Laporan Kasus TB
Laporan Kasus TB
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis
B. BIOMOLEKULER MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
1. Morfologi dan struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 m. Dinding
Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi ( 60% )
. penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
( complex waves ), terhalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat adalah asam lemak berantai panjang
( C60C90 ) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan
peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding bakteri
tersebut adalah polisakarida. Stuktur dinding bakteri yng kompleks tersebut menyebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan
tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid,
polisakarida dan protein.
2. Biomolekuler
Genom Mycobacterium tuberculosis mempunyai kandungan Guanin ( G ) dan
Cytosine ( C ) terbanyak.
C. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Orgnization ( WHO ) telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai Global Emergency .
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta kasus dengan hasil BTA ( Basil Tahan Asam ) positif.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia,
namun bila dilihat dari jumlah penduduk dunia maka terdapat 182 kasus per 100.000
1
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 kasus per
100.000 penduduk.
Tabel 1. Perkiraan insidens TB dan angka mortalitas, 2002
Pembagian
Semua
Sputum
Semua
Sputum
Jumlah
Per
positif
kasus (%)
positif
(ribu)
100.000
Afrika
2543 (26)
Amerika
370 (4)
Mediteranian 622 (7)
1000
165
279
350
43
124
149
19
55
556
53
143
penduduk
83
6
28
Timur
Eropa
Asia
472 (5)
2890 (33)
211
1294
54
182
24
81
73
625
8
39
Tenggara
Pasifik Barat
Global
2090 (24)
8797
939
2887
122
141
55
63
373
1823
22
29
(100)
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat
TB. Di Indonesia Tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia.
D. PATOGENESIS
Kuman Myccobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
dengan sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah beningdi hilus ( limfadenitis regional ). Afek primer bersama-sama
dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami nasib salah satu dari yang berikut ini :
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus
ganbaran tuberculosis
aktif
iii. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
i. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
Myccobacterium tuberculosis positif
2. Berdasarkan tipe pasien ( riwayat pengobatan sebelumnya )
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh ( relaps ) adalah pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh, atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
c. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan
1 bulan dan tidak mengambil obat bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai
d. Kasus gagal adalah pasien BTA positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 ( satu bulan sebelum akhir pengobatan ) atau akhir pengobatan
e. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negative ( biakan juga negatif bila ada ) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau foto
serial menunjukkkan gambaran yang tetap.
F. DIAGNOSIS
1. Gejala TB
a. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 ( tiga) minggu atau lebih
b. Gejala tambahab yang sering dijumpai :
Oleh sebab itu setiap orang yang datang dengan gejala tersebut diatas harus dianggap sebagai
4
seorang Suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TBC dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2. Penemuan Penderita Tuberkulosis ( TB )
a) Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa
Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka
penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.
Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
penderita cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding ( penemuan
penderita secara pasif dengan promosi yang aktif ). Selain itu semua kontak penderita TBC
Paru BTA positif dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan
diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah
penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Semua tersangkas penderita harus
diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi sewaktu
( SPS ).
b) Penemuan penderita tuberkulosis pada anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit sebagian besar
diagnosis tiberkulosis anak didasarkan atas gambar klinis gambar radiologis dan uji
tuberkulin.
3. Diagnosis TB
Diagnosis tuberkulosis pada orang Dewasa
Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BAT hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC,
maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rantgen tidak
mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangi dan apabila fasilitas memungkinkan
maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.
Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas
( misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin ) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan
namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS.
Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif
5
Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk
rontgen positif
Bila hasil rantgen tidak di dukung TBC penderita tersebut bukan TBC yang tidak
memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.
G. PENGOBATAN
1. Tujuan
Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan
Menurunkan tingkat penularan
2. Prinsip pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister)
dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Aapabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin kepatuhan penderita
menelan obot , pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO )
3. Jenis dan dosis OAT
a) Isoniazid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan
5 mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis
10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant ( persister ) yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian
maupun intermiten 3 kal seminggu.
c) Pirazinamid ( Z )
6
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3
kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai
60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
e) Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan :
Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin . Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalamkurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif
menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum dalam jangka
waktu yang lebih lama, pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister ( dormant ) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
2HRZE / 4 H3R3
2HRZE / 4 HR
2HrZE / 6 HE
7
Kategori 2:
-
Kategori 3:
-
2HRZ / 4H3R3
2 HRZ / 4 HR
2HRZ / 6 HE
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZ ) diteruskan
dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu ( 4H3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
-
Seseorang yang dikenal , dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun
penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita seseorang yang
tinggal dekat dengan penderita
Bersedia membantu penderita dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita
Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur
Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada waktu waktu
Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping
tersebut.
10
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama / Kelamin / Umur
: Murajat / Laki-laki / 58 tahun
b. Pekerjaan / Pendidikan
: Tidak bekerja / Tamat SMA
c. Alamat
: Perum Sakinah Blok D 11 Lubuk Buaya
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan keluarga
a. Status perkawinan
: Menikah
b. Jumlah anak
: 4 orang
c. Status ekonomi keluarga
: Mampu
d. KB
:e. Kondisi rumah
:
Rumah permanen, RSS tipe 36, memiliki 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi.
Listrik ada, televisi ada
Sumber air : PDAM
Ventilasi dan pencahayaan cukup.
Sampah dibuang di bak penampungan sampah
Jumlah penghuni : 6 orang ( pasien, istri pasien, 4 anak)
Kesan : hygiene dan sanitasi baik.
f. Kondisi lingkungan keluarga :
Tinggal di komplek perumahan
Jarak rumah dengan rumah tetangga berdekatan, hanya dibatasi dinding.
Pekarangan tidak luas berukuran 3 x 3 meter.
3. Aspek Psikologis di Keluarga
:
Pasien tidak bekerja lagi. Saat ini dia hanya membantu istrinya yang berjualan
13