Rustiah
Novirman Sudirman
KECERDASAN GANDA
A.Pengertian Kecerdasaan Ganda
Intelligence (kecerdasan) adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan dan
menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda di antara para ilmuan. Dalam pengertian yang
populer, kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar
dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk
berpikir abstrak (Bainbridge, 2010). Definisi lain tentang kecerdasan mencakup kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, kemampuan untuk
mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang kompleks,
kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat dan belajar
dari pengalaman dan bahkan kemampuan untuk memahami hubungan. Kecerdasan juga
dipahami sebagai tingkat kinerja suatu sistem untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dengan
kecerdasan lebih besar, dalam situasi yang sama, lebih sering mencapai tujuannya. Cara lain
untuk mendefinisikan dan mengukur kecerdasan bisa dengan perbandingan kecepatan relatif
untuk mencapai tujuan dalam situasi yang sama (Fritz, 2010).
Sebagian lain mengatakan bahwa intelligence is a mental adaptation to new circumstances
(Kecerdasan adalah adaptasi mental pada keadaan baru). Terdapat juga pandangan yang lebih
spesifik dengan mengatakan bahwa kecerdasan itu lebih merupakan insting dan kebiasaan
yang turun-temurun atau adaptasi yang diperoleh untuk mengulangi keadaan; yang dimulai
dengan trial and error secara empiris. Bagi yang tidak sependapat dengan kedua pandangan
tersebut menanggapi bahwa definisi ini masih terlalu luas termasuk yang disebut keadaan
mental dalam definisi pertama perlu dibagi ke dalam struktur mental, yakni insting, training,
dan kecerdasan. Dengan demikian, pandangan ini menyimpulkan bahwa kecerdasan hanya
muncul dalam tindakan atas dasar pemahaman yang mendalam, sedangkan trial and error
adalah salah satu bentuk dari training (latihan). Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa
kecerdasan itu muncul dari hasil bentukan kebiasaan yang paling sederhana ketika
beradaptasi dengan keadaan yang baru. Juga, harus diterima bahwa permasalahan, hipotesis,
dan kontrol yang merupakan embrio adanya keinginan untuk melakukan trial and error serta
karakteristik pengujian empiris dari adaptasi sensori-motorik yang dikembangkan merupakan
penanda kuat adanya kecerdasan (Piaget, 2002).
Oleh karena itu, definisi kecerdasan harus dilihat dari kedua sisi walapun masih menyisahkan
definisi yang sedikit tumpang tindih. Kedua sisi yang dimaksud adalah definisi fungsional
yang membentuk rangkaian struktur kognisi dan struktur khusus sebagai kriteria. Sekalipun
terjadi pro dan kontra seputar pengertian kecerdasan, paling tidak terdapat persyaratan
minimal untuk mengatakan sesuatu itu merupakan bentukan kecerdasan. Persyaratan yang
dimaksud adalah keterampilan untuk menyelesaikan masalah yang memungkinkan setiap
individu mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi. Jika keterampilan itu sesuai untuk
menciptakan produk yang efektif, harus juga memiliki potensi untuk menemukan dan
menciptakan masalah sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan baru (Gardner, 1983).
Kecerdasan manusia seharusnya dilihat dari tiga komponen utama; Pertama, kemampuan
untuk mengarahkan pikiran dan tindakan (the ability to direct thought and action). Kedua,
kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan (the ability to change the direction
of thought and action). Ketiga, kemampuan untuk mengeritisi pikiran dan tindakan sendiri
(ability to critisize own thoughts and actions) (Binet dalam Indiana, 2009). Sedangkan
Thorndike dalam Musfiroh (2008) menjelaskan bahwa untuk mengkaji kemampuan manusia
tidak bisa dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan kecenderungan, perubahan, dan
mengoreksi pikiran dan tindakan, tetapi harus dilihat dari kemampuan untuk beraktivitas
dengan menggunakan gagasan-gagasan dan simbol-simbol secara efektif (kemampuan
abstrak), kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan indera gerak yang dimilikinya
(kemampuan motorik), dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
(kemampuan sosial). Jadi, yang dimaksud dengan intelligence (kecerdasan) di sini adalah
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan,
poroduk
yang
bernilai
dalam
satu
latar
belakang
budaya
tertentu.
Kecerdasan ganda dapat diartikan menurut bahasa yaitu intelegensi. intelegensi adalah
sesuatu tata kelakuan manusia yang berbagai macam untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam
merespon sesuatu yang ia terima dari segi berpikir dan bertindak. Tidak ada satuan kegiatan
manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan. Kesepuluh kecerdasan itu
bekerja sama secara utuh dan terpadu. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Semua kecerdasan itu dapat ditingkatkan
atau dikembangkan.
Menurut Piaget perkembangan intelegensi atau kecerdasan ganda terbagi menjadi
empat tahap yaitu:
1. Tahap Sensori Motorik antara umur 0-2 tahun
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan
system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
2. Tahap Praoperasional 2-7 tahun
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi
3. Tahap Operasional Konkret 7-12 tahun
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak
lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara
logis.Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit. Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan
dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan
tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis.
4. Tahap Operasional Formal 12 tahun-seterusnya
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif,
anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima
pandangan orang lain.
Tahap operasional-formal ini ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut:
a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan obyek-obyek yang abstraksi
c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis
d. Individu bahkan mulai mampu membuat prakiraan (forecasting) dimasa depan
e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri
dapat berkembang dengan baik
f. Individu mulai membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang
dewasa
g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri, mempertahankan kepentingan masyarakat di
lingkungannya, dan kepentingan seseorang dalam masyarakat tersebut
B. Jenis-Jenis Kecerdasan Ganda
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, ada berbagai permainan yang dapat
diterapkan dengan harapan permainan yang dilakukan akan dapat menstimulasi dengan
mengajak berkomunikasi atau berbicara sehingga anak mampu menyampaikan ide, harapan
atau keinginanannya. Berikut beberapa permainan yang dapat digunakan:
a. Mengenalkan nama-nama benda yang dijumpai di sekitar anak.
Mengenalkan berbagai nama benda di sekitar anak akan menambah kosakata anak. Orang tua
atau pendidik PAUD dapat mengenalkan nama benda yang dijumpai atau dilihat anak.
Misalnya anak dapat dikenalkan nama benda yang ada di sekitar anak, baik benda hidup
maupun benda mati seperti nama hewan, nama tumbuhan, nama kendaraan, nama pekerjaan
atau profesi. Pengenalan nama-nama benda juga dapat dikenalkan lewat gambar. Melihat
gambar disamping dapat menambah kosakata anak juga merangsang anak untuk bertanya
dan mengemukakan perasaannya.
b. Bercerita dari gambar
Sejak kecil orang tua dapat mengajak anak bercerita. Bahkan sejak dalam kandungan banyak
orang tua yang mengajak berbicara janin yang masih dalam kandungan. Kegiatan ini akan
merangsang otak anak untuk mengenali berbagai macam ekspresi. Dalam pendidikan baik
dalam kegiatan belajar mengajar ataupun di dalam lingkungan keluarga, pendidik atau orang
tua dapat mengajak anak bercerita yang bisa dilakukan dengan gambar ataupun buku cerita.
Banyak dijumpai buku-buku cerita khusus untuk anak usia dini seperti cerita tentang dunia
binatang, cerita khayalan, cerita kepahlawanan, ataupun cerita yang berhubungan dengan
agama.
Bercerita tidak hanya dilakukan oleh orang tua, tetapi anak dapat pula diminta untuk
bercerita dan orang tua mendengarkan. Kegiatan bercerita ini selain untuk mengembangkan
kemampuan anak dalam berbicara dan mengeluarkan pendapat juga untuk mengembangkan
imajinasi anak dan kemampuan memahami perasaan orang lain.
c. Bermain puzzle huruf
Permainan ini dibuat dari huruf-huruf yang terpisah dan dapat disusun kembali menjadi
rangkaian kata-kata. Melalui permainan ini anak dirangsang membuat rangkaian kata dari
huruf-huruf yang disediakan juga untuk melatih penguatan memori terhadap huruf. Manfaat
permainan ini dapat merangsang anak untuk berinteraksi dengan huruf dan kata sehingga
anak akan menyukai kegiatan membaca.
2. Kecerdasan Matematis/Logis
bilangan dari yang kecil hingga yang besar juga mengenalkan anak pada mata uang yang
dipergunakan.
b. Menghitung benda
Menghitung benda dapat dikenalkan dengan berbagai macam cara, diantaranya seperti
menyanyikan lagu Balonku ada 5, mengajak anak-anak untuk menghitung jumlah bendabenda yang ditemui (misalnya ibu atau pendidik membawa buah mangga, anak diminta
menghitung jumlahnya), anak juga dapat dilatih mengenal jumlah barang-barang yang
dimiliki (misalnya berapa jumlah buku yang dimiliki, jumlah pensil yang dimiliki, dan lainlain). Sejak kecil anak dapat dilatih untuk mengetahui jumlah uang yang dimiliki dan
melakukan transaksi jual beli sederhana, seperti membeli makanan kecil atau permen.
c. Membandingkan benda
Pendidik atau orang tua dapat melatih anak membandingkan benda yang lebih besar dengan
yang lebih kecil, yang lebih panjang dengan yang lebih pendek, yang lebih jauh dengan yang
lebih dekat dan seterusnya. Permainan dengan membandingkan benda atau sesuatu tidak
membutuhkan peralatan yang sulit, misalnya saja pendidik atau orang tua memasukkan air ke
dalam dua gelas dengan volume air yang berbeda kemudian anak diminta untuk menilai,
gelas mana yang isi airnya lebih banyak dan lebih sedikit.
d. Mengenal alat ukur
Selain mengenalkan berbagai macam ukuran serta bilangan, penting bagi pendidik dan orang
tua untuk mengenalkan alat ukur kepada anak. Hal itu adalah untuk memberikan
pengetahuan tentang fungsi dan kegunaan berbagai macam alat ukur, misalnya termometer
untuk mengukur suhu badan, timbangan berat badan untuk mengukur berat badan dan lain
sebagainya
3. Kecerdasan Spasial
Kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami bangun tiga dimensi (ruang secara
tepat). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan
antar unsur-unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membeyangkan, dan
menyampaikan ide dalam bentuk gambar dua mapun tiga dimensi. Kecerdasan ini dapat
ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek
Karekteristik individu dalam intelegensi visual spesial adalah:
a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel.
b. Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c. Pandai memvisualisasikan ide,
d. Imaginasinya aktif.
e. Mudah menemukan jalan dalam ruang.
f. Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g. Mengenal relasi benda-benda dalam ruang.
Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan visual-spasial adalah:
Mengenal bentuk, misalnya bentuk-bentuk geometri (bola, lingkaran, balok, wajik,
segitiga, kubus, dll)
Mengenal warna
Membuat bentuk atau rancang bangun
Beberapa macam permainan yang dapat diterapkan guna mengembangkan kecerdasan visualspasial adalh seperti berikut:
a. Bermain Warna
Orangtua atau pendidik dapat mengenalkan berbagai macam warna pada anak melalui
krayon dan cat air. Permainan dengan cat air dapat dilakukan dengan mengenal warna-warna
tertentu dan mencampur berbagai warna untuk mendapatkan warna baru. Permainan ini
bermanfaat untuk melatih kepekaan anak pada berbagai warna, kemampuan selanjutnya akan
mengembangkan jiwa seni anak.
b. Bermain Balok Kayu
Permainan balok kayu bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan anak untuk membuat
rancang bangun tertentu. Dalam permainan ini anak dilatih membut berbagai bentuk bangun
dari balok-balok kayu, seperti membuat rumah, menara, istana, jembatan, dll.
ini
merupakan
keahlian
menggunakan
seluruh
tubuh
untuk
menyampaikan ide dan perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan
atau mengubah suatu bentuk. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang khusus, seperti
koordinasi, keseimbngan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun
kemampuan menerima rangsangan panca indera. orang yang memiliki kecerdasan kinestetik
yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
Karekteristik individu dalam intelegensi kinestetik tubuh adalah:
a. Senang menari, akting.
b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimik.
e. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berpikir sambil berjalan, berlari, dan berolahraga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i. Senang kegiatan di luar rumah.
tertentu. Olah raga tidak hanya akan melatih kecerdasan kinestetik anak, melainkan juga
bertujuan untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh anak.
b. Gerak dan Lagu atau Menari
Permainan gerak dan lagu atau menari, bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan
kelenturan tubuh anak. Untuk anak usia dini bermain ini dapat dilakukan dengan gerakangerakan yang sederhana dengan tidak meninggalkan unsur gerak dan seninya.
c. Permainan Motorik Halus (dengan otot-otot kecil)
Berbagai kegiatan permainan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik
halus anak antara lain: mencoret-coret, menirukan pola gambar tertentu (balon, buku, bola,
piring, gelas, dll), meronce, melipat, bermain plastisin, bermain pasar-pasaran, meletakkan
benda-benda misalnya mainan pada tempatnya. Permainan bongkar pasang, balok kayu da
bermain pasir juga bisa digunakan untk mengembangkan kemampuan motorik halus anak.
d. Permainan Motorik Kasar (dengan otot-otot besar)
Disamping permainan olah raga ada beberapa permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan motorik kasar anak, antara lain: bermain ayunan, jungkat-jungkit, plosotan,
panjat-panjatan, gobag sodor, bermain sepeda, dll.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami, membedakan, mengubah dan
mengungkapkan bentuk-bentuk musikal. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola
titi nada dan melodi, dan warna nada atau warna suara lagu. Seseorang yang memiliki
kecerdasan musik yang tinggi memiliki kemampuan yang baik dalam bernyanyi,
bersenandung, dan bersiul atau bersuara-suara kecil, memainkan sebuah lagu, menggerakgerakkan tubuh sesuai irama atau ikut bernyanyi dan memainkan alat musik.
menghasilkan bunyi juga dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai bunyi. Permainan
ini tidak mengharapkan anak untuk menguasai musik, tetapi merangsang perkembangan
kecerdasan musikal.
b. Menyanyi dan Menari
Untuk usia 1-3 tahun, anak dapat diperdengarkan berbagai lagu anak seperti Balonku,
Burung Kakatua, Pelangi, Bintang Kecil, dan lain sebagainya. Tidak ada salahnya pendidik
dan orang tua ikut bernyanyi mengiringi lagu yang didengar sambil melakukan gerakangerakan tari sederhana, dan anak akan mencoba meniru apa yang dilakukan orang tua dan
pendidiknya.
c. Main tebak-Tebakab Judul Lagu
Untuk anak-anak yang sudah bisa menyanyikan berbagai lagu, maka untuk melatih dan
menguji kepekaan terhadap nada, anak-anak dapat diajak bermain tebak-tebakan judul lagu;
caranya orang tua atau pendidik memainkan sepenggal lagu instrumental bagian dari lagu
anak-anak dengan alat musik, atau apabila tidak memiliki alat musik bisa menyanyikannya
secara langsung nada-nada lagu itu tanpa disertai kata-katanya, kemudian anak diminta untuk
menembak judul lagu itu. Apabila terdapat beberapa anak, mereka bisa diminta berlomba
menebak. Kegiatan ini akan melatih kecerdasan musikal dan ingatan anak.
d. Kecerdasan Interpersonal
kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang
lain. Kecerdasan ini sering juga disebut kecerdasan antar pribadi atau people smart.
Kecerdasan interpersonal meibatkan banyak hal, mulai dari kemampuan berempati pada
orang lain (seperti yang mungkin dimiliki seorang konselor), sampai kemampuan
memanipulasi sekelompok besar orang menuju pencapaian suatu tujuan bersama (seperti
yang mungkin dimiliki seorang pimpinan perusahaan). Kecerdasan interpersonal meliputi
juga kemampuan berteman, kemampuan menilai orang lain
c. Berjiwa independen/bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.
Kegiatan-kegiatan yang dapat membuat anak memahami seluk beluk tentang dirinya seperti
perasaannya, cita-citanya, kesukaannya dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal anak. Beberapa kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengenali diri secara fisik
Anak dapat diajarkan mengenal nama dirinya; misal: Ini Nayla sambil meletakkan tangan
pada dadanya sendiri, selain itu anak juga bisa diberi pertanyaan tentang nama dari bagianbagian tubuhnya sendiri sambil memegangnya, misal: Mana rambutmu? mana matamu?
mana kakimu? dan seterusnya setiap kali anak merespon dengan memegang bagian dari
tubuhnya yang diminta.
b. Mengenal warna kesukaannya
Anak diberi kartu warna yang bermacam-macam, kemudian setiap kali anak diminta untuk
menyebutkan warnanya diserta pertanyaan: Kamu suka atau tidak warna ini? melalui
kegiatan ini, anak selain dapat mengenal warna-warna kesukaannya juga dapat menstimulasi
kecerdasan visual.
c. Mengenal buah-buah kesukaan dan binatang kesayangannya
Semuanya dapat dilakukan dengan kegiatan seperti point B. Kegiatan ini juga dapat
menstimulasi kecerdasan naturalis.
d. Mengenal cita-citaku
Anak diberi serial gambar tentang berbagai profesi seperti dokter, guru, pilot, polisi, petani,
penyanyi, pedagang, dll kemudian anak ditanya Besok kalau besar pengen jadi apa?
e. Mengenal dan mengungkapkan perasaan
Anak diberi serial gambar tentang berbagai ekspresi wajah senang, sedih, takut, dan marah.
Setelah anak mengenal masing-masing gambar, kemudian diberi pertanyaan Apa yang
kamu rasakan apabila mainanmu dirusak oleh orang lain? apabila anak menjawab Saya
marah, maka anak diminta untuk merespon sambil menunjukkan gambar yang sesuai.
Demikian juga seterusnya. Banyaknya variasi perasaan yang diungkap disesuaikan dengan
tahapan usia dan kemampuan anak.
f. Memotivasi diri
Anak diminta untuk melakukan suatu kegiatan dengan sejumlah rintangan, misalnya berjalan
melewati jembatan buatan sepanjang 5 meter, setiap meter diberi rintangan berupa tali rafia
yang diikatkan di bagian tiang bambu sebelah kanan dan sebelah kiri, dan rintangan itu
dipasang semakin jauh semakin tinggi namun masih dalam jangkauan anak. Setiap kali anak
berhasil melampaui rintangan, dia diperbolehkan mengambil bendera kecil yang ada di tiang
bambu tersebut. Semakin besar motivasi anak untuk mengatasi rintangan dan berhasil
mengatasinya, semakin banyak bendera yang dapat dikumpulkan. Apabila ada anak-anak
lain, mereka diminta melakukannya secara bergantian, sementara yang lain menunggu giliran
dapat diminta bersorak-sorak untuk memberikan dukungan. melalui kegiatan ini anak dapat
dilatih untuk memotivasi diri.
8. Kecerdasan Naturalis
kecerdasan yang dimiliki oleh individu terhadap tumbuhan, hewan dan lingkungan
alam sekitarnya. Individu yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi akan mempunyai
minat dan kecintaan yang tinggi terhadap tumbuhan, binatang dan alam semesta.
a. Berjalan-jalan mengenal lingkungan luar rumah
Untuk anak-anak yang masih sangat kecil, maka stimulasi kecerdasan naturalis dapat
dilakukan dengan membiasakan indera anak pada benda-benda alam, misalnya melihat
pohon-pohon disekitar rumah atau di taman, mendengarkan gemericik air mengalir, suara
ayam berkokok, kucing mengeong, cicak berdecak dan lain sebagainya.
b. Melihat gambar-gambar atau VCD tentang alam dan belajar mengenal namanamanya
Untuk anak yang sudah lebih besar, misal 2-3 tahun mereka dapat diperlihatkan buku-buku
bergambar yang berwarna tentang buah-buahan, tanam-tanaman, dan berbagai macam
binatang serta pemandangan alam dan lautan. Disamping diperkenalkan pada penglihatan
berbagai fenomena alam, anak sekaligus duperkenalkan pada sebutan nama masing-masing.
Supaya anak lebih ingat, hendaknya cara memperkenalkan dilakukan melalui teknik
bercerita, dengan demikian anak akan mengenal dan mengingatnya melalui suatu konteks.
c. Mengajak anak tamasya
Supaya anak lebih riil mengenal alam yang sudah banyak diperkenalkan lewat buku-buku
bergambar, maka anak perlu diajak untuk bertamasya, sekali tempo ke pegunungan, lalu ke
pantai, kemudian ke kebun binatang. Sambil bertamasya orang tua dan pendidik dapat
mengajukan berbagai pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang sudah dipelajari.
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan konsep tamasya ini dapat menggugah anak akan
kecintaan kepada alam.
D.Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Ganda Yaitu:
1. Faktor bawaan
2. Faktor minat dan bawaan khas
3. Faktor pembentukan
4. Faktor kematangan
5. Faktor kebebasan
simponi.
b. Melatih mata untuk membaca cepat dan efektif
Mata merupakan bukti keajaiban mekanisme biologis, melalui mata otak dapat menerima
fakta-fakta yang menakjubkan yang dapat memberikan rangsangan yang lebih kaya,
sehingga mata dapat melihat dengan jeli, analitis, dan akurat.
c. Melatih keterampilan menulis atau membuat catatan yang cepat dan tepat
Mengenai keterampilan ini, penelitian menunjukan hasil sebagai berikut:
1) Ada siswa yang tidak mencatat sama sekali.
2) Ada siswa yang diberikan catatan lengkap yang dibuatkan oleh guru.
3) Ada siswa yang membuat catatan lengkap sendiri.
4) Ada siswa yang diberikan catatan berupa rangkuman oleh guru.
5) Ada siswa yang membuat catatan yang berupa rangkuman sendiri.
6) Ada siswa yang diberikan catatan berupa kunci-kunci dari guru.
7) Ada siswa yang membuat catatan berupa kata-kata kunci sendiri.
Begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh indra manusia sehingga dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Dengan melatih indra-indra anak didik dalam setiap kegiatan
pembelajran maka anak didik akan peka terhadap stimulus-stimulus yang dapat merangsang
indranya.
Intelegensi ruang/visual
Melaporkan secara jelas dengan gambaran visual.
Membaca denah, peta, dan diagram yang lebih mudah daripada membaca teks.
Menyukai kegiatan-kegiatan seni.
Menggambarkan lebih baik dari pada rata-rata kelas.
Suka melihat film, slide, dan presentasi visual yang lain.
Bila membaca, lebih menyukai gambar daripada teks.
Intelegensi kinestetik tubuh
Menonjol dalam salah satu bidang olahraga.
Selalu ingin bergerak bila duduk terlalu lama di suatu tempat.
Mudah menirukan gerak dan gaya seseorang.
Mempunyai cara mengekpresikan diri secara dramatik.
Menyukai bekerja dengan lumpur untuk membuat bangunan.
Intelegensi musical
Mengingat melodi musik dengan baik.
Mempunyai suara yang bagus.
Memainkan alat musik dan bernyanyi dengan baik.
Selain dengan tes, mengidentifikasi intelegensi juga dapat dilakukan dengan observasi.
b. Menyusun rencana pelajaran yang dapat mengembangkan beberapa kecerdasan,
seperti:
1) Mengorganisasikan isi atau materi pelajaran sedemikian rupa sehingga menjadi menarik
dan dapat merangsang indra semaksimal mungkin.
2) Memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi/
kecerdasan.
3) Merancang dan membuat tugas atau penilaian yang dapat menggali seluruh kecerdasan.
mendengarkan kata-kata yang terkait dengan topik mata pelajaran yang diajarkan. Siswa
yang dikenali memiliki kecerdasan logis-matematis, harus diberikan lebih banyak
kesempatan untuk mempelajari prinsip-prinsip matematika, seperti operasi hitung, dan lain
sebagainya. Demikian juga dengan siswa yang telah dikenali memiliki kecerdasan ganda
ragawi-kinestetik, atau satu jenis kecerdasan musikal, yang ternyata jika dikembangkan
secara optimal, peserta didik diharapkan mampu menekuni pekerjaan sebagai olahragawan,
atau penari terkenal, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional, dan bahkan
internasional.
Dalam proses belajar mengajar, pendidik setidaknya harus memperhatikan
kecenderungan kecerdasan potensial masing-masing peserta didik. Peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan logis-matematis pasti akan memiliki gaya belajar (learning
style) yang berbeda dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan linguistik,
bahkan dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan ragawi-kinestetis. Peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan ragawi-kinestetis akan merasa lega jika diberikan
kesempatan untuk terjun ke lapangan olahraga atau ke tempat latihan tari-menari. Demikian
juga dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan yang lainnya. Pada prinsipnya,
ada tiga gaya mengajar yang paling umum dapat diamati oleh pendidik. Pertama, gaya visual
(visual learning), yakni gaya belajar yang lebih suka menggunakan gambar-gambar, bahan
bacaan yang dapat dilihat. Kedua, tipe audio, yang lebih suka mendengarkan, misalnya
mendengarkan ceramah atau penjelasan dari gurunya, atau mendengarkan bahan audio
seperti radio kaset, dan sebagainya. Ketiga, tipa taktil, yang lebih suka menggunakan tangan
dan badannya. Peserta didik tipe taktil akan tidak suka diminta duduk manis untuk
mendengarkan ceramah guru seperti yang disukai oleh peserta didik yang memiliki gaya
audio. Peserta didik gaya taktil akan senang untuk diminta untuk mengerjakan pekerjaan
tangan atau mengotak-atik mesin perkakas. Demikianlah keragaman potensi kecerdasan
ganda dan gaya belajar peserta didik yang harus medapatkan perhatian pendidik secara
seimbang, tidak pilih kasih, tidak diskriminatif.
Faktor Faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah
keterampilan atau pengetahuan.