Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AKHIR SEMESTER

SOSIOLOGI KEPENDUDUKAN

“Trafficking” Alternatif Kemiskinan-ku


__________________________________________________

Mellifera Nunik Elsanda (08/264922/SP/22615)


Belina Ayu Riza Harahap (08/267135/SP/22777)
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009

ABSTRAKSI

Persebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan berbagai macam


masalah. Dalam hal ini mereka yang tinggal didaerah terisolir semakin jauh
tertinggal dengan daerah lain yang lebih maju. Baik itu dari segi fasilitas, maupun
sumber dayanya. Untuk dapat memahami penduduk disuatu daerah dengan
berbagai macam problemanya maka kita perlu mempelajari demografi. Demografi
menurut Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengusulkan definisi
demografi sebagai berikut :
”Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of
population, changes there ini and the components of such changes which maybe
identified as natality, territorial movement (migration), and social mobility (changes of
states)”.
Pada intinya demografi mempelajari semua komponen didalam masyarakat.
Namun disini kita akan mengangkat problema demografi dari faktor gerak teritorial
(migrasi). Masalah yang ada adalah para tenaga kerja Indonesia khususnya TKW
diluar negeri, masalah TKW adalah masalah nasional semua orang perlu ikut andil
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah mereka hadapi baik secara fisik
ataupun psikis mereka.
Mereka adalah korban trafficking, yang menjadi akar utama terjadinya
trafficking adalah kemiskinan dan kebodohan. Terlebih lagi pada daerah-daerah
yang terisolir dan terpencil, hal itu menjadi sasaran yang paling rawan dalam
tindakan trafficking. Dalam berbagai analisis yang dikemukakan oleh para tokoh
seperti Marx dan Engels, bahwa perempuan dan anak adalah suatu produk dari
kapitalisme dimana pihak-pihak yang terlibat dapat turut serta membungkam
tindakan ini.
Di Indonesia praktik trafficking dapat dikategorikan tinggi, sebab pengawasan
terhadap tindakan ini tidaklah terlalu ketat. Padahal para korban semakin banyak,
namun mereka takut untuk berterus terang terhadap apa yang mereka alami. Dalam
hal ini perlu adanya bantuan dari berbagai pihak seperti LSM, dan tentunya semua
lapisan masyarakat. Terlebih lagi dalam UUD 1945 Pasal 28 telah diterangkan
semua orang memiliki hak untuk hidup. Jadi, semua yang telah terlibat seyogyanya
kita harus menyadari bahwa, segala bentuk pengeksploitasian terhadap siapapun
termasuk wanita dan anak harus segera dihentikan, dengan memberikan hukuman
yang seberat-beratnya. Dan untuk para korban trafficking kita harus memberikan
dukungan baik secara moril maupun materiil, guna penyembuhan secara personal
dan struktural agar kasus ini tidak menjadi cerita umum bagi masyarakat Indonesia.

“Trafficking” Alternatif Kemiskinan-ku

Perdagangan manusia adalah perdagangan dalam gerakan atau migrasi


orang, legal dan ilegal, termasuk tenaga kerja baik sah kegiatan serta kerja paksa.
perekrutan, transportasi, harbouring, atau penerimaan orang untuk tujuan
perbudakan, pelacuran, kerja paksa (termasuk tenaga kerja atau disimpan dlm
gudang hutang), dan jasa-jasa.1 Kasus traficking biasanya terjadi di wilayah –
wilayah minoritas diIndonesia, dengan kata lain wilayah ini merupakan wilayah yang
sekiranya memilki tingkat ekonomi, intelektual maupun budaya yang relative rendah,
dan sering kali mereka itu adalah para pengungsi akibat faktor eksternal yang terjadi
di daerah asal mereka, seperti bencana alam, peperangan, pengasingan dan lain
sebagainya.
Wilayah – wilayah konsentrasi ekonomi di Indonesia telah memberikan
banyak celah terhadap adanya pergeseran desentralisasi, yang mengakibatkan
daerah – daerah tersebut mempunyai dampak potensi kriminal illegal.

1
http://en.wikipedia.org/wiki/Human_trafficking&prev=/
Seperti yang kita ketahui bersama pada statistik ratio komposisi peduduk di
Indonesia yang cenderung pada piramida young population, telah dapat kita telaah
bagaimana potensi komposisi ini memberikan peluang pada kasus trafficking. Selain
itu faktor essensial dari trafficking adalah masalah kesejateraan yang minim.
Pertambahan yang memicu ledakan penduduk telah menjadikan banyak masyarakat
yang berusaha mempertahankan hidup dengan pekerjaan yang illegal. Karena
ketersediaan pekerjaan untuk mereka yang umumnya tidak memiliki keterampilan
atau kecerdasan yang memadai tidak disediakan cukup oleh pemerintah.
Berdasarkan data International Organization for Migration (IOM), pada April
2007, jumlah korban trafficking dari Indonesia paling banyak berasal Kalimantan
Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Barat. Martino
mengakui bahwa Indonesia menjadi salah satu sumber untuk kejahatan trafficking
internasional.2
Menurut prediksi Marx dan Engels tentang eksploitasi perempuan dan anak-
anak oleh kapitalisme semakin terdukung dengan adanya perburuhan. Pendapat ini
sekiranya menjadi jelas bahwa eksistensi trafficking terjadi karena adanya system
kapitalis yang dapat membungkam pihak - pihak yang terlibat akibat materialist
mereka, dan trafficking ini telah menjadi suatu ‘industri’ yang memperbudaki wanita
– wanita menjadikan seperti perburuhan.
Menurut Juliet Mitchell status perempuan ditentukan secara jamak oleh
perannya pada produksi, reproduksi, serta sosialisasi anak-anak dan seksualitas.
Ketiga elemen tersebut tidak dapat direduksi. Hal ini menjelaskan bahwa perempuan
mempunyai peran penting dalam aktualisasi terhadap kehidupan. Kemiskinan tidak
membungkamkan perempuan untuk tidak ikut serta dalam mensejahterakan
keluarga, meskipun mereka menggunakan jalan pintas dalam proyek perdagangan
manusia illegal. Pembebasan perempuan membutuhkan (setidaknya) penghapusan
‘lembaga’ yg melanggengkan hasrat laki-laki untuk menguasai perempuan.

Beberapa penyebab dan fasilitator dari perdagangan antara lain:


• Kurangnya kesempatan kerja
• Kejahatan terorganisir
• Regional imbalances
• Disparitas ekonomi
• Diskriminasi sosial
• Korupsi di pemerintahan
• Politik
• Konflik bersenjata
• Massa kembali untuk proyek-proyek besar tanpa benar kembali dan
Rehabilitasi paket.
• Profitabilitas
• Mencukupi hukuman terhadap traffickers
• Minimal penegakan hukum di industri pariwisata seks global
• Proses hukum yang menuntut korban untuk penuntutan daripada traffickers
2
www.migrantcare.com, Senin, 14 April 2008 dengan fokus : Indonesia Lumbung Trafficking
• Miskin perbatasan internasional pertahanan

Motif utama dari seorang perempuan (dalam beberapa kasus seorang gadis
bawah umur) untuk menerima tawaran dari pedagang yang lebih baik keuangan
peluang bagi dirinya atau keluarganya. Dalam banyak kasus traffickers awalnya
menawarkan pekerjaan atau janji kesempatan untuk belajar. Jenis pekerjaan utama
yang ditawarkan bertempat di hotel katering dan industri, bar dan klub, kontrak
modeling, atau pasangan bekerja. Terkadang agen trafficking melakukan
perkawinan, ancaman, intimidasi dan penculikan sebagai cara untuk mendapatkan
korban.
Trafficking di Indonesia yang termasuk tinggi dapat dengan mudah lolos
karena pengawasannya yang kurang ketat. Yakni, buruh migran diluar negeri
mendapat pekerjaan di Negara lain melalui proses yang tidak resmi, sebagian
kekerasan yang mereka hadapi adalah3 :
• Calo memberikan surat – surat palsu untuk mempercepat proses atau
membuat anak kelihatan tua agar dapat bekerja.
• Sebagian besar buruh migrant berhutang pada perantara atau PJTKI
karena mereka tidak mampu membayar biaya resmi dan tidak resmi
yang dibebankan pada mereka sejak awal.
• Majikan atau calo menyimpan passport korban dan surat-surat lainnya
sehingga tidak memungkinkan korban untk pergi atau mencari
kebebasannya.
• Kondisi kerja mengenaskan dan seringkali melanggar undang –
undang ketenagakerjaan setempat.

Mereka diangkut keluar negeri melalui beberapa pintu keluar. Diantaranya


yang sering disorot adalah Surabaya, Batam, Cilacap, dan Entikong di Kalimantan
Barat Pintu keluar itu disesuaikan dengan daerah asal para korban trafficking yang
sekaligus sebagai tempat transit sebelum diangkut menuju negara tujuan, ujar
Martino. Negara negara di Asia tenggara yang menjadi tujuan diantaranya adalah
Singapura, Malaysia,Brunei,Filipina,Thailand. Di Indonesia setidaknya ada 10
propinsi yang menjadi lumbung trafficking. Diantaranya yaitu Sumatera Utara,
Lampung, Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat ,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Mereka ada
yang dijadikan pelacur, penghibur bayaran, dan pemuas nafsu majikan mereka.
Dalam kebanyakan kasus, perempuan korban trafficking berakhir di
pelacuran. Sebenarnya beberapa perempuan imigran ini tahu bahwa mereka akan
bekerja sebagai pelacur, namun mereka memiliki pandangan yang tidak tepat
terhadap situasi dan kondisi kerja mereka di negara tujuan. Di Jepang contonya
Negara yang makmur dalam hiburan telah menciptakan pasar besar permintaan
untuk seks komersial pekerja, dan permintaan seperti itu didatangkan oleh
perdagangan perempuan dan anak-anak dari Filipina, Kolombia dan Thailand

3
Jurnal Perempuan No.59 hal.12, Jakarta, 2008
Tindakan yang dapat diambil pemerintah adalah meningkatkan kesadaran.
Hal ini dapat dilakukan pada tiga bentuk. Pertama meningkatkan kesadaran di
antara korban yang potensial, khususnya di negara-negara di mana manusia
traffickers aktif. Kedua, meningkatkan kesadaran di antara polisi, sosial dan
kesejahteraan pekerja petugas imigrasi. Dan di negara-negara di mana prostitusi
adalah legal atau semi-hukum, meningkatkan kesadaran di antara para klien
prostitusi, untuk berhati-hati untuk tanda-tanda dari korban perdagangan manusia.
Metode lain untuk meningkatkan kesadaran adalah penggunaan kesadaran film atau
melalui poster.
Trafficking yang banyak terjadi biasanya karena kemiskinan. Anak-anak
perempuan yang ada diperjualbelikan biasanya jadi tulang punggung keluarga.
Kalaupun ada orang luar yang melakukan trafficking ya itu karena kemiskinan juga,”
ujar Meutia Hatta dalam konferensi pers Pertemuan International Council of Women
di Jakarta, Jumat (4/4).4 Beberapa daerah yang akan menjadi titik-titik konsentrasi
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dalam menanggulangi trafficking meliputi
Indramayu (Jabar), Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, Kalimantan Barat meliputi wilayah perbatasan dengan Malaysia,
Kepulauan Riau, dan Sumatera Utara
Salah satu cerita korban traficking adalah Febby, ia mengatakan “karena
berpikir kalau di Kupang terus begini buat sesuatu tentang ekonomi kan
pendapatannya masih kecil, jadi coba saja bagaimana kira-kira TKI itu bias
membantu dengan penghasilan yang cukup ko untuk kehidupan sehari-hari.” Dari
pernyataan Febby salah seorang mantan TKW asal kupang, kita harus dapat
bercermin, bagaimana perempuan didaerah terpencil ingin merubah hidupnya.
Perempuan dalam hal ini ditempatkan pada posisi yang serba salah. Kathryn B.
Ward (1984, 1985a, 1985b, 1988, 1990, 1993; Ward dan Pyle, 1995; lihat juga
Feldman, 2001;Wallerstein, 2000) menyatakan (1) sistem dunia tidak dapat
dipahami kecuali bila tenaga kerja rumah tangga dan sektor informal diperhitungkan
dalam analisis, dan (2) karena proporsi wanita banyak terdapat dikedua sektor
tersebut diatas maka wanita perlu mendapat perhatian khusus dalam teori sistem
dunia dan tak cukup hanya digabungkan dibawah judul “tenaga kerja” saja.
Namun kenyataan yang ada, TKI khususnya para TKW asal Indonesia
mengalami banyak hal yang seharusnya mereka tidak dapatkan. Seperti pelecehan
seksual, pemerkosaan, penyiksaan, dll. Keinginan untuk mendapat hidup layak di
negeri orang, berbuntut trafficking. Seperti yang dialami Ani (bukan nama
sebenarnya), Ani berasal dari daerah miskin dan terbelakang di Desa Oeleba,
Kupang, NTT. Dia berangkat dari desanya dengan berbekal paspor palsu, dia
adalah salah satu imigran illegal asal Indonesia di luar negeri. Dengan dilepas
harapan oleh orang tua, kepala desa, dan para warga, agar sekembalinya ia dapat
membangun desanya. Ternyata harapan tinggal harapan, pulang dari Malaysia
bukannya membawa kesuksesan, tetapi membawa anak tanpa ayah. Sungguh

4
www.kompas.com, Jumat, 4 April 2008 dengan fokus : Meutia: "Trafficking" Terjadi
karena Kemiskinan
ironis, bahwa desa Oeleba dapat dicapai tiga jam perjalanan dari kota Kupang.
Namun fasilitas listrik dan air bersih sulit didapat.
Dalam hal ini, praktik trafficking dapat tumbuh subur bagai cendawab dimusim
hujan. Kemiskinan, kebodohan menjadi penyebab utama. Namun banyak dari
mereka para korban ini takut untuk meminta keadilan karena trauma yang dalam.
Menurut Suryantini (pendamping perempuan disayap malam),”Penyadaran disini
adalah proses untuk membuat mereka berpikir bahwa mereka adalah korban.
Karena proses mereka berubah adalah korban dari sistem budaya patriarki”. 5 Inilah
budaya yang menjadikan perempuan sebagai kaum terbelakang. Kaum yang sering
ditindas. Padahal didalam UUD 1945 Pasal 28 A yang berbunyi: “Setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Selain
itu juga terdapat pada Pasal 28 G Ayat 1 yang berbunyi: “ Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di
bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
Selain itu yang perlu dicatat tentang kasus ini dilihat dari segi mekanisme
kependudukan adalah karena masih semrautnya sistem pencatatan kelahiran di
Indonesia . dengan kata lain, banyak anak – anak yang lahir ternyata tidak memilki
identitas kelahiran sebagai arsip Negara.Menurut hasil penelitian Pusat Studi
Wanita Universitas Dipenogoro (Undip), di Indonesia, ada 28 % anak perempuan di
jalanan mengalami kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, penjerumusan ke
prostitusi, pembuatan pornografi, serta perdagangan untuk kepuasan seksual,
karena mereka tidak memiliki akta kelahiran yang bisa menjadi bukti bahwa mereka
masih di bawah umur. Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik, seperti disitir
Unicef, tercatat sekitar 60 % anak Indonesia tidak memiliki akta kelahiran. Setengah
dari itu, tidak terdaftar dimanapun. 6
Konsultan Perlindungan Anak GTZ, M. Jaedi mengatakan, rata-rata tiga dari
lima anak Indonesia tidak memiliki akta kelahiran.Bahkan, tingkat kepemilikan akta
kelahiran di Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara. Ironis. Terlebih
lagi, bagi anak-anak jalanan dan anak-anak di pedesaan, banyak di antara mereka
yang belum memiliki akta kelahiran. Karena mereka tidak punya akses mengurus
akta kelahiran ini. Akta kelahiran adalah salah satu dokumen bentuk formal identitas
diri yang otentik. Karena dalam akta memuat keputusan setiap anak yang lahir
mempunyai kepastian hukum. Mulai asal-usul, keturunan, status hukum, serta
kewarganegaraan. Kepastian hukum, amat penting bagi masa depan anak, agar
mereka dapat memperoleh hak-haknya sebagaimana dijamin dalam undang-
undang. Kemudian LSM/NGO yang peduli pada masyarakat dan perlindungan anak
harus lebih bisa menfasilitasi, soalnya, isu pembangunan dua ketiga yang urgen
belakangan ini, adalah masalah strategi kependudukan dan pembangunan

5
Jurnal Perempuan Edisi 59, Jakarta, 2008 hal. 121.
6
www.acehInstitute.com, Wednesday, 18 March 2009 , Sadri Ondang Jaya Peminat
masalah Pendidikan dan Sosial dengan fokus : Trafficking, Akta Kelahiran, dan Tanggung
Jawab Pemerintah
(population and Development strategi/PDS) di samping kesehatan reproduksi
(reproducsive health), dan persoalan gender
Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
telah mengamanatkan, urusan kependudukan menjadi kewenangan dan urusan
wajib pemerintah kabupaten/kota. Kemudian dalam UU No 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak pasal 28 ayat 3 ditegaskan, akta kelahiran merupakan hak anak.
Dengan begitu, akta kelahiran adalah kewajiban atau tanggung jawab pemerintah.
Bukan hanya dapat dilihat dari seharusnya upaya pemerintah berada, tapi
lebih pada upaya masyarakat mebangun ketahanannya sendiri. Karena pada
dasarnya population lag yang terjadi di Indonesia telah memberikan dilema tersendiri
bagi kaum – kaum bawah untuk tetap mempertahankan hidup mereka akibat
kompetisi kehidupan. Berlebihnya jumlah penduduk mengakibatkan permasalah
ekonomi yang terjadi sehingga individu sering terjerumus pada kriminalitas sebagai
jalan alternatifnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mantra Ida Bagoes.2007. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Ritza, George, & Goodman, Douglas J.2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
Kencana Prenada Mrdia Group
UUD Republik Indonesia Tahun 1945 dan Amandemennya. Solo : Sendang Ilmu

Anda mungkin juga menyukai