menggagas beberapa ide eksperimen pikiran.
Terinspirasi oleh paradoks EPR dan korespondensinya dengan Einstein, Schroedinger menulis artikel
panjang yang diterbitkan di jurnal Die Naturwissenschaften yang berisikan salah satunya sebuah eksperimen
pikiran yang melibatkan kucing di dalam kotak.

Eksperimen pikiran ini melibatkan kotak baja tertutup, kucing, zat radioaktif (dalam jumlah kecil) dengan
kemungkinan yang sebanding untuk meluruh atau tidak meluruh dalam satu jam, alat pengukur radiasi,
palu, dan asam sianida (HCN) dalam tabung kaca tertutup. Dalam sistem ini kucing ditempatkan di dalam
kotak baja tertutup yang dilengkapi dengan perangkat mematikan yang terlindung dari kemungkinan
campur tangan usil dari si kucing. Perangkat mematikan ini terdiri atas alat pengukur radiasi Geiger counter
yang mana zat radioaktif ditempatkan padanya, zat radioaktif ini punya kemungkinan 50:50 untuk meluruh
dan tidak meluruh dalam waktu satu jam. Ketika zat radioaktif ini meluruh Geiger counter akan
mengaktifkan relay (semacam sakelar) yang akan melepaskan palu yang akan memecahkan tabung berisi
asam sianida yang akan membunuh si kucing di dalam kotak.

Jika kita telah membiarkan sistem ini selama satu jam, kita dapat mengatakan kucing dalam kotak hidup
jika zat radioaktif tidak meluruh dan Jika zat radioaktif meluruh maka kucing dalam kotak akan mati. Dengan
kata lain kucing di dalam kotak berada dalam dua keadaan sekaligus yaitu mati dan hidup. Jika sistem ini
dikaitkan dengan interpretasi Kopenhagen bisa dikatakan bahwa kucing dalam keadaan hidup dan mati
sampai dilakukannya observasi untuk membuka kotak yang menyebabkan runtuhnya salah satu keadaan,
yaitu kucing yang hidup atau kucing yang mati. Tentu sangat bertentangan dengan akal sehat bahwa ada
kucing yang hidup dan mati dalam waktu bersamaan karena tidak pernah kita temui dalam realitas. Inilah
yang coba ditunjukkan oleh Schroedinger bahwa konsep interpretasi Kopenhagen begitu konyol karena
tidak berdasarkan pada realitas.

Einsten menyambut gembira paradoks kucing dalam kotak ini, dalam korespondensinya ke Schroedinger
ia mengungkapkan bahwa kucing yang dalam keadaan hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan tidak
dapat digunakan untuk mendeskripsikan realitas, dengan kata lain interpretasi Kopenhagen tak dapat
digunakan untuk mendeskripsikan realitas. Einstein dan Schroedienger adalah sedikit dari beberapa
fisikawan yang tidak setuju dengan mekanika kuantum dan berpikir bahwa fisika kuantum tidak lengkap
dan membutuhkan penjelasan tambahan. Mereka percaya bahwa realitas ada dengan atau tanpa
observasi dan bahwa ada realitas tersembunyi yang belum terungkap untuk menjelaskan keanehankeanehan kuantum. Paradoks kucing Schroedinger hanyalah satu dari sekian banyak eksperimen pikiran
dan paradoks tentang "keanehan" kuantum. Sangat menarik sekali mengetahui dan memahami fenomenafenomena di skala atomik dengan perilakunya yang kadang di luar pemahaman umum yang berlaku di
dunia makro/besar.

Referensi:

J. Gribbin, Erwin Schrodinger and the quantum revolution. London, UK: Transworld Publishers, 2013.

Anda mungkin juga menyukai