Anda di halaman 1dari 27

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk
Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang
dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari bahan
organik maupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam
bermacam- macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pellet, briket, granul.
Pemilihan bentuk ini bergantung pada penggunaan, biaya, aspek aspek
pemasaran lainnya.

2.2.Klasifikasi Pupuk
Pupuk dalam arti luas diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan asalnya :
1) Pupuk alam, yakni pupuk yang terdapat didalam alam atau dibuat
dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya, pupuk kompos,
pupuk kandang, guano, dan pupuk hijau.
2) Pupuk buatan, yakni pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, tsp,
urea, rustika, NPK, dan nitroposka. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan
mengubah sumber daya alam melalui proses fisika ataupun kimia.
b. Berdasarkan senyawanya :
1) Pupuk organik yakni pupuk yang berupa senyawa organic. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik. Misalnya, pupuk kandang, dan
kompos.
2) Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik.
Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
c. Berdasarkan fasanya :
1) Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan
beragam mulai yang mudah larut dalam air sampai yang sukar larut air.

2) Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaanya


dilarutkan terlebih dahulu dengan air.
d. Berdasarkan cara penggunaannya :
1) Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan daun.
2) Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan kedalam
tanah disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.
e. Berdasarkan reaksi fisiologisnya :
1) Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, yakni pupuk yang bila
diberikan kedalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih
macam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya ZA dan urea.
2) Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basa, yakni pupuk yang bila
diberikan ketanah menyebabkan pH tanah cenderung naik. Misalnya,
pupuk chili saltpeter dan kalsium sianida.
f. Berdasarkan macam hara tanaman :
1) Pupuk makro, yakni pupuk yang mengandung hara makro saja,
misalnya NPK, nitroposka, dan gandsalin.
2) Pupuk mikro, yakni pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja,
misalnya mikrovet, mikroplek, dan metalik.
3) Campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandsalin, bayfolan, dan
rustika. Dalam penggunaanya, kedua jenis pupuk ini sering dicampur
dan ditambahkan dengan zat pengatur tubuh (hormone tubuh).
(Rosmarkam, 2002)

2.3. Pengertian Pupuk Organik


Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan
pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi,
bentuk dan kandungan unsur haranya. (Hadisuwito,2012)
Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni
pupuk cair dan padat. Pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih

pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Kelebihan pupuk cair
adalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu,
pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan
tanaman. (Hadisuwito,2012)
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan
menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang
berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses produksi dipabrik
sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Sementara itu,
pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup
yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh
mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik
termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu
unsur dan mengandung unsur mikro. Jika dilihat dari bentuknya, pupuk organik
dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik padat dan cair. (Hadisuwito,2012)
a. Pupuk Organik padat
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia
yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik padat dibedakan lagi
menjadi pupuk kandang, humus, kompos dan pupuk hijau.
1. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari kotoran
ternak, baik kotoran padat maupun campuran sisa makanan dan air seni ternak.
Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk
kandang. Kotoran hewan seperti kambing, domba, sapi, ayam merupakan kotoran
yang paling sering digunakan untuk dijadikan pupuk kandang. (Hadisuwito,2012)
Pupuk kandang tidak hanya membantu pertumbuhan, tetapi juga dapat
membantu menetralkan racun logam berat didalam tanah. Selain itu, pupuk
kandang dapat memperbaiki struktur tanah, membantu penyerapan unsur hara dan
mempertahankan suhu tanah. Pupuk kandang yang telah siap digunakan memiliki
cirri dingin, remah, wujud aslinya sudah tidak tampak, dan baunya telah berkurang.
Jika belum memiliki cirri-ciri tersebut, pupuk kandang belum bisa digunakan. Para

petani biasanya menggunakan pupuk kandang dengan cara disebar dan


dibenamkan. Namun, penggunaan yang paling baik adalah cara dibenamkan.
Pasalnya, penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi.
(Hadisuwito,2012)
2. Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian
tanaman tertentu yang masih segar, lalu dibenamkan ke dalam tanah. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk pupuk hijau adalah daun, tangkai dan batang
yang masih muda. Umumnya, semua jenis tanaman bisa dijadikan sebagai pupuk
hijau. Namun, jenis tanaman yang paling bagus untuk pupuk hijau adalah jenis
tanaman yang akarnya bersimbiosis dengan mikroorganisme pengikat nitrogen.
Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah dan unsur hara,
khususnya nitrogen. (Hadisuwito,2012)
3. Kompos
Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Pada dasarnya,
pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari kompos. Jenis tanaman
yang sering digunakan untuk kompos diantaranya adalah jerami, sekam padi,
pelepah pisang, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung dan sabuk kelapa.
Sementara itu, bahan dari hewan ternak yang sering digunakan untuk kompos
diantaranya kotoran ternak, urin, pakan ternak yang terbuang dan cairan biogas.
(Hadisuwito,2012)
4. Humus
Humus merupakan hasil dekomposisi tumbuhan berupa daun, akar, cabang,
ranting dan bahan secara alami. Proses dekomposisi ini dipengaruhi oleh cuaca
diatas permukaan tanah dan dibantu oleh mikroorganisme tanah. Antara humus
dengan pupuk hijau sebenarnya memiliki kemiripan. Perbedaannya hanya terletak
pada prosesnya. Humus terbentuk secara alami dan sebagian besar terjadi dihutan.
Sementara itu, pupuk hijau terbentuk dengan bantuan campuran tangan manusia.
(Hadisuwito,2012)

b. Pupuk Organik Cair


Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur . Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan
ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. (Hadisuwito,2012)

2.4. Klasifikasi Pupuk Organik Cair


1. Pupuk Kandang Cair
Pupuk kandang dapat pula digunakan dalam bentuk cair. Pupuk kandang
cair dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu diaduk.Setelah
larutan tercampur rata simpanlah di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar
matahari langsung dengan memberi penutup/pelindung. Biarkan agar terjadi proses
fermentasi seblum digunakan. Penyimpanan pupuk kandang cair dilakukan dalam
kondisi tertutup agar udara tidak dapat masuk. Hal ini dilakukan untuk menekan
kehilangan nitrogen dalam bentuk gas amoniak yang menguap. Dengan
menyimpannya terlebih dahulu sebelum digunakan akan meningkatkan kandungan
fosfat dan membuat kandungan hara menjadi seimbang. Penggunaan pupuk
kandang cair juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman.
(Hadisuwito,2012)
Dalam penggunaan pupuk kandang perlu diwaspadai dalam pengggunaan
langsung dalam tanaman adalah kemungkinanadanya kandungan gulma, organisme
penyebab penyakit yang terkandung dalam pupuk kandang/kotoran hewan.
Penggunaan secara langsung kemungkinan besar akan terjadi panas karena proses
penguraian. (Hadisuwito,2012)
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dapat berperanan sebagai bahan
pembenah tanah.Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan

10

retakan tanah. Pupuk kandang dan pupuk organik lainnya meningkatkan


kemampuan tanah mengikat kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan
pengatusan tanah.Pupuk kandang memacu pertumbuhan dan perkembang bakteri
dan mahluk tanah lainnya. Pupuk kandangan mempunyai kandungan unsur N, P, K
rendah, tetapi banyak mengandung unsur mikro. Kandungan unsur nitrogen dalam
pupuk kandang akan dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian
pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan membantu dalam membangun
kesuburan tanah dalam jangka panjang. (Hadisuwito,2012)
Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya
tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan
adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Berbagai
contoh di atas memperlihatkan bahwa banyak sekali bahan yang dapat digunakan
sebagai pupuk. Memang dalam penggunaannya pupuk organik ini memiliki
kelemahan dibandingkan dengan pupuk kimia. Meskipun begitu pupuk organik
memiliki banyak kelebihan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Selain
itu penggunaan pupuk organik dapat melepaskan ketergantungan petani dari dunia
luar dalam hal ini pabrik pupuk. Dengan membiasakan kembali penggunaan
pupukorganik akan menjadikan petani tidak menjadi tidak terombangambingkan
oleh perusahaan-perusahaan pupuk baik kimia maupun pabrik pupuk organik.
(Hadisuwito,2012)
a. Pupuk Organik Cair Dari Urine Sapi
Pupuk organik Cair (POC) yang salah satu bentuknya berupa kompos cair
dapat dibuat secara sederhana. Pembuatan pupuk cair untuk diolah menjadi produk
lain yang lebih berguna masih sangat jarang dilakukan, padahal produksi urin sapi
dari seekor sapi dewasa mencapai kurang lebih delapan liter per hari. Urin sapi
mempunyai prospek yang cerah untuk diolah menjadi pupuk cair karena
mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap.
Unsur-unsur tersebut adalah nitrogen, phosphor, dan potassium dalam jumlah yang
sedikit, serta trace element, yaitu seng, besi, mangan, tembaga, dan lain-lain. Unsur
lain yang lebih penting adalah EDTA, unsur ini sangat bermanfaat untuk
mengembangkan protein sel tunggal di dalam media cairan (Maspary, 2011).

11

Prinsip pembuatan pupuk cair dengan menggunakan urin sapi adalah


menambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa organik
yang terkandung di dalam urin tersebut sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh
tanaman. Urin sapi yang digunakan untuk diolah menjadi pupuk cair yang paling
baik adalah urin sapi murni segar, urin sapi ini belum tercampur dengan cemaran
lain yang ada dalam kandang seperti feses, sisa pakan, dan sisa air minum.
Penggunaan urin sapi segar ini lebih baik kurang dari 24 jam setelah urin
dihasilkan oleh sapi.
Urin sapi segar dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri
pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4
ataupun botani dan molasses sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM4
merupakan Effective MicroorganismE 4 yang berguna untuk memeprcepat proses
pengomposan ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM4 mengandung sekitar 80
macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling pokok,
yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi (yeast),
dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin sapi dapat berlangsung
secara cepat dengan bantuan EM4 ini, yaitu sekitar empat sampai tujuh hari. Proses
pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas,
tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak
membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Maspary, 2011)
Proses pengolahan pupuk cair dengan urin sapi sangatlah sederhana, yaitu
dengan mencampurkan urin segar, bakteri pengurai dan molasses pada drum yang
terbuka kemudian didiamkan selama satu minggu. Aerator diperlukan agar proses
fermentasi selalu berjalan secara aerob. Kemasakan urin fermentasi dapat
diidentifikasi dari hilangnya bau pada pupuk cair yang diolah.
Pupuk cair juga dihasilkan dalam pembuatan gas bio. Pengolahan pupuk
cair dari urin sapi dan pengolahan pupuk cair dari keluaran gas bio berbeda. Pupuk
cair yang berasal dari keluaran unit gas bio belum dapat digunakan untuk
pemupukan karena belum banyak mengandung oksigen, sehingga kalau dialirkan
ke sungai akan mematikan ikan. Pupuk padat perlu ditampung di dalam kolam
oksidasi dengan lama berkisar kurang lebih dua minggu untuk memasukkan

12

oksigen ke dalam calon pupuk cair yang telah dipisahkan. Kecepatan


teroksidasinya pupuk cair tergantung pada luas dan kedalaman dari kolam tersebut
juga kecepatan aliran di dalam kolam. Kolam oksidasi sebaiknya dibuat dangkal
dan diberi sekat-sekat, sehingga aliran calon pupuk cair menjadi lebih lambat.
Kelambatan aliran calon pupuk cair memungkinkan oksigen dapat masuk ke
dalamnya (Maspary, 2011).
Mikroba di dalam pupuk cair setelah teroksidasi akan semakin berkembang.
Mikroba di dalam pupuk cair memanfaatkan zat-zat yang tersedia, sehingga kadar
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
menurun.

Penurunan

kadar

BOD

dan

COD

tersebut

memungkinkan

berkembangnya algae (ganggang). Pertumbuhan algae akan mempercepat proses


oksidasi dan fotosintesis di dalam kolam oksidasi. Pupuk cair yang telah
teroksidasi siap dimanfaatkan untuk menambah unsur hara di sawah, pot bunga,
ladang, dan lain-lain dengan dialirkan atau disemprotkan (Maspary, 2011).
Penggunaan pupuk cair ini dengan cara mencampurkan dengan air.
Perbandingan air dengan banyaknya pupuk cair yang digunakan tergantung dari
kandungan pupuk cair yang digunakan. Telur sering ditambahkan dalam
pencampuran yang berfungsi untuk melekatkan urin fermentasi pada daun sehingga
dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal. Pupuk cair mempunyai fungsi
untuk mencegah kelayuan daun, memberi nutrisi pada daun, merangsang
pertumbuhan tunas, dan meningkatkan produksi pertanian secara umum.
b. Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing
Pertanian organik sedang berkembang dan memerlukan peningkatan pasok
pupuk organik. Di antaranya yang berpotensi dikembangkan di Indonesia ialah
pupuk cair dari kotoran/feses (biokultur) dan dari urine (biourine) kambing. Mutu
kedua jenis pupuk cair tersebut dari ternak kambing cukup bagus untuk
diaplikasikan pada tanaman semusim maupun tanaman perkebunan. I Made Londra
dari BPPT Bali yang menguraikan cara pembuatan pupuk cair dari limbah kambing
mengutarakan perlakuan fermentasi yang dilakukan pada pembuatan pupuk cair
mampu meningkatkan kandungan unsur-unsur hara. Pada pembuatan pupuk cair
dari kotoran kambing (biokultur), kandungan unsur K dan C-organik serta N

13

meningkat secara drastis dibanding tanpa perlakuan. Yakni 962 ppm dibanding 422
ppm untuk K, 3.414 ppm dibanding 2.811 ppm untuk C-organik, dan 1,22%
dibanding 0,27% untuk N. Sedangkan unsur P naik menjadi 84 ppm dibanding 69
ppm.
Pada pembuatan biourine kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi
1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm
dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun
menjadi 89 ppm dibanding 94 ppm. Penurunan unsur P pada biourine disebabkan
inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan mikroba
yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses fermentasi biourine.
(Ricobain, 2011)
2. Biogas
Gabungan dari fermentasi bahan organik cair dengan bahan organik padat dikenal
dengan istilah biogas. Bahan baku pembuatannya berasal dari manusia, hewan,dan
tumbuhan. Pada dasarnya penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda, yaitu
gas metana yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai bahan bakar. Selain itu, limbah
cair dan limbah padat yang dihasilkan sebagai residu bisa digunakan sebagai
pupuk. (Hadisuwito,2012)
3. Pupuk Cair Limbah Organik
Pada dasarnya, limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
Sama seperti limbah padat organik, limbah cair banyak mengandung unsur hara,
khususnya NPK dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah ini
dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah. (Hadisuwito,2012)
4. Pupuk cair Limbah Manusia
Pupuk cair dari kotoran manusia sebenarnya merupakan campuran antara kotoran
manusia dan cairan yang keluar bersamaan dengan kotoran manusia. Kotoran
manusia merupakan komponen utama dari limbah cair organik rumah tangga.
Kandungan haranya berbeda-berbeda tergantung dari jenis makanan yang
dikonsumsinya. (Hadisuwito,2012)

14

2.5. Pemanfaatan Pupuk


Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan
unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Namun, secara lebih terperinci manfaat pupuk ini dapat
dibagi dalam dua macam yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan
kimia tanah.
1. Manfaaat pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika Tanah
Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisik tanah, yaitu :

Memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur

Mengurangi erosi pada permukaan tanah

Sebagai penutup tanah dan dapat memperbaiki struktur tanah


dibagian permukaan.

2. Manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah


Ada beberapa manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah.
Manfaat pupuk yang paling banyak dirasakan penggunaannnya adalah :

Menyediakan unsur hara yang diperlukan bagian tanaman.

Membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang


seperti nitrogen, fosfor dan kalium.

Memperbaiki keasaman tanah. (Marsono, 2001)

2.5.1. Keunggulan Pupuk Organik Dan Standar Kualitas Pupuk Organik


Pupuk organik memiliki keunggulan, yaitu :

Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit

Dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur

Memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi

Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap
serangan hama.

Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

Memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada
musim

berikutnya

(Hadisuwito,2012)

tetap

bagus

pertumbuhan

dan

produktivitasnya.

15

Tabel 2.1. Standar kualitas pupuk organik menurut Kementrian Pertanian


No. Parameter

Satuan

Syarat Mutu Teknis


Granul****)

Cair

1.

C-Organik

>12

C/N rasio

15-25

12-25

Bahan ikutan (krikil, %

10-20*)

beling, pasir)
4

Kadar air

Ppm

10-20 %

Kadar logam berat


Pb

ppm

50

12,5

Cd

ppm

10

2,5

Hg

ppm

0,25

As

ppm

10

2,5

4-8

4-8

Ph

Kadar total

-N

< 6**

<2

-P2O5

< 6***

<2

- K2O

< 6***

<2

<102

<102

min 0,maks 800

Mikroba pathogen
(E. coli, Salmonella sp.)

Cfu/g;
Cfu/mL

Kadar Unsur Mikro


Fe total

ppm

min 0,maks 8000

Mn

ppm

min 0,maks 5000 min 0,maks 1000

Cu

ppm

min 0,maks 5000 min 0,maks 1000

Zn

ppm

min 0,maks 5000 min 0,maks 1000

ppm

min 0,maks 2500 min 0,maks 1000

Co

ppm

min 0,maks 20

min 0,maks 5

Mo

ppm

min 0,maks 10

min 0,maks 1

Keterangan :
*

) kadar air berdasarkan bobot asal

16

**

) N-total = N organik + N-NH4 + N-NO3; Nkjeldahl = N-organik + N-NH4;C/N, N=N- total

***

)Bahan-bahan

tertentu

yang

berasal

dari

bahan

organik

alami

diperbolehkan

mengandung kadar P2O5 dan K2O > 6 % (dibuktikan dengan hasil laboratorium)
****

) Diperkaya mikroba

Sumber : Soekirman (2005), Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian, Departemen


Pertanian
(Simamora, 2004)

2.6. Efektive Microorganisme 4 (EM4)


Efektive

mikroorganisme

(EM4)

merupakan

campuran

dari

mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi


didalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih
yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari
sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan yang pokok yaitu bakteri
fotosintetik,

lactobacillus

sp,

streptomices

sp,

ragi,

(yeast),

dan

actinomicetes.(Panggabean Henny, 2008).


Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan EM4
akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang berupa
pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik
sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman.
Selain bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah dan tanaman, EM4 juga
sangat efektif digunakan sebagai pestisida hayati yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesehatan tanaman, EM4 juga bermanfaat untuk sector perikanan
dan peternakan. (Hadisuwito,2012)
Kelebihan dari EM4 ini adalah bahan yang mampu mempercepat proses
pembentukan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM4
mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. (Hadisuwito, 2012)
Kegiatan atau manfaat masing- masing mikroorganisme yang terkandung
dalam EM4 didalam tanah adalah sebagai berikut:
a. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp)

17

Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang mensintetis senyaa nitrogen, gula
dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolik yang diproduksi dapat diserap
secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangan
mikroorganisme yang menguntungkan. Sistem serap langsung energi organi inilah
yang disebut dengan istilah penguraian bahan organik secara singkat, dalam bahasa
ilmiah disebut organik material recycling pahwey.
b. Bakteri asam laktat (lactobacillus)
Bakteri ini tergolong dari jenis gram positif yang tidak membentuk
spora.Bentuk batang dan hanya dapat tumbuh pada suasanan anaerob. Bakteri ini
termasuk family Lactobacillaceae yang anggotanya dapat menghasilkan asam
laktat sebagai produksi utama fermentasi. Asam laktat yang dihasilkan bakteri ini
bermanfaat untuk menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan serta
mampu meningkatkan penguraian bahan organik.
c. Streptomycetes sp
Streptomycetes sp mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun
terhadap hama dan penyakit yang merugikan.
d. Actinomicetes
Distribusi Actinomicetes dialam sangat luas dalam tanah dan beberapa
diantaranya pathogen bagi manusia. Actinomicetes juga dapat menciptakan radiasi
yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain.
e. Ragi/ Yeast
Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara
fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan ragi berguna untuk pertumbuhan sel
dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangbiakan atau
pembelahan mikroorganisme menguntungkan seperti Actinomicetes dan bakteri
asam laktat. Bakteri asam laktat juga mempunyai kegiatan untuk mempercepat
penguraian bahan organik dan dapat menghasilkan alkohol, ester maupun zat
mikroba.
Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik,
EM4 juga mempunyai manfaat lain seperti :

18

1. Membasmi dan mencegah jamur secara biologis


2. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanah
4. Menekan aktivitas hama dan penyakit pada tanaman
5. Meningkatkan hasil produksi
Bahan bahan organik masuk kedalam tanah dan difermentasikan oleh
efektive mikroorganisme, reaksi fermentasi tersebut akan berperan dalam :

Menghasilkan senyawa- senyawa organik, hormon tanaman (auxin,


Giberelin, Sitokinin), vitamin, antibiotik, dan polisakarida yang
memacu pertumbuhan tanaman.

Penyediaan senyawa- senyawa organik sederhana yang dapat diserap


langsung oleh tanaman.

Komposisi dari EM4 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 2.2. Komposisi Aktivator EM4
No

Nama bakteri

Komposisi

Lactobacillus

8,7 x 105

Bakteri pelarut fosfat

7,5 x 106

Yeast/ragi

8,5 x 106

Actinomycetes

Bakteri fotosintetik

Calcium (Ca)

1.675 ppm

Magnesium (Mg)

597 ppm

Besi (Fe)

5.54 ppm

Aluminium (Al)

0,1 ppm

10

Zinc (Zn)

1.90 ppm

11

Tembaga (Pb)

0.01 ppm

12

Mangan (Mn)

3.29 ppm

13

Sodium (Na)

363 ppm

14

Boron (B)

20 ppm

15

Nitrogen (N)

0.07 ppm

19

16

Nikel (Ni)

0.92 ppm

17

Kalium (K)

7.675 ppm

18

Clorida (Cl)

414.35 ppm

(Lab. MIPA IPB Bogor, 2006)

2.7.Unsur Hara Makro


Unsur hara merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Bila unsur tidak terdapat dalam jumlah yang
cukup dalam tanah, tanaman tidak akan tumbuh normal. Unsur tersebut adalah
unsur hara macro dan unsur hara mikro. Pengelompokkan ini berdasarkan jumlah
yang diperlukan bagi tumbuhan tanaman dan bukan didasarkan pada tingkat
kepentingannya. (Charisma, 2008)
Bergantung pada bahan baku yang digunakan untuk membuat pupuk cair,
kandungan zat hara dalam pupuk cair adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Kandungan hara makro kotoran padat dan cair beberapa jenis
ternak
Jenis
Ternak
Kuda

Kerbau

Kambing

Sapi

Babi

Jenis Pupuk

Kandungan Hara Makro (%)


Nitrogen

Fosfor

Kalium

Kalsium

Padat

0,56

0,13

0,23

0,12

Cair

1,24

0,004

1,26

0,32

Padat

0,26

0,08

0,14

0,33

Cair

0,62

1,34

Padat

0,65

0,22

0,14

0,33

Cair

1,43

0,01

0,55

0,11

Padat

0,33

0,11

0,13

0,26

Cair

0,52

0,01

0,56

0,007

Padat

0,57

0,17

0,38

0,06

Cair

0,31

0,05

0,81

Sumber : Agromedia Pustaka, 2004

20

Berdasarkan unsur hara yang diperlukan tanaman dan fungsinya, unsur hara
tersebut digolongkan kedalam unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara
makro terdiri dari C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg. unsur hara N, P, K merupakan
unsur hara utama yang diperlukan dalam jumlah yang sedang, tetapi memegang
peranan penting dalam pembentukan jaringan tanaman. Unsur hara mikro
diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, contohnya : Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, dan
Cl.
a. Nitrogen (N)
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3- ) dan ammonium
(NH4+). Sebagian besar

nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena ion

tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada didalam larutan tanah dan
mudah terserap oleh akar. Karena selalu berada didalam larutan tanah, ion nitrat
lebih mudah tercuci oleh aliran tanah. Sebaliknya, ion ammonium bermuatan
positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh
tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Karena bermuatan positif ion
ammonium tidak mudah hilang oleh proses pencucian.
Nitrogen dapat kembali ketanah melalui pelapukan sisa makhluk hidup
(bahan organik). Nitrogen yang berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan
oleh tanaman setelah melalui tiga tahap reaksi yang melibatkan aktivitas
mikroorganisme tanah. Tahap reaksi tersebut sebagai berikut :
1) Penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam amino.
Tahap ini disebut aminisasi.
2) Perubahan asam-asam amino menjadi senyawa-senyawa ammonia (NH3)
dan ammonium (NH4). Tahap ini disebut reaksi amonifikasi.
3) Perubahan senyawa ammonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri
Nitrosomonas dan Nitrosococus. Tahap ini disebut reaksi nitrifikasi.
(Novizan, 2002)
- Amoniak
Dapat dikatakan bahwa amoniak berada dimana-mana, dari kadar beberapa mg/l
pada air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 mg/l lebih, pada air buangan.
Air tanah hanya mengandung sedikit NH3, karena NH3 dapat menempel pada butir-

21

butir tanah liat selama infiltrasi air kedalam tanah, dan sulit terlepas dan butir-butir
tanah liat tersebut. Pada air buangan, NH3 dapat diolah secara mikrobiologis
melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit NO2- dan nitrat NO3, sesuai reaksi
dibawah ini :
2 NH 4 3O2

as
Nitrosomon

2NO2- + 4H+ + 2H2O + energy

2NO2- + O2

us
Nitrosococ

2NO3- + energy

Nitrat (NO3-)

Adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang


stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein, tumbuhtumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat
menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas. (Alaerts, G., Santiko,S.S,
1987).
b. Fosfor
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO42-akan
tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan
mineral alami, sisanya dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor
didalam tanah mineral cukup banyak tanaman masih bisa mengalami kekurangan
fosfor. Pasalnya, sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsure lain
menjadi senyawa yang sukar larut didalam air. Mungkin hanya 1% fosfor yang
dapat dimanfaatkan tanaman.
Jika terjadi kekurangan fosfor tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan
sebagai berikut:
1. Lambat dan kerdil
2. Perkembangan akar terhambat
3. Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna
hijau tua mengkilap yang tidak normal.
4. Pematangan buah terhambat
5. Perkembangan warna dan bentuk buah buruk
6. Biji berkembang tidak normal (Agustina, L. 1990)

22

c. Kalium
Seperti unsure hara lainnya, kalium bukanlah komponen dari protein,
karbohidrat atau beberapa substansi lainnya didalam tumbuhan. Kalium dengan
mudah diserap oleh akar tanaman. Dan sebagian besar ion kalium (K+) disimpan
didalam sel tumbuh-tumbuhan. (Simpson, K., 1986)
Ion-ion K+ didalam air tanah dan ion-ion K+ yang diadsorpsi, dapat
langsung diserap. Disamping itu tanah mengandung juga persediaan mineral
tertentu dalam bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium membebaskan diri
sebagai akibat dari pengaruh iklim. (Rinsema, W.J., 1993)
Persediaan kalium didalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu
pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah.
Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur hara lain kecuali
nitrogen. Beberapa jenis tanaman khususnya rumput-rumputan dan kacangkacangan akan terus menyerap kalium diatas kebutuhan normal. Kejadian ini
disebut luxury consumption.S ering terjadi pada pemupukan kalium dengan dosis
tinggi. (Agustina, L., 1990)

2.8. Unsur Hara Mikro


Unsur hara mikro merupakan unsur- unsur kimia alam yang juga berperan
dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur ini memang hanya diperlukan tanaman
dalam jumlah yang sedikit, tetapi kekurangan unsur ini tidak bisa digantikan oleh
unsur lainnya. Unsur hara mikro diantaranya klor (Cl). Klor bermanfaat untuk
membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi
tanaman. Selain itu, terdapat unsur besi atau ferum yang berperan dalam proses
fisiologis tanaman, seperti proses pernafasan dan pembentukan zat hijau daun
(klorofil). Unsur mikro lain yang diperlukan tanaman diantaranya mangan, boron,
kobal, iodium, seng, selenium, flour dan tembaga.

23

2.9. Kegunaan Unsur Hara Makro


A. Kegunaan Unsur Hara Nitrogen
1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman
2. Menyehatkan pertumbuhan daun
3. Meningkatkan kadar protein didalam tubuh tanaman
4. Meningkatkan perkembangan mikroorganisme didalam tanah yang
penting bagi proses pelapukan bahan organis.
5. Diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan vegetative seperti
daun, batang dan akar. (Foth, H.D. 1994)
B. Kegunaan Unsur Hara Posfor
1. Berperan penting didalam transfer energy didalam sel tanaman,
misalnya ADP, dan ATP.
2. Berperan didalam pembentukan membrane sel, misalnya : lemak
posfat.
3. Berpengaruh pada struktur K+, Ca+, Mg+, dan Mn+ terutama terhadap
fungsi unsure-unsur tersebut yang mempunyai kontribusi terhadap
stabilitas struktur dan konformasi makromolekul, misalnya : gula
fosfat, nukleotida dan koenzim.
4. Meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan N. (Agustina, L. 1990)
C. Kegunaan Unsur Hara Kalium
1. Mendorong produksi hidrat arang. Kekurangan unsure ini dapat
mengakibatkan berkumpulnya gula pada daun.
2. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan dan membantu
pengisipan air oleh akar tanaman, dan mencegah menguapnya air
keluar dari tanaman.
3. Memperbaiki beberapa sifat kuantitatif seperti rasa, warna, bau, dan
daya tahan dari buah.
4. Memperluas pertumbuhan akar
5. Efisisensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan)
6. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit.

24

7. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak


gampang rontok

2.10. Metode Kjeldahl


Metode Kjeldahl didasarkan pada destruksi sampel yakni dengan
memanaskan sampel dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis dimana
penentuannya terbagi atas 3 tahapan. Cara Kjehdahl umumnya dapat dibedakan
atas 2 cara yaitu makro dan cara semimikro. Cara makro dipergunakan untuk
contoh yang sukar dihomogenisasi dan berukuran besar. Sedangkan cara
semimikro dirancang untuk sampel yang berukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg
dari bahan yang homogen.
Tahapan dalam metode Kjeldahl yaitu :
1. Tahap destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2 dan H2O sedangkan nitrogennya berubah menjadi ammonium sulfat.
Proses destruksi selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. Agar
analisa lebih tepat dilakukan perlakuan blanko. Tahap destruksi dapat dilihat pada
reaksi berikut :
(C, H, O, N)Organik + H2SO4

(NH4)2SO4(aq) + SO2(g) + CO2(g)


+H2O(g)

2. Tahap destilasi
Pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan
penambahan NaOH sampai alkalis lalu dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya akan ditangkap oleh larutan standar asam. Asam standar yang
digunakan adalah asam klorida atau asam borat dalam jumlah yang berlebih. Agar
kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung
destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui jika asam
dalam kondisi berlebih maka diberikan indikator (metil merah + metil biru).
Destilat diakhiri bila semua ammonia terdestilasi sempurna yang ditandai dengan
destilat tidak bereaksi basa. Tahap destilasi dapat dilihat pada reaksi berikut :

25

(NH4)2SO4(aq) + 2NaOH(aq)

2NH3(g) + 2H2O(aq) +Na2SO4(aq)

NH3(g) + H3BO3(aq)

NH4H2BO3(aq)

3. Tahap titrasi
Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui
dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR).
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah
muda. Selisih jumlah sampel dan blanko merupakan jumlah equivalen nitrogen.
Tahap titrasi dapat dilihat pada reaksi berikut :
NH4H2BO3(aq) + H2SO4(aq)

%N

H3BO3(aq) + NH4HSO4(aq)

mLHCL( sampel blanko) x14,008


x100%
beratsampel ( g ) x1000

2.11. Metode Spektrofotometri


Cara kerja alat Spektrofotometer UV-Visible ini adalah dimana sinar dari
sumber radiasi diteruskan menuju monokromator kemudian cahaya dari
monokromator diarahkan terpisah melalui blangko dan sampel dengan sebuah
cermin berotasi. Kedua cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan
dari cermin yang berotasi secara kontinyu. Detektor menerima cahaya dari blangko
dan sampel secara bergantian secara berulang-ulang. Sinyal listrik dari detektor
diproses, diubah kedigital dan dibandingkan antara sampel dan blangko.
2.11.1. Warna Komplementer
Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan bewarna maka
radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara selektif dan radiasi
sinar lainnya akan diteruskan. Absorbansi maksimum dari larutan bewarna terjadi
pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang diamati, misalnya larutan
bewarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah warna hijau.
Dengan kata lain, warna yang diserap adalah warna komplementer dari warna yang
diamati (Suharta, 2005)

26

Tabel 2.4. Daftar Panjang Gelombang dan Warna Komplementer


Panjang Gelombang

Warna yang diserap

Warna yang diamati

410

Violet

Kuning kehijauan

430

Biru violet

Kuning

480

Biru

Jingga

500

Hijau kebiruan

Merah

530

Hijau

Merah purple

560

Kuning kehijauan

Violet

580

Kuning

Biru violet

610

Jingga

Biru

680

Merah

Hijau kebiruan

720

Merah purple

Hijau

(nm)

(R.A Day dan Underwood, 1994)

2.12. Spektroskopi Serapan Atom (Atomic Absorption Spectroscopy/ AAS)


2.12.1. Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada
metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode ini sangat tepat untuk
analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Sebenarnya, selain
dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk
unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. fotometri nyala memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range
ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm. Untuk analisis kualitatif,
metode fotometri nyala lebih disukai AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda
spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat
utama. Suatu perubahan temperatur nyala akanmengganggu proses eksitasi

27

sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu
sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan
banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi diturunkan dari Hukum Lambert : bila suatu sumber sinar
monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan
berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi. Dan
hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial
dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan :

A log

IO
bc
It

Dimana :
Io = intensitas sumber sinar
It = intensitas sinar yang diteruskan

= absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Dengan : A log

IO
log T
It

T = transmitan
Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi atom. (Sastrohamidjojo, 1991)
2.12.2. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Spektrofotometri Serapan Atom merupakan suatu metode analisis
didasarkan pada proses penyerapan energi oleh atom-atom yang berbeda pada
tingkat

tenaga

dasar

(ground

state).

Penyerapan

tersebut

menyebabkan

tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat tenaga yang lebih tinggi (exited

28

state). Pengurangan intensitas radiasi yang diberikan sebanding dengan jumlah


atom pada tingkat tenaga dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan
mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (transmisi) atau mengukur intensitas
radiasi yang diserap (serapan), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat
ditentukan. (Sastrohamidjojo, 1991)
Cara kerja alat ini berdasar pada penguapan larutan sampel, kemudian
logam yang dikandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut
mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang mengandung unsur yang ditentukan.
Banyaknya radiasi yang diserap kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu
sesuai jenis logamnya. Alat SSA model flame SSA sangat sensitive untuk
mendeteksi logam dalam konsentrasi yang sangat kecil dalam sampel, dengan
cuplikan dalam bentuk logam. Biasanya larutan yang diperlukan hanya 1-100 L
dan dengan temperature pembakaran dapat mencapai 3000C (pembakaran secara
elektrik). Proses atomisasi dengan temperature yang tinggi tersebut dapat
menyempurnakan proses. Pengatoman oleh suatu larutan sampel yang dapat
dideteksi dengan alat ini adalah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn. (Sastrohamidjojo, 1991)
2.12.3. Atomisasi
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku.
Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi
panas. Suhu harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses
atomisasi sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila suhu
terlalu tinggi.bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan dalam kamar pencampur
kemudian dilewatkan melalui buffle menuju ke pembakar. Nyala akan dihasilkan
oleh sampel yang dihisap masuk dalam kamar pencampur. Diusahakan tetesan
sampel sekecil mungkin agar melalui buffle. Hal ini tidak selalu sempurna,
dikarenakan kadang kala nyala tersedot balik ke dalam kamar pencampuran
sehingga menghasilkan ledakan. Untuk itu lebih disukai dengan lubang yang
sempit dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan dengan seksama.
Dengan gas etilen dan oksidator udara tekan, gas akan terbakar dengan suhi
maksimum mencapai 1200 oC. (Sastrohamidjojo, 1991)

29

2.12.4. Metode Analisis


Untuk penentuan kadar unsur dalam larutan dapat digunakan beberapa metode,
yaitu :
1. Metode standart Tunggal
Satu buah larutan standart dan larutan sampel diukur absorbansinya kemudian
konsentrasi larutan sampel dapat dihitung berdasarkan rumus :

As C s

Ax C x

Dimana :
As = absorbansi standar
Ax = absorbansi sampel
Cs = konsentrasi larutan standar
Cx = konsentrasi larutan sampel
2. Metode kurva standar
Satu deret larutan standar dan larutan sampel diukur absorbansinya dari data As
dan Cs dibuat kurva Cs lawan As.
3. Metode Adisi Standar
Satu deret larutan standar yang telah ditambah dengan larutan sampel diukur
absorbansinya dan diplot kurva At lawan Cs. didasarkan rumus

At
A
Cx x ,
Cs
Cx

akan didapat - CS = Cx dan karena Cs berharga negative, maka Cx berharga


positif.
(Sastrohamidjojo, 1991)

2.13. Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)
dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Absorbsi cahaya UV-Vis
mengakibatkan transisisi elektron, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital

30

keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan
dalam reaksi kimia. Absorbs cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan
energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh fotonfoton memungkinkan elektron- elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah
keluar ke orbital baru yang lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap
radiasi dalam daerah UV-Vis karena molekul tersebut mengandung elektron, yang
dapat diseksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. (Sastrohamidjojo, 1991)
Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi dan lebar pada
daerah panjang gelombang. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan
eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat subtingkat rotasi dan vibrasi.Transisi
elektronik dapat terjadi dari subtingkat keadaan dasar ke subtingkat keadaan
eksitasi. Karena pelbagai transisi ini berbeda energinya maka panjang gelombang
absorbsinya juga berbeda dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam
spectrum itu. Disamping pita-pita spektrum visible disebabkan terjadinya tumpang
tindih energi elektronik dengan energi lainnya (translasi, rotasi dan vibrasi) juga
disebabkan oleh faktor lain sebagai faktor lingkungan kimia yang diberikan oleh
pelarut yang dipakai. Pelarut akan sangat berpengaruh mengurangi kebebasan
transisi elektronik pada molekul yang dikenakan radiasi elektromagnetik. Oleh
karena itu, spectrum zat dalam keadaan uap akan memberikan pita spektrum yang
sempit. Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan
absorban maksimum disebut sebagai panjang gelombang maksimum (maks).
Panjang gelombang maksimum dapat dipakai untuk identifikasi molekul
yang bersifat karakteristik-karakteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian
spektrum visible dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang
menyerap energi lebih sedikit akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
yang lebih besar. Analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis hanya
bisa dipakai untuk data sekunder. Pada analisis kualitatif dengan metode
spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada 2 yaitu :

31

1. Pemeriksaan kemurnian spektrum UV-Vis


2. Penentuan panjang gelombang maksimum.
(Sastrohamidjojo, 1991)
2.13.1. Prinsip Dasar Spektrofotometer UV-Vis
Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah
spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi
senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200-400
nm) atau daerah sinar tampak (400-800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni
dengan penentuan absorbansi larutan sampel yang diukur.
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum
Lambert-Beer, yaitu :

A log T log

It
.b.C
Io

Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang dikeluarkan

= Koefisien ekstingsi
b

= Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel


(Sastrohamidjojo, 1991)

Anda mungkin juga menyukai