Permanganometri
Cerimetri
Bromometri, bromatometri
Nitrimetri
Selain itu, pembakuan juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu
larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer,
karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).
Syarat-syarat larutan baku primer yaitu :
Mudah dikeringkan
Stabil
Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai dasr perhitungan
( Day & Underwood , 2002 ).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar
primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat
digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat ( Day & Underwood, 2002 )
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun
organik.
Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat
menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara
sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator.
Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal
beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri danm permanganometri.
1. Iodimetri dan Iodometri
Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium
tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :
I2 + 2 e 2 I- Eo = + 0,535 volt
Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna
merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti
dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.
Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri.
Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana
larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium
tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak langsung disebut dengan iodometri. Dalam
titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga
digunakan yang berwarna ungu jika mengandung iodin
2. Permengantometri
Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat
cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak
berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita
pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang
dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin C
(asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel
ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas
carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer
sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan kanji
atau amilosa.
C. PRINSIP TITRASI REDOKS
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan
dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh
reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara
untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode
setengah reaksi (metode ion elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi
adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik
adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel
galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani
dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam
perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam
analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar
oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi
antara analit dengan titran.
D.Kurva Titrasi Redoks
Sebelum kita belajar untuk menggambar kurva titrasi redoks maka kita harus
mempelajari terlebih dahulu bagaimana mencari konstanta kesetimbangan reaksi redoks.
Konstanta tersebut dapat dipakai untuk mencari konsentrasi spesies yang terlibat dalam
reaksi redoks pada saat titik equivalent terjadi. Potensial sel akan benilai nol pada saat
kesetimbangan tercapai atau dengan kata lain penjumlahan potensial setengah reaksi
reduksi dan setengah reaksi oksidasi akan sama dengan nol, dengan demikian
persamaan Nernst untuk keduanya dapat disamakan.
Persamaan Nernst untuk reaksi aOks + ne -> bRed dapat dinyatakan sebagai berikut:
E = Eo 2.3026RT/nF log [red]b/[Oks]a
Pada 25 C nilai 2.3026RT/F adalah 0.05916/n sehingga persamaan diatas dapat ditulis
lagi menjadi:
E = Eo 0.05916/n log [red]b/[Oks]a
Pada saat reaksi redoks mencapai kesetimbangan maka nila Ered akan sama dengan nilai
Eoks. Sedangkan hubungan antara energi bebas dengan konstanta kesetimbangannya
adalah sebagai berikut
?Go = -RT ln K atau ?Go=-nFEo
-RT ln K = -nFE
Eo = RT/nF ln K
Secara umum potensial larutan pada titik ekuivalen dapat dicari dengan persamaan
berikut :
E = (n1Eo1 + n2Eo2) / n1+n2
Dengan syarat reaksi tidak melibatkan ion poliatomik seperti CrO42- dan tidak
melibatkan ion hydrogen. Indeks 1 untuk setengah reaksi oksidasi dan 2 untuk setengah
reaksi reduksi. Kurva titrasi dibuat dengan mengeplotkan potensial larutan terhadap
volume larutan titrant yang ditambahkan (modifikasi alat dapat dilihat pada gambar)
dimana 1 merupakan elektroda untuk mengukur potensial atau dapat berupa pH meter,
dan 2 merupakan alat untuk tempat titrant. Setelah titrant ditambahkan maka larutan
diaduk dengan stir magnetic agar reaksi berjalan merata dan cepat. Berikut kurva titrasi
antara larutan Besi(II)amonium sulfat dengan 0.02 M kalium permanganat (analit dibuat
dari 95 mL Besi(II)amonium sulfat kira-kira 0.02 M ditambah dengan 5 mL asam sulfat
pekat.