Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TESIS

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK


MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PRODUKSI
Studi Kasus Pada Smallicious Bakery

Disusun Oleh :
Bonang Waspadadi Ligar (92214019)
46 MMSI-2

MAGISTER MANAGEMEN SISTEM INFORMASI


UNIVERSITAS GUNADARMA
2015

1.1

Latar Belakang
Jumlah UMKM yang terus mengalami peningkatan merupakan trend positif bagi

perekonomian sebuah negera. Perannya dalam menyediakan produk yang dibutuhkan


oleh masyarakat serta sebagai penyedia lahan pekerjaan sangat penting. Tentunya trend
positif ini perlu didukung dengan baik agar sebuah UMKM yang ada dapat bertahan dan
terus berkembang. Salah satu faktor terpenting yang dibutuhkan oleh semua perusahaan
adalah sebuah sistem produksi yang lancar.
Lancarnya sebuah proses produksi tentunya merupakan sesuatu yang semua
perusahaan inginkan. Alasan utamanya adalah, bahwa dengan baiknya sebuah proses
produksi yang berjalan dalam sebuah perusahaan, makin tinggi kemungkinan
perusahaan memaksimalkan laba. Mendapatkan laba yang maksimal tentunya
merupakan tujuan utama semua perusahaan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi adalah
tersedianya bahan baku produk. Jika sebuah perusahaan dapat mengendalikan jumlah
persediaan bahan baku dengan baik, tentunya tujuan perusahaan dapat dicapai dengan
lebih efektif dan efisien. Sebuah system yang baik perlu diimplementasikan untuk
menjaga agar persediaan bahan baku cukup untuk melakukan kegiatan produksi, namun
pada kenyataannya tidak semua perusahaan terutama UMKM memiliki sistem
pengendalian bahan baku yang baik.
Dengan orientasi bisnis yang semakin fokus pada minimasi biaya produksi serta
kecepatan layanan, maka sistem yang dibangun hendaknya tidak hanya dapat
mengendalikan persediaan bahan baku dengan baik, tetapi juga dapat merencanakan
kebutuhan bahan baku produksi yang ideal sehingga perusahaan dapat berjalan dengan
dengan baik dari segi biaya maupun produksi.
1.2

Rumusan Masalah
Smallicious Bakery adalah sebuah UMKM yang bergerak dalam bidang

agribisnis. Produk utamanya adalah beraneka ragam kue serta jajanan berukuran kecil.
Bahan baku utama dalam produksinya adalah tepung, sehingga perlu adanya sebuah
sistem pengendalian bahan baku yang dapat memberikan informasi mengenai jumlah

persediaan tepung yang optimal sehingga produksi dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
1.3

Tujuan Penelitian
Membangun sebuah sistem pengendalian bahan baku yang dapat memberikan

informasi (1) kuantitas optimal dalam setiap kali pembelian bahan baku (EOQ), (2) titik
yang menunjukan waktunya untuk mengadakan pemesanan kembali (ROP), (3)
persediaan maksimum (Maximum Inventory), dan (4) total biaya persediaan bahan baku
(Total Inventory Cost) untuk menghindari resiko kehabisan dan juga kelebihan bahan
baku sehingga dapat meminimalisasi biaya bahan baku perusahaan.
1.4

Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data serta informasi
yang diperlukan dalam penelitian ini, dengan cara melakukan penelitian sebagai
berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data-data atau bahan-bahan yang berhubungan dengan
masalah persedian melalui literature serta buku kepustakaan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu mengumpulkan data-data dengan cara mendatangi langsung objek
penelitian. Adapun tehnik yang digunakan adalah wawancara langsung
dengan petugas atau karyawan perusahaan yang berhubungan langsung
dengan masalah yang dibahas, serta dilakukan tehnik observasi.
3. Analisis Hasil Penelitian
Melakukan analisis terhadap data serta informasi yang

telah

dikumpulkan melalui penelitian, yang diproses hingga mendapatkan


informasi yang dibutuhkan oleh Smallicious Bakery.
4. Perancangan Sistem
Merancang sebuah sistem pengendalian bahan baku yang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan Smallicious Bakery.
1.5

Kerangka Pemikiran
Persediaan Bahan Baku

Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik


perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun
persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi (Rangkuti, 2004).
Menurut Assauri (1998), tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai
usaha untuk:
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang menyebabkan
proses produksi terhenti.
2. Menjaga agar penentuan persediaan perusahaan tidak terlalu besar sehingga
biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.
3. Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari.
Fungsi-Fungsi Persediaan:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi
kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada supplier
barang.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat
berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah
yang cukup dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya perunit produk.
Pertimbangan yang dilakukan dalam persediaan ini adalah penghematan
yang dapat terjadi pembelian dalam jumlah banyak yang dapat memberikan
potongan harga, serta biaya pengangkutan yang lebih murah dibandingkan
dengan biaya-biaya yang akan terjadi,karena banyaknya persediaan yang
dipunyai.
3. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastian dalam jangka waktu
pengiriman barang dari usaha lain, sehingga memerlukan persediaan
pengamanan (safety stock), atau mengalami fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan sebelumnya yang didasarkan pengalaman masa lalu akibat

pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut sebaiknya mengadakan


persediaan musiman. (Asdjudiredja,1999).
Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku adalah barang yang dibuat menjadi barang lain (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, (1997). Sedangkan tingkat penggunaan bahan baku adalah seberapa
banyak jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi (Riyanto,2001).
Peramalan perkiraan kebutuhan bahan baku yang baik adalah peramalan
kebutuhan bahan baku yang mendekati pada kenyataan yang merupakan suatu
perkiraan-perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang dengan mendasarkan pada
keadaan yang ada pada waktu-waktu yang telah lalu.
Peramalan Kebutuhan Bahan Baku
Dalam penelitian ini, kebutuhan bahan baku tepung Smallicious Bakery belum
diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan peramalan kebutuhan bahan baku, peneliti
menggunakan metode Trend Projection. Teknik ini menyesuaikan dengan garis trend
suatu rangkaian titik-titik data historis suatu perusahaan dan kemudian diproyeksikan
dengan ramalan periode yang akan datang.
Adapun bentuk persamaan garis linear adalah:
=a+bX
Dimana:
= Peramalan kebutuhan bahan baku
a = Konstanta penggunaan bahan baku
b = Bilangan waktu untuk satuan waktu
X = Satuan waktu (bulan)

Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris


pada tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis.
Definisi Menurut Prof. Dr. Bambang Rianto

Economic Order Quantity adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh
dengan biaya minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang
optimal.
Definisi Menurut Drs. Agus Ahyadi
Economic Order Quantity adalah jumlah pembelian bahan baku yang dapat
memberikan minimalnya biaya persediaan.
Dari dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa EOQ merupakan suatu
metode yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat
menekan biaya-biaya persediaan sehingga efisiensi persediaan bahan dalam perusahaan
dapat berjalan dengan baik.
Penggunaan metode EOQ dapat membantu suatu perusahaan dalam menentukan
jumlah unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya persediaan
seminimal mungkin.
. Perhitungan EOQ adalah sebagai berikut:
EOQ =

2 SD
H

Dimana:
EOQ = Kuantitas pembelian optimal
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
D = Penggunaan bahan baku per tahun
H = Biaya penyimpanan per unit
Menurut Ahyari (1995), untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perusahaan
harus memenuhi beberapa faktor tentang persediaan bahan baku.

Adapun faktor-faktor tersebut adalah:


1. Perkiraan penggunaan

Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan,maka manajemen harus


dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan didalam proses
produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang
berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk
keperluan produksi pada periode yang akan datang.
2. Harga dari bahan
Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula
dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar
penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk
investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini,
maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku
tersebut harus pula diperhitungkan.
3. Biaya-biaya persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan bahan
baku. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka digunakan data
biaya persediaan yaitu:
a. Biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost)
b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost/procurement cost)
4. Pemakaian senyatanya
Pemakaian/penggunaan bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu
(actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena untuk
keperluan proses produksi akan dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan
dalam pengadaan bahan baku pada periode berikutnya. Seberapa besar penyerapan
bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan
perkiraan penggunaan yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa.
5. Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi)
antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu
tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan
saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan waktu tunggu yang tepat maka
perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko
penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
6. Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangkan sebagai


pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Persediaan pengaman
diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk
proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan.
Perhitungan safety stock adalah sebagai berikut (Rangkuti dalam Indrayati, 2007):
Safety Stock = Zq
Z = Standar Deviasi
XY

2
q=

Dimana:
q = Kuadrat eror
X = Penggunaan bahan baku senyatanya
Y = Perkiraan penggunaan bahan baku
7. Pemesanan kembali (reorder point)
Reoder point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan
pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan
habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ (Gitosudarmo,
2002). Perhitungan ROP adalah sebagai berikut:
ROP = Safety Stok + (Lead Time x Q)
Dimana:
ROP = Reorder point
Lead time = Waktu tunggu
Q = Penggunaan bahan baku ratarata per hari

Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)

Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar kuantitas persediaan


yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja.
Adapun untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat digunakan rumus:
Maximum Inventory = Safety Stock + EOQ
Dimana:
Safety Stok = Persediaan pengaman
EOQ = Kuantitas pembelian optimal
Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku (TIC)
Untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang diperlukan
perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ. Perhitungan TIC adalah sebagai
berikut:
FTIC =

2 D . S . H

Dimana:
D = EOQ
S = Biaya pemesanan rata-rata
H = Biaya penyimpanan per unit

DAFTAR PUSTAKA
Ruauw, Eyverson. 2011. PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Contoh
Pengendalian pada usaha Grenda Bakery Lianli, Manado). ASE Volume 7 Nomor 1,
Januari 2011: 1 11

Muktiadji, Musa., Hidayat, Lukman. 2006. Sistem Pengendalian Persediaan Bahan


Baku Dalam Menunjang Efektifitas Proses Produksi. Jurnal Ilmiah Ranggading. Volume
6 No. 2, Oktober 2006 : 114-117.
Setyo,

Hendra.

EOQ

(Economic

Order

Quantity).

27

April

2015.

http://hendrasetyo.blogspot.com/2010/09/eoq-economic-order-quantity.html
Chaharsooghi, S. Kamal., Heydari, Jafar., Kamalabadi, Isa Nakhai. 2011. Simultaneous
Coordination Of Order Quantity And Reorder Point In A Two-Stage Supply Chain.
Computers & Operations Research 38 (2011) 16671677
Grewal, Chandandeep S., Enns S.T., Rogers, Paul. 2014. Dynamic Reorder Point
Replenishment Strategies For A Capacitated Supply. Computers & Industrial
Engineering 80 (2015) 97110
Hsiao, Yu-Cheng. 2008. Integrated Logistic And Inventory Model For A Two-Stage
Supply Chain Controlled By The Reorder And Shipping Points With Sharing
Information. Int. J. Production Economics 115 (2008) 229235

Anda mungkin juga menyukai