Anda di halaman 1dari 15

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PROVINSI JAWA BARAT


Bandung,
Nomor
Sifat
Lampiran
Perihal

:
/Bawaslu-Jabar/XII/2013
: Sangat Segera
: 1 (satu) berkas
: Pengawasan Pelaksanaan
Kampanye Pemilu
Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2014.

Desember 2013

Kepada
Yth. Ketua Panwaslu
Kabupaten/Kota
di
Seluruh Jawa Barat

SURAT EDARAN
Dasar :
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
4. Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
5. Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pengawasan Pemilihan Umum;
6. Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
7. Surat Edaran KPU RI Nomor 664/KPU/IX/2013 tanggal 30
September 2013 Perihal Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2014;
8. Surat Edaran Bawaslu RI Nomor 823/Bawaslu/XI/2013 tanggal 28
Nopember 2013 Perihal Surat Edaran Pengawasan Pelaksanaan
Kampanye Pemiu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014.
Berdasarkan pada ketentuan di atas, berkaitan dengan
pengawasan pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2014, dengan hormat disampaikan hal-hal sebagai
berikut:

1) Pelaksanaan pengawasan Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD


dan DPRD Tahun 2014 berdasarkan pada Peraturan PerundangUndangan yang terkait, dan berpedoman pada Panduan
Pengawasan Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD
Tahun 2014 sebagaimana terlampir;
2) Menuangkan hasil pengawasan dalam Formulir Model A-1, dan
apabila ditemukan dugaan pelanggaran Pemilu dituangkan dalam
Formulir Model A-2 dan A-3 sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012;
3) Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam dan PPL menyampaikan
laporan hasil pengawasan secara berjenjang sesuai tingkatan
Pengawas Pemilu dengan memperhatikan waktu dan prosedur
penyampaian laporan;
4) Segera menyampaikan Surat Edaran ini kepada Panwaslu
Kecamatan dan PPL di wilayahnya masing-masing dan
memberikan penjelasan secara langsung atas substansi dan
mekanisme pengawasan pelaksanaan Kampanye.
Demikian disampaikan, untuk menjadi perhatian
dilaksanakan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih

dan

KETUA,

Drs. HARMINUS KOTO

Tembusan disampaikan kepada :


Yth. Ketua Bawaslu RI di Jakarta.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


PROVINSI JAWA BARAT

PANDUAN PENGAWASAN KAMPANYE PEMILU


ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN 2014
I. PENGAWASAN PENETAPAN LOKASI PEMASANGAN ALAT PERAGA
A. Pengantar
Penetapan lokasi pemasangan alat peraga kampanye merupakan amanah
pasal 102 (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. "(1) KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK,
PPS, dan PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, desa atau nama lain/kelurahan, dan
kantor perwakilan Republik Indonesia menetapkan lokasi pemasangan alat
peraga untuk keperluan Kampanye Pemilu".
Pengawasan penetapan lokasi pemasangan alat peraga bertujuan untuk
memastikan kepatuhan penyelenggara pemilu (KPU) terhadap peraturan
perundang-undangan.
Penetapan lokasi pemasangan alat peraga diatur dengan ketentuan
sebagai berikut (Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD) yakni :
1) Alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit

atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga


pendidikan (gedung dan sekolah), jalan jalan protokol, jalan bebas hambatan,
sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan;
2) Dalam menetapkan lokasi pemasangan alat peraga KPU RI, KPU Provinsi,

KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN berkoordinasi dengan


Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan,
Desa atau nama lain/Kelurahan, dan Kantor Perwakilan Republik Indonesia;
3) Penetapan lokasi pemasangan alat peraga memuat lokasi dan penyediaan media

pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi, dan
atau KPU Kabupaten/Kota.
B. Potensi Rawan Pelanggaran
Pada tahapan penetapan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, potensi rawan
pelanggaran yang muncul adalah:
1) KPU RI, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN tidak

melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah sesuai tingkatannya;


2) Penetapan lokasi alat peraga

tidak memuat lokasi dan penyediaan media


pemasangan alat peraga kampanye;

3) Penetapan lokasi pemasangan Alat Peraga Kampanye, tidak mengindahkan

nilai etika, estetika, kebersihan dan keindahan kota atau kawasan setempat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) KPU RI, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN sesuai

tingkatannya tidak memberikan salinan penetapan lokasi pemasangan alat


peraga kepada Pengawas Pemilu;
5) Peserta pemilu tidak melakukan pembersihan terhadap alat praga kampanye

sampai waktunya pemungutan suara.


6) KPU RI, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN sesuai

tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi dan masukan dari Pengawas


Pemilu.

II. PENGAWASAN DAFTAR PELAKSANA KAMPANYE


A. Pengantar
Ketentuan mengenai pelaksana kampanye diatur dalam Pasal 79, Pasal 80,
dan Pasal 86 Undang-Undang Nomor : 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU
Nomor : 1 Tahun 2013 dalam pasal 5, pasal 33, pasal 34, pasal 35 dan pasal 32
sebagaimana telah diubah oleh Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013.
Hal-hal yang perlu dicermati dari daftar pelaksana kampanye antara lain adalah:
1) Unsur pelaksana kampanye
Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pengurus partai politik,
b. Calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota,
c. Juru Kampanye Pemilu,
d. Orang seorang, dan
e. Organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota.
2) Keharusan Pelaksana Kampanye untuk didaftarkan;
3) Larangan Pelaksana Kampanye;
Unsur-unsur dan orang-orang yang dilarang untuk menjadi pelaksana
kampanye, yaitu;
a. Ketua, Wakil Ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung,
dan hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan
hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;
b. Ketua, Wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan
c. Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia
d. Direksi, komisaris, dewan pengawasdan karyawam badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah
e. Pegawai Negeri Sipil
f. Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia
g. Kepala desa, dan
h. Perangkat desa
B. Potensi Rawan
1) Pelaksana Kampanye dan/atau Petugas Kampanye Pemilu tidak didaftarkan
pada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota;
2) Pendaftaran Pelaksana Kampanye dan/atau Petugas Kampanye Pemilu
oleh peserta pemilu melewati batas waktu yang ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan.
3) KPU sesuai tingkatannya tidak menyerahkan salinan daftar Pelaksana
Kampanye Peserta Pemilu kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan
Panwaslu Kabupaten/Kota; KPU sesuai tingkatannya tidak menyerahkan
salinan daftar perubahan dan atau pergantian Pelaksana Kampanye dan/atau
Petugas Kampanye Peserta Pemilu kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan
Panwaslu Kabupaten/Kota;
4) Keikutsertaan pihak yang dilarang sebagai Pelaksana Kampanye pada daftar
pelaksana kampanye Peserta Pemilu.
5) KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi temuan dari
Pengawas Pemilu.

III. PENGAWASAN PENETAPAN JADUAL KAMPANYE RAPAT UMUM


A. Pengantar
Ketentuan mengenai penetapan jadual kampanye dalam Pasal 85 Undang - Undang
Nomor 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2013 dalam pasal
26, pasal 27, dan pasal 28 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan KPU
Nomor 15 Tahun 2013.
Hal-hal yang perlu dicermati dari penetapan jadual kampanye adalah:
1)

Penetapan jadual kampanye rapat umum oleh KPU merupakan hasil koordinasi
antara KPU dengan Peserta Pemilu sesuai tingkatannya;

2)

Jadwal kampanye rapat umum untuk setiap Daerah Pemilihan disusun


berdasarkan nomor urut parpol Peserta Pemilu, dimulai dari nomor urut 1
dan seterusnya. Jadwal kampanye untuk calon anggota DPD
perseorangan disusun berdasarkan abjad;

3)

Susunan jadwal kampanye rapat umum yang telah disepakati selambat lambatnya diterima oleh Peserta Pemilu sesuai tingkatannya 14 (empat
belas) hari sebelum masa kampanye;

4)

Salinan jadual kampanye di tembuskan ke Pengawas Pemilu sesuai


tingkatannya, Pemerintah sesuai tingkatannya dan Kepolisian Negara RI di
wilayah pemilihan, termasuk perbaikan-perbaikannya.

Pengurus partai politik sesuai tingkatannya, calon anggota DPR, DPD dan
DPRD yang tidak menggunakan kesempatan kampanye, baik sebagaian atau
seluruhnya, memberitahukan secara tertulis kepada KPU selambat-lambatnya 7
hari sebelum maa kampanye.
B. Potensi Rawan Pelanggaran
1) Penyusunan jadual kampanye rapat umum tidak melibatkan Peserta
Pemilu;
2) Jadual kampanye rapat umum tidak memperhatikan pertimbangan dan usulan
Peserta Pemilu;
3) Hasil penyusunan jadual kampanye rapat umum tidak mencerminkan
keadilan terkait pembagian wilayah dan waktu kampanye rapat umum
bagi seluruh Peserta Pemilu;
4) Jadual kampanye Pemilu calon anggota DPR dan DPRD untuk setiap
daerah pemilihan tidak disusun berdasarkan nomor urut parpol Peserta
Pemilu, dimulai dari nomor urut 1 dan seterusnya;
5) Jadual kampanye untuk calon anggota DPD perseorangan tidak disusun
berdasarkan abjad;
6) Susunan jadual kampanye rapat umum yang disepakati diterima oleh Peserta
Pemilu melewati dari 14 (empat belas) hari sebelum masa kampanye;
7) Pengawas Pemilu tidak mendapatkan salinan susunan jadual kampanye rapat
umum yang telah disepakati;
8) KPU sesuai tingkatanya, tidak mengadakan perbaikan jadual kampanye rapat
umum setelah ada pemberitahuan dari peserta Pemilu yang tidak menggunakan
kesempatan kampanye;
9) KPU sesuai tingkatannya tidak menyampaikan salinan jadual Kampanye
rapat umum hasil perbaikan kepada pemerintah daerah, kepolisian dan
Pengawas Pemilu;
10) KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi dan masukan.
5)

IV. PENGAWASAN PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE DI TEMPAT UMUM

A. Pengantar
Ketentuan mengenai pemasangan alat peraga kampanye diatur dalam Pasal
102 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU Nomor 1
Tahun 2013 dalam pasal 17 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan KPU
Nomor 15 Tahun 2013
Hal-hal yang perlu dicermati dari pemasangan alat peraga kampanye di
tempat umum adalah:

1) Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang
memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang
untuk keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan mengajak orang
memilih Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD
tertentu;
2) Alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit
atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah,
lembaga pendidikan (gedung dan sekolah), jalanjalan protokol, jalan bebas
hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan;
3) Peserta Pemilu dapat memasang alat peraga kampanye luar ruang dengan
ketentuan:
a. Baliho atau papan reklame (billboard) hanya diperuntukan bagi Partai

Politik 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya


memuat informasi nomor dan tanda gambar Partai Politik dan/atau visi,
misi, program, jargon, foto pengurus Partai Politik yang bukan Caton
Anggota DPR dan DPRD;
b. Caton Anggota DPD dapat memasang baliho atau papan reklame (billboard)

1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya;


c.

Bendera dan umbul-umbul hanya dapat dipasang oleh Partai Politik


dan calon Anggota DPD pada zona atau wilayah yang ditetapkan oleh
KPU, KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota bersama
Pemerintah Daerah;

d. Spanduk dapat dipasang oleh Partai Politik dan Caton Anggota DPR,

4)
5)

6)

7)
8)

DPD dan DPRD dengan ukuran maksimal 1,5 x 7 m hanya 1 (satu)


unit pada 1 (satu) zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU,
KPU/KIP Provinsi, dan atau KPU/KIP Kabupaten/Kota bersama
Pemerintah Daerah.
Ketentuan sebagaimana di atas berlaku mulai tanggal 27 September
2013;
Pemasangan alat peraga oleh Peserta Pemilu baik partai politik, calon
anggota DPR, DPRD Provinsi, dan/atau DPRD Kabupaten/Kota atau calon
anggota DPD hanya diperkenankan dilakukan dalam media pemasangan
alat peraga yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud di atas;
KPU, KPU Provinsi, dan atau KPU Kabupaten/Kota berwenang
memerintahkan Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ketentuan untuk
mencabut atau memindahkan alat peraga tersebut.
Kewajiban Peserta Pemilu membersihkan alat praga kampanye paling lambat 1
hari sebelum tanggal/hari pemungutan suara.
Dalam hal Peserta Pemilu tidak melaksanakan ketentuan, Pemerintah
Daerah setempat dan aparat keamanan berdasarkan rekomendasi
Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota berwenang
mencabut
atau
memindahkan
alat
peraga
kampanye
dengan
memberitahukan terlebih dahulu kepada Peserta Pemilu tersebut.
Jenis Alat Peraga
Di Tempat Umum
Baliho /papan
reklame (billboard)
Bendera & Umbulumbul
Spanduk (ukuran
maksimal 1,5 M X
7M)

Yang Boleh Memasang


a.
b.
a.
b.

PARPOL
Caton Anggota DPD
PARPOL
Caton Anggota DPD

a. PARPOL
b. Calon Anggota DPD
c. Calon Anggota
DPR/DPRD

Basis Lokasi

Jumlah

Desa/Kelurahan

1 (satu)
unit
Tidak
dibatasi

Zona/Wilayah
yang telah
ditetapkan
Zona/VVilayah
yang telah
ditetapkan

1 (satu)
unit

B. Potensi Rawan Pelanggaran


1) Tidak ada peraturan daerah dan atau penetapan lokasi pemasangan alat
peraga.
2) Alat peraga ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit atau tempattempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga pendidikan
(gedung atau sekolah), jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan
prasarana publik, taman dan pepohonan;
3) Terdapat foto calon Anggota DPR dan DPRD pada baliho atau papan reklame
yang dipasang oleh Partai Politik Peserta Pemilu;
4) Partai Politik Peserta Pemilu
memasang baliho atau papan reklame
(billboard) lebih dari 1 (satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama
lainnya;
5) Calon Anggota DPD memasang baliho atau papan reklame (billboard) lebih dari 1
(satu) unit untuk 1 (satu) desa/kelurahan atau nama lainnya;
6) Calon anggota DPR/DPRD memasang umbul-umbul/bendera;
7) Partai Politik Peserta Pemilu memasang umbul-umbul/bendera diluar zona atau
wilayah yang ditetapkan;
8) Calon anggota DPD memasang umbul-umbul/bendera diluar zona atau wilayah
yang ditetapkan;
9) Partai Politik Peserta Pemilu, Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD
memasang spanduk dengan ukuran melebihi ketentuan maksimal 1,5 x 7
meter;
10) Partai Politik Peserta Pemilu, Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD memasang
spanduk diluar zona atau wilayah yang ditetapkan;
11) Peserta Pemilu tidak mempunyai ijin dari pemilik tempat pada pemasangan alat
peraga di tempat yang menjadi milik perseorangan atau badan swasta;
12) KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi dan masukan dari
Pengawas Pemilu.
V. PENGAWASAN PELAKSANAAN KAMPANYE MELALUI PERTEMUAN
TERBATAS DAN PERTEMUAN TATAP MUKA
A. Pengantar
Ketentuan mengenai pertemuan terbatas dan tatap muka diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2013 dalam
pasal 14, Pasal 15 dan Pasal 29 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan KPU
Nomor 15 Tahun 2013.
Hal-hal yang perlu dicermati dari pertemuan terbatas dan tatap muka adalah:
1) Kepatuhan Prosedur pelaksanaan;
2) Larangan dalam kampanye (materi & pelaksana kampanye)
3) Ketentuan untuk pertemuan terbatas antara lain adalah:
a. dilaksanakan di dalam ruangan atau gedung yang bersifat tertutup;
b. jumlah peserta tidak melampaui kapasitas ruangan sebagaimana ditetapkan oleh
pengelola ruang gedung dengan jumlah peserta paling banyak untuk tingkat Pusat
1000 (seribu) orang, tingkat Provinsi 500 (lima ratus) orang,dan tingkat
Kabupaten/Kota 250 (dua ratus lima puluh) orang;
c. menggunakan undangan tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu,
tempat, nama pembicara, dan penanggung jawab; d. pemberitahuan
secara tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu, tempat,nama
pembicara, dan penanggung jawab serta jumlah yang diundang kepada
aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat, dengan tembusan
disampaikan kepada KPU dan Bawaslu sesuai tingkatannya;
d. pelaksana kampanye dapat membawa atau menggunakan alat peraga
kampanye;
e. alat peraga atribut peserta Pemilu sebagaimana dimaksud di atas dipasang di
halaman gedung atau tempat pertemuan terbatas.
4) Ketentuan

Kampanye

Pemilu

dala m

bentuk

pertemuan

tatap

muka

dilaksanakan di luar atau di dalam ruangan.


5) Pelaksanaan kampanye di luar ruangan sebagaimana dimaksud di atas
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pemberitahuan secara tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu, tempat,
tim atau peserta pemilu yang hadir dan penanggung jawab kepada aparat
Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat, dengan tembusan
disampaikan kepada KPU dan Bawaslu sesuai tingkatannya;
b. dapat dilakukan dengan mengunjungi pasar, tempat-tempat tinggal warga,
komunitas warga atau tempat umum lainnya;
c. Kampanye di dalam ruangan sebagaimana dimaksud di atas dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
d. jumlah peserta paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) orang;
menggunakan undangan tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu, tempat,
nama pembicara, dan penanggung jawab;
6) pemberitahuan secara tertulis yang memuat hari, tanggal, waktu, tempat, nama
pembicara, dan penanggung jawab serta jumlah yang diundang kepada aparat
Kepolisian Republik Indonesia setempat, dengan tembusan disampaikan kepada
KPU dan Bawaslu sesuai tingkatannya;
7) Kampanye di luar atau di dalam ruangan sebagaimana di atas dilakukan dengan
dialogis.
8) Pelaksana kampanye pertemuan tatap muka dapat membawa alat peraga
kampanye.
9) Alat peraga kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipasang di halaman
gedung atau tempat pertemuan tatap muka.
B. Potensi Rawan Pelanggaran
1) Peserta Pemilu melakukan Kampanye di luar jadual yang ditentukan;
2) Peserta Pemilu tidak medaftarkan pelaksana Kampanye dan/atau Petugas
Kampanye;
3) Peserta Pemilu tidak memberikan tembusan daftar pelaksana Kampanye kepada
Pengawas Pemilu;
4) Pelaksana Kampanye dan/atau Petugas Kampanye Pemilu pertemuan
terbatas dan pertemuan tatap muka tidak terdaftar dalam daftar Pelaksana
Kampanye dan/atau Petugas Kampanye Pemilu Peserta Pemilu yang didaftarkan
Peserta Pemilu kepada KPU;
5) Peserta Pemilu tidak memberikan pemberitahuan tertulis kepada Kepolisian;
6) Pelaksana dan/atau petugas kampanye Pemilu tidak mematuhi tata cara
penyusunan dan penyampaian materi dan larangan kampanye yaitu sebagai
berikut :
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang -Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta
Pemilu yang lain;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau
Peserta Pemilu yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu;
h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda
gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan
j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
Kampanye Pemilu.
7) Pelaksana Kampanye dan/atau Petugas Kampanye Pemilu pertemuan

terbatas dan pertemuan tatap muka adalah orang -orang yang dilarang ikut
dalam pelaksanaan kampanye oleh peraturan perundang -undangan yakni :
a. pejabat negara yang menjadi pelaksana kampanye atau ikut sebagai

peserta dalam kegiatan


tanggungan negara;

kampanye

tidak memiliki

ijin

cuti

diluar

b. pejabat negara Pelaksana Kampanye menggunakan kewenangan dan

atau kekuasaannya dalam memobilisasi PNS untuk ikut sebagai peserta


kampanye;
c. memobilisasi Warga Negara Indonesia yang belum memenuhi syarat sebagai

Pemilih
d. KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi dan masukan dari

Pengawas Pemilu.

VI. PENGAWASAN PELAKSANAAN KAMPANYE MELALUI RAPAT UMUM


A. Pengantar
Ketentuan mengenai pelaksanaan kampanye melalui rapat umum diatur
dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU Nomor 1
Tahun 2013 dalam pasal 19, Pasal 25 dan Pasal 29 sebagaimana telah
diubah oleh Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013.
Hal-hal yang perlu dicermati dari kampanye rapat umum antara lain adalah: (Waktu
Pelaksanaan, materi kampanye, Pelaksana kampanye dan petugas kampanye,
larangan dalam kampanye :
1) Dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari, dan berakhir sampai dengan
dimulainya masa tenang. (16 Maret 2014 s/d 5 April 2014).
2)

Dimulai pukul 09.00 waktu setempat dan berakhir paling lambat pukul 17.00
waktu setempat;

3)

Dilaksanakan di lapangan atau stadion atau alun -alun dengan dihadiri


oleh massa dari anggota maupun pendukung dan warga masyarakat
lainnya;

4)

Pelaksana kampanye harus memperhatikan daya tampung tempattempat


pelaksanaan kampanye;

5)

Dilarang membawa atau menggunakan tanda gambar, simbol-simbol,


panji, pataka, dan atau bendera yang bukan tanda gambar atau atribut lain
dari peserta pemilihan umum yang bersangkutan;

6)

Menghormati hari dan waktu ibadah.

7)

Sebelum melakukan kampanye rapat umum, peserta pemilu selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sebelum waktu pelaksanaan kampanye,
memberitahukan secara tertulis kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia setempat, mengenai:
a. lokasi/tempat pelaksanaan kampanye;
b. waktu pelaksanaan kampanye;
c. perkiraan jumlah massa yang hadir;
d. rute perjalanan yang akan ditempuh massa, baik keberangkatan dan
kepulangannya; dan
e. Pelaksana dan petugas kampanye.

NO.
1 .

TINDAK PIDANA PEMILU DALAM TAHAPAN KAMPANYE


(UU 8/2012) Pasal 275
Setiap orang yang mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalannya
Kampanye Pemilu dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

2 .

(UU 8/2012) Pasal 276


Setiap orang yang dengan sengaj a melak ukan Kampanye P emilu di luar
jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, KPU Provinsi, dan
KPU
Kabupaten/Kota untuk setiap Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu)
tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

3 .

(UU 8/2012) pasal 277:


Setiap
pelaksana
Kampanye
Pemilu
yang
melanggar
larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

4 .

(UU 8/2012) Pasal 278


Setiap pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, kepala desa, dan perangkat desa yang
melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

5 .

(UU 8/2012)Pasal 279


(1) Pelaksana kampanye, peserta kampanye, dan petugas kampanye yang
dengan sengaja mengakibatkan terganggunya pelaksanaan
Kampanye
Pemilu di tingkat desa atau nama lain/kelurahan dipidana dengan pidana kurungan
paling lama
1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua

betas juta rupiah).

6.

(2) Pelaksana kampanye, peserta kampanye, dan petugas kampanye yang


karena kelalaiannya mengakibatkan terganggunya pelaksanaan Kampanye
Pemilu di tingkat desa atau nama lain/kelurahan dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak
Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).
UU 8/2012 Pasal 299 :

Setiap pelaksana, peserta, dan petugas Kampanye Pemilu yang dengan


sengaja melanggar larangan pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
huruf f, huruf g, huruf h, atau huruf i dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh
empat juta rupiah).
8

UU NO.8/2012 Pasal 301:


(1) Setiap pelaksana Kampanye Pemilu yang dengan sengaja menjanjikan
atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta
Kampanye Pemilu secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat
juta rupiah).
(2) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau petugas Kampanye Pemilu yang
dengan sengaja pada Masa Tenang menjanjikan atau memberikan imbalan
uang atau materi lainnya kepada Pemilih secara langsung ataupun tidak
langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak
Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah).

B. Potensi Rawan Pelanggaran


1)

Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye menggunakan materi dan


metode kampanye yang yang dilarang oleh peraturan perundang-undangam

2)

Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye melalui rapat umum tidak


terdaftar dalam daftar Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye yang
didaftarkan Peserta Pemilu;

3)

Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye melalui rapat umum, adalah


orang-seorang yang dilarang ikut dalam pelaksanaan kampanye oleh perturan
perundang-undangan;

4)

Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye rapat umum, adalah pejabat

negara yang tidak memiliki ijin cuti diluar tanggungan negara untuk menjadi
pelaksana dan atau ikut sebagai peserta dalam kegiatan kampanye;
5)

pejabat negara Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye,


menggunakan fasilitas negara dalam kampanye rapat umum, iklan media
massa;

6)

Pelaksanaan kampanye rapat umum dilakukan pada masa tenang dan atau
dilaksanakan diluar jadual yang telah ditentukan;

7)

pelaksanaan kampanye melalui rapat umum dilaksanakan di luar waktu 21


hari;

8)

pelaksanaan rapat umum dimulai sebelum jam 09.00 dan berakhir melebihi
pukul 17.00 waktu setempat;

9)

Jumlah peserta kampanye melebihi daya tampung tempat pelaksanaan


kampanye;

10) terdapat pelaksana, petugas dan atau peserta kampanye yang membawa atau

menggunakan tanda gambar, simbol-simbol, panji, pataka, dan atau bendera


yang bukan tanda gambar atau atribut lain dari peserta pemilihan umum yang
bersangkutan;
11) KPU sesuai tingkatannya tidak memberikan sanksi atas pelanggaran kampanye

rapat umum yang dilakukan oleh Pelaksana Kampanye Peserta Pemilu;


12) KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi Pengawas Pemilu

atas dugaan pelanggaran kampanye yang dilakukan oleh Pelaksana Kampanye


Peserta Pemilu;
C. Fokus pengawasan:
1)

Kebenaran dan ketepatan prosedur;

2)

Keterbukaan prosedur;

3)
4)

Ketepatan waktu proses; dan


Kepatuhan untuk tidak melakukan perbuatan yang dikategorikan sebagai
pelanggaran Pemilu.

VII. PENGAWASAN KAMPANYE MELALUI MEDIA CETAK DAN MEDIA ELEKTRONIK


A. Pengantar

Ketentuan mengenai pelaksanaan kampanye melalui media cetak dan media


elektronik diatur dalam Pasal 91 s/d Pasal 101 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012, dan Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2013 dalam pasal 36 s/d 46
sebagaimana telah diubah oleh Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013.
Hal-hal yang perlu dicermati dari kampanye melalui media cetak dan elektronik
antara lain adalah:
1)
Waktu Pelaksanaan (harus sesuai dengan jadwal yang ditetapkan KPU dan
harus di masa 21 hari yaitu tanggal 16 Maret s/d 5 april 2014);
2) Prosedur pelaksanaan;
3) Materi kampanye;
4) Pelaksana kampanye dan petugas kampanye;
5) Larangan dalam kampanye, dll.

B. Potensi Rawan Pelanggaran


1)
2)

3)

4)

Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye menggunakan materi dan


metode kampanye yang yang dilarang oleh peraturan perundang-undangani.
Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye melalui iklan media massa
cetak dan elektronik tidak terdaftar dalam daftar Pelaksana Kampanye
dan/atau petugas kampanye yang didaftarkan Peserta Pemilu;
Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye melalui
iklan media
massa dan elektronik adalah orang-seorang yang dilarang ikut dalam
pelaksanaan kampanye oleh perturan perundang-undangan;
Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye iklan media massa dan

5)

6)

7)

8)
9)

10)

11)

12)

13)

14)

15)

16)

elektronik adalah pejabat negara yang tidak memiliki ijin cuti diluar tanggungan
negara untuk menjadi pelaksana dan atau ikut sebagai peserta dalam kegiatan
kampanye;
Pejabat negara Pelaksana Kampanye dan/atau petugas kampanye,
menggunakan fasilitas negara dalam kampanye rapat umum, iklan media
massa;
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD yang menjadi calon
Anggota DPR, DPD dan DPRD menjadi pemeran iklan layanan
masyarakat institusinya pada media cetak, media elektronik atau media
luar ruang 6 (enam) bulan sebelum hari pemungutan suara.
Pelaksanaan kampanye rapat umum, iklan media massa cetak dan
elektronik dilakukan pada masa tenang dan atau dilaksanakan diluar
jadual yang telah ditentukan;
pelaksanaan kampanye melalui iklan media massa cetak, dan elektronik
dilaksanakan di luar waktu 21 hari;
Pelaksana Kampanye melakukan pemasangan iklan kampanye secara
kumulatif lebih dari 10 (sepuluh) spot dan berdurasi lebih dari 30 (tiga
puluh) detik untuk setiap stasiun televisi setiap hari selama masa
Kampanye Pemilu;
Pelaksana Kampanye melakukan pemasangan iklan kampanye di radio secara
kumulatif lebih dari 10 (sepuluh) spot dan berdurasi lebih dari 60 (enam puluh)
detik untuk setiap stasiun radio setiap hari selama masa Kampanye Pemilu;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan tidak
memberikan alokasi yang sama dan tidak memperlakukan secara
berimbang Peserta Pemilu dalam menyampaikan materi kampanye;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan memberikan
harga yang tinggi untuk kampanye media massa dan elektronik kepada
Peserta Pemilu yang akan menggunakan jasa media yang bersangkutan;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan melakukan
diskriminasi kepada Peserta Pemilu atas iklan kampanye layanan
masyarakat;
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga
penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan melakukan
pemberitaan aktivitas Peserta Pemilu sebagai kampanye terselubung;
KPU sesuai tingkatannya tidak memberikan sanksi atas pelanggaran
kampanye rapat umum yang dilakukan oleh Pelaksana Kampanye
Peserta Pemilu;
KPU sesuai tingkatannya tidak menindaklanjuti rekomendasi Pengawas
Pemilu atas dugaan pelanggaran kampanye yang dilakukan oleh
Pelaksana Kampanye Peserta Pemilu;

V III. ME K AN IS ME P ENGAW AS AN

Berdasarkan pada potensi rawan dan fokus pengawasan setiap sub tahapan
kampanye di atas, mekanisme pengawasan kampanye Pemilu Anggota DPR,
DPD dan DPRD Tahun 2014 oleh Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota,
PANITIA Pengawas Kecamatan dan Panitia Pengawas Lapangan dilakukan
dengan tata cara sebagai berikut :
1. PANITIA PENGAWAS PEMILU KABUPATEN/KOTA
a. Pencegahan Pelanggaran Pemilu
1) Melakukan koordinasi dengan KPU Kabupaten/Kota dan Sentra Gakkumdu
(Kepolisian dan Kejaksaan) serta Partai Politik Peserta Pemilu di tingkat
kabupaten/kota;
2) Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi dengan Stakeholders terkait yakni kelompok

masyarakat (Ormas dan Pemantau Pemilu), Instansi Pemerintahan/Lembaga/


Komisi Negara di tingkat kabupaten/kota;

3) Melakukan

analisis/kajian terhadap potensi pelanggaran, dan selanjutnya


melakukan upaya deteksi dini serta peringatan dini kepada pihak-pihak terkait yang
berpotensi melakukan pelanggaran pemilu khususnya pada tahapan kampanye di
tingkat kabupaten/kota.

b. Pengawasan Tahapan Kampanye di Tingkat Kabupaten/Kota


1) Melakukan pencermatan setiap penyelenggaraan sub tahapan kampanye di tingkat

kabupaten/kota;
2) Melakukan investigasi, observasi dan tracking (apabila dibutuhkan) dalam rangka

penelusuraan temuan dugaan pelanggaran kampanye di tingkat kabupaten/kota;


3) Menyusun hasil pengawasan dalam Formulir Model A-1, dan apabila ditemukan

dugaan pelanggaran Pemilu dituangkan dalam Formulir Model A-2 dan A-3
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012;
4) Menyusun dan menyampaikan rekomendasi berdasarkan hasil pengawasan

tahapan kampanye kepada KPU kabupaten/kota dan instansi terkait di tingkat


kabupaten/kota;
5) Melakukan publikasi terhadap hasil pengawasan tahapan kampanye di berbagai

media publikasi di tingkat kabupaten/kota;


c. Pembinaan dan Pengawasan
1) Menyampaikan instrumen pengawasan tahapan kampanye dari Bawaslu Provinsi

kepada Panwascam di masing-masing kabupaten/kota;


2) Melakukan Rapat Koordinasi dan Rapat Kerja Teknis dengan Panwascam di

masing-masing kabupaten/kota untuk sosialisasi instrumen pengawasan


kampanye;
3) Melakukan supervisi pelaksanaan pengawasan tahapan kampanye yang meliputi :
Memastikan

Panwascam di masing-masing kabupaten/kota melakukan


sosialisasi kepada PPL terkait instrument pengawasan kampanye;

Memastikan Panwascam di masing-masing kabupaten/kota menggunakan

instrument pengawasan kampanye dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang terkait;


Melakukan pendampingan (technical assistance) kepada Panwascam di

masing-masing kabupaten/kota dan PPL dalam melakukan pengawasan


kampanye apabila dibutuhkan.
d.Pengendalian
1) Menyampaikan

instrumen laporan perkembangan dan hasil pengawasan


kampanye secara periodik (mingguan, bulanan, sub tahapan dan akhir tahapan)
serta insidental sesuai kebutuhan dari Bawaslu Provinsi kepada Panwascam di
masing-masing kabupaten/kota;

2) Menerima laporan perkembangan dan hasil pengawasan kampanye dari

Panwascam di masing-masing kabupaten/kota secara periodik (mingguan,


bulanan, sub tahapan dan akhir tahapan) serta insidental sesuai kebutuhan
berdasarkan instrumen yang telah ditetapkan Bawaslu RI;
3) Menyusun rekapitulasi laporan hasil pengawasan tahapan kampanye tingkat

kabupaten/kota yang disampaikan oleh Panwascam di masing masing


kabupaten/kota dan selanjutnya wajib melaporkan/menyampaikan ke Bawaslu
Provinsi tepat waktu;
4) Melakukan

evaluasi terhadap kepatuhan Panwascam di masing-masing


kabupaten/kota dalam melaksanakan seluruh instrument pengawasan tahapan
kampanye.

2. PANIT IA PENGAWAS PEMILU KEC AMAT AN


a. Pencegahan Pelanggaran Pemilu
1) Melakukan koordinasi dengan PPK dan Partai Politik Peserta Pemilu di tingkat

kecamatan;
2) Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi dengan Stakeholders terkait yakni kelompok

masyarakat (Ormas dan Pemantau Pemilu), Instansi Pemerintahan di tingkat


kecamatan;
3) Melakukan

analisis/kajian terhadap potensi pelanggaran, dan selanjutnya


melakukan upaya deteksi dini serta peringatan dini kepada pihak-pihak terkait
yang berpotensi melakukan pelanggaran pemilu khususnya pada tahapan
kampanye di kecamatan.

b. Pengawasan Tahapan Kampanye di Tingkat Kecamatan


1) Melakukan pencermatan setiap penyelenggaraan sub tahapan kampanye di
tingkat kecamatan;
2) Melakukan investigasi, observasi dan tracking (apabila dibutuhkan) dalam rangka

penelusuraan temuan dugaan pelanggaran kampanye di tingkat kecamatan;


3) Menyusun hasil pengawasan dalam Formulir Model A-1, dan apabila ditemukan

dugaan pelanggaran Pemilu dituangkan dalam Formulir Model A -2 dan A-3


sebagaimana diatur dalam Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012;
4)

Menyusun dan menyampaikan rekomendasi berdasarkan hasil pengawasan


tahapan kampanye kepada PPK dan instansi terkait di tingkat kecamatan;

c. Pembinaan dan Pengawasan


1) Menyampaikan instrumen pengawasan tahapan kampanye dari Panwaslu
Kabupaten/Kota kepada PPL di masing-masing kecamatan;
2) Melakukan supervisi pelaksanaan pengawasan tahapan kampanye yang meliputi :
Memastikan PPL di masing-masing kecamatan menggunakan instrument
pengawasan kampanye dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang terkait;
Melakukan pendampingan (technical assistance) kepada PPL di masingmasing kecamatan dalam melakukan pengawasan kampanye apabila
dibutuhkan.
d. Pengendalian
1) Menyampaikan instrumen laporan perkembangan dan hasil pengawasan

kampanye secara periodik (mingguan, bulanan, sub tahapan dan akhir


tahapan) serta insidental sesuai kebutuhan dari Panwaslu Kabupaten/Kota
kepada PPL di masing-masing kecamatan;
2) Menerima laporan perkembangan dan hasil pengawasan kampanye dari

PPL di masing- masing kecamatan secara periodik (mingguan, bulanan, sub


tahapan dan akhir tahapan) serta insidental sesuai kebutuhan berdasarkan
instrumen yang telah ditetapkan Bawaslu RI;
3) Menyusun rekapitulasi laporan hasil pengawasan tahapan kampanye tingkat

kecamatan yang disampaikan oleh PPL di masing-masing kecamatan dan


selanjutnya wajib melaporkan/menyampaikan ke Panwaslu Kabupaten/Kota
tepat waktu;
4) Melakukan evaluasi terhadap kepatuhan PPL di masing -masing kecamatan

dalam melaksanakan seluruh instrument pengawasan tahapan kampanye .


3 . P A N I T I A P E N G AW AS L A P A N G A N
a. Pencegahan Pelanggaran Pemilu
1) Melakukan koordinasi dengan PPS dan Partai Politik Peserta Pemilu di tingkat

desa/kelurahan;
2) Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi dengan Stakeholders terkait yakni

kelompok
masyarakat
(Ormas
dan
Pemantau
Pemilu),
Instansi
Pemerintahan di tingkat desa/kelurahan;
3) Melakukan analisis/kajian terhadap potensi pelanggaran, dan selanjutnya
melakukan upaya deteksi dini serta peringatan dini kepada pihak-pihak terkait

yang berpotensi melakukan pelanggaran pemilu khususnya pada tahapan


kampanye di desa/kelurahan.
b. Pengawasan Tahapan Kampanye di Tingkat Desa/Kelurahan
1) Melakukan pencermatan setiap penyelenggaraan sub tahapan kampanye di
tingkat desa/kelurahan;
2) Melakukan investigasi, observasi dan tracking (apabila dibutuhkan) dalam
rangka penelusuraan temuan dugaan pelanggaran kampanye di tingkat
desa/kelurahan;
3) Menyusun hasil pengawasan dalam Formulir Model A -1, dan apabila
ditemukan dugaan pelanggaran Pemilu dituangkan dalam Formulir Model A 2 dan A-3 sebagaimana diatur dalam Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun
2012;
4) Menyusun dan menyampaikan rekomendasi berdasarkan hasil pengawasan
tahapan kampanye kepada PPS dan instansi terkait di tingkat
desa/kelurahan;
c. Pembinaan dan Pengawasan
1) Menyampaikan instrumen pengawasan tahapan kampanye dari Panwascam
kepada Mitra PPL dan Relawan Pengawas Pemilu di masing-masing
desa/kelurahan;
2) Melakukan supervisi pelaksanaan pengawasan tahapan kampanye yang
meliputi :
Memastikan Mitra PPL dan Relawan Pengawas Pemilu di masing masing
desa/kelurahan menggunakan instrument pengawasan kampanye dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait;
Melakukan pendampingan (technical assistance) kepada Mitra PPL dan

Relawan Pengawas Pemilu di masing-masing desa/kelurahan


melakukan pengawasan kampanye apabila dibutuhkan.

dalam

d. Pengendalian
1) Menyampaikan

instrumen laporan perkembangan dan hasil pengawasan


kampanye secara periodik (mingguan, bulanan, sub tahapan dan akhir tahapan)
serta insidental sesuai kebutuhan dari Panwascam kepada Mitra PPL dan
Relawan Pengawas Pemilu di masing-masing desa/kelurahan;

2) Menerima laporan perkembangan dan hasil pengawasan kampanye dari Mitra

PPL dan Relawan Pengawas Pemilu di masing-masing desa/kelurahan secara


periodik (mingguan, bulanan, sub tahapan dan akhir tahapan) serta insidental
sesuai kebutuhan berdasarkan instrumen yang telah ditetapkan Bawaslu RI;
3) Menyusun rekapitulasi laporan hasil pengawasan tahapan kampanye tingkat

desa/kelurahan yang disampaikan oleh Mitra PPL dan Relawan Pengawas Pemilu
di
masing-masing
desa/kelurahan
dan
selanjutnya
wajib
melaporkan/menyampaikan ke Panwascam tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai