6 Patient Monitors
6 Patient Monitors
PATIENT MONITORS
Monitoring Pasien
Konsep Utama
1. Kemungkinan penusukan carotis pada waktu kateterisasi vena juguler
dapat dihindari dengan melihat gelombang atau membandingkan
warna darah atau PaO2 dengan sampel darah arteri.
2. Ujung kateter vena sentral seharusnya tidak dibiarkan untuk pindah
ke ruang jantung.
3. Kontraindikasi relatif untuk kateterisasi arteri pulmonalis termasuk
LBB komplit (karena resiko untuk blok jantung komplit), sindrom
Wolff-Parkinson-White dan malformasi Ebsteins (karena kemungkinan
takiaritmia)
4. Tekanan arteri pulmonalis harus terus dimonitor untuk mendeteksi
posisi over wedged yang merupakan indikasi perpindahan kateter.
5. Pengukuran curah jantung yang akurat tergantung pada injeksi yang
cepat dan lancer, suhu dan volume suntikan dengan tepat diketahui,
memperbaiki faktor kalibrasi pada tipe spesifik dari PAC pada
computer curah jantung, dan menghindari pengukuran saat
elektrokauter.
6. Kapnograf secara cepat dan dapat dipercaya dalam mengindikasikan
intubasi esofageal penyebab yang umum dari anestesi katastropik tetapi tak dapat dipercaya untuk mendeteksi intubasi endobronkial.
7. Perubahan EEG yang menyertai iskemia, seperti aktivitas frekuensi
tinggi dapat disamarkan pada keadaan hipotermia, obat anestesi,
gangguan elektrolit dan hipokapnia yang jelas. Deteksi perubahan
EEG dapat membantu penilaian cepat tentang kemungkinan
penyebab iskemia serebral sebelum kerusakan otak ireversibel
terjadi.
8. Hipotermia menurunkan kebutuhan oksigen metabolik karen itu
terbukti protektif bagi iskemia serebral dan kardiak.
9. Redistribusi dari ruang panas ke ruang hangat (misalnya abdomen,
thoraks) ke jaringan yang lebih dingin (tangan, kaki) dari vasodilatasi
akibat anestesi menyebabkan perubahan yang tiba tiba pada suhu
dan kehilangan panas memberikan kontribusi minor.
10. Selama anestesi umum, bagai-manapun juga tubuh tak dapat
mentolerir hipotermia karena anestesi menghambat pengaturan suhu
sentral dengan melibatkan fungsi hypothalamus.
102
MONITORING JANTUNG
TEKANAN DARAH ARTERI
Kontraksi ritmis dari ventrikel kiri, memompa darah ke system
vaskuler, menyebabkan denyut tekanan arteri. Puncak tekanan yang
dihasilkan selama kontraksi arteri disebut tekanan darah sistolik arteri,
tekanan yang dihasilkan selama relaksasi diastolik disebut tekanan darah
diastolik arteri. Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik
dan diastolik. Waktu rata-rata dari tekanan arteri selama siklus denyut
adalah tekanan arteri rata rata (MAP). MAP dapat diperkirakan dengan
rumus berikut :
(SBP) + 2 (DBP)
MAP = --------------------3
Pengukuran tekanan darah arteri sangat dipengaruhi dengan
tempat pengukuran. Bila denyut bergerak ke arah perifer melalui pohon
arteri, refleksi gelombang menunjukan bentuk gelombang tekanan,
mengarah pada terciptanya tekanan sistolik dan nadi.
Vasodilatator
(misalnya
isofluran,
notrogliserin)
cenderung
memperlemah kejadian ini. Tingkat tempat pengukuran berhubungan
dengan jantung akan menggantikan pengukuran tekanan darah karena
efek gravitasi. Pasien dengan penyakit vaskuler perifer yang berat akan
mempunyai perbedaan yang bermakna pada pengukuran tekanan darah
antara tangan kanan dan kiri. Nilai yang tertinggi harus digunakan pada
pasien ini.
1. Monitoring Tekanan Darah Arteri secara Non invasif
Indikasi
Anestesi umum atau regional merupakan indikasi absolut untuk
pengukuran tekanan darah arterial. Teknik dan frekuensi dari penentuan
tekanan sangat bergantung pada kondisi pasien dan tipe operasi.
Pengukuran dengan auskultasi setiap 3 5 menit dinilai adekuat untuk
kebanyakan kasus. Permasalahanseperti kegemukan, akan membuat
auskultasi tak dapat dipercaya, bagaimanapun juga pada kasus kasus
tersebut, tehnik doppler atau oscilometrik mungkin lebih disukai.
103
Kontraindikasi
Meskipun beberapa metode pengukuran tekanan darah merupakan
keharusan, tehnik yang bergantung pada manset tekanan darah sangat
dihindari pada ekstremitas dengan kelainan vaskuler (misalnya shunt
dialisis ) atau dengan jalur intravena.
C. Auskultasi
Pengembangan dari manset tekanan darah menciptakan tekanan
antara sistolik dan tekanan diastolik akan kolaps parsial pada arteri
tersebut, memproduksi aliran turbulen dan karakteristik suara
Korotkof. Suara ini dapat didengar melalui stetoskop yang diletakkan
dibawah atau hanya dibawah- distal sepertiga manset tekanan darah
yang dikembangkan. Tekanan darah sistolik bertepatan dengan mulai
terdengarnya suara korotkoff, tekanan diastolik ditentukan dengan
menghilangnya suara korotkoff.
Kadangkala suara korotkoff tak dapat didengar pada rentang sistolik
dan diastolik. Auskulatori gap sering terdapat pada pasien hipertensi
dan dapat menyebabkan pengukuran tekanan darah yang tak
akurat.Suara korotkoff kadang sering sulit didengar selama episode
hipotensi atau vasokonstriksi perifer yang nyata.
D. Oscillometri
Pulsasi arteri menyebabkan oscilasi pada tekanan manset. Oscilasi
akan melemah bila manset dipompa melebihi tekanan sistolik. Ketika
tekanan manset diturunkan ke tekanan sistolik, pulsasi diteruskan ke
seluruh manset dan oscilasi akan makin meningkat. Maksimal oscilasi
timbul ketika tekanan arteri rata-rata, kemudian oscilasi akan menurun.
Karena beberapa oscilasi ada di atas atau di bawah tekanan darah arteri,
manometer aneroid atau raksa dapat memberikan pengukuran yang
besar dan tak dapat dipercaya. Monitor tekanan darah otomatis secara
elektronik mengukur tekanan dimana amplitudo oscilasi berubah. Monitor
oscilometer tidak seharusnya digunakan pada pasien dengan bypass
cardio-pulmonal.
Bagaimanapun juga, kecepatan, ketepatan dan kegunaan alat
oscilometer telah banyak berubah, dan menjadi monitor tekanan darah
yang non invasif di Amerika Serikat.
E. Plethysmography
Pulsasi arteri meningkatkan tekanan darah di ekstremitas sementara.
Fotoplethysmografi jari terdiri dari light-emiting dioda dan sel
fotoelektrik, yang mendeteksi perubahan di volume jari. Bila tekanan di
proksimal manset melebihi tekanan sistolik, denyutan dan perubahan di
volume berhenti. Tekanan arteri jari plethysmograf terus menerus
mengukur tekanan minimal yang diperlukan di manset kecil jari untuk
menjaga volume jari konstan. Meskipun pengukuran monitor biasanya
berhubungan dengan penentuan intra arteri, plethysmograf terbukti
kurang dapat dipercaya bagi pasien perfusi perifer yang buruk (seperti
105
Pertimbangan klinis
Pengantaran oksigen yang cukup ke organ vital harus dijaga selama
anestesi. Sayangnya instrumen pada organ perfusi tertentu dan
oksigenasi sangat kompleks dan mahal, dan untuk itu tekanan darah
arteri diduga mencerminkan aliran darah organ. Aliran juga tergantung
pada resistensi vaskuler :
Gradient tekanan
Aliran = ------------------------Resistensi vaskuler
Bila tekanan tinggi dan resistensi juga cukup tinggi, maka aliran dapat
rendah.
Akurasi dari pengukuran tekanan darah melibatkan manset tekanan
darah tergantung ukuran manset yang tepat. Kantung manset karet
harus meliputi sampai paling separuh lingkar ekstremitas, dan lebarnya
seharusnya 20 50% lebih besar dari diameter ekstremitas. Monitor
tekanan darah otomatis menggunakan satu atau kombinasi metode yang
dikatakan di atas, sering digunakan di anestesiologi. Pompa udara
manset otomatis mengembangkan manset pada interval tertentu. Pada
kerusakan alat, metode alternatif untuk penentuan tekanan darah harus
segera tersedia.
2. Monitoring Tekanan Darah Arteri secara Invasif
Indikasi
Indikasi pengukuran tekanan darah arteri invasif dengan
kateterisasi termasuk hipotensi elektif, antisipasi perubahan tekanan
106
(5). Arteri dorsalis pedis dan tibia posterior berada pada jarak
tertentu pdari aorta dan karena itu mempunya bentuk gelombang
yang terganggu. Modifikasi tes Allen dapat dilakukan untuk
mencatat aliran kolateral yang cukup sekitar arteri ini.
(6). Arteri aksilari dikelilingi oleh pleksus aksilaris dan kerusakan
saraf dapat disebebkan hematoma atau kanulasi traumatik. Udara
atau trombus dapat dengan cepat masuk ke sirkulasi serebral
selama pengisian arteri aksilaris kiri.
B. Teknik kanulasi Arteri Radialis
Supinasi dan ekstensi dari pergelangan tangan memberikan
pemaparan yang cukup dari arteri radialis. Sistem tekanan-tubingtranduser harus dekat dan telah diisi dengan cairan salin dengan heparin
(0,5 2,0 U heparin per ml salin). Denyut radialis diraba dan arteri
dietntukan dengan menekan perlahan ujung jari tengah dan telunjuk
anestesiolog tangan non dominan pada area dengan denyut maksimal.
Setelah mempersiapkan kulit dengan obat antibakteri, 0,5 ml lidokain
diinfiltrasikan langsung di atas arteri dengan jarum 25 atau 27. Jarum
nomor 18 dapat digunakan sebagai penusuk kulit, membantu jalan
masuk jarum teflon kateter nomor 18, 20 atau 22 melalui kulit pada
sudut 45 derajat, mengarah ke titik yang dipalpasi. Bila ada darah yang
tampak, jarum direndahkan membentuk sudut 30 derajat dan dimasukan
1 2 mm untuk meyakinkan ujung kateter masuk dengan baik ke lumen
pembuluh darah. Memutar kateter kadangkala membantu memasukan
kateter melalui dari jarum lalu ditarik. Kencangkan tekanan di atas arteri,
proksimal ujung kateter dengan ujung jari tengah dan manis mencegah
darah menyembur ketika tube dihubungkan. Gunakan selotip tahan air
atau jahitan untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.
C. Komplikasi
Komplikasi intraarterial monitoring termasuk hematoma, perdarahan,
vasospasme, arterial thrombosis, embolisasi gelembung udara atau
thrombi, nekrosis kulit sekitar kateter, kerusakan saraf, infeksi,
kehilangan jari dan injeksi intra arterial yang tak disengaja. Faktor yang
berkaitan dengan meningkatnya komplikasi termasuk kanulasi lama,
hiperlipidemia, cobaan insersi yang berulang, wanita, sirkulasi
ekstrakorporal dan penggunaan vasopresor.
Resiko diperkecil bila rasio kateter dengan ukuran arteri adalah kecil,
salin dengan heparin tetap diinfuskan melalui kateter dengan kecepatan
2 3 ml/jam, mengisi kateter terbatas, dan perhatian untuk
menggunakan teknik aseptik. Perfusi yang adekuat dapat tetap dimonitor
selama kanulasi arteri radialis dengan memakaikan pulse oxymeter pada
jari ipsilateral.
108
Pertimbangan klinis
Kanulasi intra-arterial memberikan pengukuran tekanan darah yang
kontinyu denyut per denyut, maka diperkirakan sebagai standar emas
bagi tehnik monitoring tekanan darah. Kualitas gelombang tranduser
tergantung pada karakter dinamik dari sistem kateter-tube-tranduser.
Pembacaan yang salah dapat menyebabkan intervensi terapi yang salah.
Kebanyakan tranduser mempunyai frekuensi beberapa ratus Hz (>
200 Hz untuk tranduser sekali pakai); penambahan tube dan stopcock
dan udara dalam selang, semuanya akan mengurangi frekuensi sistem.
Bila frekuensi terlalu rendah, sistem akan overdamping dan tidak akan
memproduksi gelombang terus menerus, memperendah tekanan sistolik.
Underdamping juga merupakan
masalah yang serius, akan
menyebabkan tekanan darah sistolik tinggi yang palsu.
Kateter-tube-tranduser harus juga mencegah hiperresonansi atau
artefak yang disebabkan oleh pengacauan gelombang dalam sistem.
Damping co-efficient () 0,6 0,7 adalah optimal.
Dinamisasi sistem dapat diperbaiki dengan memperkecil panjang
tabung, menghilangkan stopcock yang tidak perlu, membuang
gelembung udara dan menggunakan tube dengan isi kecil. Meskipun
diameter kateter yang lebih kecil memperendah frekuensi alami, tetapi
dapat memperbaiki sistem yang underdampened dan makin jarang
menyebabkan komplikasi vaskuler. Bila besar diameter kateter maka
akan menyumbat arteri secara total, gelombang yang dihasilkan akan
dapat mengganggu pengukuran.
Ketepatan tranduser tergantung pada kalibrasi yang tepat dan
prosedur mengnolkan alat. Stopcock berada pada titik yang diinginkan
untuk pengukuran, biasanya jalur midaxillaris dibuka dan penanda angka
nol pada monitor dinyalakan. Bila posisi pasien diubah dengan menaikan
atau merendahkan meja operasi, tranduser harus dipindahkan dalam
tandem atau dibuat nol pada level baru dari jalur midaxillaris.
Pada pasien yang duduk, tekanan arteri di otak berbeda secara
significan dari tekanan ventrikel kiri. Pada keadaan ini tekanan serebral
ditentukan dengan mengatur tranduser ke angka nol setinggi telinga,
yang kira kira merupakan sirkulus Willis. Angka nol trenduser harus
sering diperiksa untuk menghindari setiap perubahan yang disebabkan
oleh perubahan temperatur.
Pembacaan digital tekanan sistolik dan diastolik merupakan rata
rata dari yang tertinggi dan terendah dalam interval tertentu. Sejak
gerakan dan artefak dapat menyebabkan angka yang salah, gelombang
arteri seharusnya selalu diawasi. Bentuk gelombang arteri memberikan
petunjuk pada beberapa variabel hemodinamik. Angka bagian atas
menunjukkan kontraktilitas, angka bagian bawah menunjukkan resistensi
vaskuler perifer dan menciptakan banyak variasi dalam ukuran selama
siklus respirasi menunjukan hipovolemia. Tekanan arteri rata-rata
dihitung dengan menggabungkan daerah di bawah kurva tekanan.
109
Pada jantung yang sehat, ventrikel kiri dan kanan bekerja paralel, jadi
pengisian ventrikel kiri juga dapat ditentukan dari CVP.
Bentuk dari gelombang CVP tergantung pada kejadian kontraksi
jantung, gelombang a dari kontraksi atrial tidak nampak pada atrial
fibrilasi dan banyak pada irama junction., gelombang c terjadi karena
peningkatan katup trikuspid selama awal kontraksi
ventrikel,
gelombang v menggambarkan aliran kembali terhadap katup trikuspid
yang tertutup dan x dan y menurun disebabkan pergerakan ventrikel
selama sistolik dan pembukaan katup trikuspid waktu diastolik.
KATETERISASI ARTERI PULMONALIS
Indikasi
ASA telah mengembangkan panduan bagi pemakaian kateterisasi
arteri pulmonalis. Meskipun keefektifan monitoring dengan PAC tetap
tidak terbukti pada banyak kelompok pasien bedah, ASA menyimpulkan
bahwa kegunaan PAC tergantung pada kombinasi resiko yang berkaitan
dengan pasien, operasi dan pengaturan.
Monitoring tekanan arteri pulmonalis dan curah jantung telah
berulangkali terbukti memberikan informasi yang lebih akurat tentang
kardiovaskular pada pasien yang sakit kritis daripada pemeriksaan klinis.
Pada dasarnya, kateterisasi arteri pulmonal seharusnya dipertimbangkan
bila sangat perlu untuk mengetahui index jantung, preload, status
volume dan derajat pencampuran oksigen darah vena. Hal ini mungkin
cukup penting pada pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik atau
selama prosedur bedah yang mempunya kemungkinan insiden tinggi
komplikasi hemodinamik.
Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif pada kateterisasi arteri pulmonal termasuk
left branch bundle block komplit (karena resiko blok jantung komplit),
Wolff-Parkinson-White syndrome dan malformasi Ebstein. Kateter dengan
kemampuan pacing lebih baik pada keadaan ini. PAC dapat berfungsi
sebagai nidus infeksi pada pasien bakteremia atau pembentukan
thrombus pada mereka yang rentan pada hiperkoagulasi.
Teknik dan Komplikasi
Meskipun bermacam-macam PAC tersedia, desain yang paling
populer terdiri dari 5 lumen dalam kateter 7,5 dengan panjang 110 cm,
dengan badan dari polivinylchloride. Lumen terdiri dari beberapa bagian;
kabel yang menghubungkan thermistor dekat ujung kateter ke
thermodilution komputer , sebuah channel udara untuk mengembangkan
113
balon, port proximal 30 cm dari ujung untuk infus, injeksi curah jantung
dan pengukuran tekanan atrium kanan, port ventrikel pada 20 cm untuk
menginfus obat dan bagian distal untuk aspirasi sampel darah yang
tercampur dan pengukuran tekanan arteri pulmonalis.
Insersi PAC membutuhkan akses vena sentral, yang dapat
dikerjakan dengan tehnik seldinger, sebagaimana dijelaskan di atas.
Daripada kateter vena sentral, sebuah dilator dan pembungkus di
masukkan melalui kawat pengarah. Pembungkus lumen mengakomodasi
PAC setelah pencabutan dilator dan kawat pengarah.
Setelah diinsersi, kateter dicek dengan mengembangkan dan
mengempiskan balonnya dan mengirigasi semua lumen intravaskuler
dengan salin yang diheparinisasi. Bagian distal
dihubungkan pada
tranduser yang dipasang nol pada garis midaksilaris.
Kateter dimasukkan melalui pembungkus ke dalam vena juguler
interna. Pada kira kira 15 cm, ujung distal seharusnya memasuki atrium
kanan, dan vena sentral melacak variasi respirasi yang memastikan
posisi intrathoraks. Balon dikembangkan dengan udara berdasarkan
rekomendasi pabrik, (biasanya 1,5 mL) untuk melindungi endokardium
dari ujung kateter dan menyebabkan curah jantung ventrikel kanan
langsung ke kateter sewaktu migrasi. Sebaliknya balon selalu
dikempiskan sewaktu ditarik. Selama memasukkan kateter, ECG
dimonitor bila terjadi disritmia. Ektopik sementara akibat iritasi
endokardium ventrikel kanan oleh balon dan ujung kateter sering terjadi
tetapi jarang membutuhkan terapi dengan lidokain intravena.
Peningkatan tiba tiba pada tekanan sistolik pada pelacak distal
mengindikasikan lokasi ujung kateter pada ventrikel kanan . Jalan masuk
ke arteri pulmonal biasanya terdapat pada 35 45 dan ditandai oleh
peningkatan tiba tiba saat tekanan diastolik.
Untuk mencegah kateter terikat, balon harus dikempiskan dan
kateter ditarik bila perubahan tekanan tidak terjadi pada jarak yang
diharapkan. Khususnya pada kasus yang sulit (curah jantung rendah,
hipertensi pulmonal, atau anomali jantung kongenital), pengembangan
kateter dapat dilakukan ketika pasien menarik nafas dalam, dengan
memposisikan pasien dengan kepala tegak , posisi kanan lateral; lalu
menginjeksi salin dingin melalui lumen proksimal untuk membuat kateter
kaku (meningkatkan resiko perforasi), atau dengan memasukkan dosis
kecil obat inotropik untuk meningkatkan curah jantung.
Ruptur arteri pulmonalis dapat menyebabkan kematian 50 70 %
dan dapat terjadi karena terlalu mengembangnya balon, frekuensi
pembacaan wedge seharusnya diperkecil. Tekanan arteri pulmonal
seharusnya terus menerus dipantau untuk mendeteksi posisi overwedge
merupakan indikasi migrasi kateter. Lebih jauh lagi, bila kateter
mempunyai port ventrikel kanan 20 cm dari ujung, perpindahan distal
dapat dideteksi dengan perubahan pada pelacakan tekanan yang
mengindikasikan lokasi arteri pulmonalis.
114
Indikasi
Pasien yang memperoleh keuntungan dari prngukuran tekanan
arteri pulmonal juga memperoleh keuntungan dari penentuan curah
jantung. Bahkan untuk menggunakan informasi yang berasal dari PAC
dengan lebih efektif, curah jantung harus diukur. Penyempurnaan tehnik
non invasif dapat membawa ke monitoring curah jantung intraoperatif.
Kontraindikasi
Tidak ada kontra indikasi untuk pengukuran curah jantung dengan
thermodilution selain yang sama dengan kontraindikasi kateterisasi arteri
pulmonalis.
Teknik dan Komplikasi
A. Thermodilution
Injeksi sejumlah cairan (2,5, 5 atau 10 ml) dengan suhu dibawah
suhu tubuh (biasanya pada suhu ruangan atau didinginkan) ke atrium
kanan akan mengubah suhu darah yang menyentuh thermistor pada
ujung PAC. Derajat perubahan akan mencerminkan curah jantung.
Perubahan suhu minimal bila ada aliran darah yang tinggi tetapi nyata
bila aliran rendah. Menempatkan perubahan suhu sebagai fungsi waktu
menghasilkan kurva thermodilusi.
Curah jantung ditentukan dengan program komputer yang terintegrasi
dengan daerah di bawah kurva. Pengukuran curah jantung yang akurat
tergantung pada injeksi yang cepat dan lancer, suhu dan volume
suntikan dengan tepat diketahui, memperbaiki faktor kalibrasi pada tipe
spesifik dari PAC pada computer curah jantung, dan menghindari
pengukuran saat elektrokauter.
Infus cepat dari injeksi cairan dingin sangat jarang menyebabkan
disritmia jantung.
Modifikasi tehnik thermodilusi menyebabkan pengukuran curah
jantung yang kontinyu dengan kateter khusus dan sistem monitor.
Kateter berisi filamen thermal yang memberikan denyut kecil berisi
panas ke darah proksimal dari katup pulmonal dan thermistor yang
mengukur perubahan dalam suhu darah arteri pulmonalis.
B. Dye Dilution
Pewarna indosianin hijau (atau indikator lain) disuntikan melalui
kateter vena snetral, yang kemudian akan tampak pada sampel arteri
yang dianalisa dengan detektor tertentu, sebuah densitometer untuk
indosianin hijau. Daerah yang dibawah kurva indikator pewarna
116
122
127
128
KELUARAN URIN
Indikasi
Kateterisasi kandung kemih adalah satu satunya metode yang
dapat dipercaya untuk mengawasi keluaran urin. Insersi kateter urin
diindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kongesti, gagal ginjal,
penyakit hepar lanjut atau syok. Kateterisasi rutin pada beberapa
prosedur bedah seperti operasi jantung, operasi aorta atau renal,
craniotomy, operasi abdomen mayor, atau operasi dengan pergeseran
cairan yang banyak terjadi. Operasi yang lama dan pemberian diuretik
selama operasi merupakan indikasi.
Kadangkala,
paska
operasi
kateterisasi
kandung
kemih
diindikasikan untuk pasien yang sulit mengosongkan kandung kemihnya
di ruang pemulihan setelah anestesi umum atau regional.
Kontraindikasi
Kateterisasi kandung kemih seharusnya dilakukan dengan hati
hati pada pasien dengan resiko tinggi infeksi.
Teknik dan Komplikasi
Kateterisasi kandung kemih biasanya dilakukan oleh personel
bedah atau perawat. Untuk menghindari trauma yang tidak perlu,
seorang urolog seharusnya yang memasang kateter pasien yang diduga
mempunyai kelainan anatomi uretra. Kateter foley diinsersikan kedalam
kandung kemih lewat uretra dan dihubungkan dengan kantung
pengumpul cairan yang sekali pakai. Untuk menghindari refluks urin,
kantung tersebut harus diletakan di bawah kandung kemih. Komplikasi
dari kateterisasi termasuk trauma uretra dan infeksi saluran kemih.
Dekompresi cepat dari kandung kemih yang distensi dapat menyebabkan
hipotensi. Kateterisasi suprapubis dengan tube plastik yang dimasukan
melalui jarum besar adalah alternatif yang jarang dipakai.
Pertimbangan klinis
Keuntungan tambahan dengan menaruh kateter foley adalah
kemampuan untuk memasukkan thermistor pada ujung kateter jadi
kandung kemih atau suhu inti dapat dimonitor lebih baik. Nilai tambahan
dengan penggunaan urometer adalah kemampuan untuk monitor secara
elektronik dan mencatat keluaran urin dan suhu tubuh.
Keluaran urin merupakan gambaran dari perfusi ginjal. Merupakan
indikator bagi ginjal, kardiovaskuler, dan status volume cairan. Keluaran
urin yang tidak cukup (oliguria) kadang didefinisikan sebagai keluaran
urin kurang dari 0,5 mL/jam, tetapi sebenarnya merupakan kemampuan
pasien mengkonsentrasikan dan beban osmotik.
130
134