Anda di halaman 1dari 29

Nama: Williantika Rahayu

Rustiah
Novirman Sudirman

KECERDASAN GANDA
A.Pengertian Kecerdasaan Ganda
Intelligence (kecerdasan) adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan dan
menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda di antara para ilmuan. Dalam pengertian yang
populer, kecerdasan sering didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar
dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk
berpikir abstrak (Bainbridge, 2010). Definisi lain tentang kecerdasan mencakup kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, kemampuan untuk
mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang kompleks,
kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat dan belajar
dari pengalaman dan bahkan kemampuan untuk memahami hubungan. Kecerdasan juga
dipahami sebagai tingkat kinerja suatu sistem untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dengan
kecerdasan lebih besar, dalam situasi yang sama, lebih sering mencapai tujuannya. Cara lain
untuk mendefinisikan dan mengukur kecerdasan bisa dengan perbandingan kecepatan relatif
untuk mencapai tujuan dalam situasi yang sama (Fritz, 2010).
Sebagian lain mengatakan bahwa intelligence is a mental adaptation to new circumstances
(Kecerdasan adalah adaptasi mental pada keadaan baru). Terdapat juga pandangan yang lebih
spesifik dengan mengatakan bahwa kecerdasan itu lebih merupakan insting dan kebiasaan
yang turun-temurun atau adaptasi yang diperoleh untuk mengulangi keadaan; yang dimulai
dengan trial and error secara empiris. Bagi yang tidak sependapat dengan kedua pandangan
tersebut menanggapi bahwa definisi ini masih terlalu luas termasuk yang disebut keadaan
mental dalam definisi pertama perlu dibagi ke dalam struktur mental, yakni insting, training,

dan kecerdasan. Dengan demikian, pandangan ini menyimpulkan bahwa kecerdasan hanya
muncul dalam tindakan atas dasar pemahaman yang mendalam, sedangkan trial and error
adalah salah satu bentuk dari training (latihan). Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa
kecerdasan itu muncul dari hasil bentukan kebiasaan yang paling sederhana ketika
beradaptasi dengan keadaan yang baru. Juga, harus diterima bahwa permasalahan, hipotesis,
dan kontrol yang merupakan embrio adanya keinginan untuk melakukan trial and error serta
karakteristik pengujian empiris dari adaptasi sensori-motorik yang dikembangkan merupakan
penanda kuat adanya kecerdasan (Piaget, 2002).
Oleh karena itu, definisi kecerdasan harus dilihat dari kedua sisi walapun masih menyisahkan
definisi yang sedikit tumpang tindih. Kedua sisi yang dimaksud adalah definisi fungsional
yang membentuk rangkaian struktur kognisi dan struktur khusus sebagai kriteria. Sekalipun
terjadi pro dan kontra seputar pengertian kecerdasan, paling tidak terdapat persyaratan
minimal untuk mengatakan sesuatu itu merupakan bentukan kecerdasan. Persyaratan yang
dimaksud adalah keterampilan untuk menyelesaikan masalah yang memungkinkan setiap
individu mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi. Jika keterampilan itu sesuai untuk
menciptakan produk yang efektif, harus juga memiliki potensi untuk menemukan dan
menciptakan masalah sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan baru (Gardner, 1983).
Kecerdasan manusia seharusnya dilihat dari tiga komponen utama; Pertama, kemampuan
untuk mengarahkan pikiran dan tindakan (the ability to direct thought and action). Kedua,
kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan (the ability to change the direction
of thought and action). Ketiga, kemampuan untuk mengeritisi pikiran dan tindakan sendiri
(ability to critisize own thoughts and actions) (Binet dalam Indiana, 2009). Sedangkan
Thorndike dalam Musfiroh (2008) menjelaskan bahwa untuk mengkaji kemampuan manusia
tidak bisa dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan kecenderungan, perubahan, dan
mengoreksi pikiran dan tindakan, tetapi harus dilihat dari kemampuan untuk beraktivitas
dengan menggunakan gagasan-gagasan dan simbol-simbol secara efektif (kemampuan
abstrak), kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan indera gerak yang dimilikinya
(kemampuan motorik), dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
(kemampuan sosial). Jadi, yang dimaksud dengan intelligence (kecerdasan) di sini adalah
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan,

kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk memperolehnya, kapasitas untuk memberikan


alasan dan berpikir abstrak, kemampuan untuk memahami hubungan, mengevaluasi dan
menilai, serta kapasitas untuk menghasilkan pikiran-pikiran produktif dan original.
Nampaknya, berbagai pandangan yang hanya melihat kecerdasan manusia dalam ruang
lingkup yang terbatas inilah yang memicu upaya keras dari Howard Gardner untuk
melakukan penelitian dengan melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang pada
akhirnya melahirkan teori multiple intelligence yang kemudian
dipublikasikan dalam frames of mind (1983), dan Intelligence Reframed (1999). Multiple
intelligence atau dalam tulisan ini disebut dengan kecerdasan majemuk adalah berbagai
keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam
pembelajaran (Fleetham, 2006). Gardner menemukan delapan macam kecerdasan jamak,
yakni (1) kecerdasan verbal/ linguistik, (2) logika matematik, (3) visual/spatial, (4)
music/rhythmic, (5) bodi/kinestetik, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalistik
Kecerdasan ganda adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan
suatu

poroduk

yang

bernilai

dalam

satu

latar

belakang

budaya

tertentu.

Kecerdasan ganda dapat diartikan menurut bahasa yaitu intelegensi. intelegensi adalah
sesuatu tata kelakuan manusia yang berbagai macam untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam
merespon sesuatu yang ia terima dari segi berpikir dan bertindak. Tidak ada satuan kegiatan
manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan. Kesepuluh kecerdasan itu
bekerja sama secara utuh dan terpadu. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Semua kecerdasan itu dapat ditingkatkan
atau dikembangkan.
Menurut Piaget perkembangan intelegensi atau kecerdasan ganda terbagi menjadi
empat tahap yaitu:
1. Tahap Sensori Motorik antara umur 0-2 tahun
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan
system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
2. Tahap Praoperasional 2-7 tahun

Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi
3. Tahap Operasional Konkret 7-12 tahun
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak
lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara
logis.Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit. Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan
dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan
tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis.
4. Tahap Operasional Formal 12 tahun-seterusnya
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif,
anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima
pandangan orang lain.
Tahap operasional-formal ini ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut:
a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan obyek-obyek yang abstraksi
c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis
d. Individu bahkan mulai mampu membuat prakiraan (forecasting) dimasa depan
e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri
dapat berkembang dengan baik
f. Individu mulai membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang
dewasa
g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri, mempertahankan kepentingan masyarakat di
lingkungannya, dan kepentingan seseorang dalam masyarakat tersebut
B. Jenis-Jenis Kecerdasan Ganda
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan hapalan,


berhitung, logika, membaca ruang. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak).
Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk
berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih
tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis
2. Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan ini di otak berada pada otak belakang manusia. Kecerdasan emosional
mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi
diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan
hati dan emosi,
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot. Kecerdasan
yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. kecerdasan dimana kita berusaha menyelesaikan masalahmasalah hidup ini
berdasarkan nilai-nilai spiritual atau agama yang diyakini.
C. Macam-macam Kecerdasan Ganda
Teori kecerdasan ganda diperkenalkan oleh Howard Gardner sejak 1983. Menurut
Gardner, ada 8 macam kecerdasan pada setiap individu dengan proporsi yang bervariasi.
Biasanya, satu kecerdasan lebih menonjol/kuat dibandingkan kecerdasan lainnya. Tidak ada
satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan. Kesepuluh
kecerdasan itu bekerja sama secara utuh dan terpadu. Kecerdasan yang paling menonjol akan
mengontrol kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Semua kecerdasan itu dapat
ditingkatkan atau dikembangkan. Kecerdasan Ganda ada delapan macam yaitu:
1. Kecerdasan Bahasa
kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertilis.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan menggunakan tata bahasa, bunyi bahasa, makna bahasa,
dan penggunaan praktis bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan bahasa bermanfaat

untuk berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. orang-orang yang memiliki


kecerdasan bahasa yaitu Pengarang, Penyair, Wartawan, Pembicara, Pembaca berita.
Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan bahasa adalah antara lain seperti:
Kelancaran berbicara, bercerita
Penguasaan kosakata yang bervariasi (bermacam-macam)
Kemampuan pada permainan yang terkait dengan kata dan bahasa
Karekteristik individu dalam intelegensi bahasa adalah:
a. Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau berdongeng.
b. Senang bekomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskisi, dan senang berbahasa asing.
c. Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun
tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata-kata atau paragraf baik secara lisan maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghapal.
g. Humoris.

Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, ada berbagai permainan yang dapat
diterapkan dengan harapan permainan yang dilakukan akan dapat menstimulasi dengan
mengajak berkomunikasi atau berbicara sehingga anak mampu menyampaikan ide, harapan
atau keinginanannya. Berikut beberapa permainan yang dapat digunakan:
a. Mengenalkan nama-nama benda yang dijumpai di sekitar anak.
Mengenalkan berbagai nama benda di sekitar anak akan menambah kosakata anak. Orang tua
atau pendidik PAUD dapat mengenalkan nama benda yang dijumpai atau dilihat anak.
Misalnya anak dapat dikenalkan nama benda yang ada di sekitar anak, baik benda hidup

maupun benda mati seperti nama hewan, nama tumbuhan, nama kendaraan, nama pekerjaan
atau profesi. Pengenalan nama-nama benda juga dapat dikenalkan lewat gambar. Melihat
gambar disamping dapat menambah kosakata anak juga merangsang anak untuk bertanya
dan mengemukakan perasaannya.
b. Bercerita dari gambar
Sejak kecil orang tua dapat mengajak anak bercerita. Bahkan sejak dalam kandungan banyak
orang tua yang mengajak berbicara janin yang masih dalam kandungan. Kegiatan ini akan
merangsang otak anak untuk mengenali berbagai macam ekspresi. Dalam pendidikan baik
dalam kegiatan belajar mengajar ataupun di dalam lingkungan keluarga, pendidik atau orang
tua dapat mengajak anak bercerita yang bisa dilakukan dengan gambar ataupun buku cerita.
Banyak dijumpai buku-buku cerita khusus untuk anak usia dini seperti cerita tentang dunia
binatang, cerita khayalan, cerita kepahlawanan, ataupun cerita yang berhubungan dengan
agama.
Bercerita tidak hanya dilakukan oleh orang tua, tetapi anak dapat pula diminta untuk
bercerita dan orang tua mendengarkan. Kegiatan bercerita ini selain untuk mengembangkan
kemampuan anak dalam berbicara dan mengeluarkan pendapat juga untuk mengembangkan
imajinasi anak dan kemampuan memahami perasaan orang lain.
c. Bermain puzzle huruf
Permainan ini dibuat dari huruf-huruf yang terpisah dan dapat disusun kembali menjadi
rangkaian kata-kata. Melalui permainan ini anak dirangsang membuat rangkaian kata dari
huruf-huruf yang disediakan juga untuk melatih penguatan memori terhadap huruf. Manfaat
permainan ini dapat merangsang anak untuk berinteraksi dengan huruf dan kata sehingga
anak akan menyukai kegiatan membaca.
2. Kecerdasan Matematis/Logis

Kecerdasan yang melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran


menggunakan logika atau akal sehat.Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat
untuk:menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna
laporan sebuah penelitian.Pekerjaan yg membutuhkan kecerdasan ini antara lain:akuntan
pajak,programmer, ahli matematika.
Beberapa kecerdasan yang terkait dengan kecerdasan matematika-logika antara lain:
Membilang (mengurutkan angka dari kecil ke besar misalnya dari 1-20)
Mengenal konsep matematika secara sederhana misalnya konsep penjumlahan dan
pengurangan
Mengenal konsep logika matematika sederhana misalnya lebih besar, lebih kecil,
sedikit, banyak, jauh, dekat, panjang, pendek, dan lain-lain.
Karekteristik individu dalam intelegensi logis-matematis adalah:
a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.
b. Senang dan pandai berhitung dan bermain anka.
c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario.
d. Mampu berpikir logis baik induktif maupun deduktif.
e. Senang silogisme.
f. Senang berpikir abstraksi dan sombolis.
Beberapa permainan yang bisa digunakan untuk mengembangkan kecerdasan matematika
logika antara lain:
a. Mengenal angka
Orang tua atau pendidik dapat membimbing anak PAUD dalam mengenal angka dengan
berbagai macam permainan, diantaranya adalah: menyanyikan lagu (misalnya lagu satu-satu
aku sayang ibu), bermain angka melalui gambar dan puzzle serta mengurutkan gambar

bilangan dari yang kecil hingga yang besar juga mengenalkan anak pada mata uang yang
dipergunakan.
b. Menghitung benda
Menghitung benda dapat dikenalkan dengan berbagai macam cara, diantaranya seperti
menyanyikan lagu Balonku ada 5, mengajak anak-anak untuk menghitung jumlah bendabenda yang ditemui (misalnya ibu atau pendidik membawa buah mangga, anak diminta
menghitung jumlahnya), anak juga dapat dilatih mengenal jumlah barang-barang yang
dimiliki (misalnya berapa jumlah buku yang dimiliki, jumlah pensil yang dimiliki, dan lainlain). Sejak kecil anak dapat dilatih untuk mengetahui jumlah uang yang dimiliki dan
melakukan transaksi jual beli sederhana, seperti membeli makanan kecil atau permen.
c. Membandingkan benda
Pendidik atau orang tua dapat melatih anak membandingkan benda yang lebih besar dengan
yang lebih kecil, yang lebih panjang dengan yang lebih pendek, yang lebih jauh dengan yang
lebih dekat dan seterusnya. Permainan dengan membandingkan benda atau sesuatu tidak
membutuhkan peralatan yang sulit, misalnya saja pendidik atau orang tua memasukkan air ke
dalam dua gelas dengan volume air yang berbeda kemudian anak diminta untuk menilai,
gelas mana yang isi airnya lebih banyak dan lebih sedikit.
d. Mengenal alat ukur
Selain mengenalkan berbagai macam ukuran serta bilangan, penting bagi pendidik dan orang
tua untuk mengenalkan alat ukur kepada anak. Hal itu adalah untuk memberikan
pengetahuan tentang fungsi dan kegunaan berbagai macam alat ukur, misalnya termometer
untuk mengukur suhu badan, timbangan berat badan untuk mengukur berat badan dan lain
sebagainya
3. Kecerdasan Spasial

Kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami bangun tiga dimensi (ruang secara
tepat). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan
antar unsur-unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membeyangkan, dan
menyampaikan ide dalam bentuk gambar dua mapun tiga dimensi. Kecerdasan ini dapat
ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek
Karekteristik individu dalam intelegensi visual spesial adalah:
a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel.
b. Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c. Pandai memvisualisasikan ide,
d. Imaginasinya aktif.
e. Mudah menemukan jalan dalam ruang.
f. Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g. Mengenal relasi benda-benda dalam ruang.
Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan visual-spasial adalah:
Mengenal bentuk, misalnya bentuk-bentuk geometri (bola, lingkaran, balok, wajik,
segitiga, kubus, dll)
Mengenal warna
Membuat bentuk atau rancang bangun
Beberapa macam permainan yang dapat diterapkan guna mengembangkan kecerdasan visualspasial adalh seperti berikut:
a. Bermain Warna
Orangtua atau pendidik dapat mengenalkan berbagai macam warna pada anak melalui
krayon dan cat air. Permainan dengan cat air dapat dilakukan dengan mengenal warna-warna
tertentu dan mencampur berbagai warna untuk mendapatkan warna baru. Permainan ini

bermanfaat untuk melatih kepekaan anak pada berbagai warna, kemampuan selanjutnya akan
mengembangkan jiwa seni anak.
b. Bermain Balok Kayu
Permainan balok kayu bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan anak untuk membuat
rancang bangun tertentu. Dalam permainan ini anak dilatih membut berbagai bentuk bangun
dari balok-balok kayu, seperti membuat rumah, menara, istana, jembatan, dll.

c. Bermain Bongkar Pasang


Permainan ini terbuat dari benda-benda kecil yang sama yang dapat dihubungkan satu
dengan yang lain. Permainan bongkar pasang dapat merangsang kemampuan anak untuk
membuat bentuk benda atau bengunan tertentu (misalnya mobil-mobilan, pistol-pistolan,
dll). Permainan ini ditujukan untuk dapat merangsang kreatifitas anak.
d. Bermain Pasir
Bermain pasir memang membuat anak nampak kotor. Namun anak sangat senang dan
menikmati jenis permainan ini. Pemainan ini dapat mengembangkan kemampuan anak
merancang bangun dan mengembangkan kreatifitas anak. Orang tua dan pendidik perlu
mengijinkan dan mengajak anak untuk bermain pasir yang ada di lingkungan dengan tetap
melakukan pengawasan dan pengarahan tentang segala macam aktifitas anak
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan

ini

merupakan

keahlian

menggunakan

seluruh

tubuh

untuk

menyampaikan ide dan perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan
atau mengubah suatu bentuk. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang khusus, seperti
koordinasi, keseimbngan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun

kemampuan menerima rangsangan panca indera. orang yang memiliki kecerdasan kinestetik
yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
Karekteristik individu dalam intelegensi kinestetik tubuh adalah:
a. Senang menari, akting.
b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimik.
e. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berpikir sambil berjalan, berlari, dan berolahraga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i. Senang kegiatan di luar rumah.

Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan kinestetik jasmani adalah:


Kemampuan menggerakkan anggota tubuh.
Kemampuan mengatur keseimbangan tubuh.
Kemampuan mengatur kelenturan tubuh.
Kemampuan menjaga kesehatan tunuh.
Beberapa bentuk permainan yang digunakan guna mengembangkan kemampuan kecerdasan
kinestetik-jasmani adalah:
a. Permainana Olah Raga
Jalan, lari, berenang, main bola, senam, merupakan contoh permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan fisik atau olah tubuh anak. Orang tua dan pendidik dapat
mengajak anak melakukan permainan olah raga secara rutin hari minggu atau hari-hari

tertentu. Olah raga tidak hanya akan melatih kecerdasan kinestetik anak, melainkan juga
bertujuan untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh anak.
b. Gerak dan Lagu atau Menari
Permainan gerak dan lagu atau menari, bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan
kelenturan tubuh anak. Untuk anak usia dini bermain ini dapat dilakukan dengan gerakangerakan yang sederhana dengan tidak meninggalkan unsur gerak dan seninya.
c. Permainan Motorik Halus (dengan otot-otot kecil)
Berbagai kegiatan permainan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik
halus anak antara lain: mencoret-coret, menirukan pola gambar tertentu (balon, buku, bola,
piring, gelas, dll), meronce, melipat, bermain plastisin, bermain pasar-pasaran, meletakkan
benda-benda misalnya mainan pada tempatnya. Permainan bongkar pasang, balok kayu da
bermain pasir juga bisa digunakan untk mengembangkan kemampuan motorik halus anak.
d. Permainan Motorik Kasar (dengan otot-otot besar)
Disamping permainan olah raga ada beberapa permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan motorik kasar anak, antara lain: bermain ayunan, jungkat-jungkit, plosotan,
panjat-panjatan, gobag sodor, bermain sepeda, dll.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami, membedakan, mengubah dan
mengungkapkan bentuk-bentuk musikal. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola
titi nada dan melodi, dan warna nada atau warna suara lagu. Seseorang yang memiliki
kecerdasan musik yang tinggi memiliki kemampuan yang baik dalam bernyanyi,
bersenandung, dan bersiul atau bersuara-suara kecil, memainkan sebuah lagu, menggerakgerakkan tubuh sesuai irama atau ikut bernyanyi dan memainkan alat musik.

Karekteristik individu dalam intelegensi musikal adalah:


a. Pandai mengubah atau mencipta musik.
b. Senang dan pandai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
d. Mudah menangkap musik.
e. Peka terhadap suara dan musik.

Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan musikal adalah:


Kepekaan terhadap bunyi dan suara.
Kemampuan bermain musik.
Kemampuan menyanyi.
Apabila anak sejak dini sering distimulasi dengan suara-suara, bunyi-bunyi terutama yang
membentuk harmoni seperti musik, maka bagian otak kanan di wilayah perkembangan
intuitif akan semakin peka. Kepekaan yang akan merangsang perkembangan kecerdasan
emosi, antara lain kepekaan rasa seperti empati, simpati dan nilai rasa lainnya.
Stimulasi musikal hendaknya dilakukan secara variatif sesuai dengan tahapan usia.
Bermacam-macam latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Membuat dan Mendengarka Variasi Nada dan Bunyi
Untuk anak-anak yang masih sangat kecil, orang tua atau pendidik dapat memperkenalkan
bermacam-macam nada, bisa dengan alat musik mainan, yakni dengan memegang tangan
anak untuk menekan atau memkul tuts-tuts alat musik itu sambil menyanyikan do re mi fa
sol la si do. Permainan ini bisa diulang-ulang, sehingga anak tahu tuts yang berbeda akan
menghasilkan bunyi nada yang berbeda. Disamping itu alat-alat rumah tangga yang bisa

menghasilkan bunyi juga dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai bunyi. Permainan
ini tidak mengharapkan anak untuk menguasai musik, tetapi merangsang perkembangan
kecerdasan musikal.
b. Menyanyi dan Menari
Untuk usia 1-3 tahun, anak dapat diperdengarkan berbagai lagu anak seperti Balonku,
Burung Kakatua, Pelangi, Bintang Kecil, dan lain sebagainya. Tidak ada salahnya pendidik
dan orang tua ikut bernyanyi mengiringi lagu yang didengar sambil melakukan gerakangerakan tari sederhana, dan anak akan mencoba meniru apa yang dilakukan orang tua dan
pendidiknya.
c. Main tebak-Tebakab Judul Lagu
Untuk anak-anak yang sudah bisa menyanyikan berbagai lagu, maka untuk melatih dan
menguji kepekaan terhadap nada, anak-anak dapat diajak bermain tebak-tebakan judul lagu;
caranya orang tua atau pendidik memainkan sepenggal lagu instrumental bagian dari lagu
anak-anak dengan alat musik, atau apabila tidak memiliki alat musik bisa menyanyikannya
secara langsung nada-nada lagu itu tanpa disertai kata-katanya, kemudian anak diminta untuk
menembak judul lagu itu. Apabila terdapat beberapa anak, mereka bisa diminta berlomba
menebak. Kegiatan ini akan melatih kecerdasan musikal dan ingatan anak.
d. Kecerdasan Interpersonal
kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang
lain. Kecerdasan ini sering juga disebut kecerdasan antar pribadi atau people smart.
Kecerdasan interpersonal meibatkan banyak hal, mulai dari kemampuan berempati pada
orang lain (seperti yang mungkin dimiliki seorang konselor), sampai kemampuan
memanipulasi sekelompok besar orang menuju pencapaian suatu tujuan bersama (seperti
yang mungkin dimiliki seorang pimpinan perusahaan). Kecerdasan interpersonal meliputi
juga kemampuan berteman, kemampuan menilai orang lain

Karekteristik individu dalam intelegensi interpersonal adalah:


a. Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.
b. Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok/klub, bekerja sama
dalam tim.
c. Senang permainan berkelompok dari pada individual.
d. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
e. Senang berkomunikasi verbal dan nonverbal.
f. Peka terhadap teman.
g. Suka memberi feedback.
h. Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.

Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan interpersonal adalah:


Kepekaan terhadap emosi, perasaan dan kehendak orang lain
Kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Kemampuan mengorganisir orang lain.
Kecerdasan interpersonal dapat distimulasi dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang
lain, terutama yang dilakukan dengan bekerjasama. Beberapa permainan/kegiatan yang dapat
diberikan antara lain:
a. Perkenalan dengan Orang Lain
Untuk anak-anak yang masih dibawah umur satu tahun, stimulasi ini dapat dilakukan dengan
banyak membawa anak ikut serta pada berbagai kegiatan yang melibatkan orang banyak,
misalnya pada kegiatan posyandu, kegiatan arisan, mengantar kakak ke sekolah dan lain
sebagainya. Dengan terbiasa melihat orang banyak, anak akan tahu bahwa di luar dirinya dan
keluarganya ada orang-orang lain lagi yang bisa bersama-sama dengan dirinya.

b. Bermain Gotong Royong


Untuk anak-anak yang sudah bisa bermain dengan keterampilan motoriknya, baik kasar
maupun halus, maka berbagai permainan yang melibatkan kerjasama dengan orang lain dapat
diperkenalkan. Misalnya:
a. Bermain memindahkan air; anak diberi seember air besar penuh, kemudian pada jarak 2
meter diberi ember yang sama besarnya tetapi kosong. Kemudian anak diberi gayung kecil
dan ditugaskan untuk memindah air dari ember yang penuh ke ember yang kosong. Apabila
anak terlihat kewalahan karena melakukannya sendiri, pendidik atau orang tua dapat
meminta teman atau saudaranya untuk membantu. Setelah selesai, anak-anak ditanya, apa
yang terjadi apabila ia harus melakukannya sendiri? Apa keuntungan kalau pekerjaan
dikerjakan bersama-sama dengan orang lain? Dari kegiatan ini anak akan mengenal nilai
kerjasama yakni pekerjaan yang berat menjadi ringan dan cepat selesai.
b. Bermain membangun istana pasir. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengajak anakanak untuk bekerjasama, ada yang ditugasi untuk mengumpulkan pasir dengan sekop, ada
pula yang ditugasi mengambil air, dan setelah itu anak-anak dapat membangun istana pasir
bersama-sama dengan bimbingan orang tua dan pendidik.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan seseorang yang mampu memahami
diri sendiri, mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, sehingga dapat
memotivasi pada dirinya sendiri. Biasanya orang yang mempunyai skor tinggi dalam faktorfaktor kecerdasan intrapersonal akan digambarkan sebagai seorang yang merasa nyaman
pada dirinya sendiri, puas dan berfikiran positif karena apa yang dilakukannya itu atas jerih
payahnya sendiri.
Karekteristik individu dalam intelegensi intrapersonal adalah:
a. Mampu menilai diri sendiri/introspeksi diri, bermeditasi.
b. Mampu merancang tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup yang jelas.

c. Berjiwa independen/bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.
Kegiatan-kegiatan yang dapat membuat anak memahami seluk beluk tentang dirinya seperti
perasaannya, cita-citanya, kesukaannya dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal anak. Beberapa kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengenali diri secara fisik
Anak dapat diajarkan mengenal nama dirinya; misal: Ini Nayla sambil meletakkan tangan
pada dadanya sendiri, selain itu anak juga bisa diberi pertanyaan tentang nama dari bagianbagian tubuhnya sendiri sambil memegangnya, misal: Mana rambutmu? mana matamu?
mana kakimu? dan seterusnya setiap kali anak merespon dengan memegang bagian dari
tubuhnya yang diminta.
b. Mengenal warna kesukaannya
Anak diberi kartu warna yang bermacam-macam, kemudian setiap kali anak diminta untuk
menyebutkan warnanya diserta pertanyaan: Kamu suka atau tidak warna ini? melalui
kegiatan ini, anak selain dapat mengenal warna-warna kesukaannya juga dapat menstimulasi
kecerdasan visual.
c. Mengenal buah-buah kesukaan dan binatang kesayangannya
Semuanya dapat dilakukan dengan kegiatan seperti point B. Kegiatan ini juga dapat
menstimulasi kecerdasan naturalis.
d. Mengenal cita-citaku

Anak diberi serial gambar tentang berbagai profesi seperti dokter, guru, pilot, polisi, petani,
penyanyi, pedagang, dll kemudian anak ditanya Besok kalau besar pengen jadi apa?
e. Mengenal dan mengungkapkan perasaan
Anak diberi serial gambar tentang berbagai ekspresi wajah senang, sedih, takut, dan marah.
Setelah anak mengenal masing-masing gambar, kemudian diberi pertanyaan Apa yang
kamu rasakan apabila mainanmu dirusak oleh orang lain? apabila anak menjawab Saya
marah, maka anak diminta untuk merespon sambil menunjukkan gambar yang sesuai.
Demikian juga seterusnya. Banyaknya variasi perasaan yang diungkap disesuaikan dengan
tahapan usia dan kemampuan anak.
f. Memotivasi diri
Anak diminta untuk melakukan suatu kegiatan dengan sejumlah rintangan, misalnya berjalan
melewati jembatan buatan sepanjang 5 meter, setiap meter diberi rintangan berupa tali rafia
yang diikatkan di bagian tiang bambu sebelah kanan dan sebelah kiri, dan rintangan itu
dipasang semakin jauh semakin tinggi namun masih dalam jangkauan anak. Setiap kali anak
berhasil melampaui rintangan, dia diperbolehkan mengambil bendera kecil yang ada di tiang
bambu tersebut. Semakin besar motivasi anak untuk mengatasi rintangan dan berhasil
mengatasinya, semakin banyak bendera yang dapat dikumpulkan. Apabila ada anak-anak
lain, mereka diminta melakukannya secara bergantian, sementara yang lain menunggu giliran
dapat diminta bersorak-sorak untuk memberikan dukungan. melalui kegiatan ini anak dapat
dilatih untuk memotivasi diri.
8. Kecerdasan Naturalis
kecerdasan yang dimiliki oleh individu terhadap tumbuhan, hewan dan lingkungan
alam sekitarnya. Individu yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi akan mempunyai
minat dan kecintaan yang tinggi terhadap tumbuhan, binatang dan alam semesta.
a. Berjalan-jalan mengenal lingkungan luar rumah

Untuk anak-anak yang masih sangat kecil, maka stimulasi kecerdasan naturalis dapat
dilakukan dengan membiasakan indera anak pada benda-benda alam, misalnya melihat
pohon-pohon disekitar rumah atau di taman, mendengarkan gemericik air mengalir, suara
ayam berkokok, kucing mengeong, cicak berdecak dan lain sebagainya.
b. Melihat gambar-gambar atau VCD tentang alam dan belajar mengenal namanamanya
Untuk anak yang sudah lebih besar, misal 2-3 tahun mereka dapat diperlihatkan buku-buku
bergambar yang berwarna tentang buah-buahan, tanam-tanaman, dan berbagai macam
binatang serta pemandangan alam dan lautan. Disamping diperkenalkan pada penglihatan
berbagai fenomena alam, anak sekaligus duperkenalkan pada sebutan nama masing-masing.
Supaya anak lebih ingat, hendaknya cara memperkenalkan dilakukan melalui teknik
bercerita, dengan demikian anak akan mengenal dan mengingatnya melalui suatu konteks.
c. Mengajak anak tamasya
Supaya anak lebih riil mengenal alam yang sudah banyak diperkenalkan lewat buku-buku
bergambar, maka anak perlu diajak untuk bertamasya, sekali tempo ke pegunungan, lalu ke
pantai, kemudian ke kebun binatang. Sambil bertamasya orang tua dan pendidik dapat
mengajukan berbagai pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang sudah dipelajari.
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan konsep tamasya ini dapat menggugah anak akan
kecintaan kepada alam.
D.Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Ganda Yaitu:
1. Faktor bawaan
2. Faktor minat dan bawaan khas
3. Faktor pembentukan
4. Faktor kematangan
5. Faktor kebebasan

F.Cara Meningkatkan Kecerdasan Ganda


1. Mengadakan evaluasi diri
yaitu meneliti kekuatan dan kelemahan diri sendiri
2. Menetapkan cita-cita atau sasaran hidup
yaitu cita-cita yang jelas akan membangkitkan semangat antusiasme
3. Membangun suatu kebiasaan hidup cerdas
yaitu umpamanya membaca, berdiskusi, olah pikir, olah rasa dan olahraga
4. Membangun sikap keterbukaan- kritis
yaitu sikap terbuka membuat kita mampu menerima ide-ide baru, ilmu-ilmu baru dan
pengertian baru. jadi juga kritis tapi jangan terlalu kritis yang membuat kita jadi tertutup,
kaku dan merasa benar sendiri.
5. Membangun sikap belajar yang positif terhadap apapun yang kita alami
yaitu pengalamn bukanlah peristiwa-peristiwa yang menimpa kita melainkan apa yang kita
lakukan terhadap peristiwa-peristiwa itu.
6. Membangun sikap yang rendah hati
yaitu air selalu mengalir ke tempat yang rendah, demikian pula hikmat dan pengetahuan
mengalir menuju hati yang rendah seperti:
a). Latihan kemampuan pengamatan
b). Gunakan tangan supaya mengikuti petunjuk otak
c). Tekuni hobi
d). Pelajari dan hafalkan tanggal-tanggal penting
Mengaktifkan seluruh indra anak didik
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan seluruh indra anak didik, yaitu
sebagai berikut:
a. Melatih cara mendengar yang efektif
Telinga bagi manusia adalah instrumen yang luar biasa, melalui telinga otak menerima bunyi
dan membuat duplikat bunyi tersebut dan mengulang seluruh bunyi tersebut seperti suatu

simponi.
b. Melatih mata untuk membaca cepat dan efektif
Mata merupakan bukti keajaiban mekanisme biologis, melalui mata otak dapat menerima
fakta-fakta yang menakjubkan yang dapat memberikan rangsangan yang lebih kaya,
sehingga mata dapat melihat dengan jeli, analitis, dan akurat.
c. Melatih keterampilan menulis atau membuat catatan yang cepat dan tepat
Mengenai keterampilan ini, penelitian menunjukan hasil sebagai berikut:
1) Ada siswa yang tidak mencatat sama sekali.
2) Ada siswa yang diberikan catatan lengkap yang dibuatkan oleh guru.
3) Ada siswa yang membuat catatan lengkap sendiri.
4) Ada siswa yang diberikan catatan berupa rangkuman oleh guru.
5) Ada siswa yang membuat catatan yang berupa rangkuman sendiri.
6) Ada siswa yang diberikan catatan berupa kunci-kunci dari guru.
7) Ada siswa yang membuat catatan berupa kata-kata kunci sendiri.

Begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh indra manusia sehingga dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Dengan melatih indra-indra anak didik dalam setiap kegiatan
pembelajran maka anak didik akan peka terhadap stimulus-stimulus yang dapat merangsang
indranya.

2. Melatih intelegensi/kecerdasan yang berimbang


Langkah-langkah yang harus dilakukan didalam melatih kecerdasan yang berimabang adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi intelegensi anak didik
Caranya adalah sebelum memulai pelajaran guru dapat memberikan tes atau angket kepada
siswanya untuk menjajagi intelegensi mereka, pertanyaan-pertanyaan itu dibaca dan diisi
sendiri oleh siswa kemudian guru mengolahnya.
Intelegensi linguistik

Menulis lebih baik dari rata-rata kelas.


Mudah cerita dan membuat lelucon.
Mempunyai ingatan yang baik akan nama, tempat, dan hari.
Menyukai membaca buku.
Menulis dengan ejaan yang benar dengan teliti.
Menyukai mendengarkan kata-kata yang diucapkan.
Mempunyai kemempuan vocabulary yang baik.
Berkomunikasi dengan yang lain dalam kata-kata yang teratur.
Intelegensi matematis-logis

Suka menanyakan tentang bagaimana sesuatu itu bekerja.


Menghitung secara cepat.
Menyukai matematika.
Menyukai permainan matematika dalam komputer.
Suka menata macam-macam hal secara teratur, kategorisasi, dan hierarkis.
Berpikir lebih abstrak dan konseptual dari rata-rata kelas.
Mempunyai kepekaan dengan sebab-akibat dalam suatu persoalan.

Intelegensi ruang/visual
Melaporkan secara jelas dengan gambaran visual.
Membaca denah, peta, dan diagram yang lebih mudah daripada membaca teks.
Menyukai kegiatan-kegiatan seni.
Menggambarkan lebih baik dari pada rata-rata kelas.
Suka melihat film, slide, dan presentasi visual yang lain.
Bila membaca, lebih menyukai gambar daripada teks.
Intelegensi kinestetik tubuh
Menonjol dalam salah satu bidang olahraga.
Selalu ingin bergerak bila duduk terlalu lama di suatu tempat.
Mudah menirukan gerak dan gaya seseorang.
Mempunyai cara mengekpresikan diri secara dramatik.
Menyukai bekerja dengan lumpur untuk membuat bangunan.
Intelegensi musical
Mengingat melodi musik dengan baik.
Mempunyai suara yang bagus.
Memainkan alat musik dan bernyanyi dengan baik.

Mempunyai cara ritmik dalam bicara dan bergerak.


Peka terhadap suara-suaara sekitar.
Intelegensi interpersonal (sosial)
Menyukai sosialisasi dengan teman.
Kelihatan dapat menjadi pemimpin yang natural.
Suka memberi nasihat pada teman yang dalam kesulitan.
Termasuk dalam kelompok, komite, atau organisasi.
Menyukai mengajar orang lain secara informal.
Mempunyai dua atau tiga teman dekat.
Mudah empati pada orang lain.
Intelegensi intrapersonal

Mempunyai kemauan yang kuat dan kepercayaan diri.


Mempunyai pandangan yang realistik tentang kemampuan dan kelemahannya.
Selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik mesklipun terlambat.
Dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalannya.
Mempunyai self esteem yang tinggi.
Mempunyai daya refleksi yang tinggi.

Selain dengan tes, mengidentifikasi intelegensi juga dapat dilakukan dengan observasi.
b. Menyusun rencana pelajaran yang dapat mengembangkan beberapa kecerdasan,
seperti:
1) Mengorganisasikan isi atau materi pelajaran sedemikian rupa sehingga menjadi menarik
dan dapat merangsang indra semaksimal mungkin.
2) Memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi/
kecerdasan.
3) Merancang dan membuat tugas atau penilaian yang dapat menggali seluruh kecerdasan.

c. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi/


kecerdasan anak didik. Kegiatan yang dapat dilakukan guru melalui cara ini,
diantaranya adalah:
1) Menerapkan rencana pelajaran yang telah dirancang untuk mengembangkan beberapa
kecerdasan.

2) Menerapkan keterampilan dasar mengajar yang dapat megembangkan intelegensi/


kecerdasan anak didik.
3. Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda
Yang dimaksud dengan silang disini adalah setiap intelegensi/kecerdasan anak didik tidak
dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu per satu secara terpisah.
Tujuannya adalah agar anak didik dapat mengasah setiap bagian kecerdasannya selama
waktu tertentu. Ini dapat dilakukan secara individual dan kelompok dan bisa juga di dalam
atau diluar jam pelajaran. Melatih silang intelegensi/kecerdasan dapat dilakukan dengan
membangun stasiun-stasiun kecerdasan untuk setiap jenis kecerdasan yang berbeda. Yang
dimaksud dengan stasiun bukanlah stasiun pemancar tetapi semacam display dengan
memanfaatkan sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik dari segala arah.
Hal-hal diperhatikan dalam membangun stasiun kecerdasan adalah sebagai berikut:
a. Pilih materi/isi pelajaran yang khusus berdasarkan tingkat kesulitannya.
b. Indentifikasi semua kemampuan yang ada dalam setiap jenis kecerdasan.
c. Klasifikasikan isi/bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada
disetiap jenis kecerdasan, sampai menghasilkan satu-satu stasiun kecerdasan.
d. Tempatkanlah setiap stasiun kecerdasan ini ditempat-tempat yang sering dikunjungi anak
atau yang mudah terlihat dari berbagai arah.
Peran Pendidikan Dalam Mengasah Kecerdasan Ganda
Tipe kecerdasan tidak hanya satu. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama
halnya dengan sidik jari. Oleh karena itu, sekolah yang efektif harus dapat mengenali secara
dini kecerdasan masing-masing peserta didik, dan kemudian memberikan layanan yang
sesuai dengan tipe kecerdasan yang mereka miliki. Peran penting pendidikan dalam
mengembangkan kecerdasan minimal ada dua macam. Pertama, mengenalinya secara dini
tipe kecerdasan setiap peserta didik, (2) memberikan model layanan pendidikan yang sesuai
dengan kecerdasan tersebut, (3) mengasah dan mengembangkan kecerdasan semua peserta
didik secara optimal. Dengan demikian, peserta didik yang dikenali memiliki kecerdasan
bahasa, sebagai misal, harus diberikan kesempatan untuk dapat membaca, menulis, dan

mendengarkan kata-kata yang terkait dengan topik mata pelajaran yang diajarkan. Siswa
yang dikenali memiliki kecerdasan logis-matematis, harus diberikan lebih banyak
kesempatan untuk mempelajari prinsip-prinsip matematika, seperti operasi hitung, dan lain
sebagainya. Demikian juga dengan siswa yang telah dikenali memiliki kecerdasan ganda
ragawi-kinestetik, atau satu jenis kecerdasan musikal, yang ternyata jika dikembangkan
secara optimal, peserta didik diharapkan mampu menekuni pekerjaan sebagai olahragawan,
atau penari terkenal, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional, dan bahkan
internasional.
Dalam proses belajar mengajar, pendidik setidaknya harus memperhatikan
kecenderungan kecerdasan potensial masing-masing peserta didik. Peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan logis-matematis pasti akan memiliki gaya belajar (learning
style) yang berbeda dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan linguistik,
bahkan dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan ragawi-kinestetis. Peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan ragawi-kinestetis akan merasa lega jika diberikan
kesempatan untuk terjun ke lapangan olahraga atau ke tempat latihan tari-menari. Demikian
juga dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan yang lainnya. Pada prinsipnya,
ada tiga gaya mengajar yang paling umum dapat diamati oleh pendidik. Pertama, gaya visual
(visual learning), yakni gaya belajar yang lebih suka menggunakan gambar-gambar, bahan
bacaan yang dapat dilihat. Kedua, tipe audio, yang lebih suka mendengarkan, misalnya
mendengarkan ceramah atau penjelasan dari gurunya, atau mendengarkan bahan audio
seperti radio kaset, dan sebagainya. Ketiga, tipa taktil, yang lebih suka menggunakan tangan
dan badannya. Peserta didik tipe taktil akan tidak suka diminta duduk manis untuk
mendengarkan ceramah guru seperti yang disukai oleh peserta didik yang memiliki gaya
audio. Peserta didik gaya taktil akan senang untuk diminta untuk mengerjakan pekerjaan
tangan atau mengotak-atik mesin perkakas. Demikianlah keragaman potensi kecerdasan
ganda dan gaya belajar peserta didik yang harus medapatkan perhatian pendidik secara
seimbang, tidak pilih kasih, tidak diskriminatif.
Faktor Faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan

komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :


Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua,
dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada
anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan
hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses
belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan
antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali
karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah langkah
berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan
proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori
kecerdasan ganda yaitu :

30% pembelajaran langsung


30% belajar kooperatif
30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi
berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan
guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi
kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen
musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik
bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas
pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan
siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan
spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang
menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu
cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi
lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam
mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem
seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada

perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah
keterampilan atau pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai