Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi
Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi
NUR WIDIYASONO
12917214
2013
oleh 23 luka. 1 orang tabib yang cukup berpengalaman melaporkan bahwa hanya 1
luka fatal yang menyebabkankematian dari 2 luka yang ada. Antara 529 dan
564, Justinian Code ( Kitab Justinian ) dijadikan undang-undang hukum untuk
mengatur praktek dokter, pembedahan dan kebidanan, standard malpraktek, tanggung
jawab ahli medis, dan batas jumlah dokter yang ada di setiap kota dengan jelas
ditetapkan.
Sepanjang abad pertengahan medikolegal mengalami perkembangan untuk
masalah yang dilatarbelakangi masalah impotensi, sterilitas, kehamilan, aborsi,
penyimpangan seksual, keracunan, dan perceraian. Untuk kasus pembunuhan dan luka
perorangan, diserahkan pada prosedur investigasi tingkat lanjut.
Pada tahun 925 inggris mendirikan Office of Coroner ( kantorpemeriksa
mayat ). Kantor ini bertanggung jawab untuk memperkirakan sebab kematian yang
mencurigakan untuk membantu proses penyelidikan. Kontribusi Cina pada kedokteran
forensik tidak pernah muncul ke permukaan sampai pertengahan awal abad ke 13.
Nampaknya ilmu pengetahuan medikolegal diturunkan secara diam-diam dari generasi
ke generasi lainnya.
Xi Juan Lu (Pembersihan ketidak benaran ) pengaruhnya masih dikenal hingga
sekarang karena isinya yang sangat komprehensif, dan merupakan acuan untuk
melakukan prosedur-prosedur penanganan kematian yang tidak wajar secara detail, dan
menekankan pada langkah-langkah penting yang harus dilakukan dalam investigasi
secara teliti. Ditambah lagi, pada buku ini juga dicantumkan kesulitan-kesulitan
pemeriksaan akibat pembusukan, luka palsu, luka antemortem, luka postmortem, dan
cara membedakan antara jasad yang ditenggelamkan setelah dibunuh atau mati karena
tenggelam.
Pada setiap kasus wajib dilakukan pemeriksaan terhadap jasad walaupun keadaan
tubuhnya sudah membusuk. Pada akhir abad ke-15 Justinian code sudah
ditinggalkan dan hanya menjadi barang peninggalan bersejarah saja. Dan dimulailah era
baru ilmu kedokteran forensik Eropa yang diambil dari dua kitab hukum Jerman. Yaitu
pada tahun 1507 dari Bamberger code (Coda Bambergensis) dan pada tahun
1553 dari Caroline code ( Constitutio Criminalis Carolina).
Caroline code yang berdasarakan Bamberger code mengharuskan adanya
kesaksian dari ahli medis pada setiap persidangan kasus pembunuhan, keracunan, luka,
gantung diri, tenggelam pembunuhan terhadap bayi, aborsi dan setiap keadaan yang
disertai perlukaan pada manusia. Dari hasil itu semua negara-negara lainnya mulai
mempermasalahkan penilaian hukum yang masih dipengaruhi oleh tahayul seperti
Trial by Ordeal ( salah atau tidak bersalah ditentukan dengan cara menjalankan
siksaan, jika tidak terluka atau luka yang ada cepat sembuh dinyatakan tidak bersalah ).
Terjadilah perubahan undang-undang, khususnya di prancis. Dan isi dari
medikolegal diterbitkan di seluruh eropa. Buku yang perlu mendapatkan perhatian
khusus adalah buku dari Ambroise Pare (1575) yang membahas masalah
monstrous birth ,sakit palsu, dan metode-metode yang dipakai dalam menyiapkan
laporan medikolegal. Pada tahun 1602 informasi medikolegal semakin bertambah
hingga penerbit Fortunato Fidele menerbitkannya menjadi empat buah volume.
Bahkan sekitar tahun 1621 atau 1635 dokter pribadi dari Pauspaulus, Paul Zacchia
berkontribusi menambahkan pembahasan mengenai kematian sewaktu persalinan,
pemalsuan penyakit, kemiripan anak dan orang tuanya, keajaiban,
keperawanan,pemerkosaan, umur,impotensi, tahayul, moles pada seri Questiones
dikomunikasikan ke masyarakat luas dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik
ilmu) (Purwadianto 2000).
Dewasa ini dalam penyidikan suatu tindak kriminal merupakan suatu
keharusanmenerapkan pembuktian dan pemeriksaan bukti fisik secara ilmiah. Sehingga
diharapkan tujuan dari hukum acara pidana, yang menjadi landasan proses peradilan
pidana, dapat tercapai yaitumencari kebenaran materiil.
Tujuan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kehakiman No.M.01.PW.07.03
tahun 1983 yaitu:
untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati
kebanaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari
sutau perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana
secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang
dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan
apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah
orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
Adanya pembuktian ilmiah diharapkan polisi, jaksa, dan hakim tidaklah
mengandalkan pengakuan dari tersangka atau saksi hidup dalam penyidikan dan
menyelesaikan suatu perkara. Karena saksi hidup dapat berbohong atau disuruh
berbohong, maka dengan hanya berdasarkan keterangan saksi dimaksud, tidak dapat
dijamin tercapainya tujuan penegakan kebenaran dalamproses perkara pidana dimaksud.
Dalam pembuktian dan pemeriksaan secara ilmiah, kita mengenal istilah ilmu
forensik dan kriminologi.
Secara umum ilmu forensik dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan
ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan
keadilan Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu
kedokteran yangmemanfaatkan ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum
dan pemecahan masalah masalah di bidang hukum. Memang pada mulanya ilmu
kedokteran forensik hanya diperuntukan bagi kepentingan peradilan, namun dalam
perkembangannya juga dimanfaatkan dibidang bidang yang bukan untuk peradilan.
Ruang lingkup kedokteran forensik berkembang dari waktu ke waktu. Dari semula
hanyapada kematian korban kejahatan, kematian tak diharapkan/ tak diduga, mayat tak
dikenal, hinggapara korban kejahatan yang masih hidup, atau bahkan kerangka, jaringan,
dan bahan biologisyang diduga berasal dari manusia. Jenis perkaranya pun meluas dari
pembunuhan,penganiayaan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, child
abuse and neglect, perselisihan pada perceraian, anak yang mencari ayah (paternity
testing), hingga kepelangggaran hak asasi manusia.
Apabila Ilmu Kedokteran Forensik yang digunakan utuk menangani korban mati
disebut sebagai patologi forensik, maka yang menangani korban hidup ataupun
tersangka pelaku disebut sebagai kedokteran forensik klinik (clinical forensic
medicine, atau di beberapa negara disebut police surgeon). Korban tindak pidana
dapat juga berupa korban luka luka, korban keracunan, ataukorban kejahatan seksual.
Dalam penanganan medis korban korban tersebut mungkin saja akan melibatkan
berbagai dokter dengan keahlian klinis lain, seperti dokter bedah, dokter kebidanan,
dokter penyakit dalam, dokter anak, dokter saraf, dan lain lain
II.
b.
Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang
yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya
efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin
dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu
diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut
berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah
tersebut.
c.
Pemeriksan Dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang
kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat
membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal,
dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah
belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
d.
e.
Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi
tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data
khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang
dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli
dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan
dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada
tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur
dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
f.
g.
Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah
jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat
dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya
sangat tinggi.
h.
i.
j.
k.
l.
4.
Tanda-Tanda Kematian
Merupakan tanda-tanda Perubahan pada tubuh setelah kematian. Perubahan
pada tubuh mayat adalah dengan melihat Tanda Kematian pada tubuh
tersebut. Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian, misalnya:
Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,
Pernapasan berhenti,
Refleks cahaya dan kornea mata hilang,
Kulit pucat,
Terjadi relaksasi otot.
Tanda pasti kematian
Setelah beberapa waktu timbul perubahan paska mati yang jelas, sehingga
memungkinkan diagnosa kematian menjadi lebih pasti.
Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa:
Jenis-Jenis kematian
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian)
dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.
Beberapa istilah tentang Jenis-jenis kematian (Dalam tanatologi dikenal
beberapa istilah berikut):
Mati somatis (MATI KLINIS)
Mati suri
Mati seluler (MOLEKULER)
Mati serebral
Mati otak (batang otak)
A. Mati somatis
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan secara
menetap (ireversibel)., yaitu
1. susunan saraf pusat,
2. sistem kardiovaskuler dan
3. sistem pernapasan .
4. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,
5. EEG mendatar,
6. nadi tidak teraba,
7. denyut jantung tidak terdengar,
8. tidak ada gerakan pernapasan dan
9. suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.
B. Mati suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent
death) adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang
ditentukan oleh alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang
canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih
berfungsi.Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan tenggelam.
6.
a.Mekanik :
- tajam : iris, tusuk, bacok
- tumpul : memar, lecet, robek, patah
- senjata api (balistik)
- bahan peledak/bom
b.kimiawi :
asam
basa
intoksikasi (keracunan)
Untuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara kematian
ditentukan dengan Pemeriksaan OTOPSI sesuai dengan Otopsi
Otopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau nekropsi) adalah
investigasi medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian. Kata otopsi
berasal dari bahasa Yunani yang berarti lihat dengan mata sendiri.
Nekropsi berasal dari bahasa Yunani yang berarti melihat mayat.
Ada 2 jenis otopsi:
Forensik: Ini dilakukan untuk tujuan medis legal dan yang banyak
dilihat dalam televisi atau berita.
Klinikal: Cara ini biasanya dilakukan di rumah sakit untuk
menentukan penyebab kematian untuk tujuan riset dan pelajaran.
Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena
kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan
suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa
minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap
pembusukan.
8. Pemeriksaan korban kriminalitas
Untuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara kematian
ditentukan dengan Pemeriksaan AUTOPSI .
Pemeriksaan korban kriminalitas dilakukan sesuai tahapan identifikasi forensik
pada korban umumnya. Setelah diduga indikasi sebab dan cara kematiannya,
maka dilakukan dengan tahapan pemeriksaan uji Laboratorium Forensik
dengan pengambilan Sampel sesuai yang dibutuhkan baik saat di TKP maupun
saat AUTOPSI.
Dengan kemajuan Sain di bidang ilmu kedokteran, maka pemeriksaan Sidik
jari (fingerprint) dan DNA merupakan alat yang bisa menjadi alat pembuktian
yang sangat valid dan dapat mengungkapan kasus sulit dan sudah lama belum
dapat diungkapkan.
9.
Pengambilan Sampel
Pengambilan Sample untuk pemeriksaan laboratorium forensik ditujukan
untuk mengetahui PENYEBAB DAN CARA KEMATIANNYA baik untuk
kasus kematian wajar atau kematian tdk wajar termasuk kriminalitas.
Dari hasil pemeriksaan dan tahapan identifikasi forensik, maka dilakukan
pengambilan sample untuk memperkuat dugaan penyebab dan cara kematian
serta mekanisme kematian terhadap korban.
Hampir semua kasus kematian tidak wajar dilakukan pemeriksaan
laboratorium forensik sesuai aturan dan permohonan penyidik.
Adapaun Kasus2 Kriminalitas yang sering dilakukan pengambilan sample
untuk pemeriksaan laboratorium forensik nya meliputi :
1. Kasus Keracunan
Sample: darah,jaringan,organ
2. Kasus perkosaan
Sample :Cairan Semen.,Lendir vagina
3. Kasus KECELAKAAN LALU LINTAS karena pengaruh Alkohol atau
NARKOBA
Sample: Darah,Urin
4. Kasus Tenggelam
Sample: organ Paru-Paru atau organ lain
5.Kasus Pembunuhan
b. Dengan pewarnaan
Cara pemeriksaan:
Buat sediaan apus
Fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala
api
Pulas dengan HE, biru metilen, atau hijau malakit.
Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah
pulasan dengan hijau malakit dengan prosedur sebagian berikut:
Warnai dengan larutan hijau malakit 1% selama 10 15 menit
Cuci dengan air mengalir
Lakukan pulas ulang dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1
menit
Cuci lagi dengan air
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak
terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak
terwamai. Kepala spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda,
ekornya berwarna hijau.
2. Penentuan cairan mani (kimiawi)
a. Reaksi fosfatase asam merupakan tes penyaring adanya cairan mani
sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan
mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain.
Dasar reaksi. Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat.
Prinsip. Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium alfa naftil fosfat.
Alfa naftil yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin
menghasilkan zat warna azo yang berwarma biru ungu.
Reagen:
Larutan A:
Brentamin Fast Blue B 1 g ( 1 )
Natrium asetat trihidrat 20 g (2)
Asam asetat glasial 10 ml (3)
Akuades 100 ml (4)
(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga
dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan penyangga tersebut
Larutan B:
Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + Akuades 10 ml
89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepat ke dalam
botol yang berwarna gelap. Jika disimpan di lemari es, reagen ini dapat
bertahan bermingguminggu dan adanya endapan tidak akan mengganggu
reaksi.
Cara pemeriksaan:
Hasil:
c. Reaksi Berberio
Dasar reaksi. Menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen. Larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan. Sama seperti pada reaksi Florence.
Hasil positif. Adanya kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum
dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang tertetak
longitudinal.
Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.
Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditentukan
spermatozoa.
3. Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani
Penentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan
dengan cara absorpsi inhibisi. Hanya golongan sekretor saja yang dapat
ditentukan golongan darah dalam semen.
Pada individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi
golongan darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret
vagina, cairan mani, dan lain-lain. Substansi golongan darah dalam cairan
mani jauh lebih banyak dari pada air liur (2-100 kali).
Adanya substansi asing menunjukkan di dalam vagina wanita tersebut
terdapat cairan mani.
4. Pemeriksaan bercak mani pada pakaian
a. Secara visual
Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya.
Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuningan. Pada bahan
sutera/nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada
sekitarnya.
Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan
mengkilat dan translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1
bulan akan berwarna kuning sampai coklat.
Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi
kelabu yang berangsur menguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.
Di bawah sinar ultraviolet, bercak semen menunjukan fluoresensi putih.
Bercak pada sutera buatan atau nilon mungkin tidak berfluoresensi.
Fluoresensi terlihat jelas pada bercak mani pada bahan yang terbuat dari
serabut katun. Bahan makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen
yang tersisa pada pakaian sering berfluorensensi juga.
analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika
danobat terlarang lainnya.
dalam kejahatan tersebut. Dalam hal ini diperlukan juga mengidentifikasi jenis
selongsong peluru yang tertinggal. Dalam penyidikan ini analisis kimia dan fisika
diperlukan untuk menyidikan dari senjata api tersebut, barang bukti yang tertinggal.
Misal analisis ditribusi logam-logam seperti Antimon (Sb) atau timbal (Pb) pada tangan
pelaku atau terduga, untuk mencari pelaku dari tindak kriminal tersebut. Atau analisis
ditribusi asap (jelaga) pada pakaian, untuk mengidentifikasi jarak tembak Kerjasama
bidang ini dengan kedokteran forensik sangat sering dilakukan, guna menganalisis efek
luka yang ditimbulkan pada korban dalam merekonstruksi suatu tindak kriminal dengan
senjata api.
9. Serologi dan Biologi molekuler forensik, Seiring dengan pesatnya perkembangan
bidangilmu biologi molekuler (imunologi dan genetik) belakangan ini, pemanfaatan
bidang ilmuini dalam proses peradilan meningkat dengan sangat pesat. Baik darah
maupun cairantubuh lainnya paling sering digunakan / diterima sebagai bukti fisik dalam
tindak kejahatan. Seperti pada kasus keracunan, dalam pembuktian dugaan tersebut,
seorang dokter kehakiman bekerjasama dengan toksikolog forensic untuk melakukan
penyidikan. Dalam hal ini barang bukti yang paling sahih adalah darah dan/atau cairan
tubuh lainnya.Toksikolog forensik akan melakukan analisis toksikologi terhadap sampel
biologitersebut, mencari senyawa racun yang diduga terlibat. Berdasarkan temuan dari
dokter kehakiman selama otopsi jenasah dan hasil analisisnya,toksikolog forensik akan
menginterpretasikan hasil temuannya dan membuat kesimpulanketerlibatan racun dalam
tindak kejahatan yang dituduhkan.Sejak awal perkembanganya pemanfaatan serologi /
biologi molekuler dalam bidang forensik lebih banyak untuk keperluan identifikasi
personal (perunutan identitas individu) baik pelaku atau korban. Sistem penggolongan
darah (sistem ABO) pertama kalidikembangkan untuk keperluan penyidikan (merunut
asal dan sumber bercak darah padatempat kejadian). Belakangan dengan pesatnya
perkembangan ilmu genetika (analisi DNA) telah membuktikan, bahwa setiap individu
memiliki kekhasan sidik DNA,sehingga kedepan sidik DNA dapat digunakan untuk
menggantikan peran sidik jari, pada kasus dimana sidik jari sudah tidak mungkin bisa
diperoleh. Dilain hal, analisa DNA sangat diperlukan pada penyidikan kasus
pembunuhan mutilasi (mayat terpotong potong), penelusuran paternitas (bapak biologis).
Analisa serologi/biologi molekuler dalam bidang forensik bertujuan untuk:
Uji darah untuk menentukan sumbernya (darah manusia atau hewan,
atauwarna dari getah tumbuhan, darah pelaku atau korban, atau orang
yang tidak terlibat dalam tindak kejahatan tersebut)
Uji cairan tubuh lainnya (seperti: air liur, semen vagina atau sperma,
rambut, potongan kulit) untuk menentukan sumbernya
(origin).
Uji imonologi atau DNA individu untuk mencari identitas seseorang.
10. Farmasi Forensik, Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang
berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Farmasi adalah
seni dan ilmumeracik dan menyediaan obat-obatan, serta penyedian informasi yang
berhubungan dengan obat kepada masyarakat. Seperti disebutkan sebelumnya, forensik
dapat dimengerti dengan penerapan/aplikasi itu pada issu-issu legal, (berkaitan dengan
hukum). Penggabungan kedua pengertian tersebut, maka Forensik Farmasi dapat
diartikan sebagai penerapan ilmu farmasi pada issu-issu legal (hukum) (Anderson,
V.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries A,. 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik , Binarupa Aksara , Jakarta
2. Anderson, P D., An Overview of Forensic Pharmacists Practice , Journal of Pharmacy
Practice 2000; 13; 1793.
3. Eckert, W.G., 1980, Introduction to Forensic sciences, The C.V. MosbyCompany, St.
Louis, Missori
4. Kansil, CST, 1991, Pengantar hukum kesehatan Indonesia, Penerbit RinekaCipta, Jakarta
5. Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar , Donatus, A. (terj.) IKIP Semarang Press,Semarang
6. Perdanakusuma, P., 1984, Bab-bab tentang kedokteran forensik , GhaliaIndonesia, Jakarta
7. Saferstein R., 1995, Criminalistics, an Introduction to Forensic Science , 5thEd.,
8. A Simon & Schuster Co., Englewood Cliffs, New Jersey Sampurna, B.,2000