Referat Anestesi
Referat Anestesi
PENDAHULUAN
tramadol yang sering dilaporkan adalah mual, muntah, lesu, letih, ngantuk, adiksi, pusing, ruam
kulit, takikardia, peningkatan tekanan darah, muka merah, sinkop dan anafilaksis.
1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme tramadol sebagai analgetik post
operasi.
2 | Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tramadol adalah suaatu obat analgetik yang diberikan secra oral dan parenteral
yang secara klinik efektif bekerja secara sentral dengan mekanisme opioid dan non-opioid.
Tramadol HCl terbukti dapat digunakan untuk nyeri moderate pain (nyeri intensitas
sedang) hingga sever pain (nyeri intensitas tinggi), dan Tramadol secara klinik hanya
tersedia dalam bentuk oral.
Tramadol merupakan derivat-sikloheksanol sintetis yaitu campuran rasemis dari dua
isomer. Khasiat analgetiknya sedang dan berdaya menghambat reuptake noradrenalin dan
bekerja antitusif (anti-batuk). Obat ini di sebagian negara dianggap sebagai analgetikum
opiat karena bekerja pusat, yakni melalui pendudukan reseptor -opioid oleh cisisomernya. Meskipun demikian zat ini tidak menekan pernapasan, praktis tidak
mempengaruhi sistem kardiovaskuler atau motilitas lambung-usus.
Rumus Kimia
Sinonim
: C16H25NO2
: trans-2-dimethylaminomethyl-1(3-methoxyphenyl) cyclo- hexanol
Berat molekul
: 263,4 gram/mol
Kelarutan
Suhu lebur
pKa
: 8.3;,9.41
dan masuk dalam golongan analgetikum opioid karena bekerja sentral, yakni melalui
pendudukan reseptor nyeri di SSP. Obat ini digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit
dan dianggap lebih efektif daripada NSAID.
Oral
Dosis tramadol harus disesuaikan dengan beratnya nyeri. Dosis awal pada orang dewasa dan
anak diatas 14 tahun adalah 50 mg sebagai dosis tunggal. Jika perlu dosis dapat diulangi
setelah 30-60 menit dengan dosis total yang tidak boleh melebihi 400 mg sehari.
Parenteral
Tramadol dapat diberikan secara suntikan melalui I.M. maupun I.V. secara perlahan atau
secara infuse setelah dilarutkan. Dosis lazim adalah 50-100 mg tiap jam secara I.M. atau I.V.
yang disesuaikan dengan beratnya nyeri dan respon yang timbul.
Pemberian secara I.V. harus diberikan secara perlahan dalam waktu 2-3 menit. Untuk nyeri
pasca operasi, dosis awal adalah bolus 100 mg, jika perlu dapat ditambahkan 50 mg setelah
60 menit kemudian, dan dapat dilanjutkan setiap 10-20 menit sampai tercapai dosis total 250
4 | Page
mg. Dosis total sehari tidak boleh melebihi 600 mg. Pada pasien dengan bersihan kreatinin <
30 ml/menit atau dengan gangguan fungsi berat hati maka interval dosis yang dianjurkan
adalah 12 jam.
Indikasi
Untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat, seperti nyeri akut dan
kronik yang berat, kemudian nyeri pasca bedah.
Kontraindikasi
- Pasien yang hipersensitivitas, depresi napas akut, peningkatan tekanan cranial atau
-
cedera kepala.
Keracunan akut oleh alcohol, hipnotik, analgesic atau obat-obat yang mempengaruhi
SSP.
Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamine oksidase (MAO).
Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol.
5 | Page
Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi ketergantungan, sehingga dokter harus
menentukan lama pengobatan.
Penggunaan bersama dengan obat-obat penekanan SSP lain atau penggunaan dengan dosis
berlebihan dapat menyebabkan menurunkannya fungsi paru.
Hati-hati penggunaan pada ibu menyusui, karena tramadol diekresikan melalui ASI.
Depresi pernapasan akibat dosis yang berlebihan dapat dinetralisir dengan nalokson,
sedangkan kejang dapat diatasi dengan pemberian benzodiazepine.
Dosis nalokson:
Bila tidak ada respon dalam 5 menit, diberikan nalokson 1-2 mgIV hingga timbul respon
perbaikan kesadaran dan hilangnya depresi pernapasan, dilatasi pupil, atau telah
mencapai dosis maksimal 10 mg.
Bila tidak ada respon dalam 5 menit, diberikan nalokson 1-2 mg IV hingga timbul respon
perbaikan kesadaran dan hilangnya depresi pernapasan, dilatasi pupil, atau telah
mencapai dosis maksimal 10 mg.
Dosis Benzodiazepine:
Dosis premedikasi 0,07-0,10 mg/kg BB, disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien.
Pada orang tua dan pasien lemah, dosisnya 0,025-0,05 mg/kgBB.
6 | Page
2.5 Farmakodinamik
Mekanisme Kerja
Tramadol mempunyai 2 mekanisme yang berbeda pada manajemen nyeri yang keduanya
bekerja secara sinergis yaitu : agonis opioid yang lemah dan penghambat pengambilan
kembali monoamin neurotransmitter. Tramadol mempunyai bioavailabilitas 70% sampai
90% pada pemberian peroral, serta dengan pemberian dua kali sehari dapat mengendalikan
nyeri secara efektif. Tramadol mempunyai efek merugikan yang paling lazim dalam
penggunaan pada waktu yang singkat dan biasanya hanya pada awal penggunaannya saja
yaitu pusing, mual, sedasi, mulut kering, berkeringat dengan insidensi berkisar antara 2,5
sampai 6.5%.
Pernah dilaporkan terjadinya kasus pusing, mual, sedasi, mulut kering dannberkeringat
setelah pemberian tramadol. Pada sistem pernafasan, tramadol lebih kecil menyebabkan
depresi pernafasan dibandingkan dengan opioid yang lain. Frekuensi nafas sedikit
dipengaruhi tanpa penurunan end-tidal volume. Selain itu, tramadol tidak memicu untuk
timbulnya asma. Meskipun secara substansial sistem kardiovaskuler tidak dipengaruhi
secara bermakna, namun terdapat kenaikan tekanan darah setelah pemberian secara
intravena. Selama tindakan anestesi, pemberian tramadol akan menyebabkan tekanan darah
sistolik meningkat 14 16 mmHg dan diastolik meningkat 10 12 mmHg dalam 4 6
menit pertama setelah pemberian. Tahanan vaskuler perifer meningkat hingga 23% pada 2
10 menit pertama setelah pemberian, dan kerja jantung meningkat hingga 15 20% pada
periode yang sama. Pada sistem gastrointestinal, tramadol dapat menyebabkan mual, muntah
7 | Page
dan konstipasi, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan opioid yang lain, jarang
menyebabkan kerusakan mukosa gastrointestinal
Metabolisme:
Tramadol mengalami metabolisme hepatik, secara cepat dapat diserap pada traktus
gastrointestinal, 20% mengalami first-pass metabolisme didalam hati dengan hampir 85%
8 | Page
dosis oral yang dimetabolisir pada relawan muda yang sehat. Hanya 1 metabolit, Odemethyl tramadol, yang secara farmakologis aktif. Mean elimination half-life dari tramadol
setelah pemakaian secara oral atau pemakaian secara intravena yakni 5 hingga 6 jam.
Ekskresi
Hampir 90% dari suatu dosis oral diekskresi melalui ginjal. Elimination half-life
meningkat sekitar 2-kali lipat pada pasien yang mengalami gangguan fungsi hepatik atau
renal. Pada co-administration (pemakaian bersama-sama) dengan carbamazepine untuk
mempengaruhi ensim hepatik, elimination half-life dari tramadol merosot. Pada wanita
hamil dan menyusui tramadol dapat melintasi plasenta dan tidak merugikan janin bila
digunakan jauh sebelum partus, hanya 0,1% yang masuk dalam air susu ibu, meskipun
demikian tramadol tidak dianjurkan selama masa kehamilan dan laktasi. Walau memiliki
sifat adiksi ringan, namun dalam praktek ternyata resikonya praktis nihil, sehingga tidak
termasuk dalam daftar narkotika di kebanyakan negara termasuk Indonesia.
2.6.2. Onset
Setelah dosis oral 100 mg pada orang yang sehat. Tramadol baru bisa diabsorbsi, dan
mencapai konsentrasi puncak dalam darah (250 g/L) dicapai dalam 2 jam.
Bioavailabilitasnya sekitar 68 % . Setelah pemberian ulang dosis 100 mg lagi selama 4 kali
sehari konsentrasi konsentrasi steady state dalam plasma akan tercapai. Oleh karena itu
dalam aplikasi nyata, dosis tramadol sebaiknya diturunkan menjadi 50 mg. Tramadol berada
dalam plasma 15-45 menit setelah dosis single 100 mg oral, dengan kadar konsentrasi
puncak plasmaa 30868 ng.dL dalam 1,6 sampai 2 jam. Dengan rata rata konsentrasi
Metabolit nya sekitar 5520 ng/mL setelah 3 jam pemberian dosis single 100 mg secara
oral.
9 | Page
dependen. Tramadol tidak membuat efek seperti morfin dan tidak menimbulkan withdrawal
symptoms .
Kenyataan ini menunjukkan tramadol anti-nosiseptik diperantarai oleh kedua jalur
opioid (yang utama reseptor) dan mekanisme non-opioid (menghambat uptake
monoamin). Karena melalui dua jalur cara kerja ini lah tramadol merupakan suatu analgesik
yang unik diantara golongan opioid. Mekanisme jalur opioid dan non-opoioid sama sama
dapat berinteraksi sinergis dalam menghilangkan nyeri.
2.8 Efek Samping
Sama seperti pada umumnya analgesic yang bekerja secara sentral, efek samping yang
dapat terjadi yaitu mual, muntah, dyspepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus,
berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, dan sakit kepala.
Meskipun tramadol berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang, terbukti insidens
ketrgantungan setelah penggunaan tramadol ini ringan.
Efek samping dari tramadol berupa euphoria, disforia, sedasi, depresi pernafasan,
urtikaria, miosis, rigiditas tubuh, mual, muntah dan xerostomia. Menurut penelitian yang
dilakukan tentang efek dari obat khususnya tramadol, efek yang didapat dari tramadol yaitu
sekitar 1,6-6,1 % adalah pusing, mual, muntah, mengantuk dan xerostomia ( Scott LJ, Perry
CM dari Aids International Limited, Auckland, New Zealand). Sedangkan menurut
penelitian yang dilakukan oleh Jaremsiripomkul N, dkk, dari 1048 pasien yang
mengkonsumsi tramadol dalam jangka waktu yang lama maka hasil yang diperoleh lebih
dari 344 pasien dilaporkan mempunyai keluhan berupa xerostomia.
Intoksikasi
Intoksikasi ditegakkan berdasarkan:
1.
Koma
Depresi pernapasan
11 | P a g e
2.
3.
Pemberian nalokson
- Kumbah lambung
- Nafas buatan + O2
- Stimulasi (cafein, efedrin, amfetamin)
- Infuse cairan elektrolit
- Mempertahankan suhu tubuh
- Laxant, enema (untuk menghindari konstipasi)
- Bila mampu bertahan > 12 jam, maka prognosisnya baik.
12 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
Tramadol harus diberikan secara hati-hati pada pasien dengan trauma kepala,
tekanan intrakranial yang meningkat, gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat dan
pada pasien yang cenderung mengalami kelainan konvulsif atau syok. Obat ini harus
diberikan secara hati-hati jika mengobati pasien dengan depresi pernapasan atau jika
diberikan bersama-sama dengan obat yang mendepresi susunan saraf pusat. Keamanan
tramadol untuk wanita hamil dan ibu menyusui belum terbekti, karena itu jangan
diberikan. Tramadol terbukti mempuyai potensi yang rendah untuk dapat
menyebabkan ketergantungan fisik, meskipun demikian, telah dilaporkan timbulnya
kasus penyalahgunaan dan ketergantungan obat. Pasien yang sedang mendapat
pengobatan dengan tramadol harus diberi peringatan agar hati-hati mengandarai
kendaraan atau mengoperasikan mesin.
Kerugian penggunaan tramadol antara lain interaksinya dengan antikoagulan
koumadin dan kemungkinan terjadinya kejang pada pasien epilepsi. Tramadol juga
mendorong timbulnya mual dan muntah pada pemberian perioperatif
14 | P a g e
KESIMPULAN
Analgesik (obat pereda nyeri) sangat diperlukan untuk mengatasi nyeri pasca operasi.
Analgesik yang digunakan untuk mengatasi nyeri pasca operasi dibagi menjadi 2 golongan yaitu
analgesik opiat dan non opiat. Analgesik opiat sangat efektif sebagai analgesik pasca operasi.
Walaupun sangat efektif sebagai analgesik pasca operasi, opiate mempunyai efek samping yang
berbahaya terutama depresi nafas dan adiksi.
Salah satu analgesik golongan opiat yang sering digunakan sebagai analgesic pasca
operasi saat ini adalah tramadol. Tramadol mempunyai efek samping yang lebih ringan
dibanding golongan opiat lainnya yaitu tidak mendepresi pernafasan, tidak berpengaruh terhadap
kardiovaskuler, dan tidak menyebabkan pelepasan histamin.
Tramadol adalah suaatu obat analgetik yang diberikan secra oral dan parenteral yang
secara klinik efektif bekerja secara sentral dengan mekanisme opioid dan non-opioid. Tramadol
HCl terbukti dapat digunakan untuk nyeri moderate pain (nyeri intensitas sedang) hingga sever
pain (nyeri intensitas tinggi), dan Tramadol secara klinik hanya tersedia dalam bentuk oral.
Tramadol merupakan derivat-sikloheksanol sintetis yaitu campuran rasemis dari dua isomer.
Khasiat analgetiknya sedang dan berdaya menghambat reuptake noradrenalin dan bekerja
antitusif (anti-batuk). Obat ini di sebagian negara dianggap sebagai analgetikum opiat karena
bekerja pusat, yakni melalui pendudukan reseptor -opioid oleh cis-isomernya. Meskipun
demikian zat ini tidak menekan pernapasan, praktis tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler
atau motilitas lambung-usus. Tramadol bekerja sentral, yakni melalui pendudukan reseptor nyeri
di SSP. Obat ini digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit dan dianggap lebig efektif
daripada NSAID.
Tramadol mempunyai 2 mekanisme yang berbeda pada manajemen nyeri yang keduanya
bekerja secara sinergis yaitu : agonis opioid yang lemah dan penghambat pengambilan kembali
monoamin neurotransmitter.
Dosis tramadol oral adalah 50 mg sebagai dosis tunggal. Jik perlu dosis dapat diulang
setelah 30-60 menit dengan dosis total yang tidak bolrh melebihi 400 mg sehari. Tramadol dapat
diberikan secara suntikan melalui IM maupun IV secara perlahan ata infuse setelah dilarutkan.
Dosis lazim adalah 50-100 mg tiap jam secara IM atau IV yang disesuaikan dengan beratnya
nyeri dan respon yang timbul.
15 | P a g e
Sama seperti pada umumnya analgesic yang bekerja secara sentral, efek samping yang
dapat terjadi yaitu mual, muntah, dyspepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat,
kulit kemerahan, mulut kering, dan sakit kepala. Penelitian menggunakan tramadol dosis 1
mg/kgBB dan 2 mg/kgBB yang diberikan pada saat mulai penutupan luka operasi pada pasien
yang dilakukan anestesia umum menyimpulkan bahwa tramadol efektif dan aman untuk
mencegah terjadinya menggigil pasca anestesi.
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
17 | P a g e
NO
SEBELUM
PERBAIKAN
SETELAH PERBAIKAN
HAL
Dosis Nalokson?
Halaman
6
2.
Dosis
Benzodiazepin?
Halaman
Dosis Benzodiazepine:
Dosis
premedikasi
0,07-0,10
PARAF
Mengatasi
trias
intoksikasi
opioid:
Pemberian nalokson
Kumbah lambung
Nafas buatan + O2
Bagaimana
mengatasi Trias
intoksikasi
opioid?
Stimulasi
(cafein,
efedrin,
Halaman
12
amfetamin)
Infuse cairan elektrolit
Mempertahankan suhu tubuh
Laxant,
enema
(untuk
menghindari konstipasi)
Bila mampu bertahan > 12 jam,
maka prognosisnya baik.
19 | P a g e