Anda di halaman 1dari 13

TUBERKULOSIS

A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis
B. BIOMOLEKULER MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
1. Morfologi dan struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 m. Dinding
Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi ( 60% )
. penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
( complex waves ), terhalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat adalah asam lemak berantai panjang
( C60C90 ) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan
peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding bakteri
tersebut adalah polisakarida. Stuktur dinding bakteri yng kompleks tersebut menyebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan
tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid,
polisakarida dan protein.
2. Biomolekuler
Genom Mycobacterium tuberculosis mempunyai kandungan Guanin ( G ) dan
Cytosine ( C ) terbanyak.
C. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Orgnization ( WHO ) telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai Global Emergency .
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta kasus dengan hasil BTA ( Basil Tahan Asam ) positif.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia,
namun bila dilihat dari jumlah penduduk dunia maka terdapat 182 kasus per 100.000
1

penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 kasus per
100.000 penduduk.
Tabel 1. Perkiraan insidens TB dan angka mortalitas, 2002
Pembagian

Semua

daerah WHO kasus (%)

Sputum

Semua

Sputum

Jumlah

Per

positif

kasus (%)

positif

(ribu)

100.000

Afrika
2543 (26)
Amerika
370 (4)
Mediteranian 622 (7)

1000
165
279

350
43
124

149
19
55

556
53
143

penduduk
83
6
28

Timur
Eropa
Asia

472 (5)
2890 (33)

211
1294

54
182

24
81

73
625

8
39

Tenggara
Pasifik Barat
Global

2090 (24)
8797

939
2887

122
141

55
63

373
1823

22
29

(100)
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat
TB. Di Indonesia Tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia.
D. PATOGENESIS
Kuman Myccobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
dengan sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah beningdi hilus ( limfadenitis regional ). Afek primer bersama-sama
dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami nasib salah satu dari yang berikut ini :

Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus

Menyebar dengan cara :


2

o Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya


o Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan atau paru yang
disebelahnya atau tertelan
o Penyebaran secara hematogen dan limfogen, penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh spontan, tapin bila daya tahan tubuh menurun penyebaran dapat
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberculosis milier, meningitis
tuberculosis. Penyebaran melalui hematogen dapat menyebabkan tuberculosis
pada organ yang diserang tersebut seperti tulang, ginjal
Semua kejadian diatas merupakan proses tuberculosis primer. Tuberculosis post
primer muncul setelah bertahun-tahun kemudian setelah tuberculosis primer, biasanya terjadi
pada umur 15-45 tahun. Bentuk tuberculosis inilah yang akan menyerbabkan masalah
kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan.
E. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan BTA sputum
a. Tuberkulosis paru BTA ( + ) adalah :
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
ii. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif dan kelainan radiologi menunjukkan

ganbaran tuberculosis

aktif
iii. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
i. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
Myccobacterium tuberculosis positif
2. Berdasarkan tipe pasien ( riwayat pengobatan sebelumnya )

a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh ( relaps ) adalah pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh, atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
c. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan
1 bulan dan tidak mengambil obat bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai
d. Kasus gagal adalah pasien BTA positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 ( satu bulan sebelum akhir pengobatan ) atau akhir pengobatan
e. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus bekas TB :

Hasil pemeriksaan BTA negative ( biakan juga negatif bila ada ) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau foto
serial menunjukkkan gambaran yang tetap.

Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan mendapat


pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto thorak ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.

F. DIAGNOSIS
1. Gejala TB
a. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 ( tiga) minggu atau lebih
b. Gejala tambahab yang sering dijumpai :

Dahak bercampur darah.


Batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri dada
Badan lemah nafsu makan menurun, berat badan turun rasa kurang enak badan
(malaise) berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan deman meriang lebih dari
sebulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis .

Oleh sebab itu setiap orang yang datang dengan gejala tersebut diatas harus dianggap sebagai
4

seorang Suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TBC dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2. Penemuan Penderita Tuberkulosis ( TB )
a) Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa
Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka
penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.
Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
penderita cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding ( penemuan
penderita secara pasif dengan promosi yang aktif ). Selain itu semua kontak penderita TBC
Paru BTA positif dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan
diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah
penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Semua tersangkas penderita harus
diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi sewaktu
( SPS ).
b) Penemuan penderita tuberkulosis pada anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit sebagian besar
diagnosis tiberkulosis anak didasarkan atas gambar klinis gambar radiologis dan uji
tuberkulin.
3. Diagnosis TB
Diagnosis tuberkulosis pada orang Dewasa
Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BAT hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC,
maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rantgen tidak
mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangi dan apabila fasilitas memungkinkan
maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.
Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas
( misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin ) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan
namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS.

Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif
5

Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk

mendukung diagnosis TBC


Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC BTA negatif

rontgen positif
Bila hasil rantgen tidak di dukung TBC penderita tersebut bukan TBC yang tidak
memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.

G. PENGOBATAN
1. Tujuan

Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan
Menurunkan tingkat penularan

2. Prinsip pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister)
dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Aapabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin kepatuhan penderita
menelan obot , pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO )
3. Jenis dan dosis OAT
a) Isoniazid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan
5 mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis
10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant ( persister ) yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian
maupun intermiten 3 kal seminggu.
c) Pirazinamid ( Z )
6

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3
kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai
60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
e) Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan :
Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin . Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalamkurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif
menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum dalam jangka
waktu yang lebih lama, pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister ( dormant ) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

4. Panduan OAT DI Indonesia


WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against Tuberculosis and lung Disease ) merekomendasikan paduan OAT Standar
Yaitu :
Kategori 1 :
-

2HRZE / 4 H3R3
2HRZE / 4 HR
2HrZE / 6 HE
7

Kategori 2:
-

2HRZES / HRZE /5H3R3E3


2HRZES / HRZE / 5HRE

Kategori 3:
-

2HRZ / 4H3R3
2 HRZ / 4 HR
2HRZ / 6 HE

Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT


Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan ( HRZE ). Paduan OAT
ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan untuk memudahkam pemberian
obat dan menjamin kelangsungan ( kontinuitas ) pengobatan sampai selesai satu (1) paket
untuk satu ( 1) penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), Pirasinamid ( Z) dan
Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ).
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan
Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
-

Penderita baru TBC Paru BTA Positif


Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat dan
Penderita TBC Ekstra Paru berat.

b) Kategori 2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 )


Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid
( H) , Rifampisin ( R), Pirasinamid ( Z ),dan Etambutol ( E) setiap hari . Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita
selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk :
-

Penderita kambuh ( relaps )


Penderita Gagal ( failure )
Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )

c) Kategori 3 ( 2HRZ / 4H3R3 )


8

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZ ) diteruskan
dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu ( 4H3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
-

Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan


Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe ( limfadenitis ) pleuritis
eksudativa unilateral TBC kulit , tb tulang ( kecuali tulang belakang ) sendi dan
kelenjar aderenal.

d) OAT sisipan ( HRZE )


Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau
penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih
BTA positif diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama 1 bulan
DOT-S
Penggunaan obat yang benar sesuai dengan jadwal (kepatuhan) sangat penting untuk
menghindari timbulnya jenis TB yang resistan. Agar meyakinkan kepatuhan, terutama pada
fase lanjutan setelah kita merasa sembuh, WHO menerapkan strategi DOT-S (Directly
Observed Therapy-Short course atau pengobatan dengan pengawasan langsung). Pengawasan
ini dilakukan oleh pengawas menelan obat atau PMO, yang bertugas untuk mendampingi
pasien dalam menjalani pengobatan sampai tuntas. PMO dapat anggota keluarga atau petugas
kesehatan yang mudah terjangkau oleh pasien TB.

Tujuan DOT-S adalah:


Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
Mencegah putus berobat
Mengatasi efek samping OAT
Mencegah timbulnya resistansi akibat ketidakpatuhan
Pengawasan Menelan Obat ( PMO )
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung. Untukmenjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang
PMO
a) Persyaratan PMO
9

Seseorang yang dikenal , dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun
penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita seseorang yang
tinggal dekat dengan penderita
Bersedia membantu penderita dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita

b) Siapa yang bisa jadi PMO


Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa , Perawat ,
Pekarya Sanitarian , juru imunisasi dll . Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan , PMO dapat berasal dari kader Kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau
tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
c) Tugas Seorang PMO

Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan
Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur
Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada waktu waktu

yang telah ditentukan.


Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang mempunyai
gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit
Pelayanan kesehatan.

d) Informasi penting yang perlu difahami PMO untuk disampaikan


1. TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan
2. TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur
3. Tata laksana pengobatan penderita pada Tahap intensif dan lanjutan
4. Pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu diawasi
5.

Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping
tersebut.

10

LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama / Kelamin / Umur
: Murajat / Laki-laki / 58 tahun
b. Pekerjaan / Pendidikan
: Tidak bekerja / Tamat SMA
c. Alamat
: Perum Sakinah Blok D 11 Lubuk Buaya
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan keluarga
a. Status perkawinan
: Menikah
b. Jumlah anak
: 4 orang
c. Status ekonomi keluarga
: Mampu
d. KB
:e. Kondisi rumah
:
Rumah permanen, RSS tipe 36, memiliki 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi.
Listrik ada, televisi ada
Sumber air : PDAM
Ventilasi dan pencahayaan cukup.
Sampah dibuang di bak penampungan sampah
Jumlah penghuni : 6 orang ( pasien, istri pasien, 4 anak)
Kesan : hygiene dan sanitasi baik.
f. Kondisi lingkungan keluarga :
Tinggal di komplek perumahan
Jarak rumah dengan rumah tetangga berdekatan, hanya dibatasi dinding.
Pekarangan tidak luas berukuran 3 x 3 meter.
3. Aspek Psikologis di Keluarga
:
Pasien tidak bekerja lagi. Saat ini dia hanya membantu istrinya yang berjualan

lontong tiap pagi di kedai dekat rumahnya


Anak pertama dan kedua pasien telah bekerja sebagai karyawan swasta dan turut

membantu membiayai kebutuhan rumah tangga keluarga


Anak ketiga tidak bekerja, dan anak keempat masih sekolah.
Hubungan dengan keluarga baik
Faktor stres dalam keluarga tidak ada
4. Keluhan Utama : Batuk sejak 1 bulan yang lalu
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Batuk sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul, berdahak (+), warna dahak putih, tidak
ada minum obat batuk sebelumnya
Keringat malam hilang timbul sejak 3 minggu yang lalu
Kehilangan nafsu makan sejak 1 bulan yang lalu
Penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir ada
Riwayat demam yang tidak diketahui penyebabnya ada, demam tidak tinggi, turunnaik
Sesak napas tidak ada
Riwayat badan terasa letih, lesu tidak ada
11

Buang air kecil sering terutama malam hari.


Cepat merasa haus disangkal
Buang air besar tak ada keluhan
6. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita batuk lama
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat sakit gula
8. Riwayat kebiasaan
Pasien adalah perokok sejak usia 15 tahun, dan berhenti merokok pada usia 50 tahun.
Merokok 1 bungkus per hari
9. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis cooperatif
Tekanan Darah
: 110/60 mmHg
Frekuensi Nadi
: 90 x / menit
Frekuensi Nafas
: 21 x / menit
Suhu
: afebris
Status Generalisata :
Kepala
: tak ditemukan kelainan
Mata
: konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
Leher
: KGB tidak membesar
Kelenjar thyroid tidak membesar
JVP 5-2 CmH2O
Thorax
: normochest
Pulmo
I
: simetris kiri dan kanan
Pa : fremitus kiri sama dengan kanan
Pe : sonor kiri sama kanan
Aus: vesikuler, ronchi (+) basah halus nyaring pada apeks paru kiri , wheezing
-/Cor
I
: iktus tidak terlihat
Pa : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : batas jantung normal
Aus : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen :
I : tak membuncit
Pa : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Pe : tympani
Aus: Bising Usus (+) normal
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Extremitas : edem -/reflex fisiologis +/+
12

reflex patologis -/10. Laboratorium


BTA sputum = +2
11. Diagnosis Keja
TB paru sinistra
Susp. DM baru dikenal
12. Diagnosis Banding
Bronkitis akut
13. Anjuran Pemeriksaan
Pemeriksaan darah rutin
Rontgen thoraks PA dan lateral
Pemeriksaan gula darah
14. Manajemen
a. Preventif
Jangan meludah (berdahak) sembarangan
Buang dahak pada wadah tertentu yang diberi minyak tanah untuk mematikan
kuman agar tidak menular ke orang lain
Buang dahak pada wadah kecil, lalu kubur di tanah
Buang dahak pada lubang kloset, lalu siram bersih dengan air
Tutup mulut jika batuk
b. Promotif
Hentikan kebiasaan merokok dan minta anggota keluarga lain untuk tidak
merokok di rumah
Buka semua jendela dan pintu tiap pagi agar pencahayaan ke rumah baik sehingga
kuman TB tidak berkembangbiak
c. Kuratif
Obat TB Kategori I
Fase Intensif (2 bulan) = 2RHZE (1 x 3 kaplet setiap hari)
Setiap kaplet (merah) mengandung :
Rifampicin 150 mg
Isoniazid 75 mg
Pyrazinamide 400 mg
Ethambuthol 275 mg
Fase Lanjutan (4 bulan) = 4 R3H3 (1x 3 kaplet setiap 3 x seminggu)
Setiap kaplet (kuning) mengandung :
Rifampicin 150 mg
Isoniazid 150 mg
d. Rehabilitatif
Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Olahraga teratur untuk meningkatkan daya tahan tubuh

13

Anda mungkin juga menyukai