Anda di halaman 1dari 22

SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK

DAN PENGERTIAN UMUM NPWP/ PPKP

Nama Anggota :
1. Cecilia Wibisono (120419754)
2. Handrianus David Tjusanto (120419899)
3. Stella Dea Gracia (120419986)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2014

SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK


PAJAK PENGHASILAN
Pengertian
PPh termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena
ada subyeknya yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam
peraturan perpajakan, jadi jika tidak ada subyek pajak maka jelas tidak dikenakan
PPh.
Subjek Pajak Dari Pajak Penghasilan
Yang termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi,warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap. Subjek pajak
tersebut antara lain:
1. Orang Pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Orang pribadi ini bersifat non
discrimination.
2. Warisan Yang Belum Terbagi Sebagai Satu Kesatuan Menggantikan Yang
Berhak
Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Hal ini
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan
tersebut dapat tetap dilaksanakan.
3. Badan
Badan sebagai subjek pajak adalah suatu bentuk usaha atau bentuk non-usaha yang
meliputi hal-hal berikut.
a. Perseroan Terbatas
b. Perseroan Komanditer
c. BUMN atau BUMD dengan nama dan bentuk apapun
d. Persekutuan
e. Perseroan atau perkumpulan lainnya
f. Firma
g. Kongsi
h. Perkumpulan koperasi
i. Yayasan
j. Lembaga
k. Dana Pensiun
l. Bentuk usaha tetap
m. Bentuk usaha lainnya
Yang dimaksudkan dengan badan sebagai subjek pajak tidaklah semata yang
bergerak dalam bidang usaha (komersial) namun juga yang bergerak di bidang
sosial, kemasyarakatan dan sebagiannya sepanjang pendiriannya dikukuhkan
dengan akta pendirian yang berwenang.

4. Bentuk Usaha Tetap


Merupakan bentuk yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau juga badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia. Bentuk usaha tetap dapat berupa :
a.Tempat Kedudukan Manajemen
b.Cabang Perusahaan
c.Kantor Perwakilan
d.Gedung Kantor
e.Pabrik
f.Bengkel
g.Pertambangan dan penggalian sumber alam.
Jenis Subjek Pajak
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Adalah subjek pajak yang secara fisik memang berada atau bertempat tinggal atau
bertempat kedudukan di Indonesia. Adapun ketentuannya sebagai berikut .
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau pun berada di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalakan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Saat Mulai Dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif
Sebagai suatu kegiatan, maka dalam pemenuhan kewajiban perpajakan ini dapat saja
dalam kurun waktu tertentu. Untuk itu ada penegasan tentang saat dimulainya sebagai
subjek pajak dan berakhirnya sebagai subjek pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Saat mulainya kewajiban pajak subjektif
1. Subjek Pajak Orang Pribadi
a. Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai saat ia lahir.

b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang ada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai sejak saat orang tersebut berada di
Indonesia.
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi
tersebut menjalankan usahanya di Indonesia.
d. Bagi objek pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan maka
kewajiban subjektifnya akan dimulai pada saat orang tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan
e. Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut
didirikan.
f. Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia maka
kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat badan tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Warisan
Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan menggantikan
yang berhak, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat timbulnya
warisan yang belum terbagi yakni pada saat pewarisnya meninggal dunia.
Berakhirnya kewajiban pajak subjektif
1. Subjek pajak orang pribadi
a. Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maka
kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia dalam satu tahun
pajak dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
maka kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat orang pribadi
tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di Indonesia.

d. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
maka kewajiban subjektifnya akan berakhir pada saat orang pribadi tersebut
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan
a. Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
maka kewajiaban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat badan tersebut
dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia.
b. Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak berkedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalakan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat tersebut tidak lagi
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Warisan
Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan menggantikan
yang berhak, maka kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat
warisan tersebut selesai dibagi kepada ahli warisnya masing-masing dan sejak
saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban perpajakannya kepada ahli warisnya.
Pengecualian Sebagai Subjek Pajak
1. Badan perwakilan negara asing.
2. Pejabat diplomatik dan konsultan atau pejabat lain dari negara asing.
3. Organisasi-organisasi internasioanal yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dengan syarat:
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
- Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran anggotanya.
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Berikut merupakan daftar organisasi yang tidak termasuk dalam subjek pajak melalui
keputusan Menteri Keuangan Nomor ST4/KMK,04/2000.
A. Badan-Badan Internasional Dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai
berikut .
1. ADB ( Asian Development Bank )
2. IBRD ( Internasioanal Bank For Recontstruction And Development)
3. IDA ( Internasional Development Association )
4. IFC ( Internasional Finance Corporation )
5. IJJDF ( Internasional Jaya Joint Development Fund )
B. Colombo Plan
1. Colombo Plan Australia
2. Colombo Plan Canada
3. Colombo Plan India

4.
5.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
2.
3.
4.

Colombo Plan Inggris


Colombo Plan Jepang/ JICA
Kerja Sama Teknik
Kerja Sama Teknik Belanda-Republik Indonesia
Kerja Sama Teknik Rusia-Republik Indonesia
Kerja Sama Teknik Jerman Barat-Republik Indonesia
Kerja Sama Teknik Perancis-Republik Indonesia
Kerja Sama Teknik Negeri Polandia-Republik Indonesia
Kerja Sama Kebudayaan
Kerja Sama Kebudayaan Belanda-Republik Indonesia
Kerja Sama Kebudayaan Jepang-Republik Indonesia
Kerja Sama Kebudayaan Mesir-Republik Indonesia
Kerja Sama Kebudayaan Austria-Republik Indonesia

Organisasi Intenasional Yang Bukan Subjek Pajak Penghasilan


A. Kerja Sama Teknik
1. Kerja Sama Teknik Kerajaan Arab Saudi-Republik Indonesia
2. Kerja Sama Teknik Kerajaan Iran-Republik Indonesia
B. Organisasi Internasional Lainnya
1. NEDO ( The New Energy And Industrial Technologi Development Organization
)
2. HSF ( Hans Seidel Foundation )
Pengertian Objek Pajak Dari Pajak Penghasilan
Dalam perpajakan yang dimaksud dengan objek pajak yaitu apa yang dikenakan
pajak.
Pengertian pajak penghasilan menurut Undang-Undang PPh adalah Setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Dari mekanisme aliran pertambahan kemampuan ekonomis, penghasilan yang
diterima oleh wajib pajak dapat dikategorikan atas 4 sumber, sebagai berikut :
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan berdasarkan hubungan
kerja dan pekerjaan bebas.
2. Penghasilan dari pajak kegiatan.
3. Penghasilan dari modal.
4. Penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan hutang dan sebagainya.
Penghasilan Yang Termasuk Sebagai Objek Pajak Penghasilan
Sesuai dengan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan telah diberikan
uraian mengenai objek PPh, sebagai berikut .

1. Penggantian atau imbalan berkenan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uamg pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang PPh.
2. Hadiah dari undian pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
5. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
Penghasilan yang Tidak Termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan pasal 4 ayat (3) Undang-Undang PPh, penghasilan yang tidak termasuk
sebagai objek PPh adalah sebagai berikut.
1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
yang dibentuk / disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk /
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan oleh badan keagamaan / badan pendidikan / badan sosial termasuk
yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Warisan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham /
sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
5. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), atau
badan usaha milik daerah (BUMD), dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
6. Iuran yang diterima / diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
Dengan penegasan atas penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek PPh tersebut,
para Wajib Pajak dapat menyesuaikan perhitungan dalam laporan laba-rugi, sehingga
terdapat kesesuaian antara laporan Wajib Pajak dengan instansi perpajakan.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS


BARANG MEWAH

Pajak Pertambahan Nilai


Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan
atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat
dikreditkan.
Subjek Pajak dari Pajak Pertambahan Nilai
Subjek Pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha adalah orang pribadi / badan dalam bentuk apa pun yang dalam

lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilakn barang, mengimpor


barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa /
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak.

Objek Pajak dari Pertambahan Nilai


Objek Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai berikut.
1. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam daerah pabean yang dilakukan dalam
lingkungan perusahaan / pekerjaan oleh pengusaha.
2. Impor Barang Kena Pajak.
3. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
4. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
5. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
6. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak didalam lingkungan
perusahaan / pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya akan
digunakan sendiri / digunakan oleh pihak lain.

Barang dan Jasa yang Dikecualikan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Kelompok barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalag sebagai
berikut.
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi
c. batu bara sebelum diproses menjadi kriket batu bara;
bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta
bijih bauksit.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti:
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai;

f. garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.


g. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai berikut.
1. Jasa pelayanan kesehatan medis.
2. Jasa pelayanan sosial.
3. Jasa asuransi.
4. Jasa pendidikan.
5. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri.
6. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Pengertian
Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan terhadap
penyerahan/ impor barang-barang berwujud yang tergolong mewah. PPnBM hanya
dikenakan satu kali pada sumbernya yaitu pabrikan atau saat impor dan tidak dpata
dikreditkan. PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Subjek Pajak dari Penjualan atas Barang Mewah
Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan BKP
yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan
pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.

Objek Pajak dari Pajak Penjualan atas Barang Mewah


Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah penyerahan barang berwujud yang
tergolong mewah dan impor barang yang tergolong mewah.

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Pengertian
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan
oleh keadaan objek yaitu bumi/ tanah dan/ atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang
membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.
Subjek Pajak dari Bumi dan Bangunan
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:
1. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan/ atau;
2. Memperoleh manfaat atas bumi, dan/ atau;
3. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan/ atau;
4. Memperoleh manfaat atas bangunan.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek PBB adalah Bumi dan/ atau Bangunan :

Bumi: permukaan bumi (tanah & perairan) dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll.
Bangunan: konstruksi teknik yang ditanamkan / dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/ atatu perairan di wilayah Republik Indonesia. Contoh: rumah
tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat
perbelanjaan, jalan tol, dll.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang Dikecualikan
Objek yang dikecualikan adalah objek yang:
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh
keuntungan, seperti masjid, gereja, sekolah, candi, dll;
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala;
3. Merupakan hutan indung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dll;
4. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan asas timbal balik dan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN


Pengertian
1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.
2. Perolehan hak atas tanah dan/ atau bangunan adalah perbuatan/ peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/ atau bangunan orang
pribadi/ badan.
3. Hak atas tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang No.5 Tahun1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Subjek Pajak
Subjek pajak hak atas tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan/ atau bangunan .
Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan/ atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan/ atau bangunan, sebagai berikut.
1. Pemindahan hak karena:
a. Jual-beli;
b. Tukar-menukar;
c. Hibah;
d. Penunjukan pembeli dalam lelang;
e. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
f. Hadiah.
2. Pemberian hak baru, karena:
a. Kelanjutan pelepasan hak;
b. Di luar pelepasan hak.

Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak bangunan, hak pakai, hak
milik atas satuan rumah susun atau hak pengelolaan.
Objek pajak yang tidak dikenakan bea perolehan atas tanha dan bangunan adalah
objek pajak yang diperoleh:
1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan perlakuan timbal balik;
2. Negara untuk penyelenggaran pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum.
3. Dikarenakan wakaf;
4. Dikarenakan warisan;
5. Untuk digunakan kepentingan ibadah.

BEA METERAI
Pengertian Umum
Pengertian bea meterai secara umum adalah sebagai berikut.
1. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan / kenyataan bagi seseorang dan/ atau pihak-pihak yang
berkepentingan.
2. Benda meterai adalah materai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh
pemerintah Republik Indonesia.
3. Pemeteraian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh Pejabat
pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi
sebagaimana mestinya.
Subjek Bea Meterai
Subjek pajak bea meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali
pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Objek Bea Meterai
Objek Bea Meterai adalah dokumen. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan
yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan/ kenyataan bagi
seseorang dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dokumen yang dikenakan pajak,
antara lain sebagai berikut.
1. Dokumen yang telah disebutkan dalam undang-undang, sebagai berikut.
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata. Surat-surat lain yang dimaksud, antara lain: Surat
kuasa, Surat Hibah, Surat Pernyataan, Surat Pengakuan Utang.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkapnya.
d. Surat berharga seperti Wesel, Promes, Aksep, dan cek yang harga nominalnya
lebih dari Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
2. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,
adalah sebagai berikut.
a. Surat-surat biasa dan surat-surat rumah tanggaan.

b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan bea meterai berdasarkan tujuannya,


jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lian, laindari
maksud semula. Misal: suraty keterangan dokter, Berita Acara
Pemeriksaan,dan lain-lain.
Pengecualian Bea Meterai
Dokumen-dokumen yang menjadi pengecualian bea meterai adalah sebagai berikut.
1. Dokumen yang berupa:
a. Surat penyimpanan barang;
b. Konosemen;
c. Surat angkutan penumpang dan barang;
d. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
e. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman.
2. Segala bentuk ijazah.
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
4. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.

PENGERTIAN UMUM DAN NPWP / PPKP


DASAR HUKUM
Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1994, UndangUndang No.16 Tahun 2000 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.
PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM DALAM PAJAK
Pengertian-pengertian umum dalam pajak adalah sebagai berikut.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi /
Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib pajak adalah orang pribadi / Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemumngut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pengusaha adalah orang pribadi / Badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha / pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari
luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena
pajak dan / penyerahan jasa kena pajak yang di kenai pajak berdasarkan UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang di berikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang di pergunakan sebagai tanda
pengenal diri / identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus di bayar pada suatu saat, dalam masa
pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan / atau pembayaran pajak, objek pajak dan / atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak /
bagian tahun pajak.
Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran / setoran pajak yang telah di lakukan
dengan menggunakan formulir / telah di lakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang di tunjuk oleh Menteri Keuangan.
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar pajak tambahan, surat ketetapan
pajak nihil, atau surat ketetapan pajak lebih bayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih
harus di bayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang,
dan tidak ada kredit pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan / atau sanksi
administrasi berupa bunga dan / atau denda.
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.

Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang di lakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Penanggung pajak adalah orang pribadi atau Badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Surat keputusan pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan
pajak, surat tagihan pajak, surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan,
surat keputusan pengurangan sanksi administrasi, surat keputusan penghapusan
ketetapan pajak , surat keputusan pembatalan ketetapan pajak, surat keputusan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, atau surat keputusan pemberian
imbalan bunga.
Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh wajib pajak.
Putusan banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat
keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.
Putusan gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap halhal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat
diajukan gugatan.
Surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk wajib
pajak tertentu.
Surat keputusan pemberian imbalan bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang di berikan kepada wajib pajak.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DAN NOMOR PENGUKUHAN


PENGUSAHAN KENA PAJAK
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Pasal 2 ayat 1 Undang-undang KUP :
Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Wajib pajak terdaftar adalah wajib pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha
Kantor Pelayanan Pajak dan telah di berikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Fungsi NPWP

1. NPWP adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan


sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak , oleh karena itu kepada
setiap WP hanya diberikan 1 NPWP.
2. NPWP juga di pergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak
dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan
dengan dokumen perpajakan, WP di wajibkan mencantumkan NPWP yang
dimilikinya. NPWP adalah nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai identitas WP.
Terhadap WP yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP di
kenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan.
Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP :
a. Semua WP berdasarkan sistem self assessment wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jendral Pajak untuk di catat sebagai WP sekaligus untuk mendapatkan
NPWP.
b. Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang
dikenai pajak secara terpisah , karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim
atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta.
Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan dan mendapatkan NPWP :
a. Badan;
b. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan diatas PTKP (Penghasilan Tidak Kena
Pajak);
c. Pengurus, komisaris, dan pemegang saham perusahaan.
Pola NPWP
NPWP / Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak terdiri dari 15 digit yaitu 9 digit
pertama adalah kode WP dan 6 digit berikutnya adalah kode administrasi
perpajakan. Misalnya:
NPWP PT ABC : 01.855.081.4-005.000, dengan penjelasan :
01 artinya WP Badan
855.081, artinya nomor registrasi / nomor urut
terdaftar
4 artinya kode cek digit

005 artinya kode KPP Jakarta Kramat Jati


000 artinya status WP adalah WP tunggal
Jangka Waktu Pendaftaran atau Pelaporan Kegiatan Usaha
Beberapa hal yang berkaitan dengan jangka waktu pendaftaran atau pelaporan kegiatan
usaha adalah sebagai berikut.
1. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha / pekerjaan bebas dan WP badan,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 (satu) bulan setelah

2.

3.
4.

5.

saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi
lebih dulu antara saat pendirian & saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan.
WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila
sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
WP orang pribadi selain yang di atas (1 dan 2) yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.
WP orang pribadi yang menjalankan usaha / pekerjaan bebas dan WP badan wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak bagi yang
memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
WP sebagai Pengusaha Kecil sebagaiman dimaksud dalam undang-undang
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yang:
a. Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu masa
pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui
batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir masa pajak
berikutnya.
c. WP yang tidak melaksankan kewajiban sebgaimanan yang diats (1,2,3,4, dan 5)
diterbitkan NPWP dan/ atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

Tempat Pendaftaran
1. WP mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan WP.
2. WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat-tempat kegiatan usaha WP.
3. WP yang juga dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan PPnBM
melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kegiatan usaha WP.
4. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan WP berada dalam dua / leih
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan
Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.
Tempat Pendaftaran Bagi WP Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha bagi
Pengusaha Kena Pajak Tertentu
1. WP Tertentu dan Pengusaha Kena Pajak Tertentu adalah WP dan Pengusaha Kena
Pajak adalah sebagai berikut.
a. Badan Usaha Milik Negara.
b. Badan Usaha Milik Daerah.
c. Penanaman Modal Asing.
d. Bentuk Usaha Tetap dan Orang Asing.
e. Perusahaan Masuk Bursa.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat. Tempat pendaftaran &
pelaporan usaha adalah Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal dan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kegiatan usaha dilakukan.
3. WP baru adalah WP yang mendaftarkan untuk memperoleh NPWP dan melaporkan
usahanya sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada saat atau setelah 1 Januari
2001.
Bagi Wajib Pajak yang status modalnya berubah menjadi penanaman modal asing
dapat pindah ke Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing kecuali WP yang
bersangkutan memilih untuk tetap terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak semula.
Sedangkan bagi WP yang bertempat kedudukan di Kawasan Berikat Pulau Batam,
Kawasan Pulau Bintan, dan Kawasan Pulau Karimun yang selama ini telah terdaftar
pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing / Kantor Pelayanan Pajak
Perusahaan Masuk Bursa dapat mengajukan permohonan pindah ke Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan WP.
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Fungsi NPWP, adalah sebagai berikut.
1. Sarana dalam administrasi perpajakan.
2. Identitas WP.
3. Menjaga ketertiban pembayaran pajak.
4. Dicantumkan dalam hanya dibeikan satu NPWP.
Setiap WP hanya diberikan satu NPWP.
Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, adalah sebagai berikut.
1. Dipergunakan untuk mengetahui identitas PKP yang sebenarnya.
2. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta untuk pengawasan administrasi
perpajakan.
Manfaat Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Manfaat Nomor Pokok Wajib Pajak, adalah sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank.
2. Untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkan
mencantumkan NPWP, seperti kantor imigrasi, Kantor Bea dan Cukai, kantor
KPKN, kantor PLN, Kantor Telkom, dan sebagainya.
Manfaat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, adalah sebagai berikut.
1. Untuk dapat menjadi rekanan pemerintah dalam mendaftarkan/ memperoleh tender
proyek pemerintah.
2. Untuk memperoleh pembayaran dari KPKN dan sebagainya.
NPWP atau Pengukuhan secara Jabatan

Terhadap WP / PKP yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan/
atau melaporkan usahanya dapat diterbitkam NPWP dan/ atau pengukuhan PKP secara
jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki
oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi / badan atau pengusaha tersebut
telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP dan/ atau dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
Sanksi
Terhadap WP yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan Pengusaha
yang telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Orang Pribadi yang Berstatus
sebagai Karyawan
Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi menggunakan sarana
sebagai berikut.
1. Surat permintaan bantuan pendaftaran WP orang pribadi yang berstatus sebgaai
karyawan.
2. Daftar karyawan yang memenuhi syarat sebagai WP orang pribadi.
3. Surat permintaan keterangan data WP orang pribadi yang berstatus sebagai
karyawan.
4. Surat himbauan pendaftaran NPWP.
5. Surat tugas pencarian data WP orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan.
6. Surat pemberitahuan tentang pencarian data WP orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan.
7. Laporan hasil pencarian data WP orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan.
8. Surat pemberitahuan pemberian NPWP orang pribadi yang berstatus sebagai
karyawan.
Syarat-syarat untuk Memperoleh NPWP dan PPKP
Pendaftaran NPWP dan PPKP dapat sekaligus dilakukan dengan cara mengisi dan
menandatangani formulir pendaftaran yang dapat diminta di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau Kantor Penyuluhan Pajak terdekat, adalah sebagai berikut.
1. formulir bentuk KP.PDIP.4.1 untuk WP orang pribadi.
2. formulir bentuk KP.PDIP.4.2 untuk WP orang badan.
3. formulir bentuk KP.PDIP.4.3 untuk WP orang pemungut/ pemotong.
Dengan melampirkan dokumen berupa fotokopi berikut ini.
1. Untuk WP orang pribadi non-usahawan
a. Fotokopi KTP/ Kartu Keluarga/ SIM/ Paspor.
2. Untuk WP orang pribadi usahawan
a. Fotokopi KTP/ Kartu Keluarga/ SIM Paspor.
b. Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi
yang berwenang.
3. Untuk WP badan

a. Fotokopi akta pendirian.


b. Fotokopi KTP salah seorang pengurus.
c. Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dan instansi
yang berwenang.
4. Untuk Bendaharawan sebagai pemungut/ pemotong
a. Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.
b. Fotokopi tanda bukti diri KTP/ Kartu Keluarga/ SIM/ Paspor.
5. Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus melampirkan fotokopi kartu
NPWP / Bukti Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan
ditandatangani oleh orang lain, perlu dilengkapi surat kuasa. Fotokopi sebagai
kelengkapan formulir pendaftaran WP tersebut diatas harus disahkan oleh Petugas
Pendaftaran WP kecuali dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos,
makafotokopi harus disahkan oleh pejabat/ instansi yang berwenang.
Tata Cara Mendaftarkan Diri dan Melaporkan Usaha
Tata cara mendaftarkan diri dan melaporkan usaha adalah sebagai berikut.
1. Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan kelengkapannya.
2. Menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak /
Kantor Penyuluhan Pajak setempat atau dikirim lewat kantor pos tercatat.
Kewajiban Setelah Memperoleh NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak
Berkaitan dengan telah diperolehnya NPWP atau Pengukuhan Pengusahan Kena Pajak
(PPKP) tersebut perlu diketahui ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk
dilaksanakan, adalah sebagai berikut.
1. Kewajiban sehubungan dengan Pajak Penghasilan (PPh) antara lain:
a. Pembayaran pajak;
b. Pemungutan pajak;
c. Penyetoran pajak;
d. Pelaporan pajak.
2. Kewajban sehubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) antara lain:
a. Pembayaran / penyetoran pajak;
b. Faktur pajak;
c. Pelaporan pajak yang telah disetor.

Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak, Penghapusan Nomor Pokok


Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Tata cara pemindahan wajib pajak
Pemindahan WP adalah tindakan mencabut surat keterangan terdaftar dari tata usaha
kantor pelayanan pajak lama , dan menerbitkan surata keterangan terdaftar oleh kantor
pelayanan pajak baru, karena alasan pemindahan tempat tinggal atau kedudukan atau
tempat kegiatan usaha atau perubahan status perusahaan.

Surat pertanyaan pindah adalah surat pernyataan yang dibuat oleh WP dan
disampaikan kepada kepala kantor pelayanan pajak untuk memberitahukan dan
memohon perubahan tempat terdaftar dari suatu kantor pelayanan pajak ke kantor
pelayanan pajak lainnya.
Kantor pelayanan pajak wajib menerbitkan :
a. Surat pindah untuk diberikkan kepada WP paling lama pada hari kerja berikutnya
setelah surat pernyataan pindah diterima, untuk diserahkan ke kantor pelayanan
pajak baru , dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara
lengkap disamapaikan ke kantor pelayanan pajak lama
b. Kartu NPWP dan surat keterangan terdafatar , paling lama pada hari kerja
berikutnya, disampaikan kantor pelayanan pajak baru.
Surat pindah, adalah surat yang diterbitkan oleh suatu kantor pelayanan pajak lama yang
berisi keterangan pindah WP dan atau pengusaha kena pajak kekantor pajak baru lainnya.
Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai pengusaha kena
pajak maka :
1. Kantor pelayanan pajak lama menerbitkan paling lama pada hari kerja berikutnya
setelah menerima surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap dari
pengusaha kena pajak, atau pemberitahuan adanya surat pernyataan surat pelayanan
pindah dari kantor pelayanan pajak baru.
2. Kantor pelayanan pajak baru menerbitkan surat pengukuhan pengusaha kena pajak
dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan NPWP dan surat keterangan paling lama 3
hari setelah menerima surat pindah.
3. Kantor pelayanan pajak lama menerbitkan surat pencabutan pengukuhan pengusaha
kena pajak berdasarkan surat yang diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak baru.
Kantor pelayanan pajak lama harus mengirim berkas yang bersangkutan ke kantor
pelayanan pajak baru yang isinya antara lain:
1. Jumlah tunggakan pajak yang masih harus di tagih;
2. Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak;
3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan WP atau
pengusaha kena pajak yang belum diselesaikan.
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak apabila:
1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan atau ahli warisnya apabila
WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjktif dan atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. WP badan di likuidasi karena menghentian atau penggabungan usaha;
3. WP bentuk usaha tetap menghentikan usahanya di Indonesia;
4. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral Pajak untuk menghapuskan NPWP;
5. Direktur Jendral Pajak setelah melakukan harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 bulan untuk WP orang
pribadi, atau 12 bulan untuk WP badan;

6. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan WP dapat melakukan
pencabutan pengukuhan PKP.
Hak dan Kewajiban WP
Hak WP
Hak-hak WP yang diatur dalam UU Perpajakan adalah:
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus
Hak ini merupakan konsekuensi logis dari sistem self assessment yang mewajibkan
WP untuk menghitung dan membayar pajaknya sendiri.
2. Hak untuk membetulkan surat pemberitahuan (SPP)
Pembetulan SPT dapat dilakukan dengan syarat belum melampaui jangka waktu 2
tahun sesudah berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak dan fiskus belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT
Penundaan penyampaian SPT disertai alasan-alasan tertulis kemudian disampaikan
ke Dirjen Pajak sebelum jatuh tempo.
4. Hak untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak.
Permohonan penundaan / pengangsuran pembayaran pajak kepada Dirjen Pajak
secara tertulis tidak menghilangkan sanksi bunga.
5. Hak untuk memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
Setelah melalui proses pemeriksaan, akan diterbitkan Surat Kelebihan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB).
6. Hak untuk mengajukan keberatan dan banding
WP yang merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang telah diterbitkan, dapat
mengajukan keberatan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di mana WP
terdaftar, apabila WP tidak puas dengan keputusan yang ditetapkan dapat
mengajukan banding ke pengadilan Pajak.
Kewajiban WP
Kewajiban WP diatur dalam UU perpajakan adalah:
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri
WP wajib mendaftarkan diri kepada Direktorat Jenderal Pajak.
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan SPT
Mengisi SPT dalam Bahasa Indonesia serta menyampaikannya ke kantor pajak
tempat WP terdaftar.
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
Melalui kantor pos atau tempat pembayaran lainnya yang ditetapkan Menteri
Keuangan.
4. Kewajiban membuat pembukuan dan atau pencatataan
Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan wajib pajak badan di Indonesia diwajibkan membuat pembukuan (pasal
28 ayat 1) sedangkan pencatatan di perbolehkan menghitung penghasilan netto
dengan menggunakan norma penghasilan neto dan wajib pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Terhadap WP yang di periksa harus menaati ketentuan dalam rangka pemeriksaan
pajak.

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak


WP yang bertindak sebagai pemberi kerja / penyelenggara kegiatan wajib
memunggut pajak atas pembayaran yang di lakukan dan menyetorkan ke kas
negara. Sesuai dengan prinsip withholding system.
7. Kewajiban membuat faktur pajak
Setiap pengusaha yang terkena pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap
penyerahan barang/ jasa kena pajak. Merupakan bukti adanya pemungutan pajak
yang dilakukan oleh PKP.
Hak dan Kewajiban Fiskus
Hak fiskus
1. Menerbitkan NPWP / mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan, hal ini
dilakukan jika WP / pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewajibannya
2. Menerbitkan surat tagihan pajak, apabila berdasarkan penelitian / pemeriksaan ada
pajak yang tidak / kurang di bayar
3. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan,fiskus berhal melakukan pemeriksaan
dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bila tidak di beri kesempatan untuk kelancaran pemeriksaan. Fiskus dapat
melakukan penyegelan untuk mengamankan / mencegah hilangnya pembukuan,
dokumen, catatan yang diperlukan.
4. Melakukan penyidikan, tujuan adalah supaya tindak pidana menjadi jelas.
5. Menerbitkan surat paksa dan melaksanakan penyitaan, fiskus mempunyai hak
untuk menerbitkan surat paksa dalam waktu 2 x 24 jam jika WP tidak melunasi
utang pajak. Jika WP tetap tidak di bayarkan, maka fiskus berhak melakukan
penyitaan terhadap kekayaan harta WP.
Kewajiban fiskus
1. Kewajiban untuk melakukan penyuluhan kepada WP, dalam selfassessment system
WP berkewajiban menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban pajaknya.
Fiskus bertugas melakukan penyuluhan untuk mensosialisasikan peraturanperaturan pajak yang ada.
2. Menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukan pemeriksaan fiskus wajib
menerbitkan surat ketetapan yang dapat berupa SKPKB, SKPKBT, SKPKBT,
SKPLB, SKPN.
3. Merahasiakan data wajib pajak, fiskus dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP
kepada pihak lain yang berhubungan dengan masalah perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai