Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama Anggota :
1. Cecilia Wibisono (120419754)
2. Handrianus David Tjusanto (120419899)
3. Stella Dea Gracia (120419986)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2014
b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang ada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai sejak saat orang tersebut berada di
Indonesia.
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi
tersebut menjalankan usahanya di Indonesia.
d. Bagi objek pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan maka
kewajiban subjektifnya akan dimulai pada saat orang tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan
e. Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut
didirikan.
f. Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia maka
kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat badan tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Warisan
Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan menggantikan
yang berhak, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat timbulnya
warisan yang belum terbagi yakni pada saat pewarisnya meninggal dunia.
Berakhirnya kewajiban pajak subjektif
1. Subjek pajak orang pribadi
a. Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maka
kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia dalam satu tahun
pajak dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
maka kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat orang pribadi
tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di Indonesia.
d. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
maka kewajiban subjektifnya akan berakhir pada saat orang pribadi tersebut
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan
a. Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
maka kewajiaban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat badan tersebut
dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia.
b. Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak berkedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalakan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat tersebut tidak lagi
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Warisan
Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan menggantikan
yang berhak, maka kewajiban pajak subjektifnya akan berakhir pada saat
warisan tersebut selesai dibagi kepada ahli warisnya masing-masing dan sejak
saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban perpajakannya kepada ahli warisnya.
Pengecualian Sebagai Subjek Pajak
1. Badan perwakilan negara asing.
2. Pejabat diplomatik dan konsultan atau pejabat lain dari negara asing.
3. Organisasi-organisasi internasioanal yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dengan syarat:
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
- Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran anggotanya.
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Berikut merupakan daftar organisasi yang tidak termasuk dalam subjek pajak melalui
keputusan Menteri Keuangan Nomor ST4/KMK,04/2000.
A. Badan-Badan Internasional Dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai
berikut .
1. ADB ( Asian Development Bank )
2. IBRD ( Internasioanal Bank For Recontstruction And Development)
3. IDA ( Internasional Development Association )
4. IFC ( Internasional Finance Corporation )
5. IJJDF ( Internasional Jaya Joint Development Fund )
B. Colombo Plan
1. Colombo Plan Australia
2. Colombo Plan Canada
3. Colombo Plan India
4.
5.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
2.
3.
4.
1. Penggantian atau imbalan berkenan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uamg pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang PPh.
2. Hadiah dari undian pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
5. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
Penghasilan yang Tidak Termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan pasal 4 ayat (3) Undang-Undang PPh, penghasilan yang tidak termasuk
sebagai objek PPh adalah sebagai berikut.
1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
yang dibentuk / disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk /
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan oleh badan keagamaan / badan pendidikan / badan sosial termasuk
yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Warisan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham /
sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
5. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), atau
badan usaha milik daerah (BUMD), dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
6. Iuran yang diterima / diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
Dengan penegasan atas penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek PPh tersebut,
para Wajib Pajak dapat menyesuaikan perhitungan dalam laporan laba-rugi, sehingga
terdapat kesesuaian antara laporan Wajib Pajak dengan instansi perpajakan.
Barang dan Jasa yang Dikecualikan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Kelompok barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalag sebagai
berikut.
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi
c. batu bara sebelum diproses menjadi kriket batu bara;
bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta
bijih bauksit.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti:
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai;
Bumi: permukaan bumi (tanah & perairan) dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll.
Bangunan: konstruksi teknik yang ditanamkan / dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/ atatu perairan di wilayah Republik Indonesia. Contoh: rumah
tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat
perbelanjaan, jalan tol, dll.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang Dikecualikan
Objek yang dikecualikan adalah objek yang:
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh
keuntungan, seperti masjid, gereja, sekolah, candi, dll;
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala;
3. Merupakan hutan indung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dll;
4. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan asas timbal balik dan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak bangunan, hak pakai, hak
milik atas satuan rumah susun atau hak pengelolaan.
Objek pajak yang tidak dikenakan bea perolehan atas tanha dan bangunan adalah
objek pajak yang diperoleh:
1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan perlakuan timbal balik;
2. Negara untuk penyelenggaran pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum.
3. Dikarenakan wakaf;
4. Dikarenakan warisan;
5. Untuk digunakan kepentingan ibadah.
BEA METERAI
Pengertian Umum
Pengertian bea meterai secara umum adalah sebagai berikut.
1. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan / kenyataan bagi seseorang dan/ atau pihak-pihak yang
berkepentingan.
2. Benda meterai adalah materai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh
pemerintah Republik Indonesia.
3. Pemeteraian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh Pejabat
pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi
sebagaimana mestinya.
Subjek Bea Meterai
Subjek pajak bea meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali
pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Objek Bea Meterai
Objek Bea Meterai adalah dokumen. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan
yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan/ kenyataan bagi
seseorang dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dokumen yang dikenakan pajak,
antara lain sebagai berikut.
1. Dokumen yang telah disebutkan dalam undang-undang, sebagai berikut.
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata. Surat-surat lain yang dimaksud, antara lain: Surat
kuasa, Surat Hibah, Surat Pernyataan, Surat Pengakuan Utang.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkapnya.
d. Surat berharga seperti Wesel, Promes, Aksep, dan cek yang harga nominalnya
lebih dari Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
2. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,
adalah sebagai berikut.
a. Surat-surat biasa dan surat-surat rumah tanggaan.
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang di berikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang di pergunakan sebagai tanda
pengenal diri / identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus di bayar pada suatu saat, dalam masa
pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan / atau pembayaran pajak, objek pajak dan / atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak /
bagian tahun pajak.
Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran / setoran pajak yang telah di lakukan
dengan menggunakan formulir / telah di lakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang di tunjuk oleh Menteri Keuangan.
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar pajak tambahan, surat ketetapan
pajak nihil, atau surat ketetapan pajak lebih bayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih
harus di bayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang,
dan tidak ada kredit pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan / atau sanksi
administrasi berupa bunga dan / atau denda.
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.
Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang di lakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Penanggung pajak adalah orang pribadi atau Badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Surat keputusan pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan
pajak, surat tagihan pajak, surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan,
surat keputusan pengurangan sanksi administrasi, surat keputusan penghapusan
ketetapan pajak , surat keputusan pembatalan ketetapan pajak, surat keputusan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, atau surat keputusan pemberian
imbalan bunga.
Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh wajib pajak.
Putusan banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat
keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.
Putusan gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap halhal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat
diajukan gugatan.
Surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk wajib
pajak tertentu.
Surat keputusan pemberian imbalan bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang di berikan kepada wajib pajak.
2.
3.
4.
5.
saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi
lebih dulu antara saat pendirian & saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan.
WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila
sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
WP orang pribadi selain yang di atas (1 dan 2) yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.
WP orang pribadi yang menjalankan usaha / pekerjaan bebas dan WP badan wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak bagi yang
memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
WP sebagai Pengusaha Kecil sebagaiman dimaksud dalam undang-undang
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yang:
a. Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu masa
pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui
batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir masa pajak
berikutnya.
c. WP yang tidak melaksankan kewajiban sebgaimanan yang diats (1,2,3,4, dan 5)
diterbitkan NPWP dan/ atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
Tempat Pendaftaran
1. WP mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan WP.
2. WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat-tempat kegiatan usaha WP.
3. WP yang juga dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan PPnBM
melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kegiatan usaha WP.
4. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan WP berada dalam dua / leih
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan
Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.
Tempat Pendaftaran Bagi WP Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha bagi
Pengusaha Kena Pajak Tertentu
1. WP Tertentu dan Pengusaha Kena Pajak Tertentu adalah WP dan Pengusaha Kena
Pajak adalah sebagai berikut.
a. Badan Usaha Milik Negara.
b. Badan Usaha Milik Daerah.
c. Penanaman Modal Asing.
d. Bentuk Usaha Tetap dan Orang Asing.
e. Perusahaan Masuk Bursa.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat. Tempat pendaftaran &
pelaporan usaha adalah Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal dan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kegiatan usaha dilakukan.
3. WP baru adalah WP yang mendaftarkan untuk memperoleh NPWP dan melaporkan
usahanya sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada saat atau setelah 1 Januari
2001.
Bagi Wajib Pajak yang status modalnya berubah menjadi penanaman modal asing
dapat pindah ke Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing kecuali WP yang
bersangkutan memilih untuk tetap terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak semula.
Sedangkan bagi WP yang bertempat kedudukan di Kawasan Berikat Pulau Batam,
Kawasan Pulau Bintan, dan Kawasan Pulau Karimun yang selama ini telah terdaftar
pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing / Kantor Pelayanan Pajak
Perusahaan Masuk Bursa dapat mengajukan permohonan pindah ke Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan WP.
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Fungsi NPWP, adalah sebagai berikut.
1. Sarana dalam administrasi perpajakan.
2. Identitas WP.
3. Menjaga ketertiban pembayaran pajak.
4. Dicantumkan dalam hanya dibeikan satu NPWP.
Setiap WP hanya diberikan satu NPWP.
Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, adalah sebagai berikut.
1. Dipergunakan untuk mengetahui identitas PKP yang sebenarnya.
2. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta untuk pengawasan administrasi
perpajakan.
Manfaat Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Manfaat Nomor Pokok Wajib Pajak, adalah sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank.
2. Untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkan
mencantumkan NPWP, seperti kantor imigrasi, Kantor Bea dan Cukai, kantor
KPKN, kantor PLN, Kantor Telkom, dan sebagainya.
Manfaat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, adalah sebagai berikut.
1. Untuk dapat menjadi rekanan pemerintah dalam mendaftarkan/ memperoleh tender
proyek pemerintah.
2. Untuk memperoleh pembayaran dari KPKN dan sebagainya.
NPWP atau Pengukuhan secara Jabatan
Terhadap WP / PKP yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan/
atau melaporkan usahanya dapat diterbitkam NPWP dan/ atau pengukuhan PKP secara
jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki
oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi / badan atau pengusaha tersebut
telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP dan/ atau dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
Sanksi
Terhadap WP yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan Pengusaha
yang telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Orang Pribadi yang Berstatus
sebagai Karyawan
Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi menggunakan sarana
sebagai berikut.
1. Surat permintaan bantuan pendaftaran WP orang pribadi yang berstatus sebgaai
karyawan.
2. Daftar karyawan yang memenuhi syarat sebagai WP orang pribadi.
3. Surat permintaan keterangan data WP orang pribadi yang berstatus sebagai
karyawan.
4. Surat himbauan pendaftaran NPWP.
5. Surat tugas pencarian data WP orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan.
6. Surat pemberitahuan tentang pencarian data WP orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan.
7. Laporan hasil pencarian data WP orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan.
8. Surat pemberitahuan pemberian NPWP orang pribadi yang berstatus sebagai
karyawan.
Syarat-syarat untuk Memperoleh NPWP dan PPKP
Pendaftaran NPWP dan PPKP dapat sekaligus dilakukan dengan cara mengisi dan
menandatangani formulir pendaftaran yang dapat diminta di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau Kantor Penyuluhan Pajak terdekat, adalah sebagai berikut.
1. formulir bentuk KP.PDIP.4.1 untuk WP orang pribadi.
2. formulir bentuk KP.PDIP.4.2 untuk WP orang badan.
3. formulir bentuk KP.PDIP.4.3 untuk WP orang pemungut/ pemotong.
Dengan melampirkan dokumen berupa fotokopi berikut ini.
1. Untuk WP orang pribadi non-usahawan
a. Fotokopi KTP/ Kartu Keluarga/ SIM/ Paspor.
2. Untuk WP orang pribadi usahawan
a. Fotokopi KTP/ Kartu Keluarga/ SIM Paspor.
b. Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi
yang berwenang.
3. Untuk WP badan
Surat pertanyaan pindah adalah surat pernyataan yang dibuat oleh WP dan
disampaikan kepada kepala kantor pelayanan pajak untuk memberitahukan dan
memohon perubahan tempat terdaftar dari suatu kantor pelayanan pajak ke kantor
pelayanan pajak lainnya.
Kantor pelayanan pajak wajib menerbitkan :
a. Surat pindah untuk diberikkan kepada WP paling lama pada hari kerja berikutnya
setelah surat pernyataan pindah diterima, untuk diserahkan ke kantor pelayanan
pajak baru , dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara
lengkap disamapaikan ke kantor pelayanan pajak lama
b. Kartu NPWP dan surat keterangan terdafatar , paling lama pada hari kerja
berikutnya, disampaikan kantor pelayanan pajak baru.
Surat pindah, adalah surat yang diterbitkan oleh suatu kantor pelayanan pajak lama yang
berisi keterangan pindah WP dan atau pengusaha kena pajak kekantor pajak baru lainnya.
Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai pengusaha kena
pajak maka :
1. Kantor pelayanan pajak lama menerbitkan paling lama pada hari kerja berikutnya
setelah menerima surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap dari
pengusaha kena pajak, atau pemberitahuan adanya surat pernyataan surat pelayanan
pindah dari kantor pelayanan pajak baru.
2. Kantor pelayanan pajak baru menerbitkan surat pengukuhan pengusaha kena pajak
dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan NPWP dan surat keterangan paling lama 3
hari setelah menerima surat pindah.
3. Kantor pelayanan pajak lama menerbitkan surat pencabutan pengukuhan pengusaha
kena pajak berdasarkan surat yang diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak baru.
Kantor pelayanan pajak lama harus mengirim berkas yang bersangkutan ke kantor
pelayanan pajak baru yang isinya antara lain:
1. Jumlah tunggakan pajak yang masih harus di tagih;
2. Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak;
3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan WP atau
pengusaha kena pajak yang belum diselesaikan.
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak apabila:
1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan atau ahli warisnya apabila
WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjktif dan atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. WP badan di likuidasi karena menghentian atau penggabungan usaha;
3. WP bentuk usaha tetap menghentikan usahanya di Indonesia;
4. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral Pajak untuk menghapuskan NPWP;
5. Direktur Jendral Pajak setelah melakukan harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 bulan untuk WP orang
pribadi, atau 12 bulan untuk WP badan;
6. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan WP dapat melakukan
pencabutan pengukuhan PKP.
Hak dan Kewajiban WP
Hak WP
Hak-hak WP yang diatur dalam UU Perpajakan adalah:
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus
Hak ini merupakan konsekuensi logis dari sistem self assessment yang mewajibkan
WP untuk menghitung dan membayar pajaknya sendiri.
2. Hak untuk membetulkan surat pemberitahuan (SPP)
Pembetulan SPT dapat dilakukan dengan syarat belum melampaui jangka waktu 2
tahun sesudah berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak dan fiskus belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT
Penundaan penyampaian SPT disertai alasan-alasan tertulis kemudian disampaikan
ke Dirjen Pajak sebelum jatuh tempo.
4. Hak untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak.
Permohonan penundaan / pengangsuran pembayaran pajak kepada Dirjen Pajak
secara tertulis tidak menghilangkan sanksi bunga.
5. Hak untuk memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
Setelah melalui proses pemeriksaan, akan diterbitkan Surat Kelebihan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB).
6. Hak untuk mengajukan keberatan dan banding
WP yang merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang telah diterbitkan, dapat
mengajukan keberatan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di mana WP
terdaftar, apabila WP tidak puas dengan keputusan yang ditetapkan dapat
mengajukan banding ke pengadilan Pajak.
Kewajiban WP
Kewajiban WP diatur dalam UU perpajakan adalah:
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri
WP wajib mendaftarkan diri kepada Direktorat Jenderal Pajak.
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan SPT
Mengisi SPT dalam Bahasa Indonesia serta menyampaikannya ke kantor pajak
tempat WP terdaftar.
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
Melalui kantor pos atau tempat pembayaran lainnya yang ditetapkan Menteri
Keuangan.
4. Kewajiban membuat pembukuan dan atau pencatataan
Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan wajib pajak badan di Indonesia diwajibkan membuat pembukuan (pasal
28 ayat 1) sedangkan pencatatan di perbolehkan menghitung penghasilan netto
dengan menggunakan norma penghasilan neto dan wajib pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Terhadap WP yang di periksa harus menaati ketentuan dalam rangka pemeriksaan
pajak.