Anda di halaman 1dari 9

BAB V PENGENDALIAN MUTU (LABORATORIUM)

Laboratorium merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pengawasan


proses di pabrik. Dalam laboratorium dilakukan berbagai ananilsa, untuk
pengawasan mutu diantaranya dilakukan analisa pendahuluan dan pengawasan
mutu distribusi yaitu pengawasan mutu bahan baku dan hasil proses analisa
tersebut dari awal sampai akhir.
Tujuan dari analisa tersebut antara lain:
1. Mengetahui seberapa besar gula yang dihasilkan dari bahan baku yang
masuk, sehingga kehilngan gula dapat ditekan.
2. Mengetahui sesegera mungkin apabila terjadi penyimpanan dalam proses
sehinnga akan dapat ditanggulangi secepat mungkin.
3. Menjaga kualitas produk agar sesuai dengan yang ditargetkan.
Analisa yang dilakukan PT Industri Gula Nusantara meliputi:
A. Analisa Bahan Baku (Tebu)
Sebelum memasuki proses produksi, tebu yang diterima di
emplasesmen dianalisa terlebih dahulu. Analisa yang dilakukan atara
lain:
1. Analisa Polarisasi (Pol)
Pada analisa ini brtujuan untuk menentukan polarisasi pada
sampel dengan cara menimbang sampel tersebut kedalam beaker
glass 250ml. Analisa ini berlaku untuk seluruh material proses
pembuatan. Rumus untuk menghitung % pol yaitu:
2. Analisa Brix
Analisa ini berlaku untuk seluruh material proses
pembuatan gula. Analisa brix bertujuan untuk mengetahui
besarnya brix dari sampel. Alat yang digunakan dalam analisa ini
adalah refraktometer. Untuk mengecek apakah garis dibawah nol
sudah tepat, yaitu dengan menggunakan aquadest. Dapat juga
dengan cara pengenceran yaitu dengan menimbang 5-20 gram

sampel. Utuk menghitung brix sampel yabg sesungguhnya yaitu


dengan menggunakan perhitungan :

3. Harkat Kemurnian / Analisa Purity (HK)


Analisa ini berlaku untuk seluruh material proses
pembuatan gula. Analisa purity dilakukan dengan menimbang
sampel dalam beaker glass 250ml. Analisa purity bertujuan untuk
mengetahui nilai kemurnian dari sampel yang dianalisa.
4. Analisa Rendemen
Tujuan dari analisa rendemen adalah untuk menentukan
waktu kemasakan tebu, sehingga dapat diketahui saat penebangan
yang tepat dan dapat dihitung ketersediaan bahan mentah selama
waktu giling.
Analisa dilakukan dengan cara mengambil sejumlah sampel
batang tebu berusia 6 bulan. Setiap petak diambil secara acak,
masing-masing 10 batang. Setiap tebu dipotong menjadi 3 bagian:
pucuk, tengah, dan bawah. Selanjutnya memeriksa jumlah ruas.
Setelah ditimbang kemudian digiling dengan alat giling kecil,
masing-masing nira ditimbang dengan ember yang berskala.
Analisa dilakukan adalah brix dan pol, selanjutnya dihitung nira
dengan rumus :
5. Faktor Kemasakan
Setelah diketahui rendemen tiap bagian tebu, maka dapat
dihitung faktor kemasakan dengan rumus:
Jika rendemen atas sama dengan renndemen bawah maka
tanaman tebu telah menunjukkan tingkat kemasakan yang baik,
sehingga memiliki nilai FK=0. Di PT. Idustri Gula Nusantara, FK
tebu adalah 20-30.
6. Koefisien Peningkatan

Untuk mengetahui apakah tebu selam jangka waktu tertentu


masih dapat meningkat, maka dapat dilakukan perhitungan nilai
koefisien peningkatannya (KP) dengan rumus:

bila:

KP <100, rendemen masih mungkin naik


KP=100, rendemen sudah tidak mungkin naik
KP>100, sebaiknya segera ditebang
7. Koefisien Daya Tahan
Penundaan penebangan pada tebu yang telah memennuhi
syarat, dapat dihitung menggunakan rumus koefisien daya tahan:

bila:

KDT > 100, daya tahan rendemen meningkat


KDT < 100, daya tahan rendemen menurun
KDT = 100, daya tahan maksimal
B. Analisa Bahan Setengah Jadi
1. Analisa Kadar Air
Analisa ini berlaku untuk raw sugar, gula white, gula A,
gula B, moulding, blotong, dan ampas tebu. Analisa ini dilakukan
dengan menggunakan alat moisture. Dapat juga menggunakan
oven, yaitu dengan menimbang pada cawan coil aluminium
kosong dan mencatat beratnya. Maka akan diperoleh kadar air
dengan perhitungan menggunakan rumus berikut ini:

2. Analisa MA/CV
Analisa ini berlaku pada white sugar dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keseragaman ukuran kristal gula.caranya
yaitu dengan menimbang masing-masing sieve yang akan
digunakan untuk melakukan penyaringan, kemudian menimbang
sampel gula sebanyak 100 gram.
3. Analisa Abu Sulfat
Analisa ini berlaku untuk raw sugar dan white sugar untuk
mengetahui kadar abu sulfat didalam sampel. Kadar abu dihitung
dengan menggunakan rumus:

4. Analisa CaO
Analisa ini berlaku untuk raw sugar, gula white, gula A,
gula B, raw liquor (remelt), BLQ, dan sweet water. Analisa cao
bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar CaO (ppm) yang
terkandung dalam material proses. Analisa ini dilakukan dengan
cara menimbang sampel 1-5 gram, lalu memasukkannya ke dalam
erlenmeyer 250ml, yang kemudian ditambah aquadest, buffer ph,
dan 1-3 tetes indikator. Lalu dititrasi dengan EDTA.
Cara perhitungannya yaitu dengan rumus sebagai berikut:

5. Analisa Gula
Analisa ini berlaku pada sampel air kondenstat, air boiler,
softener, yang bertujuan untuk mengetahui sampel masih
mengandung gula atau tidak.
6. Analisa Tsai
Analisis ini digunakan untuk menganalisa TSAI dari
sampel molasses di PT. Industri Gula Nusantara yang bertujuan
untuk mengetahui nilai (Total Sugar As Invert). Dengan
melakukan langkah perhitungan berikut ini:
Volume titrasi= (a) ml
Pol sampel=(b) ml

Dari tabel perhitungan banyaknya mg gula reduksi ( daftar


buku panuntun analisa di experimental Plant BP3G, dengan
cara menginterpolasi gram sukrosa (d) dengan volume titrasi (a)
maka diperoleh mg reducing sugar per 100ml (e).
Maka % reducing Sugar:

Total Sugar (TS) = (0,2 x % RS) + % pol

C. Analisa Water Treatment dan Boiler


1. Analisa pH
Analisa ini dilakukan untuk seluruh material proses
pembuatan gula, water treatment, dan air limbah yang bertujuan
untuk mengetahui ph sampel yang dianalisa. Sampel dianalisa
menggunakan indikator pH meter. Dengan cara memasukkan
sampel ke dalam beaker glass dan diamkan hingga temperatur
ruangan.
2. Analisa Color
Analisis ini berlaku untuk seluruh proses pembuatan gula.
Tujuannya adalah untuk mengetahui warna sampel yang
dianalisa. Caranya dengan menimbang 3-5 gram sampel
kemudian menambahkan aquadest, untuk menghitungnya yaaitu
dengan rumus:
3. Analisa Total Hardness
Analisa ini dilakukan pada sampel water treatment dan air
boiler yang bertujuan untuk mengetahui besarnya total hardness
(TH) dari sampel caranya dengan mengambil sampel sebanyak
50ml dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer 250 ml.
Menghitung besarnya TH yaitu dengan rumus:

4. Analisa TDS ( Total Disolved Solid


Analisa ini dilakukan pada sampel water treatment dan air
boiler yang bertujuan untuk mengetahui besarnya TDS sampel.
Caranya adalah dengan memasukkan 100ml kedalam beaker
glass.

5. Analisa Conductivity
Analisa ini dilakukan pada sampel water treatment dan air
boiler yang bertujuan untuk mengetahui nilai konduktifitas
sampel
6. Analisa PM Alkali
Analisa ini dilakukan pada sampel water treatment dan air
boiler yang bertujuan untuk mengetahui nilai P dan M alkalinity.
Analisa P alkalinity dilakukan dengan cara mengambil sampel
sebanyak 50ml dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
Kemudian menambahkan indikator PP, apabila sampel tidak
berwarna maka P alkalinity = 0. Pabila warna berubah menjadi
warna merah muda maka menitrasinya dengan larutan H 2SO4 0,1
N hingga tidak berwarna, lalu mencatat volume H2SO4 yang
dibutuhkan dan melanjutkannya dengan analisa M alkalinity.
Analisa M alkalinity dilakukan dengan cara menambahkan
indikator MO pada sampel setelah analisa P alkalinity,. Apabila
sampel berwarna orange setelah ditetesi indikator MO pada
sampel P alkalinity , berarti nilai M alkalinity = 0, namun jika
sampel berwarna kuning, maka dilanjutkan dengan menitrasinya
dengan H2SO40,1N sampai warna berubah menjadi orange, lalu
mencatat volume H2SO4yang dibutuhkan. dan menghitungnya
denagn rumus:

7. Analisa Besi
Analisa ini dilakukan pada sampel boiler yang bertujuan
untuk mengetahui kandungan besi yang terkandung pada sampel.
8. Analisa silica(SiO2)
Analisa ini dilakukan pada sampel boiler yang bertujuan
untuk mengetahui kandungan silica yang terkandung ppada
sampel air boiler.
9. Analisa Phosphat(PO4)

Analisa ini dilakukan pada sampel boiler yang bertujuan


untuk mengetahui kandungan phosphat.
10. Analisa Turbidity
Analisa ini dilakukan pada sampel raw water yang
bertujuan untuk mengetahui kekeruhan sampel. Analisa ini
dilakukan dengan cara mempersiapkan alat colorimeter HACH
DR/890.
11. Analisa Suspended Solid(SS)
Analisa ini dilakukan pada sampel raw water yang
bertujuan untuk mengetahui ppm (mg/L) Suspended Solid dari
sampel menggunakan alat colorimeter HACH DR/890 .
12. Analisa Alum Dan Flokulan
Analisa ini berlaku untuk raw water dengan tujuan untuk
mengetahui perbandingan alum dan flokulan yang tepat dari
sampel pada kekeruhan tertentu.
Analisa dilakukan dengan cara menyiapkan sampel raw
water kemudian mengukur pH, turbidity dan SS sampel.
Kemudian menyiapkan 2-3 buah beaker glass 1000ml dan
memasukkan 500ml atau 1000ml sampel ke dalam masingmasing beaker glass. Setelah itu menngaduknya dengan stirer
dengan putaran yang telah ditentukan dilanjutkan memasukkan
alum sesuai kebutuhan yang dibutuhkan dan memutarnya
5menit lalu dilanjutkan memasukkan flokulan sesuai kebutuhan
yang dibutuhkan dan memutarnya 5menit. Setelah proses
pengendapan selesai, dilanjutkan dengan mengukur pH, turbidity,
dan SS. Percobaan ini diulangi dengan perbandingan alum dan
flokulan yang berbeda namun volume sampel sama.
13. Analisa Kapur
Analisa ini dilakukan pada sampel kapur dengan tujuan
mengetahui % dispersitas sampel yang dianalisa. Caranya dengan
mengambil sampel kapur tohor yang mewakili isi truk kemudian
melarutkannya dengan air pada ember plastik yang besar sampai
homogen. Lalu mendiamkannya beberapa saat sampai larutan
susu kapur dingin (45 menit). Kemudian membuat larutan susu

kapur pada skala 15Be dan memasukkannya ke dalam gelas ukur


1000ml. Selanjutnya mendiamkannya selama 2jam lalu melihat
tinggi endapan kapur yang terbentuk. Kemudian menghitung %
ddispersitas dengan rumus:
D. Analisa Limbah
1. Analisa DO (Disolved Oxygen)
Analisa ini berlaku untuk sampel limbah cair dan inputnya.
Tujuan analisa DO adalah untuk mengetahui banyaknya oksigen
terlarut pada sampel.
Analisa DO dilakukan dengan cara mengambil sampel
limbah sebanyak 250ml, yang kemudian dimasukkan kedalam
botol transparan. Selanjutnya menambahkan 1 ml MnSO4, H2O
dan 2ml alkali iodida, lalu botol ditutup dan mendiamkannya
sebentar hingga terbentuk endapan. Setelah itu menambahkan
2ml H2SO4 1:1, dan menutupnya kembali tutupnya, kemudian
dikocok hingga endapan hilang. Setelah itu mengambil 100ml
sampel dan memindahkannya ke dalam erlenmeyer 250 ml untuk
ditambahkan indikator kanji 1-3 tetes sampai warna biru
kehitaman. Kemudian menitrasinya dengan larutan Na2S2O3. H2O
0,0025 N sampai wara indikator hilang, dan menghitungnya
dengan rumus:

2. Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)


Analisa ini berlaku untuk sampel limbah cair dan inputnya.
Tujuan analisa COD adalah untuk mengetahui jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
terdapat pada sampel.
Mula-mula mengambil sampel limbah sebanyak 1 ml yang
dimasukkan kedalam erlenmeyer. Dengan cara yang sama yang
sama ambil 1 ml aquadest sebagai blangko. Kemudian tambahkan
0,004 gr H2SO4, 4ml K2Cr2O7 0,25N, dan 2ml Ag(H2SO4)2

kedalam masing-masing erlenmeyer. Selanjutnya sampel limbah


dan blangko dipanaskan pada suhu 150C diatas hot plate selama
2 jam. selanjutnya sampel limbah dan blangko didihkan diangkat
dan didiamkan pada suhu kamar. Lalu menambahkan indikator
feroin, lalu dititrasi dengan larutan FAS( Fero Amobium Solfat)
0,1 N hingga warna berubah dari hijau menjadi merah bata
( warna feroin). Lalu mencatat volume titrasi oleh FAS yang
dibutuhkan, kemudian menghitung ppm COD dengan rumus:

Anda mungkin juga menyukai