Referat Struma Yes
Referat Struma Yes
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ilmu kesehatan sangatlah fleksibel dengan mengikuti perkembangan zaman.
Itu dapat dilihat dengan perkembangan penyakit dan cara mengatasinya. Penyakit
sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia, apalagi yang dapat mengganggu jiwa manusia.
Karena itu ketika penyakit dapat membahayakan maka secepat mungkin harus dicari
cara mengatasinya atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita, dimikian
pula penyakit struma yang menyebabkan pembengkakan pada leher.
Struma nodosa atau struma endenomatosa terutama di temukan di daerah
pegunungan kerena defisiensi iodium dan merupakan salah satu masalah gizi di
Indonesia. Struma ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu.
Etiologinya umumnya multifaktorial, biasanya tiroid sudah membesar sejak usia muda
dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Penderita struma biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan berkembang
menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan
kista atau adenomakarena pertumbuhannya yang sering berangsur-angsur hingga
struma menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher, sebagian penderita
dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa adanya gangguan.
Struma merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16%
perempuan dan 4% laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah
dibuktikan oleh suatu penyelidikan.
Karena itu haruslah tanggap dalam menghadapi penyakit ini dengan melihat
kondisi pada penderita. Penyembuhan penyakit ini dilakukan dengan pengobatan
dan terapi TSH oleh tiroksin serta pembedahan dilakukan apabila struma menjadi
besar. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis akan memaparkan sebuah
makalah mengenai struma serta hal-hal yang menyangkut penyakit ini.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan teori dan konsep terkait dengan penyakit
2. Memaparkan proses terjadinya gangguan struma
3. Mengetahui lebih khusus tenteng penyakit struma
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Dapat menjabarkan atau memaparkan ilmu pengetahuan yang berkenaan
dengan penyakit struma
2. Sebagai salah satu acuan yang dapat digunakan dalam membuat karya ilmiah
dalam bentuk makalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid. Biasanya
dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal. Pembesaran
kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar sekali dan
mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi sistem vena serta
pembentukan vena kolateral.
2.2
trakea .mensekresi tiroksin, triyodotironin yang mempunyai efek nyata pada kecepatan
metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga mensekresi kalsitonin, suatu hormon yang penting
untuk metabolisme kalsium.
Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme
turun sekitar 40 persen di bawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat
menyebabkan laju metabolisme basal meningkat se-tinggi 60 sampai 100 persen di atas
normal. Sekresi tiroid terutama diatur oleh hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior12.
2.3
tetapi, juga disekresi triyodotironin dalam jumlah sedang. Fungsi utama hormon ini secara
kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Triyodotironin kira
kira empat kali kekutan tiroksin, tetapi ia terdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan
menetap jauh lebih singkat daripada tiroksin12.
2.5
yodium, gararn meja yang biasa diyodisasi dengan satu bagian natrium yodida untuk setiap
100.000 bagian natrium klorida.
2.6
gambar 50-2, adalah pemindahan yodida dari cairan ekstrasel ke sel kelenjar tiroid dan
kemudian ke folikel. Membran sel mempunyai kemampuan khas mentranspor yodida
secara aktif ke bagian dalam folikel, hal ini dinamakan pompa yodida, atau 'iodine trapping'.
Pada kelenjar normal, pompa yodida dapat memekatkan ion yodida sekitar 40 kali
konsentrasi yodida dalam darah. Akan tetapi, bila kelenjar tiroid menjadi aktif
sepenuhnya, rasio konsentrasi dapat meningkat sampai beberapa kali12.
2.7
dilukiskan dalam Gambar3. Retikulum endoplasma dan kompleks Golgi mensintesis dan
mensekresi suatu molekul glikoprotein besar yang dinamakan tiroglobulin dengan berat
molekul 660.000 ke dalam folikel.
Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin
merupakan substrat utama yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon
tiroid. Hormon ini terbentuk dalam molekul tiroglobulin. Yaitu residu asam amino tirosin
maupun hormon tiroksin dan triyodotironin yang terbentuk darinya, tetap merupakan
bagian molekul tiroglobulin selama keseluruhan proses sintesis hormon tiroid.
Selain mensekresi tiroglobulin, sel-sel kelenjar juga menyediakan yodium,
enzim-enzim, dan zat-zat lain yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroid.
Oksidasi Ion Yodida. Langkah penting dalam pembentukan hormon tiroid diduga
merupakan perubahan ion yodida menjadi bentuk yodium teroksidasi yang kemudian
mampu berikatan langsung dengan asam amino tirosin. Oksidasi yodium ini dipermudah
oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase yang menyertai, yang bersama-sama
menyelenggarakan sistem yang kuat, yang mampu mengoksidasi iodida. Peroksidase
terletak di dalam membrana apikal sel atau juga di dalam sitoplasma yang tepat berdekatan dengan membrana ini, jadi memberikan yodium yang telah dioksidasi pada titik
yang tepat di dalam sel, di tempat mana molekul tiroglobulin pertama keluar dari
kompleks Golgi.
Yodinasi Tirosin dan Pembentukan Hormon Tiroid "Organifikasi" Tiroglobulin.
Pengikatan yodium dengan molekul tiroglobulin dinamai orgamifikasi tiroglobulin. Yodium
yang telah dioksidasi dalam bentuk molekul akan terikat langsung tetapi perlahan-lahan
dengan asam amino tirosin, tetapi bila yodium yang telah teroksidasi disertai dengan
sistem enzim peroksidase, maka proses ini dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit.
Sehingga hampir sama cepat seperti pelepasan molekul tiroglobulin dari alat Golgi atau
secepat ia disekresi mela-lui membrana sel apikal ke dalam folikel, yodium terikat dengan
sekitar seperenam sisa tirosin di dalam molekul tiroglobulin.
2.8
gantinya, tiroksin dan triyodotironin mula-mula terlepas dan molekul tiroglobulin, dan
kemudian hormon bebas ini dilepaskan.
Proses ini terjadi sebagai berikut, permukaan apikal sel tiroid dalam keadaan
normal mengeluarkan penonjolan seperti pseudopodi yang meliputi sebagian kecil
koloid untuk membentuk vesikel pinositik. Kemudian lisosom segera bersatu dengan
vesikel ini untuk membentuk vesikel digestif yang mengandung enzim-enzim
pencernaan dari lisosom yang bercampur dengan koloid. Proteinase yang merupakan
salah satu enzim-enzim tersebut mencernakan molekul tiroglobulin serta melepaskan
tiroksin dan triyodotironin, yang kemudian berdifusi melalui basis sel tiroid, ke dalam
kapiler yang terdapat di sekitarnya. Jadi, hormon tiroid dikeluarkan ke dalam darah.
protein dikeluarkan ke sel kira-kira 1,3 hari.
Waktu masuk sel, kedua hormon ini sekali lagi berikatan dengan protein
intrasel, tiroksin sekali lagi berikatan lebih kuat daripada triyodotironin. Oleh karena
itu, sekali lagi tiroksin disimpan, tetapi pada saat ini pada sel fungsional itu sendiri,
dan diguna-kan dengan lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu12.
Masa Laten dan Lama Kerja Hormon Tiroid. Setelah penyuntikan tiroksin dalam
jumlah besar pada manusia, pada hakekatnya tidak ada efek pada kecepatan
metabolisme yang dapat ditemukan selama dua sampai tiga hari, karena itu melukiskan
bahwa terdapat masa laten yang lama sebelum aktivitas tiroksin mulai. Sekali aktivitas
timbul, ia secara progresif meningkat dan mencapai maksimum dalam 10 sampai 12 hari,
seperti diperlihatkan dalam Gambar5. Setelah itu, ia turun dengan waktu paruh sekitar
15 hari. Beberapa aktivitas menetap selama 6 minggu sampai 2 bulan kemudian.
Kerja triyodotironin terjadi sekitar 4 kali kecepatan tiroksin, dengan masa
laten sependek 6 sampai 12 jam dan aktivitas sel maksimum terjadi dakm 2 sampai 3
hari.
Masa laten dan masa kerja yang lama dari hormon-hormon tersebut
disebabkan oleh pengikatannya dengan protein dalam plasma dan sel jaringan, diikuti
oleh pelepasannya yang lambat.
Pengikatan Tiroksin dan Triyodotironin dengan Protein Plasma. Waktu masuk darah,
semua tetapi dalam jumlah sedikit, tiroksin dan triyodotironin yang berikatan dengan
protein segera berikatan dengan beberapa protein plasma, terutama dengan globulin
pengikat tiroksin yang merupakan glikoprotein. Kemudian, separoh tiroksin
dilepaskan ke sel jaringan kira-kira setiap 6 hari, sedangkan separuh triyodotironin
karena afinitasnya yang lebih rendah untuk
Gambar5. Efek yang lama pemberian hormon tiroid dosis tunggal yang
besar atas laju metabolisme basal12.
2.9
jelas
tiroksin mungkin
hanya
lokal hormon tiroid dan panas tubuh yang berlebihan cenderung menurunkan tekanan.
Oleh karena itu, tekanan arteri rata-rata biasanya tidak berubah. Akan tetapi, karena
peningkatan jalannya darah melalui pembuluh perifer, tekanan nadi meningkat,
disertai tekanan sistolik meningkat 10 sampai 20 mmHg, dan tekanan diastolik
berkurang sesuai.
Efek atas Respirasi. Peningkatan kecepatan metabolisme yang disebabkan
oleh hormon tiroid meningkatan penggunaan oksigen dan pembentukan karbon
dioksida efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan
dalamnya pernapasan.
Efek atas Saluran Pencernaan. Selain meningkatkan kecepatan absorpsi bahan
makanan, hormon tiroid juga meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan
pergerakan saluran pencernaan. Sering mengakibatkan diare. Juga, yang berhubungan
dengan peningkatan sekresi dan pergerakan ini adalah peningkatan nafsu makan, sehingga
masukan makanan biasanya meningkat. Kekurangan hormon tiroid menyebabkan
konstipasi.
Efek atas Susunan Saraf Pusat. Pada umumnya hormon tiroid meningkatkan
kecepatan serebrasi, sebaliknya, kekurangan hormon tiroid mengurangi fungsi ini.
Individu hipertiroid mungkin mengalami kegelisahan berlebihan dan mungkin
mempunyai kecenderung psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, kekhawatiran
berlebihan, atau paranoid13.
Tremor Otot. Salah satu tanda paling khas hipertiroidisme adalah tremor
halus pada otot. Ini bukan tremor kasar yang terjadi pada penyakit Parkinson atau
pada menggigil, karena tremor ini berlangsung pada frekuensi yang cepat yaitu 10
sampai 15 kali per detik.
Tremor dapat mudah diketahui dengan meletakkan sehelai kertas pada jari-jari
yang diekstensikan dan melihat derajat getaran kertas. Tremor ini mungkin disebabkan
karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medula spinalis yang mengatur tonus
otot. Tremor merupakan cara yang baik untuk menilai derajat efek hormon tiroid pada
susunan saraf pusat.
Efek atas Tidur. Karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot dan
pada susunan saraf pusat, penderita hipertiroid sering mempunyai perasaan kecapaian
yang konstan tetapi karena efek perangsangan hormon tiroid pada susunan saraf hal ini
menyulitkan penderita tidur13.
PENGATURAN SEKRESI HORMON TIROID
Untuk mempertahankan kecepatan metabolisme basal normal, tepatnya jumlah
hormon tiroid yang tepat yang harus disekresi setiap saat, dan, untuk menyediakan
hormon, bekerja suatu mekanisme umpan-balik spesifik melalui hipotalamus dan
kelenjar hipofisis anterior untuk mengatur kecepatan sekresi tiroid sesuai dengan
kebutuhan metabolisme tubuh. Sistem ini dapat dilukiskan dalam Gambar 50-5 dan
dapat dijelaskan sebagai berikut ;
Tiroid. '
Thyroid stimulating hormone' (TSH), merupakan suatu hormon hipofisis anterior
suatu glikoprotein dengan berat molekul sekitar 28.000, ia meningkatkan sekresi
tiroksin dan triyodotironin oleh kelenjar tiroid. Efek spesifiknya pada kelenjar tiroid
adalah: (1) meningkatkan proteolik
pengurangan zat
folikular itu sendiri (2) meningkat kan aktivitas pompa yodida yang meningkatkan
kecepatan "iodine trapping" dalam sel kelenjar, meningkatkan rasio
konsentrasi
yodium intrasel terhadap ekstrasel (3) peningkatan yodinasi tirosin dan pening katan
10
dan
aktivitas sekresi sel-sel tiroid dan (5) peningkatan jumlah sel-sel tiroid.
Peranan AMP Siklik dalam Efek Perangsangan TSH. Dalam mencoba menerangkan
berbagai efek hormon perangsang tiroid pada sel-sel tiroid, kerja tunggal utama
hormon ini telah dicari selama bertahun-tahun. Percobaan mutakhir menunjukkan
bahwa hormon hampir pasti mempunyai efek utama yang mengaktifkan adenilsiklase
dalam membran sel tiroid Hal ini selanjutnya menyebabkan pembentukan AMP siklik
dalam sel, yang kemudian bekerja sebagai 'second messenger' untuk mengaktifkan
semua sistem sel tiroid.
Akibatnya adalah peningkatan segera sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan
jaringan kelenjar tiroid itu sendiri yang berlangsung lama. Cara peng-aturan aktivitas
sel tiroid adalah sama seperti fungsi AMP siklik pada banyak jaringan sasaran tubuh
lain-nya.12
Pengaturan Sekresi TSH dari Hipofisis Anterior oleh Hipotalamus Thyrotropin Releasing Hormone' (TRH). Perangsangan listrik beberapa daerah
hipotalamus, tetapi terutama daerah paraventrikularis dan nukleus arkuata,
meningkatkan sekresi TSH oleh hipofisis anterior dan secara sebanding meningkatkan
aktivitas kelenjar tiroid.
Pengaturan sekresi hipofisis anterior ini ditimbulkan oleh hormon hipotalamus,
'thyrotropin-releasing hormone' (TRH) yarig disekresi oleh ujung-ujung saraf pada
eminensia mediana hipotalamus dan kemudian ditranspor ke hipofisis anterior dalam
darah porta hipotalamik-hipofisial. TRH telah dapat diperoleh dalam bentuk murni,
dan terbukti ia merupakan suatu zat yang sangat sederhana, suatu tripeptida amida piroglutamil-histidil-prolin-amida.
TRH mempunyai efek langsung pada sel kelenjar hipofisis anterior untuk
meningkatkan pe-ngeluaran 'thyroid-stimulating hormone'nya. Bila sistem porta dari
hipotalamus yang menuju ke hipofisis anterior diputuskan sama sekali, sehingga TRH
tak dapat mencapai kelenjar hipofisis anterior, kecepatan sekresi TSH oleh hipofisis
anterior sangat berkurang tetapi tidak sampai nol.
Efek Dingin dan Rangsangan Neurogenik Lain pada Sekresi TSH. Salah satu
rangsang yang paling dikenal untuk meningkatkan kecepatan sekresi TSH oleh
hipofisis anterior adalah memaparkan binatang ke dingin. Tikus yang terpapar selama
11
memandang
mekanisme
umpan
balik,
_.efeknya
adalah
untuk
niempertahankan konsentrasi hormon tiroid bebas yang hampir tetap di dalam cairan
tubuh yang bersirkulasi. Misalnya, selama masa gerak badan berat, hormon tiroid
dikonsumsi jauh lebih cepat daripada keadaan istirahat namun karena kontrol
umpan balik yang pantas maka kecepatan sekresi hormon tiroid meningkat dalam
jumlah yang sama seperti kecepatan konsumsi dan konsentrasi hormon tiroid darah
tetap hampir tepat konstan12.
2.11
Klasifikasi
Dari morfologinya pembesaran kelenjar tiroid dibagi :
1.
Struma diffusa adalah pembesaran yang merata dengan konsistensi lunak pada
seluruh kelenjar tiroid.
2.
nodulnya
hanya satu maka disebut uninodusa, dan bila lebih dari satu baik terletak pada
hanya satu sisi lobus saja maupun pada kedua lobus maka disebut multinodusa.
12
Sistem
Umum
Gastrointestinal
Muskular
Rasa lemah
Genitourinaria
Kulit
genikomestia
Rambut rontok, berkeringat basah, kulit basah, silky
Psikis,dan saraf
hair danonikolisis
Labil, iritabel, tremor psikosis, nervosistas, peralisis
periodik
Jantung
Skelet
Darah danlimfatik
13
Terkenanya kornea
a.
14
kepala kemudian kita suruh melirik keatas maka kerutan didahi akan
tampak sedikit sekali bahkan tidak ada, normalnya ada (Joffroys
sign).
Pembuluh
darah
subkonjungtiva
melebar
seperti
2. Berat badan turun, makannya banyak tetapi badannya tetap kurus (Paradoxa
Muller)
3. Kulit Basah (Hiperhidrosis), telapak tangan terasa hangat/panas tetapi lembab dan
kulit telapak tangan terasa halus akibat Hipermetabolisme dan Hiperhidrosis pada
kelenjar keringat. Penderita tidak tahan terhadap hawa panas akan tetapi lebih
tahan terhadap hawa dingin
4.
15
5.
6.
Thyroid thriil, pada fase lanjut gejala ini patognomonis sebabnya adalah
hipervaskuler pada tiroid. Letakkan tangan pemeriksa pada struma pelan-pelan
(jangan terlalu menekan) maka akan teraba getaran dari aliran darah pada tiroid
tersebut
7.
8.
9.
10.
2.
2. Keradangan/inflamasi
Tiroiditis akut
3. Neoplasma
Jinak (adenoma)
Ganas (adenocarcinoma)
Struma Endemik
Pembesaran kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar
sekali dan mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi sistem vena
serta pembentukan vena kolateral. Pada struma diffusa akibat gondok endemik,
PEREZ membagi klasifikasinya sebagai berikut:
Derajat I
: Teraba
pada
pemeriksaan,
terlihat
hanya
kalau
kepala ditengadakan
Derajat II
Derajat III
normal.
Tiroiditis Akut :
Sering disebut juga sebagai akut difus tiroiditis; akut non supuratif tiroditis
atau pseudotuberkular tiroditis. Gejala yang karakteristik adalah panas dalam,
kelemahan yang ekstrem (malaise), nyeri pada tiroid yang membesar. Struma
yang terjadi biasanya tidak simetris, membesarnya kadang sampai 2-3 kali ukuran
normal. Kadang juga menimbulkan refered pain ke persendian mandibula atau ke
telinga, atau kelenjar getah bening dekat tiroid. Keluhan lain yang menyertai
dispagia, panas dalam yang tinggi terutama pada kondisi yang sakit berat3.
Penyebab tiroiditis tidak jelas, bisa juga akibat infeksi virus, pada beberapa
kasus yang akibat infeksi bakterial (jarang terjadi) sering berlanjut mejadi
17
beberapa infeksi yang supuratif. Bakteri patogen biasanya dari Stephylococus, dan
jarang Salmonella atau bacteroides. Pada kasus yang masih jarang juga bisa sering
terjadi infeksi akibat Tuberkulosis, actinomycoses, aspergillosis, dan syphillis.
Kecurigaan infeksi pada kelenjar tiroid bisa didasari atas gangguan fungsi.
Bisa terjadi akibat proses infeksi dari sekitarnya yang menjalar misalnya dari
orofaring, kelenjar getah bening, kelainan kongenital misal duktus tiroglosus
persisten dan fistel; akan tetapi bisa juga dari akibat proses infeksi hematogen,
atau sebelah trauma langsung.
Kelanjutan dari proses primer pada tiroid tadi bisa menyebabkan terlepasnya
tiroglobulin atau jeringan tiroid yang mengalami denaturasi kedalam sirkulasi dan
menimbulkan proses sensitisasi imunologis yang memproduksi auto-immune
antibodies. Hal inilah yang pada gilirannya akan menyebabkan reaksi alergi dan
proses keradangan lanjutan3.
Pada pemeriksaan biopsi akan menunjukkan suatu inflammatory reaction yang
karakteristik dengan adanya gambaran infiltrasi pada stroma tiroid oleh sel
mononuclear, proliferasi dari jeringan ikat, dan giant cell formation pada beberapa
spesimen. Pada penderita yang disertai dengan gangguan malaise berat biasanya
kalau kita lakukan pemeriksaan dengan yodium radioaktif, maka akan terlihat
penurunan up take-nya oleh karena terjadi blokade oleh proses inflamasi. Pada
pemeriksaan dengan laboratorium untuk Protein Bound Iodine (PBI) akan nampak
agak meningkat, hal ini bisa terjadi akibat terjadi pelepasan/kebocoran dari
tiroglobulin dalam sirkulasi. Kombinasi hasil pemeriksaan uptake I 131 yang
rendah dan PBI yang sedikit meningkat atau normal, menunjukkan adanya
tiroiditis. Pengobatan yang dianjurkan adalah dengan antibiotika yang sesuai
dengan kumannya, biasanya akan mengecil dalam 48 jam dan sembuh dalam 2-4
minggu. Pada yang sudah terjadi abses maka terapinya sama dengan abses
ditempat lain yaitu dilakukan drainage, bila terdapat kiste yang berhubungan
dengan sinus piriformis atau trakea maka harus dieksisi dan ditutup rapat3.
18
anak, sering terjadi pada dewasa dekade tiga sampai lima, dengan perbandingan
laki : wanita 1 : 5. Sebab yang pasti tidak jelas tapi yang sering adalah mengikuti
infeksi virus pada pernafasan bagian atas. Klinis timbul rasa nyeri pada daerah
tiroid dan kadang juga menjalar pada persendian rahang bawah serta telinga, nyeri
telan, kelenjar tiroid agak membesar. Pada fase awal akan tampak sedikit
hipertiroidi. Pada fase inflamasi akan terjadi penurunan uptake I 131 dan TSH juga
menurun.
Perubahan laboratorium yang menunjukkan peningkatan laju endap darah,
peningkatan immunogobulin, leukositosis neutrofil atau limfosit3.
Perubahan yang terjadi, kelenjar Tiroid sedikit membesar akibat proses
inflamasi, bisa asimetris, proses keradangan yang terjadi bisa menyebabkan
perlekatan pada kapsul dan jaringan extra tiroidal. Pada pemeriksaan mikroskopis
tampak serbukan sel polimorfonuklear, limfosit, dan giant cell. Yang karakteristik
adanya granuloma berisi giant cells dikelilingi oleh fokus-fokus degeneratif dari
folikel tiroid.
Pada subakut tiroiditis sering remisi spontan, akan tetapi bisa kambuh setelah
beberapa waktu. Kortikostroid, analgesik berperan untuk mengantisipasi
gejalanya. Prednison diberikan jangka panjang dan berangsur-angsur dikurangi
dosisnya. Bukan indikasi untuk dilakukan tireidoktomi subtotal.
Tiroiditis kronis
Hashimotos disease :
Pertama kali dilaporkan oleh Hawkin Hashimoto dari Jepang pada tahun
1912, sebagai penyakit tiroid akibat gangguan Immunologis. Sering menyebabkan
hipotiroidi pada anak dan dewasa. Laki : wanita = 5 : 1, sering terjadi pada usia
30-50 tahun.
Antitiroid antibodi dalam serum penderita Hashimotos disease ditemukan
pertama kali oleh Doniach dan Roitt, 1957. hal ini bisa mendeteksi adanya
kelainan tersebut, dan berlangsung selama sakit, erat hubungannya dengan peran
T cell mediated factor3.
Klinis didapat struma multinodusa dengan batas nodul tidak jelas,
benjolan-benjolan yang terjadi biasanya pada pole bawah, tidak nyeri, tidak febris,
19
berat badan turun. Pada struma yang besar sering menimbulkan penekanan pada
vena kava superior.
Diagnosa hashimotos disease dimulai dengan ditemukannya hipotiroidi,
pemeriksaan fungsi tiroid (TSH, T 3 , T 4 ) didapatkan TSH normal, dan sedikit
penurunan pada T 3 dan T 4 .
Pada fase transient hipertiroidi maka akan didapat peningkatan T 3 T 4 ,
hal ini bisa dibedakan dengan Graves disease dengan melakukan pemeriksaan I
131
uptake. Pada Graves desease akan didapat peningkatan uptake yang difus
pada seluruh jaringan tiroid, sedangkan pada Hashimotos disease akan dapat
gambaran yang normal bahkan pada fase lanjut akan didapat uptake I 131
menurun3.
Test rutin tirogobulin dan mikrosomal antibodi bisa memastikan diagnosa
Hashimotos disease, biasanya medikamentosa dengan memberikan hormon
tiroksin (Euthyrox ; Thyrax) sebagai replesmen, serta simtomatis lainnya. Kadang
diperlukan pembedahan yang sifatnya adalah untuk mengurangi jeratan atau
penekanan yang diakibatkan. Biopsi atau FNA dilakukan untuk membedakan
dengan proses keganasan.
o
Riedels Struma :
Sangat jarang, suatu proses keradangan pada tiroid,. Usia yang mengalami
berkisar antara 30-60 tahun, wanita lebih sering dibanding pria. Etiologi terjadi
tidak jelas. Sering dihubungkan sebagai kelanjutan dari tiroiditis subakut.
Penderita sering mengeluh adanya pembesaran yang cepat pada kelenjar
tiroid disertai dengan gangguan pada trakea atau esofagus. Konsistensinya
mengeras seperti kayu, bentuk ireguler, tanpa rasa nyeri, sering rancu dengan
karsinoma tiroid. Pada pemeriksaan laboratorium hampir tidak didapat kelainan,
hanya saja bila sudah fase akhir akan didapat hipotiroidi. Diagnosa yang
diandalkan hanyalah biopsi3.
Kelainan patologi yang didapatkan adanya fibrosis yang menyeluruh pada
kelenjar tiroid, padat, fibrosis juga melibatkan jaringan sekitar sehingga kapsul
tiroid sendiri menjadi tidak nampak. Tidak didapatkan infiltrasi limfosit pada
jaringan tiroid, akan tetapi dijumpai perivaskulitis limfositik.
20
Tumor kelenjar thyroid pada umumnya berupa suatu nodule atau massa dan
setiap nodule pada kelenjar thyroid harus dicurigai sebagai suatu keganasan
sampai dapat dibuktikan bahwa tumor tersebut tidak ganas, perlu diketahui bahwa
nodule pada kelenjar thyroid dengan fungsi kelenjar dalam keadaan normal dapat
terjadi pada perdarahan dalam kelenjar thyroid normal, chronis thyroiditis,
adenoma dan Carcinoma3.
Di Amerika Serikat tumor pada kelenjar thyroid didapatkan pada = 4-5% dari
populasi. Kebanyakan dari tumor ini adalah suatu adenoma dan tumor-tumor jinak
lain.
Tumor ganas kelenjar thyroid yang paling ganas didadatkan adalah suatu
Papillary Carcinoma dan jarang menyebabkan kematian. Kematian yang terjadi
karena Carcinoma ini 13 penderita dari 1.000.000 penduduk tiap tahunnya
dengan kemungkinan untuk hidup selama 30 tahun 5%.
Carcinoma kelenjar thyroid sangat sukar dibedakan dengan yang jinak tanpa
disertai pemeriksaan mikroskopik.
Dari suatu penyelidikan didapatkan 15 penderita Carcinoma dari 226 penderita
dengan nodule kelenjar thyroid dan dari 15 penderita ini hanya 6 penderita yang
diagnose dengan kegansan.
o
Tumor jinak
Tumor jinak kelenjar thyroid yang paling sering didapatkan adalah suatu
adenoma dan sering dikacaukan dengan adenomatous goiter (multinodular goiter)
Adenomatous goiter bukan merupakan neoplasma yang sebenarnya karena
suatu adenoma mempunyai cirri-ciri sebagai berikut
Arsitektur jaringan yang berada dalam dan diluar kapsul jelas berbeda
21
1. Follicular Adenoma
Adalah suatu adenoma kelenjar thyroid yang membentuk acini atau kelenjar
yang serinf terjadi pada usia dewasa muda dan pada setiap bagian dari kelenjar
thyroid. Suatu adenoma biasanya single, berbatas jelas berbentuk bulat sampai
bulat lonjong, berkapsul dengan diameter 3-4 cm tetapi dapat mencapai 10 cm.
konsistensi lebih padat dari jaringan thyroid yang normal.
Terdapat sebuah bentuk adenoma yang terdiri dari sel-sel yang besar dan
granular daripada sel thyroid normal dengan susunan yang bermacam-macam
dari bentuk acini, jalur-jalur atau kelompok-kelompok. Bentuk ini disebut sebagai
Hurtle Cell Adenoma.
Kurang lebih 10% dari adenoma ini menunjukkan adanya invasi sel kedalam
pembuluh darah atau limfe dan cenderung menjadi ganas. Proses ini dimulai
denagn penembusan kapsul adenoma tersebut. Yang terpenting mengadakan invasi
adalah embryyonal adenoma dan yang paling jarang adalah colloid adenoma6.
Bila suatu adenoma mengadakan invasi kedalam pembulu darah maka disebut
sebagai angio-invasi adenoma atau encapsulated follicular carcinoma.
Follicular adenoma punya arti klinis yang penting karena : potensial untuk
menjadi hyperthyroidism, sukar dibedakan dengan Carcinoma dan dapat menjadi
ganas.
2. Teratoma
Suatu tumor yang sanagt jarang dibedakan dan biasanya terjadi pada garis
tengah tubuh yang berasal dari jaringan embryonal. Teratoma sering terjadi pada
ovarium dan testi. Gambarkan teratoma pada kelenjar thyroid sama seperti dilain
tempat dan secara mendalam akan dibicarakan dalam bab urogenitalia
o
Tumor ganas
22
Folliculary Carcinoma
Undifferentiated
: Medullary Carcinoma
Anaplastic Carcinoma
Karsinoma tiroid agak jarang di-dapat, yaitu sekitar 3-5% dari semua
tumor maligna. Insidensnya lebih tinggi di negara berkembang dengan struma endemik, terutama jenis folikuler dan jenis anaplastik. Karsinoma tiroid didapat
pada segala usia dengan puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah
baya (40-60 tahun). Insidens pada pria adalah sekitar 3/ 100.000/tahun dan wanita
sekitar 8/ 100.000/tahun. Kurang lebih 25% terjadi pada struma nodosa. Fokus
karsinoma tampaknya muncul secara de novo di antara nodul dan bukan di
dalamnya.
Radiasi daerah leher merupakan salah satu faktor resiko yang penting.
Lebih kurang 25% dari mereka yang menjalani radiasi di leher pada usia muda, di
kemudian
hari,
memperlihatkan
nodul
kelenjar
tiroid
yang
berupa
kesekitarnya
Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang m.
23
infiltrasi atau
papiler
adalah
jenis
keganasan
tiroid
primernya biasanya tidak dikeluhkan dan tidak dapat ditemukan secara klinis. Bila
tumornya cukup besar, akan timbul keluhan karena desakan mekanis pada trakea
dan esofagus, atau hanya timbul rasa mengganjal di leher.
Pemeriksaan fisik. Tumor biasanya dapat dilihat dan dapat dipalpasi
dengan mudah. Yang khas untuk tumor tiroid ialah tumor ikut dengan gerakan
menelan. Akan tetapi, pada stadium yang telah lanjut yang telah berinflltrasi ke
jaringan sekitar, tumor menjadi terfiksasi, dan sering kali tidak lagi bergerak pada
waktu menelan. Hal ini sering menjadi indikator bahwa tumor sudah tidak dapat
diangkat.
Pemeriksaan penunjang. Ultrasonografi dilakukan untuk membedakan
nodul kistik atau padat, dan untuk menentukan volume tumor. Pemeriksaan
Rontgen berguna untuk melihat dorongan, tekanan, dan penyempitan pada trakea,
serta membantu diagnosis dengan melihat adanya kalsifikasi di dalam jaringan
tiroid. Foto toraks dibuat untuk melihat kemungkinan ekstensi struma ke
retrosternum dan penyebaran karsinoma tiroid ke mediastinum bagian atas atau ke
paru.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat terutama pada karsinoma tiroid stadium
lanjut, yaitu untuk melihat ekstensi tumor ke jaringan sekitar, adanya pembesaran,
dan metastasis pada kelenjar getah bening leher. CT scan juga berguna untuk
merencanakan pembedahan, tetapi tidak dapat membedakan ganas atau jinaknya
suatu nodul tiroid jika belum terjadi infiltrasi ke jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan sidik radioaktif tiroid dilakukan dengan bahan radioaktif
yodium 131. Berdasarkan banyaknya yodium yang ditangkap oleh nodul tiroid,
dikenal adanya nodul dingin, yaitu nodul yang tidak menangkap atau sedikit
menangkap yodium dibandingkan dengan sel kelenjar normal. Nodul hangat
menangkap yodium radioaktif sama banyak dengan sel kelenjar normal, dan nodul
panas menangkap yodium radioaktif lebih banyak. Karsinoma papiler biasanya
kurang atau sama sekali tidak menangkap yodium.
Biopsi insisi tidak dianjurkan pada karsinoma tiroid yang masih layak
bedah. Biopsi aspirasi jarum halus (FNA) merupakan cara diagnosis yang sangat
balk dan sederhana. Ketepatan diagnosis sangat bergantung pada teknik
25
26
atau
kalsium.
Kalsitonin,
juga merupakan
hormon,
dapat
27
ke dalam organ dan struktur sekitar dan rasa sakit. Salah satu gejala yang dapat
terjadi adalah suara menjadi parau pada penderita struma nodosa yang sudah lama
maka harus dicurigai adanya degenerasi maligna, yaitu karsinoma anaplastik.
Pemeriksaan penunjang berupa foto Rontgen toraks, leher dan seluruh
tulang tubuh dilakukan untuk mencari metastasis ke organ tersebut.
Pembedahan biasanya sudah tidak mungkin lagi sehingga hanya dapat
dilakukan biopsi aspirasi jarum halus (FNA) atau biopsi insisi, untuk mengetahui
jenis karsinoma. Satu-satunya terapi yang bisa diberikan adalah radiasi eksternal
dengan atau tanpa pemberian kemoterapi antikanker (doksorubisin).
Prognosis karsinoma anaplastik adalah buruk, dan penderita biasanya
meninggal dalam waktu enam bulan sampai satu tahun setelah diagnosis.
2.12
Diagnosa
Anamnesa yang telaten, pemeriksaan fisik yang seksama sering sudah
mendukung dalam menegakkan diagnosa kerja yang tajam untuk penderita
struma. Walaupun demikian kadang memang untuk kasus tertentu masih
memerlukan dukungan sarana diagnostik lain sebagai konfirmasi serta dasar
dalam menentukan langkah terapi yang lebih cepat.
a. Anamnesa
Selain hal-hal yang mendukung terjadinya struma akibat keradangan atau
hiperplasi dan hipertrofi, maka perlu juga ditanyakan hal-hal yang diduga ada
kaitannya dengan keganasan pada kelenjar tiroid, terutama pada struma uninodusa
nontoksika antara lain :
- umur <20 tahun atau >50 tahun
- riwayat terpapar radiasi leher pada waktu kanak-kanak
- pembesaran kelenjar tiroid yang cepat
- penderita struma disertai suara parau
- disertai disfagi
- disertai rasa nyeri
- ada riwayat pada keluarga yang menderita kanker
- penderita struma yang diduga hiperplasi, diterapi dengan hormon
tiroksin tetap membesar.
- Struma dengan sesak nafas
28
Nodul tiroid yang jinak paling sering terjadi pada umur 30-50 tahun. Apabila
nodul dijumpai pada umur <20 tahun, 20-70% adalah ganas, demikian juga kalau
umur > 50 tahun. Adanya gejala lokal suara parau dan disfagia biasanya dapat
merupakan petunjuk adanya sifat invasif suatu keganasan tiroid. Suatu nodul
tiroid yang sudah bertahun-tahun besarnya tetap biasanya jinak, akan tetapi
apabila berubah menjadi membesar dalam waktu singkat (bulan/minggu) maka
perlu diwaspadai berubah menjadi ganas.
Pada anamnesa untuk mengetahui adakah gangguan fungsi pada penderita
struma maka harus ditanyakan juga hal-hal yang mendukung adanya tanda
hipertiroidi antara lain tremor, akral hangat dan basah, takikardia, susah
konsentrasi, makan banyak akan tetapi badan tetap kurus/berat badan turun, sering
diare. Sedangkan gejala hipotiroidi antara lain sukap lamban/apatis,wajah
sembab,konstipasi,kulit kering,sering mengantuk, berat badan bertambah,dan non
pitting oedema pada tungkai.
b. Pemeriksaan Fisik
Apabila melakukan pemeriksaan fisik yang pertama pada penderita (pasien
baru) hendaknya dilakukan seteliti mungkin sehingga tidak ada yang terlewatkan.
Periksalah pada tempat dengan pencahayaan yang cukup terang, dalam ruang
yang cukup sopan ( bisa menjamin privacy, alat bantu (stetoskop, sentolop,
meteran, spidol,dsb) untuk pemeriksaan sudah tersedia.
Lakukan pemeriksaan sistematis (urut dari atas ke bawah), simetris
(bandingkan kanan dan kiri), simultan (kanan dan kiri bersamaan), seksama dan
jangan lupa sempatkan melihat kepala bagian belakang. Secara rutin harus
dievaluasi juga keadaan kelenjar getah bening lehernya, adakah pembesaran,
lakukan evaluasi tersebut secara sistematis pula.
Sepeti halnya pemeriksaan fisik untuk kasus tumor pada kepala dan leher,
maka kepala-leher-dada bagian atas harus terlihat dengan jelas, dianjurkan
penderita buka baju.
Inspeksi
29
atau
leher
terbuka
sedikit
hiperekstensi
agar
m.
local
Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut
bergerak
Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
Palpasi
Status lokalis region colli anterior.Pasien diminta untuk duduk, leher
dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang pasiendan meraba tiroid dengan
menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai padapemeriksaan
palpasi :
Pemeriksaan lainnya
30
Joffroy sign
Von Stelwag
Von Graves
Rosenbachsign
Moebius sign
Exopthalmus
Mobilitas;
ada/tidak
ada
perlekatan
terhadap
trakea,m.sternokleidomastoideus
7.
Pemeriksaan Penunjang
Penyakit tiroid merupakan penyakit endokrin yang sering dijumpai. Pada
penyakit ini dapat disertai pembesaran tiroid dengan fungsi normal (eutiroid),
berkurang (hipotiroid) atau meningkat (hipertiroid). Bila disertai dengan fungsi
berkurang atau meningkat biasanya gambaran klinisnya jelas, sehingga diagnosis
agak mudah ditegakan. Namun demikian , pemeriksaan laboratorium kadang
masih diperlukan untuk menunjang diagnosis klinis ataupun untuk menyingkirkan
adanya penyakit tiroid pada penderita dengan gambaran klinis yang mirip dengan
penyakit tiroid, selain untuk monitoring serta follow-up terapi.
Laboratorium
serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total dikerjakan pada semua penderita
dengan penyakit tiroid ; T3 total sangat membantu untuk hipertiroidi ; TSH sangat
diperlukan untuk mengetahui hipotiroidi.
Kadar total hormon tiroid dalam sirkulasi
33
Pada hipoteroid penununan TT3 tidak sejelas penurunan TT4 karena ada
rangsangan dari TSH, sehingga sebaliknya ditentukan kadar TSH.pada beberapa
penyakit non tiroid dan pada usia lanjut dapat dijumpai penurunan TT3 karena
konversi dari T4 ke T3 berkurang.
Kadar hormon tiroid bebas dalam sirkulasi tiroksin bebas (Free thyroxine =
FT4 )
Tiroksin bebas dari hormon tiroid adalah kompenen aktif dalam
metabolisme yang menentukan keadaan tiroid. Pemeriksaan FT4 dilakukan untuk
menghindari pengaruh kadar TBG. Pemeriksaan FT4 sukar dan memakan waktu
lama serta biaya tinggi, sehingga sebagai pengganti digunakan cara menghitung
FT4 dari TT4 dan tes pengambilan T3 atau T4 (biasanya digunakan T3 resi uptake
34
= T3 RU). Dari hasil perkalian TT4 dan T3RU didapatkan indeks FT4(FT4I).
Dapat juga FT4I diperkirakan dengan ratio FT4 : TBG. Bila FT4I meningkat
menunjukan hipertiroidi , normal adalah eutiroidi, sedangkan bila rendah maka
hipoiroidi.
35
sel (Cell surface antibody) dan thyroid stimulating Antibodies (TSAb). Antibody
trirglobulin dan antibody mikrosomal biasanya ditemukan pada tiroiditis
hashimoto.
Antibodi tiroglobulin
Pemeriksaan antibody ini dengan cara :
1. Tes presipitin
2. Tes TRC (tanned red cell)
3. Tes immunofloresen
4. Competitive binding radioassay
5. Tes lateks
Yang paling sensitive dari pemeriksaan ini adalah dengan cara competitive
binding radioassay. Antibody tiroglobulin dapat ditemukan pada miksedema,
penyakit graves, tiroiditis hashimoto dan kanker tiroid.
Atibodi mikrosomal
Pemeriksaan antibody ini dengan cara :
1. Fiksasi komplemen
2. Tes immunofluresen
3. Tes TRC
4. Competitive binding radioassy dari kriss
Yang paling sensitive adalah dengan cara dari kriss.Adanya antibody
mikrosomal menunjukan penyakit tiroid autoimmune. Juga antibody ini dapat
ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita hipotiroid dengan pengobatan
tiroksin, bila ditemukan antibody tiroid memberikan petunjuk kegagalan fungsi
tiroid.
Antibodi CA2
Pemeriksaan dengan cara immunofloresens. Kira-kira separuh dari
penderita tiroiditis de Quervain ditemukan antibody ini. Pemeriksaan antibody ini
tidak dilakukan secara rutin.
Radiologi
37
38
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong, Wim De, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 683696
2. Murtedjo, Urip, dkk. 1994. Diktat Kuliah Ilmu Bedah 5. Surabaya : Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soetomo. Hal 8-14
3. Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 1225-1234
4. Putz. R & Pabst. R, 2006. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Jilid 1 Edisi 21. Jakarta
: EGC
5. Sudoyo, Aru. W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III.
Jakarta: Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam FK UI.
6. Tim Penyusun FK UNAIR dan RSUD Dr. Soetomo. 1994. Pedoman Diagnosis
Dan Terapi LAB/UPF Ilmu Bedah. Surabaya : Rumah Sakit Umum Daerah
Dokter Soetomo. Hal 30-33.
7. Wijayahadi, R. Yoga, dkk. 2000. Kelenjar Tiroid Kelainan, Diagnosis dan
penatalaksanaan. Surabaya : Jawi Aji Surabaya.
39
40