Anda di halaman 1dari 54

Tumor Ganas Tonsil

(Non Hodgkin Limfoma

Anatomi orofaring

Faring dibagi menjadi 3 bagian utama: nasofaring, orofaring dan hipofaring. Sepertiga bagian atas
atau nasofaring adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali palatum mole
bagian bawah. Bagian tengah faring disebut orofaring meluas dari batas bawah palatum mole
sampai permukaan lingual epiglotis. Pada bagian ini termasuk tonsil palatina dengan arkusnya dan
tonsil lingualis yang terletak pada dasar lidah. Bagian bawah faring, dikenal dengan hipofaring atau
laringofaring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas yang terpisah dari saluran pencernaan

bagian atas.

Orofaring termasuk cincin jaringan limfoid yang sirkumferensial disebut cincin Waldeyer. Orofaring
terletak di belakang kavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir atas epiglotis.
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fossa
tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.

Anatomi Faring
Bagian atas atau atap dibentuk oleh permukaan bawah palatu
m
molle dan isthmus pharyngeus. Kumpulan kecil jaringan limfoid
terdapat di dalam submukosa permukaan bawah palatum moll
e.
Dasar atau bagian bawah dibentuk oleh sepertiga posterior lidah
berbentuk irreguler yang disebabkan oleh jaringan limfoid di
bawahnya yang disebut tonsila lingual. Membran mukosa melipat
dari lidah menuju ke epiglotis. Pada garis tengah terdapat elevasi

yang disebut plika glossoepiglotika mediana dan dua plik


a
glossoepiglotika lateralis.

Dinding anterior terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus orofaring


(isthmus faucium), di bawah isthmus ini terdapat pars faringeus lingua. Dinding
posterior disokong oleh corpus vertebra cervikalis kedua dan bagian atas
corpus vertebra cervikalis ketiga. Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus
palatoglossus dan arcus palatofaringeus dengan tonsila palatina diantaranya.

Fossa tonsilaris adalah sebuah recessus berbentuk segitiga pada dinding lateral
orofaring di antara arcus palatoglossus di depan dan arcus palatofaringeus di
belakang. Fossa ini ditempati oleh tonsil palatina.

Fossa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas-batasnya
adalah:

- Lateral : Muskulus konstriktor faring sperior


- Superior

: Fossa supra tonsil

Anatomi tonsil
Tonsil adalah mass yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. Tonsil disusun oleh jaringan limfoid yang diliputi oleh
epitel skuamosa yang berisi beberapa kripta. Cincin Waldeyer merupakan jaringan
limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri :
Tonsila Faringeal (Adenoid)
Tonsil Palatina (Fausial)
Tonsil Lingual
Tonsila Tuba
Tonsil Faringeal (adenid), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil palatina (tonsil

faucial), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / Gerlachs Tonsil
)
membentuk cincin jaringan limfoid yang dikenal dengan nama cincin Waldeyer.

Anatomi Tonsil

Tonsil palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada dinding lateral orofaring
di dalam fossa tonsilaris. Pada kutub ataas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang
merupakan sisa kantong faring kedua. Permukaan medial tonsil palatina bentuknya beraneka ragam
dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Tiap tonsil ditutupi membran mukosa dassun
permukaan medialnya yang bebas menonjol kedalam faring. Pada bagian atas permukaan medial
tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil dalam. Permukaan lateral tonsilla yang melekat pada fascia
faring ditutupi selapis jaringan fibrosa yang disebut Capsula Tonsilla Palatina, terletak berdekatan
dengan tonsilla lingualis. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan
diseksi pada tonsilektomi. Tonsila mencapai ukuran terbesarnya pada masa anak-anak, tetapi
sesudah pubertas akan mengecil dengan jelas. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa
yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, bakteri dan sisa makanan. Tonsil mendapat umaksila eksterna, arteri faring ascenden dan
arteri lingualis dorsal

Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah :

Anterior

: Arcus Palatoglossus

Posterior

: Arcus Palatopharingeus

Superior

: Palatum Mole

Inferior

: 1/3 posterior lidah

Medial

: Ruang orofaring

Lateral

: Kapsula dipisahkan oleh M. Contrictor pharingis superior

Tonsil faringeal adalah tonsil tunggal yang terdapat dibagian postero-superior


faring. Tonsilla faringeal (adenoid) adalah jaringan lomfoepitelial berbentuk
triangular yang terletak pada aspek posterior. Tonsil faringeal merupakan massa
limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang
terdapat pada tonsil palatina. Lous atau segmen tersebut tersusun teratur seperti
suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.

Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun
kemudian akan mengalami regresi. Tonsil faringeal berbatasan dengan kavum nasi
dan sinus paranasalis pada bagian anterior, kompleks tuba eustachius-telinga
tengah-kavum mastoid pada bagian lateral. Terbentuk sejak bulan ketiga hingga
ketujuh embriogenis. Adenoid telah menjadi tempat kolonisasi kuman sejak lahir.

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papill
a
sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus
tiroglossus. Tonsila lingualis mempunyai kripta-kripta kecil yang tidak terlalu
berlekuk-lekuk atau bercabang dibandingkan dengan tonsila palatina. Hal
yang sama pada adenoid, dan terdapat kripta yang kurang jelas atau

pembentukan celah dalam kumpulan limfoid lain dalam fosa Rosen muller
dan dinding faring.

Vaskularisasi tonsil

Vaskularisasi tonsil

Arteri yang mendarahi tonsila adalah a. Tonsilaris, sebuah cabang dari a.


Facialis. Vena-vena menembus m. Constrictor pharyngis superior dan bergabung
dengan v. Palatina externa, v. Pharyngealis, atau v. Facialis. Vaskularisasi tonsil
berasal dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu :

Arteri maksilaris eksterna (a. Facialis) dengan cabangnya a. Tonsilaris dan a.


Palatina asenden.

Arteri maksilaris interna dengan cabangnya a. Palatina desenden

Arteri lingualis dengan cabangnya a. Lingualis dorsal.

Arteri faringeal asenden.

Vaskularisasi Tonsil
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis

dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara


kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas
tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina
asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar M. Konstriktor
superior dan memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri
palatina

asenden,

mengirimkan

cabang-cabangnya

melalui

M.

Konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri faringeal asendren juga


memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar M. Konstriktor
superior. Arteri palatina desenden atau Lesser Palatine Aretery
memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan
membentuk anastomis dengan a. Palatina asenden. Aliran balik melalui

pleksus vena disekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal.

Aliran getah bening

Berdasarkan letaknya, kelenjar limfe di leher terdiri atas kelenjar preaurikular,


retroaurikular, submandibula, submental, juguler atas, juguler tengah, juguler
bawah, segitiga leher dorsal, dan suprakalavikula. Sistem aliran limfe leher
penting untuk dipelajari, karena hampir semua bentuk radang atau keganasan
kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar limfe regional.

Aliran getah bening dari daerah tonsil mengalir menuju rangkaian getah bening
servikal profunda (Deep Jugular Node) bagian superior di bawah otot
sternocleidomastoideus. Aliran getah bening selanjutnya menuju ke kelenjar
toraks dan pada akhirnya ke duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai
pembuluh getah bening eferen sedangkan pembuluh getanh bening eferen tidak

ada.

Aliran Getah Bening

Persyarafan tonsil
Innervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut
saraf trigeminus (N.V) melalui ganglion sphenoplatina dan
bagian bawah tonsil berasal dari saraf glossofaringeus (N.IX)
dan juga dari cabang desenden lesse palatine nerves

Persarafan Tonsil

Histologi tonsil

Secara mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen yaitu, jaringan ikat, jaringan
interfolikuler, dan jaringan germinativum. Jaringan ikat berupa trabekula yang
berfungsi sebagai penyokong tonsil. Jaringan germinativum terletak di bagian
tengah jaringan tonsil, merupakan sel induk pembentukan sel-sel limfoid. Pada
tonsilitis kronis terjadi infiltrasi limfosit ke epitel permukaan tonsil. Hiperplasia
dan pembentukan fibrosis dari jaringan ikat parenkim dan jaringan limfoid

mengakibatkan terjadinya hipertrofi tonsil.

Permukaan tonsila palatina ditutupi epitel berlapis gepeng, yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfonodus terletak di bawah jaringan ikat
dan tersebar sepanjang kriptus. Jaringan ikat fibroelastis terdapat di bawah tonsila
dan membentuk simpainya. Serat otot rangka membentuk lapisan di bawah
tonsila.

Histologi Tonsil Palatina

Kedua tonsil palatina terletak di dinding lateral faring. Dibawah epitel berlapis
gepeng, jaringan limfoid padat pada tonsil ini membentuk pita yang
mengandung nodul limfoid, umumnya dengan pusat germinal. Kriptus mungkin
terlihat sebagai bintik-bintik purulen pada tonsilitis. Jaringan limfoid
dipisahkan dari struktur dibawahnya oleh suatu pita jaringan ikat padat, yaitu
simpai tonsil. Simpai ini biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran
infeksi tonsil.

Tonsil faringeal adalah tonsil ini ditutupi oleh epitel bertingkat silindris bersilia
yang khas untuk epitel saluran pernafasan dan daerah epitel berlapis. Tonsil
faringeal terdiri atas lipatan mukosa dan mengandung jaringan limfoid difus
dan nodule. Hipertrofi tonsil faringeal akibat radang menahun disebut adenoid.

Tonsil lingual lebih kecil dan lebih banyak daripada


tonsil palatina atau tonsil faringeal. Tonsil ini terletak
didasar lidah dan ditutupi epitel berlapis gepeng.
Setiap tonsil lingual memiliki satu kriptus.

Fisiologi dan imunologi tonsil


Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan unt
uk

diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah di sensitisasi. Tonsi


l
mempunyai fungsi utama, yaitu:
Menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif.
Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma yang berasal
dari diferensiasi limfosit B dan sensitisasi sel limfosit dengan antigen
spesifik.
Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaks
i
seluler.
Mengadakan limfositosi dan limfositolisis.
Menangkap

dan

menghancurkan

benda-benda

asing

maupun

mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung.

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.


Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar.
Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel
plasma yang matang. Limfosit B proliferasi di pusat germinal
.
Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen,
interferon, lisozim da sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel
limfoid yang immuno reaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yait
u
epitel sel retikuler, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid
dan pusat germinal pada folikel limfoid.
Secara sistematis respon imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian
yaitu respon imun tahap I, redpon imun tahap II, dan migrasi limfosit.

Pada respon imun tahap I terjadi ketika antigen memasuki orofarin


g
mengenai kripta yang merupakan kompartemen tonsil pertama sebagai
barrier imunologis. Antigen dari luar kontak dengan permukaan tonsil
akan diikat dan dibawa sel mukosa (sel M), Antigen Presenting Cells
(APC), sel makrofag, dan sel dendrit yang terdapat pada tonsil ke sel Th
di sentrum germinativum. Kemudian sel Th akan melepaskan mediator
untuk merangsang pembentukan Limfosit B.

Respon imun tahap II terjadi setelah antigen melalui epotel


kripta dan mencapai daerah ekstrafolikuler atau folikel
limfoid. Adapun perjalan berikutnya berupa migrasi limfoid.
Perjalanan limfosit dari penelitian didapat bahwa migras
i

limfosit berlangsung terus menerus dari darah ke tonsil


melalui HEV (High Endothelial Venules) dan kembali ke
sirkulasi melalui limfe.

Pemeriksaan tonsil
Pemeriksaan faring terbatas pada inspeksi. Untuk melihat palatum dan
orofaring secara memadai, pemeriksa biasanya harus menekan lidang dengan
spatula lidah.
Inspeksi Tonsil

Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan lidahnya


dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Kadang-kadang membiarkan
lidah tetap berada didasar mulut akan membuatnya dapat dilihat dengan lebih
baik.

Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan sumber


cahaya ditangan kirinya atau dapat melalui head lamp.

Pemeriksa harus berhati-hati agar tidak menekan bibir bawah atau lidah
pada gigi dengan spatula lidah.

Jika spatula lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior lidah akan
membentuk gundukan, sehingga inspeksi menjadi sulit dan jika diletakkan
terlalu posterior maka akan timbul refleks muntah.

Jika persiapan telah selesai periksalah ukuran tonsil apakah ada pembesaran
pada tonsil yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau tumor. Pada infeksi
tonsil kronis kripta tonsil profunda mungkin mengandung debris seperti
keju. Apakah ada membran diatas tonsil? Membran ini berkaitan dengan

tonsilitis akut, mononukleosis infeksiosa atau difteri.

Klasifikasi Ukuran Tonsil


Derajat 0
Derajat 1 (normal)
Derajat 2
Derajat 3
Derajat 4

Tidak ada tonsil


Tonsil

berada

dibelakang

pilar

tonsilar (yaitu struktur lunak yang


menyokong palatum lunak)
Tonsil berada diantara pilar dan uvula
Tonsil menyentuh uvula
Satu

atau

kedua

tonsil

melebar

hingga ke garis tengah orofaring

Tumor ganas tonsil


(non-hodgkin limfoma)
Definisi tumor ganas tonsil (nonhodgkin limfoma)
Tumor tonsil adalah neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan
sel tubuh yang tidak semestinya pada daerah tonsil.
Tumor ganas tonsil atau yang lebih dikenal dengan kanker tonsil merupakan suatu

keganasan yang terdapat di salah satu dari tiga tipe tonsil pada tenggorokan.

Limfoma adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan jaringan limfatik
di organ lainnya.
Limfoma non - hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer limfosit
yang dapat berasal dari limfosit B , limfosit T, dan kadang berasal sel NK
(sangat jarang) yang berada dalam sistem limfe, yang sangat heterogen, baik
tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan maupun
prognosis.

Epidemiologi

Di negara maju , limfoma relatif jarang yaitu kira kira 2 % dari jumlah kanker yang ada. Akan
tetapi menurut laporan berbagai sentral patologi di indonesi, tumor ini merupakan terbanyak setelah
kanker serviks uteri, payudara dan kulit. Limfoma hodgkin sering terjadi pada usia 20 40 tahun
dan sesudah 50 tahun sedangkan limfoma non Hodgkin sering terjadi pada usia tua dengan
puncaknya usia diatas 60 tahun.

Keganasan pada tonsil adalah lebih dari 0,5 % dari keganasan baru di Amerika Serikat setiap tahun.
Lebih dari 8.000 karsinoma orofaringeal didiagnosis di Amerika Serikat setiap tahun. Angkatan
bersenjata institusi patologi (AFIP) registri 1945 1976 telah menentukan bahwa lebih dari 70
75% dari keganasan di daerah ini. Karsinoma sel skuamosa sekitar 3 4 kali lebih sering terjadi
pada pria diadingkan pada wanita, dan mereka sebagian besar tumor yang berkembang dalam lebih
dari dekade kelima atau diatas 50 tahun. Limfoma tonsil adalah keganasan yang paling sering kedua
didaerah ini. Lebih jarang keganasan lainnya termasuk tumor kelenjar ludah kecil dan lesi
metastasis.

Limfoma paling sering terjadi pada tonsil palatina, yang terletak dikedua
sisi tenggorokan, meskipun dapat juga terjadi pada tonsil faringeal, yang
berada dibelakang rongga hidung atau tonsil lingual, yang pada bagian
belakang rongga hidung atau di tonsil lingual, yang pada bagian
belakang lidah. Laki laki lebih sering dari perempuan yang di

diagnosis dengan kanker amandel. Penggunaan berat nikotin da


n
alkohol meningkatkan resiko terkena kanker tonsil. Kebanyakan
tumor/kanker tonsil adalah karsinoma sel skuamosa yang munc
ul
dijaringan pada lapisan di mulut. Walaupun itu dapat kemungkinan
untuk limfoma (tipe kanker sistem imun) untuk berkembang di tonsil.
(9,10)

Klasifikasi tumor tonsil


1. Tumor jinak tonsil
2. Tumor ganas tonsil

Tumor jinak tonsil


1. Kista tonsil
Kista epitel tonsil merupakan jenis yang cukup sering. Permukaanya berkilau,
halus dan berwarna putih atau kekuningan. Kista ini memberikan gejala apapun,
akan tetapi kista yang lebih besar akan menyebabkan suatu benjolan
ditenggorokan dan mungin perlu dioperasi.
2. Papiloma tonsil
Papiloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula, tonsil
atau pilar. Tampak massa bergranular yang timbul dari pilar anterior pada bagian
posteriornya.
3. Polip tonsil
Polip tonsil tersebut menunjukkan gambaran polip pada pemeriksaan histologi.

Kista Tonsil

Papiloma Tonsil

Tumor ganas tonsil


1.

Karsinoma tonsil
Karsinoma tonsil adalah karsinoma yang mengenai daerah tonsil.
Karsinoma tonsil adalah keganasan kepala dan leher kedua yang sering
dijumpai setelah karsinoma laring di Amerika Serikat.

2. Limfoma tonsil
Limfoma adalah suatu proliferasi neoplastik klonal pada sel sel
limfoid yang berasal dari kelenjar getah bening atau jaringan limfoid
lainnya.

Karsinoma sel
skuamosa

Etiologi
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyeba
b
pastinya belum diketahui, tetapi dikaitkan denga virus khususnya epstein
barr virus.
Faktor resiko lainnya dari kanker tonsil adalah :

AIDS dan penyakit sistem imun

Salah satu atau semua anggota keluarga yang memiliki riwayat


kanker orofaring oral

Mengunyah Betalnu (populasi orang indian)

Higienisasi mulut yang kurang

Plak prekanker (area merah atau putih dari fimitation pada mulut).

Klasifikasi limfoma
1. Berdasarkan histopatologi mikroskopis dari kelenjar limfe yang
terlibat. Dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
a. Limfoma Hodgkin
1. limfosit predominan

2. sklerosis nodular
3. sel sel campur
4. pengurangan limfosit.
b. Limfoma Non Hodgkin.
Klasifikasi limfoma non-Hodgkin berdasarkan kriteria morfologi dan

sifat progresivitas biologik, digunakan formulasi kerja terhadap limfom


a
non Hodgkin (Working Formulation), yaitu :
Keganasan rendah : Limfoma jenis sel kecil, limfoma jenis predominan
sel belah kecil folikular, limfoma jenis campuran sel besar dan sel belah
kecil folikular
Keganasan sedang : Limfoma jenis sel besar folikular, limfoma jen
is
predominan sel belah kecil difus, limfoma jenis campuran sel besar dan
sel belah kecil difus, limfoma jenis sel besar difus.
Keganasan tinggi : Limfoma jenis imunoblastik, limfoma jenis
limfoblastik (inti berkelok kelok atau tidak berkelok), limfoma jenis
sel kecil tak belah (Burkitt atau non Burkitt).

Kalsifikasi stadium limfoma oleh


Ann Arborr yang telah
dimodifikasi oleh Ostwell
Stadium 1 : mengenai daerah kelenjar getah bening tunggal (I) atau
mengenai organ atau daerah ekstralimfatik tunggal (IE).

Stadium 2 : terkenanya dua atau lebih kelenjar getah bening (jumlah


disebutkan) pada sisi diafrgama yang sama (II) atau terkenanya
organ ekstralimfatik lokal atau lebih kelenjar getah bening terletak
pada sisi diafragma yang sama (IIE).
Stadium 3 : terkenanya daerah kelenjar getah bening pada kedua sisi

diafragma (III), dengan terkenanya limpa (IIIS) atau keduanya (IIIE + S)

Stadium 4 : terkenanya satu atau lebih organ ekstralimfatik yang difus


atau tersebar atau jaringan dengan atau tersebar atau jaringan dengan
atau tanpa disertai pemebesaran kelenjar getah bening.

Histopatologi
Limfoma hodgkin
Sediaan menunjukkan kelenjar getah bening dengan arsitektur tidak
teratur. Ciri khasnya adalah dengan ditemukannya sel datia reed stenberg,
meskipun terkadang tidak dijumpai. Sel lain yang juga merupakan ci
ri
khas dalah sel lakunar (menyerupai sel datia reed stenberg, tetapi lebih
kecil) dan sel mononuklear hodgkin. Sel reed stenberg mempunyai
gambaran khas, tampak besar dengan 2 inti yang saling berhadapan atau
disebut mirror image, karena letak keduainti sel seperti bayangan objek
pada cermin. Kadang kadang ditemukan sel tumor yang dikelilingi oleh

zona halo dan nukleolus yang jelas sehingga dinamakan owl eye.

Limfoma Non Hodgkin


Tampak jaringan kelenjar limfe dengan arsitektur sudah tidak teratu

r,
menghilang dan sebagai besar sudah diganti oleh sel ganas yang
bentuknya lebih besar dan sel limfosit. Inti sel tampak hiperkromatik,
pleomorfik dengan nukleoli nyata. Mitosis bisanya terlihat jelas.

Patologi
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada
ndusel sel tubuh manusia, termasuk sel sel limfoid yang dapat
menginduksi terjadinya keganasan. Gen gen tersebut adalah protoonkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang

berperan dalam perbaikan DNA.


Proto onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi gen ini dapat bermutasi menjadi onkogen
yang produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik
Gen supresor tumor yang produknya dapat menekan proliferasi sel
(antionkogen). Normalnya kedua gen ini bekerja secara sinergis
sehingga proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi
aktivasi proto onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi gen
supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan prolferasi tanpa
henti.
Gen yang mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian
yang terpogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi

termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi maka sel
sel yang sudah tua dan seharusanya sudah mati menjadi tetap hidup
dan dapat menjalankan fungsi regenerasinya. Sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan.
Gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki
kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi gen normal
menjadi sel kanker.

Gejala klinis
Gejala utama dari kanker tonsil adalah :
Nyeri tenggorokan dan nyeri menjalar dari kanker tonsil sampai ke telinga.
Sakit pada mulut yang tidak sembuh sembuh merupakan gejala dari kanker tonsil
juga.
Menurut jurnal of pediatric othorinolaringology gejala klinis dari kanker tonsil

adalah :
Perdarahan
Susah mengunyah
Susah berbicara
Sakit yang menjalar ke telinga
Sakit pada wajah, mata dan pergerakan rahang serta bengkak pada kelenjar limfe di
leher. Limfoma ini dapat terjadi fokal atau di berbagai area.

Diagnosis

Anamnesa
Gangguan menelan yaitu adanya rasa tidak enak, sakit, atau perasaan
menusuk, kadang ada darah dalam saliva.
Nyeri menjalar pada telinga (othalgia) karena nyeri alih (refered pain)
unilateral tapi bisa juga bilateral merasa seperti ada benda asing,

Rasa nyeri di lidah dan gangguan gerakan lidah.


Anamnesa lanjutnya
trismus
hipersalivasi
foetor ex ore.
Sedangkan untuk keluhan umum untuk limfoma non hodgkin
adalah pembengkakan kelenjar getah bening. Pada limfoma non
hodgkin dapat tumbuh kelompok kelnjar getah bening lain, misalnya
pada traktus digestivus, atau pada organ organ parenkim. Demam,
keringat malam, berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui

penyebabnya, nafsu makan menurun, kadang kadang disertai sesak


nafas. Pola perluasan pada limfoma non hodgkin tidak sistematis dan
relatif lebih cepat bermetastasis ke tempat jauh.

Diagnosa banding
1.

Tonsilitis
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil yang disebakan
oleh bakteri atau virus. Prosesnya bisa akut atau kronis.

2.

Abses peritonsil (quinsi)

Abses peritonsil adalah penimbunan nanah di daerah


sekitar tonsil. Sebagai kompilkasi dari tonsilitis akut.

Penatalaksanaan
1. Radioterapi
2. Pembedahan
3. Kemoterapi
4. Imunoterapi
Radioterapi
Pada tumor primer pada daerah leher umumnya merupakan pilihan pert
ama.
Tergantung pada stadium tumor, radioterapi di kombinasikan dengan kemoter
api,

hasilnya cukup baik. Terutama pada karsinoma dengan stroma yang kaya limfosit.
(dibandingkan dengan karsinoma nasofaring) gejala sampingan pada radioterapi tida
k
ringan, mukositis akut akibat penyinaran yang pada umumnya hampir selalu secar
a
spontan menghilang dapat menjadi begitu gawat, sehingga diperlukan makanan buat
an
sementara. Dengan dimatikannya kelenjar kelenjar dan liur yang berada didaerah
penyinaran, keluhan mulut kering (serostomi) tetap ada.
Beberapa jenis radioterapi yang tersedia untuk mengobati limfoma seperti
radioimunoterapi dan radio isotop. Radio imunoterapi mengguanakn antibodi mono
klonal seperti CD 20 dan CD 22. Sedangkan radio isotop mengunakan 131 iodin atau 90
Ytrium.

Pembedahan

Berupa reseksi tumor dengan mengambil batas jaringan sehat dan luas (1,5
cm). Ditempat reseksi timbul luka cacat yang luas yang umumnya tidak dapat
ditutup secara primer, oleh karena itu digunakanlah jaringan lain untuk menutup
luka cacatnya. Untuk itu di pakai kulit yang diberi tangkai pembuluh darah atau
dari potongan kulit berotot. ( Misalnya, potongan miokutan dari musculus
pectoralis major demikianlah tindakan bedah dengan akibat fungsional dan
kosmetik yang besar, namun sekarang dalam banyak kasus dapat diperoleh hasil
kosmetik dan fungsional yang cukup memuaskan.

Kemoterapi
Kemoterapi melalui pemberian obat (bisa oral ataupun injeksi) berguna
untuk membunuh sel kanker dapat menyusutkan tumor yang merupakan suatu
prioritas dari tndakan pembedahan. Kemoterapi biasanya menggunakan 2 jenis
pengobatan, yaitu : lima flurorasil dan cisplatin dengan mengkonsumsi obat

kombinasi , hasil pengobatannya menjadi lebih baik dibandingkan dosis


tunggal.

Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah interferon , dimana
interferonnya berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun
akibat pemberiaan kemoterapi. Untuk limfoma indolen (tingkat keganasan
rendah) stadium I-II umumnya diradioterapi, bila sebelum radioterapi
diberikan

kemoterapi

dengan

formula

FND

kemungkinan

dapat

meningkatnya masa survival bebas penyakit jangka panjang. Pasien dengan


stadium IIIB-IV berdasarkan ukuran tumor, ada tidaknya tanda desakan,
gejala sistemik, laju progresi tumor dan faktor lain secara terpi
sah
dilakukan observasi, kemoterapi obat tunggal, kemoterapi kombinasi atau

perpaduan kemo/radioterapi.

Terhadap lesi yang tidak besar, tanpa tanda desakan dan progresi sangat
lambat, dapat dilakukan observasi. Bila terdapat gejala, umumnya
dianjurkan kemoterapi obat tunggal seperti klorambusil, siklofosfamid,
fludarabin). Bila efektivitas kemoterapi obat tunggal kurang baik dan
gejala mempengaruhi secara nyata kualitas hidup pasien, dapat
dikemoterapi kombinasi dengan formula FND, CVP, CHOP.

Komplikasi
Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
limfoma maligna, yaitu :
1. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri

Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat


berubapa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung,
kelainan pada paru paru, sindroma vena cava superior, kompre
si
pada spinal cord, kelainan neurologi, obstruksi hingga perdarahan
pada traktus gastrointestinal, nyeri dan leukositosis jika penyakit
sudah memasuki tahap leukimia.
2. Komplikasi karena penggunaaan kemoterapi.
Komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa
pansitopenia, mual dan muntah, infeksi, kelelahan, neuropati,
dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung akibat

penggunaan doksorubisin, kanker sekunder dan sindrom lisis


tumor.

Prognosis limfoma tonsil


Survival rate selama 5 tahun pada pengobatan karsinoma tonsil berdasark
an
stagging tumor yaitu : stage I : 80%, Stage II : 70%, Stage III : 40%, Stage IV : 30 %,
Untuk limfoma non-Hodgkin , faktor yang mempengaruhi prognosisnya antara lain :
1. Usia > 60 tahun
2. Ann arbor stage (III-IV)
3. Hemoglobin <12 g/dl
4. Jumlah area limfonodi yang terkena >4
5. Serum LDH meningkat
Dikelompokkan menadi tiga kelompok resiko , yaitu resiko rendah

( memiliki

0 1 faktor di atas ), resiko menengah ( memiliki 2 faktor di atas ) , dan resiko buruk
(memiliki 3 atau lebih faktor diatas ).

KESIMPULAN
Tumor tonsil adalah neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak
semestinya pada daerah tonsil. Tumor tonsil dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu tumor tonsil jinak
dan tumor tonsil ganas. Keganasan pada tonsil dapat diklasifikasikan menurut jaringan asal yaitu : epitel ,
kelenjar atau limfoid. Keganasan yang mengenai limfoid disebut limfoma. Limfoma maliga adal
ah
sekelompok neoplasma maligna /ganas yang muncul dalam kelenjar limfe atau jaringn limfoid ekstranodal
yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel sel jaringan limfiosoid (limfosit, histiosit dengan sel
sel dan derivatnya). Limfoma merupakan jenis yang paling umum kedua pada keganasan tonsil.
Gejala utama dari kanker tonsil adalah nyeri tenggorokan dan nyeri menjalar dari kanker tonsil sampai
ke telinga. Gejala lainnya adalah pembesaran pada tonsil yang biasanya unilateral, sakit dan susah menelan,
merasa ada benda asing ditenggorokan, nyeri di lidah dan gangguan gerakan lidah dan susah membuka
mulut.
Pada prinsipnya dalam menegakkan diagnosis dibutuhkan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik

yang tepat dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Penatalaksanaan limfoma non-hodgkin adalah
radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bellenger, Jacob; John et al. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala


dan Leher Jilid I. 2000. Jakarta : Binarupa Akasara Publisher
2. Adam, George;dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi ke- 6. 1997. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Soepardi, Efiati; Arsyad ; dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher, Edisi ke-6. 2007. Jakarta : FKUI
4. W. Desen. Tumor Kepala dan leher. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi II. 2007.
Jakarta : Balai penerbit FKUI
5. Velde, Van de; Bosman; Wagener. Gangguan Maligna Sistem Limfatik Dalam :

Onkologi, Edisi ke-5. 1999. Yogyakarta : Panitia Kanker RSUP Dr. Sardjito.

6. Metha, Atul, B; Hoffbrand, A Victor. Limfoma Hodgkin, Limfoma nonHodgkin. At a Glance Hematologi, Edisi ke-2. 2006. Jakarta : Erlangga
7. Snell, Richard S. Aliran limfe Kepala dan Leher. Buku Anatomi Klinik
Edisi IV. 2006. Jakarta: EGC
8. Snell, Richard S. Anatomi Pharyng. Buku Anatomi Klinik Edisi IV.
2006. Jakarta : EGC
9. Tumor Tonsil (Internet). 2013 ; diunduh 19 Juni 2014. Sumber :
http://www./doc/165203486/Isi-Refarat-Tumor-Tonsil.Pdf.html
10.Case Tumor Tonsil [internet] ; diunduh 19 Juni 2014. Sumber :
http://www./doc//139713667/ case Tumor Tonsil . pdf. Html

11.Vinjamara, S et al, non Hodgkin Lympoma. Essentia / innovis Health


Cancer Center. www. Emedicine. Medscape. Com [Accessed : 10 Mei
2014]
12.Francisco J et al, Follicular Lympoma (non- Hodgkin Lympoma) staging.
Essentia Innovis Health Cancer Center. www. Emedicine. Medscape.com
[Accessed : 10 Mei 2014]
13.Irwan, Ghanie, Abla; dkk. Atlas berwarna teknik pemeriksaan kelaianan
telinga hidung tenggorokan. 2000. Jakarta : EGC
14.Eroshenko, P; Victor. Atlas Histologi de Fiore dengan korelasi fungsional
edisi 9 (de Fiores Atlas Histology with Functional Correlations Edition
9yh). 2003. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai