Bab I Pendahuluan: Falciparum Merupakan Jenis Yang Paling Berbahaya Dibandingkan Dengan
Bab I Pendahuluan: Falciparum Merupakan Jenis Yang Paling Berbahaya Dibandingkan Dengan
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Infeksi malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara
tropis atau subtropis dan negara berkembang maupun yang sudah maju.
Malaria merupakan penyakit infeksi dengan angka mortalitas terbesar
kedua di dunia setelah tuberkulosis.
Berdasarkan epidemiologi, malaria masih menjadi penyakit infeksi
utama di Indonesia kawasan timur, bahkan juga menjadi masalah bagi
daerah di Jawa dan Sumatra yang dahulunya sudah dapat dikendalikan.
Dengan perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia khususnya
dengan berkembangnya dunia wisata, infeksi malaria juga merupakan
masalah bagi negara-negara maju karena munculnya penyakit malaria di
daerah tersebut. Masalah mortalitas dan morbiditas mempunyai kaitan erat
dengan timbulnya resistensi pengobatan dan kewaspadaan terhadap
diagnosa dini dan penanganannya (Harijanto, 2010).
Secara keseluruhan terdapat 3,2 milyar penderita malaria di dunia.
Di Indonesia, pada tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis
dan 350 ribu kasus di antaranya dikonfirmasi positif. Sedangkan tahun
2007 menjadi 1,75 juta kasus dan 311 ribu di antaranya dikonfirmasi
positif. Sampai tahun 2007 masih terjadi KLB dan peningkatan kasus
malaria di 8 propinsi, 13 kabupaten, 15 kecamatan, 30 desa dengan jumlah
penderita malaria positif sebesar 1256 penderita, 74 kematian. Jumlah ini
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006, di mana terjadi KLB di
7 propinsi, 7 kabupaten, 7 kecamatan dan 10 desa dengan jumlah penderita
1107 dengan 23 kematian (Renny, 2009).
Parasit
malaria
termasuk genus
Plasmodium.
Plasmodium
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah,
yaitu:
Apakah kurkumin pada kunyit (Curcuma domestica) dapat menjadi
alternatif pengobatan dalam menangani Plasmodium falciparum?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah kurkumin
pada kunyit (Curcuma domestica) dapat menjadi alternatif pengobatan
dalam menangani Plasmodium falciparum.
1.4.
Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
menambah
wawasan
dan
menyumbangkan
solusi
mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Malaria dapat berlangsung
akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria
berat (Sudoyo, 2009).
Selain menginfeksi manusia, Plasmodium juga menginfeksi
binatang lain seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Secara
keseluruhan ada lebih dari 100 Plasmodium yang menginfeksi binatang
(82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang primata (Sudoyo,
2009).
Parasit malaria termasuk dalam genus Plasmodium. Pada manusia
terdapat 4 spesies, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium
malariae,
dan
Plasmodium
ovale
(Mandal,
2002).
Taksonomi Plasmodium
Kingdom
Protista
Phylum
Apicomplexa
Class
Aconoidasida
Ordo
Haemosporida
Family
Plasmodiidae
Genus
Plasmodium
Species
Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Tabel 1. (sumber: anonim, 2000).
2.2
Malaria falciparum
2.2.1. Siklus hidup Plasmodium falciparum
Dalam siklus hidupnya Plasmodium falciparum mempunyai dua
hospes yaitu vertebra dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes
disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam
nyamuk disebut sporogoni (Tarigan, 2003).
2.2.1.1. Siklus aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina
masuk ke dalam hospes vertebra (manusia) melalui tusukan nyamuk
tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit sporozoit tersebut mengikuti
peredaran darah dan memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium
eksoeritrositik dari pada siklus hidupnya. Di dalam sel-sel hati parasit
tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang
mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian
difagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka
disebut stadium preeritrosit atau eksoeritrositik.
Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki eritrosit.
Plasmodium tampak sebagai kromatin kecil dikelilingi oleh sitoplasma
yang membesar, dengan bentuk tidak teratur dan mulai membentuk
tropozoit. Tropozoit berkembang menjadi skizon muda kemudian menjadi
skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit.
2.2.2.1.
mengandung
parasit,
tetapi
juga
oleh
fagositosis
eritrosit
yang
anemia
dan
anoksia
jaringan.
Dengan
hemolisis
Plasmodium
tersebut.
Selain
itu,
sitokin
berfungsi
pertumbuhan
Plasmodium
karena
meningkatkan
dengan hepar dan ginjal, paru, jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi inilah
yang diduga memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria berat
(Harijanto, 2009).
2.2.3. Manifestasi Klinis Malaria falciparum
Malaria falciparum merupakan bentuk yang paling berat ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering
Splenomegali
dijumpai lebih sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan. Hati
membesar dapat disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa
albuminuria hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol
dengan leukopenia dan monositosis (Sudoyo, 2009).
2.2.4. Diagnosis Malaria falciparum
Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan
parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop. Peranan diagnosis
laboratorium terutama untuk menunjang penanganan klinis (Syam, 2008).
darah
merah
mengandung parasit
Derajat
parasitemia Dapat
maksimum umumnya
Trofozoit stadium cincin
melebihi
200.000/l;
sering
50.000/l.
Cincin kecil (1/5 diameter sel darah
merah).
Sering
multiple
sering;
dua
granula;
cincin
halus,
infeksi
dapat
Gametosit
Distribusi di darah perifer
(gametosit).
Tabel 2. (Sumber: Brooks, 2008)
Menurut Syam (2008) terdapat beberapa teknik diagnoisis malaria,
di antaranya:
2.2.4.1.Mikroskop cahaya
Sediaan darah dengan pulasan Giemsa merupakan dasar dari
pemeriksaan dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan sediaan darah tebal
dilakukan dengan memeriksa 100 lapangan mikroskopis dengan
pembesaran 500-600 kali yang setara dengan 0,20 L darah. Jumlah
parasit dapat dihitung per lapangan mikroskopis.
2.2.4.2.Teknik QBC (Quantitavie Buffy Coat)
Pulasan jingga akridin (acridine orange) yang berfluoresensi
dengan pemeriksaan mikroskop fluoresen merupakan salah satu hasil
usaha ini, tetapi masih belum dapat digunakan secara luas seperti
pemeriksaan sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa menggunakan
mikroskop cahaya biasa.
2.2.4.3.Teknik Kawamoto
10
11
penggunaan
klorokuin
untuk
pengobatan
malaria
falciparum kecuali pada hal khusus seperti ibu hamil (Sutanto, 2005).
2.2.5.2 Kina
Kina merupakan obat anti malaria kelompok alkaloida kinkona
yang bersifat skizontosida darah untuk semua jenis plasmodium manusia
dan gametosida P. Vivax, P. ovale dan P. malariae. Mekanisme kerja kina
sebagai obat antimalaria belum sepenuhnya dipahami, diduga menghambat
detoksifikasi heme parasit dalam vakuola makanan (Harijanto, 2010).
Efek samping yang ditimbulkan berupa sinkonisme (ringan sampai
sedang) dengan gejala telinga berdenging, sakit kepala, gangguan
keseimbangan, penglihatan kabur, pusing dan depresi. Efek samping ini
sangat mengganggu terutama pada wanita sehingga obat kadang-kadang
harus dihentikan walaupun sebenarnya hanya bersifat sementara dan
menghilang bila obat dihentikan.
2.2.5.2 Artemisinin
12
13
Efek
14
seperti
EF24,
yang
memiliki
aktivitas
biologis
dan
15
adalah anggota dari keluarga jahe yang berasal dari Asia bagian Tenggara.
Nama
kimianya
adalah
BAB III
METODE PENULISAN
3.1.
Pengambilan Data
16
Data yang diperoleh dalam karya tulis ini bersumber dari jurnal,
review artikel, buku-buku teks, buku pendamping lainnya, maupun artikel
yang bersumber dari internet.
Pengolahan Data
Data dalam karya tulis ini diolah dengan analisis deskriptif
3.2.
3.3.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1.
17
18
4.3.
19
protein, asam nukleat, lipid, dan molekul lain untuk mengubah struktur
molekul-molekul tersebut dan menyebabkan kerusakan jaringan.
ROS menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap protein, DNA,
lemak membran yang mengandung lebih dari satu ikatan rangkap pada
rantai hidrokarbon (polyunsaturated), dan komponen sel lain, sehingga
dapat mematikan sel patogen (Marks, 2001). Mekanisme inilah yang
digunakan neutrofil untuk membunuh senyawa asing yang masuk ke
dalam tubuh (Peake, Suzuki, 2004).
4.4.
diidentifikasi
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Secara laboratorium, kurkumin yang terkandung dalam kunyit
(Curcuma domestica) mampu bertindak sebagai anti inflamasi pada
20
Saran
5.2.1. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme kerja
kurkumin terhadap penurunan P. falciparum pada penderita malaria
falciparum.
5.2.2. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi masalah
bioavailabilitas kurkumin, sehingga kurkumin dapat bekerja maksimal
dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. EGC. Jakarta
Newman, Dorland A. 2002. Kamus Kedoktran Dorland. EGC. Jakarta
Global Initiative for Asthma (GINA). 2006. Global Strategy for Asthma
Management and Prevention. www.ginasthma.com (18 maret 2011)
21
Anonim.
2000.
Scientific
classification.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?
id=685970. (24 Juni 2010)
Cui, Long, Jun Miao, Liwang Cui. 2006. Cytotoxic Effect of Curcumin on
Malaria Parasite Plasmodium falciparum:Inhibition of Histone
Acetylation and Generation of Reactive Oxygen Species. Antimicrobial
Agents and Chemotherapy, February 2007, p. 488-494, Vol. 51, No. 2
Fatriyadi, Jhons. 2010. Mekanisme Kerja Obat Antimalaria Bertarget Degradasi
Hemoglobin
.
http://blog.unila.ac.id/yadisuwandi04/2010/05/06/morfologiplasmodium/ (21 Juni 2010)
Felix. 2006. Penyakit Rawa-Rawa Yang Mendunia. http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=77 (23 Juni 2010)
Gandahusada, Srisasi, et al. 2006. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
Hadiprabowo, Timur. 2009. Optimasi Sintesis Analog Kurkumin 1,3-bis- (4hidroksi-3-metoksi benzilidin) Urea pada Rentang ph 3-4.
http://etd.eprints.ums.ac.id/5260/1/K100050298.pdf (21 Juni 2010)
Hardjono, A dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav. 2004. Ekstraksi Kurkumin
Dari
Kunyit.
http://125.163.204.22/download/ebooks_kimia/makalah/Ekstraksi
%20Kurkumin%20dari%20Kunyit.pdf (21 Juni 2010)
Harijanto, Paul N. Malaria dalam:Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Ilmu Penyakit
Dalam. Interna Publishing: Jakarta
Harijanto, P. N, Agung Nugroho dan Carta A. Gunawan. 2010. Malaria dari
Molekuler ke Klinis Edisi 2. EGC: Jakarta.
Karnen, Barata Widjaja. 2006. Imunologi Dasar. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Marks, Dawn B, et al. 2001. Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan
Klinis. EGC: Jakarta.
Masuda, Toshiya, Kayo Hidaka, Ayumi Shinohara, et al. 2004. Chemical Studies
on Antioxidant Mechanism of Curcuminoid: Analysis of Radical
22
Reaction
Products
from
Curcumin.
http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf9805348). (24 Juni 2010)
Murray, Robert K, et al. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC: Jakarta.
Peake, Jonathan dan Katsuhiko Suzuki. 2004. Neutrophil Activation, Antioxidant
Supplements
and
Exercise-Induced
Oxidative
Stress.
http://www.hms.uq.edu.au/docs/jpeakePDF/Peake-and-Suzuki-EIR2004.pdf. (24 Juni 2010)
Sapko, Michael Todd. 2009. Curcumin's Treatment and Curative Role in Those
with Down Syndrome. http://www.cdadc.com/ds/curcumin-and-itstreatment-cure-role-in-down-syndrome.html (21 Juni 2010)
Saroso, Sulianti. 2007.Malaria. http://infeksi.com/malaria/articles
Simamora, Dorta dan Loeki Enggar Fitri. 2007. Resistensi Obat Malaria :
Mekanisme dan Peran Kombinasi Obat Antimalaria untuk Mencegah.
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&id=126658&src=a
(21 Juni 2010)
Sudoyo, Aru W, et al.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing:
Jakarta.
Suwandi, Jons Fatriyadi. 2010. Mekanisme Kerja Obat Antimalaria Bertarget
Degradasi Hemoglobin.
Syam,
Halfian.
2008.
Malaria
:
Diagnosis.
http://malariana.blogspot.com/2008/11/malaria-diagnosis.html
(22 Juni 2010)
Sutanto I. Berbagai Tantangan dalam Diagnosis dan Pengobatan Malaria pada
Permulaan Abad ke-21. Majalah Kedokteran Indonesia 2005; 55: 559564.
Tjitra, Emiliana. 2004. Pengobatan Malaria dengan Kombinasi Artemisinin.
http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/data/Emil.pdf (23 Juni 2010)
Tarigan, Jerahim. 2003. Kombinasi Kina Tetrasiklin Pada Pengobatan Malaria
Falciparum tanpa Komplikasi di Daerah Resisten Multidrug Malaria.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. http://library.usu.pdf (20 Juni 2010)
World Health Organization. 2009. What is the best treatment against malaria?
Why combine drugs? http://www.who.int/features/qa/26/en/index.html
(20 Juni 2010)
Tjitra, Emiliana. 2004. Pengobatan Malaria dengan Kombinasi Artemisinin.
http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/data/Emil.pdf (23 Juni 2010)
23
24