:
/Bawaslu-Jabar/XII/2013
: Sangat Segera
: 1 (satu) berkas
: Pengawasan Pelaksanaan
Kampanye Pemilu
Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2014.
Desember 2013
Kepada
Yth. Ketua Panwaslu
Kabupaten/Kota
di
Seluruh Jawa Barat
SURAT EDARAN
Dasar :
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
4. Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
5. Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum;
6. Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
7. Surat Edaran KPU RI Nomor 664/KPU/IX/2013 tanggal 30
September 2013 Perihal Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2014;
8. Surat Edaran Bawaslu RI Nomor 823/Bawaslu/XI/2013 tanggal 28
Nopember 2013 Perihal Surat Edaran Pengawasan Pelaksanaan
Kampanye Pemiu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014.
Berdasarkan pada ketentuan di atas, berkaitan dengan
pengawasan pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2014, dengan hormat disampaikan hal-hal sebagai
berikut:
dan
KETUA,
pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi, dan
atau KPU Kabupaten/Kota.
B. Potensi Rawan Pelanggaran
Pada tahapan penetapan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, potensi rawan
pelanggaran yang muncul adalah:
1) KPU RI, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN tidak
nilai etika, estetika, kebersihan dan keindahan kota atau kawasan setempat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) KPU RI, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN sesuai
Penetapan jadual kampanye rapat umum oleh KPU merupakan hasil koordinasi
antara KPU dengan Peserta Pemilu sesuai tingkatannya;
2)
3)
Susunan jadwal kampanye rapat umum yang telah disepakati selambat lambatnya diterima oleh Peserta Pemilu sesuai tingkatannya 14 (empat
belas) hari sebelum masa kampanye;
4)
Pengurus partai politik sesuai tingkatannya, calon anggota DPR, DPD dan
DPRD yang tidak menggunakan kesempatan kampanye, baik sebagaian atau
seluruhnya, memberitahukan secara tertulis kepada KPU selambat-lambatnya 7
hari sebelum maa kampanye.
B. Potensi Rawan Pelanggaran
1) Penyusunan jadual kampanye rapat umum tidak melibatkan Peserta
Pemilu;
2) Jadual kampanye rapat umum tidak memperhatikan pertimbangan dan usulan
Peserta Pemilu;
3) Hasil penyusunan jadual kampanye rapat umum tidak mencerminkan
keadilan terkait pembagian wilayah dan waktu kampanye rapat umum
bagi seluruh Peserta Pemilu;
4) Jadual kampanye Pemilu calon anggota DPR dan DPRD untuk setiap
daerah pemilihan tidak disusun berdasarkan nomor urut parpol Peserta
Pemilu, dimulai dari nomor urut 1 dan seterusnya;
5) Jadual kampanye untuk calon anggota DPD perseorangan tidak disusun
berdasarkan abjad;
6) Susunan jadual kampanye rapat umum yang disepakati diterima oleh Peserta
Pemilu melewati dari 14 (empat belas) hari sebelum masa kampanye;
7) Pengawas Pemilu tidak mendapatkan salinan susunan jadual kampanye rapat
umum yang telah disepakati;
8) KPU sesuai tingkatanya, tidak mengadakan perbaikan jadual kampanye rapat
umum setelah ada pemberitahuan dari peserta Pemilu yang tidak menggunakan
kesempatan kampanye;
9) KPU sesuai tingkatannya tidak menyampaikan salinan jadual Kampanye
rapat umum hasil perbaikan kepada pemerintah daerah, kepolisian dan
Pengawas Pemilu;
10) KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi dan masukan.
5)
A. Pengantar
Ketentuan mengenai pemasangan alat peraga kampanye diatur dalam Pasal
102 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU Nomor 1
Tahun 2013 dalam pasal 17 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan KPU
Nomor 15 Tahun 2013
Hal-hal yang perlu dicermati dari pemasangan alat peraga kampanye di
tempat umum adalah:
1) Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang
memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang
untuk keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan mengajak orang
memilih Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD
tertentu;
2) Alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit
atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah,
lembaga pendidikan (gedung dan sekolah), jalanjalan protokol, jalan bebas
hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan;
3) Peserta Pemilu dapat memasang alat peraga kampanye luar ruang dengan
ketentuan:
a. Baliho atau papan reklame (billboard) hanya diperuntukan bagi Partai
d. Spanduk dapat dipasang oleh Partai Politik dan Caton Anggota DPR,
4)
5)
6)
7)
8)
PARPOL
Caton Anggota DPD
PARPOL
Caton Anggota DPD
a. PARPOL
b. Calon Anggota DPD
c. Calon Anggota
DPR/DPRD
Basis Lokasi
Jumlah
Desa/Kelurahan
1 (satu)
unit
Tidak
dibatasi
Zona/Wilayah
yang telah
ditetapkan
Zona/VVilayah
yang telah
ditetapkan
1 (satu)
unit
Kampanye
Pemilu
dala m
bentuk
pertemuan
tatap
muka
terbatas dan pertemuan tatap muka adalah orang -orang yang dilarang ikut
dalam pelaksanaan kampanye oleh peraturan perundang -undangan yakni :
a. pejabat negara yang menjadi pelaksana kampanye atau ikut sebagai
kampanye
tidak memiliki
ijin
cuti
diluar
Pemilih
d. KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi dan masukan dari
Pengawas Pemilu.
Dimulai pukul 09.00 waktu setempat dan berakhir paling lambat pukul 17.00
waktu setempat;
3)
4)
5)
6)
7)
Sebelum melakukan kampanye rapat umum, peserta pemilu selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sebelum waktu pelaksanaan kampanye,
memberitahukan secara tertulis kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia setempat, mengenai:
a. lokasi/tempat pelaksanaan kampanye;
b. waktu pelaksanaan kampanye;
c. perkiraan jumlah massa yang hadir;
d. rute perjalanan yang akan ditempuh massa, baik keberangkatan dan
kepulangannya; dan
e. Pelaksana dan petugas kampanye.
NO.
1 .
2 .
3 .
4 .
5 .
6.
2)
3)
4)
negara yang tidak memiliki ijin cuti diluar tanggungan negara untuk menjadi
pelaksana dan atau ikut sebagai peserta dalam kegiatan kampanye;
5)
6)
Pelaksanaan kampanye rapat umum dilakukan pada masa tenang dan atau
dilaksanakan diluar jadual yang telah ditentukan;
7)
8)
pelaksanaan rapat umum dimulai sebelum jam 09.00 dan berakhir melebihi
pukul 17.00 waktu setempat;
9)
10) terdapat pelaksana, petugas dan atau peserta kampanye yang membawa atau
2)
Keterbukaan prosedur;
3)
4)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
elektronik adalah pejabat negara yang tidak memiliki ijin cuti diluar tanggungan
negara untuk menjadi pelaksana dan atau ikut sebagai peserta dalam kegiatan
kampanye;
Pejabat negara Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye,
menggunakan fasilitas negara dalam kampanye rapat umum, iklan media
massa;
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD yang menjadi calon
Anggota DPR, DPD dan DPRD menjadi pemeran iklan layanan
masyarakat institusinya pada media cetak, media elektronik atau media
luar ruang 6 (enam) bulan sebelum hari pemungutan suara.
Pelaksanaan kampanye rapat umum, iklan media massa cetak dan
elektronik dilakukan pada masa tenang dan atau dilaksanakan diluar
jadual yang telah ditentukan;
pelaksanaan kampanye melalui iklan media massa cetak, dan elektronik
dilaksanakan di luar waktu 21 hari;
Pelaksana Kampanye melakukan pemasangan iklan kampanye secara
kumulatif lebih dari 10 (sepuluh) spot dan berdurasi lebih dari 30 (tiga
puluh) detik untuk setiap stasiun televisi setiap hari selama masa
Kampanye Pemilu;
Pelaksana Kampanye melakukan pemasangan iklan kampanye di radio secara
kumulatif lebih dari 10 (sepuluh) spot dan berdurasi lebih dari 60 (enam puluh)
detik untuk setiap stasiun radio setiap hari selama masa Kampanye Pemilu;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan tidak
memberikan alokasi yang sama dan tidak memperlakukan secara
berimbang Peserta Pemilu dalam menyampaikan materi kampanye;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan memberikan
harga yang tinggi untuk kampanye media massa dan elektronik kepada
Peserta Pemilu yang akan menggunakan jasa media yang bersangkutan;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan melakukan
diskriminasi kepada Peserta Pemilu atas iklan kampanye layanan
masyarakat;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan melakukan
pemberitaan aktivitas Peserta Pemilu sebagai kampanye terselubung;
KPU sesuai tingkatannya tidak memberikan sanksi atas pelanggaran
kampanye rapat umum yang dilakukan oleh Pelaksana Kampanye
Peserta Pemilu;
KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi Pengawas
Pemilu atas dugaan pelanggaran kampanye yang dilakukan oleh
Pelaksana Kampanye Peserta Pemilu;
V III. ME K AN IS ME P ENGAW AS AN
Berdasarkan pada potensi rawan dan fokus pengawasan setiap sub tahapan
kampanye di atas, mekanisme pengawasan kampanye Pemilu Anggota DPR,
DPD dan DPRD Tahun 2014 oleh Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota,
PANITIA Pengawas Kecamatan dan Panitia Pengawas Lapangan dilakukan
dengan tata cara sebagai berikut :
1. PANITIA PENGAWAS PEMILU KABUPATEN/KOTA
a. Pencegahan Pelanggaran Pemilu
1) Melakukan koordinasi dengan KPU Kabupaten/Kota dan Sentra Gakkumdu
(Kepolisian dan Kejaksaan) serta Partai Politik Peserta Pemilu di tingkat
kabupaten/kota;
2) Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi dengan Stakeholders terkait yakni kelompok
3) Melakukan
kabupaten/kota;
2) Melakukan investigasi, observasi dan tracking (apabila dibutuhkan) dalam rangka
dugaan pelanggaran Pemilu dituangkan dalam Formulir Model A-2 dan A-3
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012;
4) Menyusun dan menyampaikan rekomendasi berdasarkan hasil pengawasan
kecamatan;
2) Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi dengan Stakeholders terkait yakni kelompok
desa/kelurahan;
2) Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi dengan Stakeholders terkait yakni
kelompok
masyarakat
(Ormas
dan
Pemantau
Pemilu),
Instansi
Pemerintahan di tingkat desa/kelurahan;
3) Melakukan analisis/kajian terhadap potensi pelanggaran, dan selanjutnya
melakukan upaya deteksi dini serta peringatan dini kepada pihak-pihak terkait
dalam
d. Pengendalian
1) Menyampaikan
desa/kelurahan yang disampaikan oleh Mitra PPL dan Relawan Pengawas Pemilu
di
masing-masing
desa/kelurahan
dan
selanjutnya
wajib
melaporkan/menyampaikan ke Panwascam tepat waktu.