Diajukan Kepada :
dr. Suharno, Sp.PD
Disusun Oleh :
Yosefin Ratnaningtyas
G1A209161
Ajeng Amelianingtyas
`
G1A209169
Irwanda H P
G1A209170
Lembar Pengesahan
Telah dipresentasikan dan disetujui Presentasi Kasus berjudul :
DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN ULKUS PEDIS DEKSTRA
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat ujian di SMF Ilmu Penyakit
Dalam RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun oleh :
Yosefin Ratnaningtyas
Ajeng Amelianingtyas
G1A209161
G1A209169
Irwanda Hendri P.
G1A209170
Telah dipresentasikan
Tanggal :
Januari 2011
Dokter pembimbing,
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. Kusnarti
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Tanggal Masuk
: 27 12 2010
Tanggal Periksa
: 30 12 2010
Ruang Rawat
: Dahlia Kelas 2
No RM
: 832186
ANAMNESA
1.
Keluhan Utama
2.
3.
dirasakan sedikit membaik setelah makan atau setelah meminum obatobatan dari warung. Kurang lebih 5 tahun yang lalu pasien mengeluh
sering haus, sering merasa lapar dan sering kencing, kemudian pasien
juga
mengeluh
berat
badannya
terus
menurun,
lalu
pasien
5.
6.
A. Keadaan Umum
: Sedang
B. Kesadaran
: Compos mentis
C. Vital sign
:T
: 120/80 mmHg
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: 36,8 C
Tinggi badan
: 150 cm
Berat badan
: 50 kg
Status Gizi
: Baik
Status Generalis
1.
Kepala
2.
Mata
3.
Leher
4.
Thorak
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Suara dasar
: Vesikuler
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
5.
Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: BU (+) N
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Pekak alih (-)
Pekak sisi (-)
6.
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+/+), edem (-/-), sianosis(-/-),
ulkus (-/-)pucat (-/-)
Inferior : akral hangat (-/+), edem (+/-), sianosis(-/-),
ulkus (+/-) pulsasi dorsalis pedis (/+N) pucat (+/-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap 27 Desember 2010
Hb
: 9,1 g/dl
(12-16 g/dl)
Lekosit
: 18.260 / l
(4.800-10.800 / l)
Hematokrit
: 28 %
(37-47 %)
Eritrosit
: 3,5 / l
(4,2-5,4 / l)
Trombosit
: 496.000 / l
(150.000-450.000 / l)
MCV
: 78 fL
(79-99 fL)
MCH
: 25,8 pg
(27-31 %)
MCHC
: 32,5 gr/dl
(33-37 gr/dl)
RDW
: 13,4
(11,5-14,5 %)
MPV
: 9,8
(7,2-11,1 %)
Basofil
: 0,2
(0-1 %)
Eosinofil
: 0,2
(2-4 %)
Batang
:0
(2-5 %)
Segmen
: 80,2
(40-70 %)
Limfosit
:12,4
(25-40 %)
Monosit
:7,0
(2-8 %)
Hitung jenis
Kimia klinik
SGOT
: 17 U/L (14-36)
SGPT
: 19 U/L (9-52)
Ureum
Kreatinin
Glukosa Sewaktu
Natrium
Kalium
Klorida
: 95
mmol/L (98-107)
: 9,6 %
(4,7-7,0)
5
Glukosa Puasa
: 158 mg/dL
(74-106)
Glukosa 2 jam PP
: 180 mg/dL
(<= 126)
5. RESUME
1.
Anamnesa :
-
Mual
Lemas
Perut perih dan terbakar terutama pada ulu hati, membaik setelah
makan atau setelah minum obat-obatan
2.
Pemeriksaan Fisik :
-
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
:T
Status Gizi
: 120/80 mmHg
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: 36,8 C
: Baik
Status Lokalis
-
Mata
Abdomen
: Ca subanemis (+/+)
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: BU (+) N
Palpasi
Perkusi
: Timpani
6
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+/+), edem (-/-), sianosis(-/-),
ulkus (-/-) pucat (-/-)
Inferior : akral hangat (-/+), edem (+/-), sianosis(-/-),
ulkus (+/-) pulsasi dorsalis pedis (/+N) pucat (+/-)
3. Pemeriksaan Penunjang
VI.
DIAGNOSIS
-
Dispepsia
Istirahat baring
2. Farmakologis
-
IX.
Cilostazol 2 x 50 mg (PO)
PROGNOSIS
Dubia ad malam
X.
USULAN PEMERIKSAAN
Cek GDS setiap 8 jam
Rontgen Pedis Dekstra
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik berupa gangguan
metabolisme karbohidrat, yakni penurunan penggunaan glukosa yang rendah
sehingga mengkibatkan adanya penumpukan glukosa di dalam darah
(hiperglikemia). Adapun penyebab terjadinya penimbunan kadar glukosa di
dalam darah tersebut ialah adanya gangguan berupa kurangnya sekresi enzim
insulin pada pancreas (DM tipe 1), atau terjadin gangguan fungsi pada enzim
insulin tersebut dalam metabolisme glukosa (DM tipe 2)1,2,3
B. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polofagi, lemas dan berat badan yang menurun.
Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur dan impotensia pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien
wanita.4
Pada kasus ini, seorang perempuan dengan usia 50 tahun yang dirawat di
bangsal penyakit dalam RS Prof. Dr. Margono Soekardjo didiagnosis ulkus
pedis dextra akibat diabetes mellitus. Diketahui kurang lebih 5 tahun pasien
telah menderita kencing manis. Sebelum didiagnosa terkena kencing manis,
pasien mengaku sering buang air kecil selain itu pasien juga merasakan sering
haus dan lapar. Keluhan lain yang dirasakan adalah nafsu makan pasien
berkurang, badan lemas dan berat badan menurun. Dengan keluhan tersebut
pasien berobat ke puskesmas terdekat kemudian didiagnosis dengan kencing
manis. Hasil laboratorium didapatkan kadar glukosa darah sewaktu pasien 230
mg/dL. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan timbulnya gejalagejala khas, seperti frekwensi kencing meningkat, rasa haus, banyak makan ,
serta mudah terkena penyakit infeksi.
terjadi dibagian ujung kaki atau tempat tumpuan tubuh. Gambaran luka berupa
adanya ulkus diabetik pada telapak kaki kanan belum mencapai tendon atau
tulang sehingga kaki diabetik pada penderita ini mungkin dapat dimasukkan
pada derajat II klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner. Namun untuk
menegakkan derajat kaki diabetik pada pasien ini diperlukan rontgen pada
kaki pasien yang mengalami ulkus untuk melihat kedalaman dan
mengklasifikasikan derajat ulkus.
1. Klasifikasi Menurut Wagner
Klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner adalah sebagai berikut 6,7
-
tulang
Derajat III : Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas yang
dalam hingga mencapai tendon dan tulang, dengan atau tanpa
osteomyelitis
Derajat IV : gangren terbatas, yaitu pada ibu jari kaki atau tumit
Derajat V : gangren seluruh kaki
penderita
DM,
adanya
neuropati
diabetikum akan
yang
aterogenesis meliputi
menerangkan
kelainan
terjadinya
metabolisme
akselerasi
lipoprotein,
12
2) Mikroangiopati
Mikroangiopati berupa penebalan membrana basalis arteri kecil,
arteriola, kapiler dan venula. Kondisi ini merupakan akibat
hiperglikemia menyebabkan reaksi enzimatik dan nonenzimatik
glukosa kedalam membrana basalis. Penebalan membrana basalis
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.
c.
Sistem Imun
Status hiperglikemi dapat mengganggu berbagai fungsi netrofil dan
monosit
(makrofag)
meliputi
proses
kemotaksis,
perlekatan
bahan
dihasilkan
dari
glukosa
melalui
proses
hexose
dengan
akibatnya
terhadap
saraf,
vaskuler,
13
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
DM dengan kehamilan
Nefropati diabetic tipe B3(stadium III) dan Bc (stadium IV)
DM dengan gangguan faal hati yang berat
DM dan TB paru yang berat
DM dengan infeksi akut (sellulitis, gangren)
14
16
Pencegahan
Pemakaian sepatu harus pas dengan lebar serta kedalaman yang
cukup untuk jari-jari. Sepatu kulit lebih dianjurkan karena mudah
beradaptasi dengan bentuk kaki serta sirkulasi udara yang didapatkan
lebih baik. Kaos kaki juga harus pas, tidak boleh melipat. Hindari
pemakaian sandal atau alas kaki dengan jari terbuka. Jangan sekali kali
berjalan tanpa alas kaki.
Trauma minor dan infeksi kaki seperti terpotong, lecet-lecet,
lepuh, dan tinea pedis bila diobati sendiri oleh pasien dengan obat bebas
dapat menghambat penyembuhan luka. Membersihkan dengan hati-hati
trauma minor serta aplikasi antibiotika topikal bisa mencegah infeksi
lebih lanjut serta memelihara kelembaban kulit untuk mencegah
pembentukan ulkus.
Perawatan kaki yang dianjurkan antara lain:
Inspeksi kaki tiap hari terhadap adanya lesi, perdarahan diantara jarijari. Gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan tumit.
Cuci kaki tiap hari dengan air sabun dan keringkan, terutama diantara
jari.
Jangan merokok
17
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegono S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus terkini. Dalam
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
2004:17-28
2. Frykberg RG, Armstrong DG, Giurini J et al. Diabetic foot Disorders: A
clinical Practice Guide. Data trace USA 2004
3. Levy J, Gavin JR, Sowers JR. Diabetes Mellitus : A Disease of Abnormal
Cellular Calcium Metabolism? The American Journal of Medicine
1994;96:260-273
4. PERKENI, Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia, Jakarta,
2006
5. Kadri. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Terpadu. Subbagian
Endokrinologi-Metabolik dan Diabetes, Bagian Ilmu penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo
(FKUI/RSCM) dalam buku penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.
Jakarta; FKUI 2002: h 161-167
6. Adam, John MF. Pengobatan Medik Kaki Diabetes dalam Kumpulan
Makalah Kongres Nasional IV. Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADI)
Konferensi kerja Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI),
Denpasar 22-25 Oktober 1998. Hal 241-242
7. R. Boedisantoso A. Etiopatogenesis dan klasifikasi kaki diabetik dalam
kumpulan Makalah Kongres Nasional IV. Persatuan Diabetes Indonesia
(PERSADI)
Konferensi
kerja
Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia
at
19
20