Anda di halaman 1dari 10

Studi Populasi Mamalia Besar di Pulau Peucang Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Anggi. N, Ema. N, Yustiana. D, Mohamad. I, Mutiari. N, Elgia. N, Rahmi. K, Desi. H, Kartika. M, Hani. E, Arief. R, Kemala. A, Tri. N, Ratu. E, Delis. S, Dwi. Y1
Teti Rostikawati2, Surti Kurniasih3

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan

ABSTRACT
Research on the activities of big mammals population studies (long-tailed monkeys, wild boar, and deer timor) has been carried out in Ujung Kulon National Park
Pandeglang Banten in May 2015. This study aims to determine the amount of estimation big mammals population in the National Park Ujung Kulon. Big mammals
population estimation study was conducted using concentrated. Data were collected from various types of behavior in quantitative descriptive analysis. The results showed
that based graphics big mammals populations on the island Peucang Ujung Kulon National Park, long-tailed monkeys (Macaca fascicularis) with a number of observations
from the first day until the third day reached an avegare of 75 tails, wild boar (Sus scrofa) reached an average of 28 tails, and deer (Rusa timorensis) reached an average of
59 tails. Based on the observations it can be concluded that populations of big mammals in Peucang increased from the last 5 years. This could be due to the absence of
predators so the population increases.
Keywords: Population, Macaca fascicularis, Sus scrofa, Rusa timorensis, National Park Ujung Kulon

ABSTRAK
Penelitian tentang aktivitas studi populasi Mamalia besar (monyet ekor panjang, babi hutan, dan rusa timor) telah dilakukan di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten
Pandeglang Banten pada bulan Mei 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pendugaan populasi mamalia besar di Taman Nasional Ujung Kulon. Penelitian
pendugaan populasi mamalia besar dilakukan dengan metode terkonsentrasi. Data yang terkumpul dari berbagai jenis perilaku di analisa secara deskriptif kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa berdasarkan grafik populasi mamalia terbesar di Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon, Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
jumlah pengamatan dari hari pertama hingga hari ketiga mencapai rata-rata 75 ekor, babi hutan (Sus scrofa) mencapai rata-rata 28 ekor, dan rusa (Rusa timorensis) mencapai
rata-rata 59 ekor. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa populasi mamalia besar di Pulau Peucang meningkat dari 5 tahun terakhir. Hal ini bisa disebabkan
karena tidak adanya predator sehingga populasi meningkat.
Kata kunci: Populasi, Macaca fascicularis, Sus scrofa, Rusa timorensis, Taman Nasional Ujung Kulon

Tim Pengamat Mamalia Besar, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK

Dosen Pembimbing Kelompok Pengamat Mamalia Besar, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK


1

Tim Pengamat Badak Jawa, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK

Dosen Pembimbing kelompok pengamat badak Jawa, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK

PENDAHULUAN
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten dengan luas wilayah 122.956 Ha, yang terdiri atas 78.619 Ha daratan dan
44.337 Ha perairan laut. Status kawasan lindung pada kawasan hutan Ujung
Kulon telah melekat sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda hingga ditetapkan
sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 284/KptsII/1992 tanggal 26 Februari 1992. Wilayah pengelolaannya meliputi Semenanjung
Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, Pulau Handeuleum, dan Gunung
Honje.
Taman Nasional Ujung Kulon tepatnya di Pulau Peucang merupakan salah
satu habitat alami mamalia besar, diantaranya Rusa Timor (Rusa Timorensis), Babi
Hutan (Sus Scrofa), dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Mamalia
merupakan kelas vertebrata yang dicirikan oleh adanya kelenjar susu pada betina
menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, adanya rambut dan tubuh
yang endoterm atau "berdarah panas". Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus,
yang tersebar dalam 425 famili dan 46 ordo. Sebagian besar mamalia melahirkan,
kecuali kelompok monotremata yang bertelur (Wikipedia, 2008).
Menurut Meijaard et al. (2006), pengelompokan mamalia secara stratifikasi
ekologi dapat dibagi dalam kelompok terestrial/darat (sebagian besar tinggal di
permukaan tanah), arboreal (hidup di pepohonan/tajuk pohon), dan akuatik
(tinggal di wilayah perairan). Pengelompokan mamalia sering dilakukan pula
berdasarkan ukuran atau berat tubuhnya, yaitu kelompok mamalia besar dan
mamalia kecil. Menurut batasan Suyanto dan Semiadi (2004), yang dimaksud
dengan mamalia besar adalah jenis mamalia yang memiliki berat badan dewasa
lebih dari lima kg sedangkan di bawahnya termasuk kelompok mamalia kecil.
Mamalia besar mempunyai peran penting dalam ekosistem di Pulau Peucang
diantaranya menjaga keseimbangan rantai makanan. Peran rusa timor salah
satunya membantu dalam penyebaran biji dan pagutannya selalu meremajakan
kembali individu tumbuhan yang dimakannya, monyet ekor panjang membantu
dalam penyebaran biji-bijian alami ke hutan (pollinator) dan pengendali populasi
serangga, babi hutan membantu penggemburan tanah melalui mocong saat
mencari makan.
Namun demikian apabila ukuran populasi mamalia besar lebih dari kapasitas
habitatnya, maka pertumbuhan lingkungan dan pakannya akan terganggu yang
berakibat menurunnya daya dukung habitatnya. Dengan adanya penurunan daya
dukung habitat tentunya akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mamalia
besar itu sendiri.

Tujuan penelitian ini untuk menduga besar populasi Macaca fascicularis,


Sus scrofa, dan Rusa timorensis di hutan hujan tropis daratan rendah Pulau
Peucang. Manfaat penelitian untuk memberikan informasi tentang populasi
Macaca fascicularis, Sus scrofa, dan Rusa timorensis di hutan hujan tropis daratan
rendah Pulau Peucang dan sebagai sumber referensi untuk penelitian lainnya di
TNUK.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon
yang terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang dengan
luas 450 Ha. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara
1020232 - 1053737 BT dan 063043 - 065217 LS.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Mei 2015 bertempat di sekitar
camp, kemudian dilanjutkan kembali tanggal 28 Mei 2015 di hutan hujan tropis
dataran rendah dan tanggal 29 Mei 2015 di sekitar camp. Pemilihan lokasi
penelitian merupakan lokasi penyebaran mamalia besar di Pulau Peucang. Untuk
mengetahui populasi mamalia besar dilakukan dengan penjelajahan di area
penginapan dan hutan hujan tropis dataran rendah serta wawancara dengan pihak
pengelola Taman Nasional Ujung Kulon.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode terkonsentrasi yang
membagi tempat penelitian di sekitar camp menjadi 4 titik pada setiap titik luas
pengamatan adalah 50 x 50 meter dan transek line pada saat di dalam hutan
dengan jarak masing-masing setiap titik berjarak 200 meter dan ukuran
pengamatan 100x100 meter. Populasi dibagi menjadi dua sub populasi yaitu
populasi I adalah di halaman dekat penginapan dan populasi II adalah di hutan
hujan tropis dataran rendah. Pengamatan dilakukan dengan mencatat mamalia
besar yang berada pada setiap plot. Pengamatan hari pertama yaitu sore hari pada
jam 17.00-18.45 WIB. Pengamatan hari kedua yaitu pagi hari pada jam 06.0011.00 WIB dan jam 17.00-18.45. Pengamatan hari ketiga pada pagi hari jam
05.30-07.00 WIB. Data primer dikumpulkan menggunakan metode terkonsentrasi
(Alikodra, 1980), Data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis data
yang dilakukan meliputi penghitungan kepadatan populasi dengan menggunakan
rumus (Alikodra, 1990):
Kepadatan populasi: Jumlah individu(ekor)
Luas areal sensus (ha)
Data yang telah ditabulasikan dianalisis secara deskriptif, didukung dengan data
sekunder untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari pengamatan di
lapangan.

PENGUMPULAN DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan melalui dua macam cara
yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
didapatkan dengan melakukan observasi langsung di lapangan. Data sekunder
dilakukan dengan studi literatur dari berbagai literatur yang tersedia.

N
o

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Nama
Spesies

Lokas
i

Wakt
u

Jumlah Spesies
(Ekor)
Jant Beti
an
na
Ana
Dew Dew k
asa
asa

Lapan
gan

18.15

Macaca
fasciculTOTAL
aris

Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang
tertentu dan pada saat tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, jumlah individu mamalia besar yang didapatkan pada titik pengamatan
memiliki nilai yang berbeda di tiap titiknya. Data hasil pengamatan populasi
mamalia tersebut dapat dilihat pada sebagai berikut:

Lapan
gan

11

11

Jum
lah

2
31
BAB

17.30

Tabel 1. Populasi Mamalia (pengamatan hari ke-1 pada sore hari)


N
o

Nama
Spesies

Lokas
i

Depan
Barak

Macaca
fascicul
aris

Sebela
h
Kanan
Derma
ga
sebela
h kiri
Derma
ga

17.00

Jumlah Spesies
(Ekor)
Jant Beti
an
na
Ana
Dew Dew k
asa
asa
3

17.07

Wakt
u

17.31
18.03

3
2

Jum
lah

Perilak
u

Keteran
gan

3
12

9
5

Pasanga
n
monyet
groomin
g,
makan
dan
bergerak
di
pohon

2 ekor
dewasa
tidak
terdetek
si
pasanga
n jantan
dan
betina

Sus
scrofa

Depan
Barak
Sebela
h
Kanan
Derma
ga
Sebela
h Kiri
Derma
ga
TOTAL

Rusa
timoren
sis

Lapan
gan
Rump
ut
CAM
P

TOTAL

Perilak
u

17.45

18.02

18.15

5
10

15
10
1
1
1
1
1

17.34
17.35
17.41
17.45
17.48
18.06
18.45

1
1
1
1
1
1

15

18

Kencing
Merega
ngkan
tubuh,
makan
Berjalan
, makan

Makan

Makan
Makan
Makan
Makan
Makan
Makan
Mengas
uh anak,
istirahat

Keteran
gan

Tabel 2. Populasi Mamalia (pengamatan hari ke-2 pada pagi hari)

No

Nama
Spesies

Lokas
i

Wakt
u

06.35

Jumlah Spesies
(Ekor)
Jant Beti
an
na
Ana
Dew Dew k
asa
asa

Jum
lah

11

Depan
Barak

07.00
1

Sebela
h
Kanan
Derma
ga
Sebela
h Kiri
Derma
ga
Lapan
gan
TOTAL
2

12

Macaca
fascicul
aris

Sus
scrofa

Lapan
gan

07.15

07.35
08.00

06.00

19

Perilaku

Grooming
, makan,
kencing,
bergerak
di tanah
dan di
pepohona
n,
climbing
Grooming
, makan,
bergerak
di tanah
dan di
pepohona
n,
climbing
makan,
bergerak
di tanah
dan di
pepohona
n,
climbing
makan
dan
bergerak
di pohon

Keterang
an

No

Nama
Spesies

Lokas
i

43
1

BAB
Kencing

Jum
lah

Perilaku

Keterang
an

Meregang
kan tubuh,
makan
Di dekat
bak
sampah
dan bekas
kapal

Sebela
h
Kanan
Derma
ga

Di pohon
ketapang
di ujung
kiri barak
dan
pertengah
an

pasangan
jantan dan
betina

Depan
Barak

06.03

Berjalan,
makan

Berkump
ul di dekat
bak
sampah
dan
belakng
restoran

Makan,
berebut
tempat
mencari
makan

Di dalam
bak
sampah

06.03

07.00

4
2
1
3
1

08.15
08.17
08.29
08.30

2
1

11
2
1
5
2

08.35

09.35
09.40
09.55
10.00

1
1
1
5
16

1
1
1
5
20

Sus
scrofa

Sebela
h Kiri
Derma
ga
TOTAL

Rusa
timoren
sis

Lapan
gan
Rump
ut
CAM
P

3
16

Wakt
u

Jumlah Spesies
(Ekor)
Jant Beti
an
na
Ana
Dew Dew k
asa
asa

TOTAL

Makan
Makan
Makan
Makan
Makan,
Mengasuh
anak,
Makan
istirahat
Makan

Tabel 3. Populasi Mamalia Rusa (pengamatan kedua di hutan hujan tropis)


Jenis Kelamin
Lokasi

Waktu

Jantan
Dewasa

08.15
08.17
08.29
08.30
08.35
09.35
09.40
09.55
10.00

Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4

Jumlah

Betina
Dewasa
2
1
3
1
1

Anak
2
1
5
2
2
1
1
1
5
20

2
1
1

1
1
1
1
10

4
6

TOTAL

No

Nama
Spesies

Nama
Spesies

Macaca
fascicul
aris

Lokas
i

Wakt
u

Depan
Barak

17.00
17.07

Sebela
h
Kanan
Derma
ga
Sebela
h Kiri
Derma
ga

17.31
18.03

2
2

2
1

3
2

2
Jum
lah

Perilaku

Keterang
an

3
12

9
5

Berger-ak,
makan,
berebutma
kan,
climbing
Pasangan
monyet
Grooming,
makan
dan
bergerak
di pohon

Lapan
gan

18.15

Lapan
gan

Tabel 4. Populasi Mamalia (pengamatan kedua pada sore hari)

No

Wakt
u

Macaca
TOTAL
fascicul
aris

Keterangan: Jarak pengamatan 500 m dari Resort


Jarak setiap Plot beradius 200 m dengan kelembaban 28oC

Jumlah Spesies
(Ekor)
Jant Beti
an
na
Ana
Dew Dew
k
asa
asa
3

Lokas
i

Jumlah Spesies
(Ekor)
Jant Beti
an
na
Ana
Dew Dew
k
asa
asa

2 ekor
dewasa
tidak
terdeteksi
Dekat bak
sampah
3

Sus
scrofa

Depan
Barak
Sebela
h
Kanan
Derma
ga
Sebela
h Kiri
Derma
ga
TOTAL

Rusa
timoren
sis

TOTAL

Lapan
gan
Rump
ut
CAM
P

11

11

Jum
lah

Perilaku

31
BAB

17.00

17.07

17.31

18.03

5
10

15
10
1
1
1
1
1

17.34
17.35
17.41
17.45
17.48
17.56
18.45

1
1
1
1
1
1

15

18

Kencing
Meregang
kan
Tubuh,
makan
Berjalan,
makan
Makan

Makan
Makan
Makan
Makan
Makan
Makan
Mengasuh
anak,
istirahat

Keterang
an

Tabel 5. Populasi Mamalia (pengamatan ketiga pagi hari)


No

Nama
Spesie
s

Lokasi

lapanga
n

Sus
scrofa

tempat
sampah
TOTAL

Jumlah Spesies (Ekor)


jantan
betina
ana
dewasa
dewasa
k
4

Jumla
h

10

14

11

Depan
Barak

Maca
ca
fascic
ularis
Sebelah
Kanan
Dermag
a
Sebelah
Kiri
Dermag
a
Lapanga
n
TOTAL

12

19

3
14

41

Perilaku
mencari
makan,
berjalan
tidur
mencari
makan
Groomoin
g, makan,
kencing,
bergerak
di tanah
dan di
pepohona
n,
climbing
Grooming
, makan,
bergerak
di tanah
dan di
pepohona
n,
climbing
makan,
bergerak
di tanah
dan di
pepohona
n,
climbing
makan
dan
bergerak
di pohon
bergerak

Keterang
an
sekitar
penginapa
n

Di dekat
bak
sampah
dan bekas
kapal

No

Nama
Spesie
s

Rusa
timore
nsis

Lokasi

Lapanga
n
Rumput
CAMP

TOTAL

Jumlah Spesies (Ekor)


jantan
betina
ana
dewasa
dewasa
k
2
1
3
2
1
1

Jumla
h
2
1
5
2

2
1
1
5
18

2
1
1
5
21

Perilaku

Keterang
an

Makan
Makan
Makan
Makan
Makan,
Mengasuh
anak,
Makan
istirahat
Makan
Berjalan

Pengamatan ini dilakukan di Pulau Peucang dengan ketinggian kurang lebih


1 dpl dan suhu 31oC. Macaca fascicularis merupakan spesies dengan populasi
terbesar di Pulau Peucang yang ditunjukkan pada grafik 1.

Di pohon
katapang
dan
bintaro di
ujung kiri
barak dan
pertengah
an

pohon
kopo

pasangan
jantan dan
betina

Grafik 1. Populasi Mamalia Besar Berdasarkan Spesies

Kerapatan populasi:
Populasi mamalia yang terbesar di pulau peucang TNUK adalah monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) dengan jumlah pengamatan dari hari pertama
sampai dengan hari ketiga mencapai 146 ekor, babi hutan (Sus scrofa) mencapai
55 ekor, rusa (Rusa timorensis) mencapai 97 ekor. Populasi mamalia berdasarkan
jenis kelamin jantan terbanyak adalah Macaca fascicularis, sedangkan mamalia
jenis kelamin betina terbanyak adalah Rusa timorensis seperti yang ditunjukkan
pada grafik 2.

Analisis populasi rusa kelompok pagi di sekitar camp 18 ekor, sore 21 ekor
dan pagi di hutan 20 ekor, jumlah rata-rata populasi rusa seluruhnya adalah 29
ekor dengan kerapatan populasi 9,7500/Ha.
Tabel 6. Hasil analisis populasi monyet ekor panjang
Lokasi

Populasi
kelompok
pagi

sore

15

23

Sebelah
Kiri
Dermaga

Sebelah
Kiri
Dermaga

33

42

Depan
Barak

pagi

sore

Rata-rata
populasi
seluruhnya

11

19

Rata-rata populasi

kerapatan
populasi

Sebelah
Kanan
Dermaga

Lapangan

Grafik 2. Populasi Mamalia Besar Berdasarkan Jenis Kelamin


Populasi tiap kelompok pengamatan dengan rumus :

Rata-rata Populasi:

total

9,500/Ha

Tabel 7. Hasil analisis populasi babi hutan


Lokasi

Populasi
kelompok

Rata-rata
populasi

pagi

Sore

Depan
Barak

Sebelah
Kanan
Dermaga

Sebelah
Kiri
Dermaga

Sebelah
Kiri
Dermaga

Lapangan

15

13

total

pagi

3.75

sore

3.125

Rata-rata
populasi
seluruhnya

6.875

kerapatan
populasi

3,500/Ha

Hasil pengamatan di dalam hutan dengan panjang jarak 700 meter di


dapatkan di plot satu 6 betina dewasa 2 anak, setiap plot di tambah 200 meter
panjang jarak pengamatan. Plot dua, 2 ekor betina dewasa dan 2 ekor anak, plot
tiga, 2 ekor jantan, dan plot 4 terdapat 4 jantan yang terdiri dari 3 jantan dewasa
dan satu jantan muda dan 1 betina jarak 1300 meter. Luas wilayahnya adalah 1300
x 200 lebar pengamatan.
Penghitungan Populasi Menggunakan rata-rata jarak dengan terdekat (Y),
PY = A . n
2 L WY
Dimana :
PY = Jumlah populasi
n = jumlah satwa yang teramati
L = panjang total transek
w = lebar transek
A = luas kawasan

Macaca fascicularis adalah monyet kecil yang berwarna cokelat dengan


bagian perut berwarna lebih mudah dan disertai rambut keputihan yang jelas pada
bagian muka.
Monyet ekor panjang muda seringkali mempunyai jambul yang tinggi,
sedangkan monyet yang tua bercambang lebih lebat mengelilingi muka. Ciri
utama anatomi Macaca fascicularis adalah kantung pipih untuk menyimpan
makanan sementara di dalam pipinya (check pouch). Ekor dari Macaca
fascicularis dewasa mencapai 60 cm bisa 80% panjang tubuhnya bahkan lebih
panjang dari panjang tubuhnya. Berat tubuh Long-tailed Macaque berkisar antara
5-9 kg untuk jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina. Macaca fascicularis yang
umurnya masih bayi dan sering di dekap oleh induknya berwarna hitam,
sedangkan anakan dan remaja berwarna coklat kehitaman dan memiliki jambul
berwarna coklat kehitaman di kepalanya sedangkan yang dewasa berwarna coklat
keabuan. Populasi Macaca fascicularis di Pulau Peucang cenderung meningkat
dari lima tahun terakhir walaupun secara data faktual tidak ada.
Berdasarkan susunan makanan, Macaca fascicularis termasuk Fruitivor
(pemakan buah) tapi juga memakan serangga, daun, bunga sehingga dapat
dikatakan sebagai omnivor. Jenis pohon sebagai tempat tinggal dan pakan dari
Macaca fascicularis di sekitar camp di pulau peucang adalah bintaro (Cerbera
manghas), kampis (Hemandia peltata), ketapang (Terminalia catappa), dan kopo
(Eugnia spp) selain itu memakan sisa makanan pengunjung dan mencuri makanan
yang di bawa oleh pengunjung. Di daerah hutan biasanya Macaca fascicularis
makan buah dan bunga pohon kiara (Fellicium decipiens) sebagai pakan
utamanya.
Hasil dari pakan yang melimpah akibat ada banyak pengunjung
mengakibatkan populasi Macaca fascicularis terkonsentrasi atau lebih banyak di
sekitar camp. Macaca fascicularis memiliki kecenderungan untuk menguasai
makanan sebanyak-banyaknya walaupun tidak mampu menghabiskan semua. Hal
ini dapat memicu perkelahian dengan monyet lainnya. Cara makan hewan ini
dengan cara mengambil makanan dengan tangannya, mencium makanan tersebut,
ketika dirasa aman kemudian langsung memakannya. Perilaku agresif akan

muncul bila ada kera lain yang ingin mengambil makanan pada saat individu kera
jantan sedang makan. Pernyataan ini sesuai dengan Watiniasih (2002) dan Tarigan
(2009) yang menyatakan bahwa perilaku agresif banyak dilakukan oleh kera
jantan dewasa. Macaca fascicularis aktif pada siang hari (diurnal) dan tidur atau
beristirahat pada malam hari diatas pohon tujuannya menghindari diri dari
serangan musuh ketika sedang beristirahat. Perilaku istirahat, makan, bergerak dan
grooming merupakan perilaku yang umum dilakukan oleh kera ekor panjang di
berbagai tempat, sebagai salah satu perilaku untuk penentuan teritorial. Perilaku
umum ini juga ditemukan pula aktifitas grooming diatas pohon katapang di sore
hari. Menurut Kartikasari (1986), grooming adalah kegiatan merawat dan mencari
kutu yang merupakan prilaku sosial yang umum dilakukan oleh kelompok
primata. Grooming dilakukan dengan kedua tangannya untuk mengambil,
menggosok, menyisir, dan mencari kutu di semua rambutnya. Aktifitas berlari-lari
pada anak monyet merupakan perilaku bermain. Bayi betina cenderung
menghabiskan waktu di gendongan ibunya. Suprihandini (1993) menemukan
bahwa perilaku kawin dilakukan pada periode aktif dimana periode tersebut
tidaklah teratur dan hanya terjadi pada waktu tertentu.
Monyet ekor panjang terlihat lebih banyak berkumpul atau berkelompok
yang terdiri dari banyaknya jantan dan banyaknya betina sehingga mudah
ditemukan dan aktif di tempat yang sering dikunjungi oleh pengunjung,
pernyataan ini sesuai dengan penelitian Putra (1996) dan Fuentes and Germerl
(2005). Sebenarnya habitat Macaca fascicularis di hutan hujan tropis, namun hasil
pengamatan menunjukkan Macaca fascicularis dapat ditemukan ditempat yang
berdekatan dengan manusia disebabkan karena banyaknya makanan yang tersedia
sehingga memudahkan hewan ini untuk mencari makan dan adanya pohonpohonan disekitar penginapan menunjang Macaca fascicularis beraktifitas
disekelilingnya. Hal ini juga menyebabkan perubahan perilaku pada hewan
tersebut.
Perkawinan yang terjadi pada monyet tidak dibatasi oleh musim-musim
tertentu saja. Hal ini mungkin berbeda dengan binatang lain yang mengalami
musim kawin pada saat-saat tertentu saja. Monyet dapat kawin pada tiap musim,
asalkan dirinya sudah mampu membuahi ataupun mengalami kehamilan.
Kematangan seksual pada monyet ekor panjang jantan adalah 4,2 tahun dan
betina 4,3 tahun. Siklus menstruasi berkisar selama 28 hari dan lama birahi 11
hari. Selang waktu pembiakan (breeding interval) terjadi antara 24-28 bulan, masa
kehamilan berkisar antara 160-186 hari dengan rata-rata 167 hari. Jumlah anak
yang dapat dilahirkan satu ekor dan jarang sekali 2 ekor dengan berat bayi yang
dilahirkan berkisar antara 230-470 gram. Anak monyet ekor panjang disapih pada

umur 5-6 bulan. Masa mengasuh anak berlangsung selama 14-18 bulan.
Perkawinan dapat terjadi sewaktu-waktu dan ovulasi berlangsung spontan dengan
rata-rata hari ke 12 sampai ke-13 pada siklus birahi (Napier dan Napier, 1967).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di hutan kiara yang terletak di
dekat dengan penginapan tidak ditemukan Macaca fascicularis. Hal ini
disebabkan pohon-pohon yang ada di daerah pengamatan tersebut tidak berbuah.
Didapatkan pula burung Merak dan burung Rangkong yang berbunyi ketika
melihat manusia sehingga jadi pertanda bagi hewan lain untuk menghindar. Bunyi
tersebut merupakan salah satu komunikasi yang terjadi di alam.
Rusa merupakan hewan ruminansia dengan rangga bercabang yang tumbuh
pertama kali pada anak jantan umur 8 bulan, warna bulu coklat dengan warna
bagian bawah perut dan ekor berwarna putih.
Perilaku harian yang umum dilakukan oleh Rusa timorensis di Pulau
Peucang meliputi perilaku makan, bergerak, istirahat, dan tingkah laku sosial.
Perilaku yang ditemukan pada saat pengamatan Rusa timorensis lebih banyak
melakukan aktivitas makan (merumput) pada waktu pagi dan sore hari.
Wirdateti,et.al. (1994) melaporkan bahwa aktivitas makan (merumput) rusa lebih
banyak pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari rusa mulai melakukan
aktivitas makan pada jam 07.00 - 08.00 disaat matahari mulai terbit ketika rumput
mulai mengering. Rusa timorensis lebih banyak makan di sekitar areal camp
dibandingkan dengan di hutan karena di areal hutan hanya sedikit pakan yang
didapatkan. Pada waktu makan rusa akan lebih dahulu memilih hijauan yang
paling disukai di sekitar areal tersebut sampai batas tertentu. Kemudian akan
kembali ketempat semula memilih jenis hijauan lainnya.
Dari hasil pengamatan, jenis tumbuhan yang dimakan rusa adalah rumputrumputan. Didapatkan pula banyaknya kotoran rusa pada rerumputan tersebut.
Hal tersebut memberikan keuntungan bagi rumput tersebut. Kotoran rusa sebagai
pupuk bagi rumput sehingga membantu meremajakan kembali rumput yang
dimakannya.
Aktivitas istirahat rusa dilakukan dengan berbaring di bawah pohon, semak
atau hutan. Aktivitas ini juga dilakukan untuk berlindung dari terik sinar matahari
pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Rusa timorensis merupakan
hewan yang hidup berkelompok, sangat sensitif pada keadaan. Rusa timorensis
yang berada di hutan lebih sensitif dibanding dengan rusa yang berada pada area
camp yang sudah biasa dengan kehadiran manusia. Tingkah laku investigasi yang
merupakan tingkah laku waspada terhadap gangguan yang mencurigakan, ditandai
dengan menegakkan kepala tanpa bersuara serta memandang lurus kesatu arah
yang dianggap berbahaya. Pada rusa jantan disaat tanduk akan lepas biasanya rusa

akan menggosokkan tanduk pada pohon kayu yang ada disekitarnya, mau pun
pada batu dan tanah. Tanduk yang akan patah sangat kuat dan keras.
Masa kehamilan rusa 5-6 bulan. Biasanya saat musim kawin, rusa jantan
akan selalu beriringan dengan betina dan mengelilingi betina. Untuk mendapatkan
betina, rusa jantan akan berkelahi dengan rusa jantan yang lain sampai muncul
pemenang, dan yang lemah akan tersingkir. Untuk menarik perhatian rusa betina,
rusa jantan akan menghiasi rangganya dengan rerumputan atau tumbuh-tumbuhan
yang lain.
Pada babi hutan muda memiliki warna tubuh belang coklat hitam, semakin
tumbuh dewasa warna coklat pada babi muda memudar berubah menjadi hitam.
Babi mempunyai panjang tubuh 90-200 cm dengan panjang ekornya yang bisa
mencapai 15-40 cm. Tinggi babi dewasa diukur dari pundak sekitar 55-110 cm.
Berat badan babi hutan rata-rata sekitar 50-90 kg tergantung habitat. Babi hutan
jantan memiliki taring panjang, taring yang panjang berfungsi untuk senjata
sekaligus alat bantu. Panjang taring babi hutan normal 6cm, bisa juga mencapai
12cm. Babi hutan betina memiliki taring tapi lebih kecil.
Tingginya populasi babi hutan disetiap daerah sebarannya, dikarenakan
spesies ini dapat berkembang biak dengan cepat dan jumlah anak yang dilahirkan
lebih banyak (Nowak and Paradiso, 1983). Selain itu, babi hutan juga bersifat
omnivorous, yang dengan mudah mendapatkan makanan. Hal tersebut diatas
adalah alasan utama mengapa spesies ini dapat berhasil menyebar dengan luas
(Mayer and Brisbin, 2009). Seperti pada pengamatan yang dilakukan di Pulau
Peucang, babi hutan memakan dari sisa makanan manusia. Aktifitas yang
dilakukan antara lain makan, mengasuh anak, dan istirahat.
Pada dasarnya babi hutan yang hidup di daerah tropis merupakan hewan
yang aktif siang dan malam hari, dengan puncak aktivitas saat sore menjelang
malam dan menjelang fajar (Caley, 1997). Mereka biasa aktif bergerak untuk
mencari makan pada jalan yang biasa dilalui oleh mamalia besar lainnya (Graves,
1984). Babi hutan memiliki penglihatan dan penciuman yang baik sehingga dapat
mendeteksi ancaman dari kejauhan (Giffin, 1972).
Pada pengamatan yang dilakukan dihutan kiara, tidak ditemukan babi hutan.
Hal ini disebabkan karena adanya burung Merak dan burung Rangkong yang
berbunyi ketika melihat manusia sehingga jadi pertanda bagi hewan lain untuk
menghindar. Bunyi tersebut merupakan salah satu komunikasi yang terjadi di
alam.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Taman Nasional Ujung Kulon tepatnya di Pulau Peucang merupakan salah


satu habitat alami mamalia besar, diantaranya Rusa Timor (Rusa Timorensis), Babi
Hutan (Sus Scrofa), dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Beberapa
aktivitas mamalia besar tersebut dilakukan pada siang hari hingga sore hari.
Adanya aktivitas manusia menyebabkan sebagian mamalia mengalami perubahan
perilaku. Berdasarkan grafik pengamatan populasi mamalia terbesar di Pulau
Peucang adalah Macaca fuscicularis dengan rata-rata populasi sebanyak 75 ekor.
Sedangkan betina terbanyak dari spesies Rusa timorensis dan jantan terbanyak
pada spesies Macaca fuscicularis.
Saran
Untuk pengamatan di masa mendatang disarankan agar mengetahui
pergerakan Macaca fascicularis, Sus scrofa dan Rusa timorensis yang hidup di
Pulau Peucang, sehingga dapat memperkirakan luasan habitat mamalia besar
tersebut yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
MacKinnon J, Mackinnon K. 1987. Conservation status of the primates of the
Indo-Chinese Subregion. Primate Conservation. 8:187-195.
Eimerl, sarel & Devor, irvan, 1978.Primata. Jakarta. Pusaka Alam
Tarigan, B. 2009. Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di
Kawasan Mandala Wisata Wenarawana Padangtegal Ubud. Fakultas
Kedokteran Hewan Univrsitas Udayana. Bali
Putra, I.B.D.O. 1996. Tingkah Laku Makan Kera Ekor Panjang (Macaca
fascicularis Rafles) Di Hutan Wisata Alas Kedaton, Kecamatan Marga,
Kabupaten Tabanan, Propinsi Dati I Bali. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali.
Fuentes, A. and S. Germerl. 2005. Disproportionate Participation by Age/sex
Classes in Aggressive Interaction Between Longtailed Macaques (Macaca
fascicularis) and Human Tourist at Taman Wisata Alam Sangeh, Bali,
Indonesia: Brief Report. American Journal of Primatology 66: 197-204.
Watiniasih, N.L. 2002. Perilaku Harian Monyet Ekor Panjang ( Macaca
fascicularis) Di Wanara Wana Monkey Forest, Padang Tegal Ubud,
Gianyar. Jurnal Biologi 6(2): 64 67
Napier, J. R. and P. H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The
MIT Press, Cambridge, Massachusetts

Anda mungkin juga menyukai