Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas tenaga kesehatan ditentukan oleh kualitas lulusan pendidikan
kesehatan khususnya keperawatan, dimana keperawatan merupakan salah satu
unsur tenaga kesehatan yang memiliki peranan penting. Seseorang yang memilih
profesi sebagai perawat memiliki motivasi yang berbeda-beda, sedangkan persepsi
seseorang terhadap figur perawat akan mempengaruhi motivasi tersebut. Untuk
meraih prestasi akademik yang baik, banyak orang yang berpendapat perlunya
mempunyai inteligensi yang tinggi sebagai bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada akhirnya menghasilkan prestasi yang optimal
(Adriani, 2010).
Keberhasilan belajar mahasiswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya.
Keunggulan prestasi belajar selalu menjadi penilaian utama masyarakat terhadap
suatu instansi atau lembaga pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Prestasi belajar menentukan berhasil
tidaknya pendidikan, karena itu prestasi memiliki fungsi sebagai indikator
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai. Fungsi prestasi juga dapat menentukan
suatu kualitas dalam dunia pendidikan, karena dengan prestasi akan dapat
diketahui seberapa besar mutu dan kualitas yang dimiliki oleh mahasiswa maupun
instansi pendidikan. Prestasi belajar tidak akan tercapai tanpa adanya faktor-faktor
yang mendukung baik dari faktor eksternal maupun internal. Dosen sebagai
pendidik merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa (Yuliarti, 2012)

Menurut Dalyono (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


adalah faktor yang berasal dari internal (berasal dari dalam diri mahasiswa) dan
eksternal (dari luar diri mahasiswa). Faktor yang berasal dari internal meliputi
kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan
faktor eksternalnya adalah keluarga (pendidikan orangtua, besar kecilnya
penghasilan, dll), sekolah (kualitas pengajar, metode mengajar, keadaan ruangan
dll), masyarakat, dan lingkunngan sekitar.
Dosen yang profesional adalah dosen yang memiliki kompetensi
(kemampuan sesuai dengan wewenang) yang dipersyaratkan untuk melakukan
tugas pendidikan dan pengajaran. Dosen diharapkan bukan hanya sebatas
menjalankan profesinya, tetapi harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan
tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap mahasiswa
dari segi intelektual dan kompetensi profesional lainnya yang akan menunjang
perbaikan dan pelaksanaa kegiatan belajar mengajar dan akan menghasilkan
prestasi yang baik bagi mahasiswanya.
Sebagai seorang ilmuwan dosen juga dituntut untuk menguasai suatu
bidang keahlian atau profesi tertentu. Tetapi sebagai dosen, dituntut untuk
menguasai keahlian atau profesi kedua, yaitu sebagai dosen, pembimbing, pelatih
dan pembina, yang harus mampu membelajarkan para peserta didik/mahasiswa,
sehingga terjadi transformasi nilai, sikap dan kemampuan pada diri mereka. Tugas
pembelajaran ini merupakan suatu tugas profesional sebagai dosen
(Syafruddin,2010)

Menurut Miarso (2006) didalam Suharto (2011) bahwa di Amerika


Serikat, program pengembangan profesionalisme dosen mulai mendapat perhatian
sejak pertengahan tahun 60-an yang dikenal dengan istilah faculty development.
Program itu muncul setelah ditemukannya anomali, yaitu bahwa pengajaran di
perguruan tinggi telah berlangsung secara tidak efektif, bahkan terkadang
diberikan tanpa kewenangan. Sebagian besar mahasiswa merasa resah disebabkan
oleh pengajaran yang kurang baik, dan kepentingan mahasiswa telah diabaikan.
Demikian pula di Eropa, program pengembangan tenaga dosen sudah
berlangsung sejak permulaan tahun 70-an. Langkah-langkah yang ditempuh
masing-masing perguruan tinggi dalam program pengembangan tersebut tidak
seragam. Dalam skala lokal di beberapa universitas di Eropa terdapat pusat-pusat
pengembangan profesionalisme dosen. Namun secara umum pada level Eropa,
program tersebut dijalankan secara terpadu. Negara-negara Eropa sepakat
membentuk sebuah pusat pengembangan profesi dan peningkatan kualitas dosen
perguruan tinggi. Selain itu juga terdapat semacam jaringan organisasi jaminan
mutu dosen perguruan tinggi yang meliputi seluruh negara Eropa. Program
pengembangan mutu dosen juga telah dikenal di Indonesia sejak tahun 70-an.
Beberapa perguruan tinggi telah menyelenggarakan kegiatan yang termasuk dalam
kategori pembinaan dosen, seperti penataran khusus untuk semua dosen baru.
Bahkan universitas-universitas tertentu mendirikan pusat pelatihan staf dosen dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembinaan dosen dalam level regional
maupun nasional (Suharto, 2011).

Data yang dimiliki Litbang Depdiknas didalam Suharto (2011)


menunjukkan, dari 120.000 dosen tetap PTS Dan PTN di Indonesia, masih ada
50,56 persen atau sekitar 60.000 diantaranya belum berpendidikan S2 atau baru
S1. Data lain juga menunjukkan jumlah seluruh dosen di PTN sebanyak 240.000
orang, 50 persen diantaranya belum memiliki kualifikasi pendidikan setara S2.
Diantara jumlah tersebut baru 15 persen dosen yang bergelar doktor. Jika
dibandingkan dengan perguruan tinggi di Malaysia, Singapura, dan Filipina yang
jumlah doktornya mencapai angka 60 persen lebih, maka tampak dosen
diperguruan tinggi Indonesia masih jauh tertinggal ( Nursyam, 2006) .
Dalam suatu penilaian tingkat kompetensi profesional, dapat juga di
pengaruhi oleh bermacam-macam keadaan lain seperti kompetensi pengajaran
atau yang lebih dikenal dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian
seorang dosen tersebut, dan kompetensi sosial. Dari bermacam kompetensi sangat
memungkinkan akan berpengaruh terhadap kompetensi profesionalisme seorang
dosen (Za-in, 2010).
Profesionalisme tenaga pengajar tampak pada empat indikator yang
terfokus pada perguruan tinggi yaitu : penguasaan bidang kepakaran dan
pemahaman teori-teori pendidikan serta aplikasinya pada pembelajaran dewasa
(andragogi), penerapan pengetahuan kependidikan pada proses belajar mengajar
tingkat universitas, mempraktekkan otonomi pengajaran secara akuntabel, dan
tumbuhnya etos profesional di lingkungan kampus (Suharto, 2011).
Menurut Nursyam (2013) sertifikasi dosen bertujuan menilai
profesionalisme dosen, guna meningkatkan mutu pendidikan. Sesuai Undang-

Undang RI No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi , juga peraturan


pemerintah nomor 47 tahun 2007 tentang sertifikasi, diketahui sertifikasi dosen
memang sangat diperlukan. Setelah keluarnya Undang-Undang RI No 12 tahun
2012 Program sarjana wajib memiliki Dosen yang berkualifikasi akademik
minimum lulusan program magister (S2) atau sederajat.
Problem yang dialami hampir oleh semua perguruan tinggi adalah zigzag
kepakaran akibat lemahnya kepatuhan terhadap bidang studi. Banyak tenaga
pengajar yang memiliki gelar S1, S2, dan S3 dalam disiplin yang berbeda.
Memang yang bersangkutan menjadi seorang generalis, mengetahui banyak hal
namun dangkal. Profesionalisme tenaga pengajar juga mesti akuntabel di mata
kolega dan legawa jika dinilai oleh mahasiswanya (Syafruddin, 2010)
Hasil studi Komang (2013) menunjukkan bahwa dari 122 sampel
mahasiswa, ia menemukan kompetensi profesional dan kinerja dosen berpengaruh
terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa sebesar 47,2%. Untuk lebih
meningkatkan kompetensi profesional mahasiswa, salah satu upaya yang
dilakukan perlu dilakukan adalah meningkatkan kompetensi profesional dosen
melalui pendidikan formal ataupun nonformal sesuai dengan tuntutan Undangundang No. 14/2005.
Menurut penelitian yang dilakukan Metri (2011), bahwa peningkatan atau
penurunan prestasi belajar 72,9% dipengaruhi oleh profesionalisme dosen dan
menurut peneliti hasil ini cukup besar sebab ada banyak faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajar. Dan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar
hanya 20,8 % saja.

Salah satu mata kuliah keperawatan yang diberikan di STIKes Flora


Medan adalah mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Mata kuliah KDM
merupakan mata kuliah yang wajib dipahami bagi semua mahasiswa S1
Keperawatan dan harus memiliki kompetensi pada mata kuliah tersebut. Mata
kuliah KDM ada tiga macam yaitu KDM 1 dan KDM 2 yang merupakan teori
serta KDM 3 yang merupakan praktikum. Dari hasil rekap nilai mata kuliah KDM
pada mahasiswa angkatan 2012-2013 sebanyak 39 orang diperoleh nilai A
sebanyak 1 orang, nilai B 6 orang, nilai C 24 orang, nilai D 3 orang, dan nilai E 4
orang pada mata kuliah KDM 1 . Pada mata kuliah KDM 2 mahasiswa yang
memperoleh nilai A sebanyak 11 orang, nilai B 26 orang, nilai C dan D tidak ada,
dan nilai E 2 orang. Kemudian pada mata kuliah KDM 3 mahasiswa yang
memperoleh nilai A sebanyak 6 orang, nilai B 38 orang, nilai C, D, dan E yang
merupakan nilai gagal sebanyak 15 orang Penelitian ini mengarah kepada
kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah KDM berdasarkan fenomena
bervariasinya nilai prestasi mahasiswa.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan kepada 15 orang mahasiswa
terdapat 12 mahasiswa mengatakan sulit memahami mata kuliah KDM karena cara
berinteraksi dosen kepada mahasiswa saat mengajar berbeda antara mahasiswa
yang pintar dengan yang bodoh dan 3 orang mengatakan bahasa dosen dalam
menjelaskan materi KDM sulit dipahami. Dan dari 15 mahasiswa yang disurvey
ada 14 orang yang mengatakan tidak semua cara mengajar dosen KDM mudah
dipahami dan 1 orang mengatakan cara setiap dosen KDM mengajar mudah
dipahami.

Dosen mata Kuliah KDM masih ada yang belum melewati jenjang
pendidikan S2 yang merupakan dosen yang tidak profesional menurut PP RI No
12 Tahun 2012 karena tidak berkompeten (memiliki kemampuan sesuai
wewenang) dalam memberikan mata kuliah KDM. Berdasarkan uraian masalah di
atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Profesionalisme Dosen Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah
KDM di STIKes Flora Medan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan rumusan masalah
dalam penelitian ini : Apakah ada hubungan profesionalisme dosen dengan
prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan dalam mata kuliah KDM di STIKes
FLORA Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengidentifikasi profesionalisme dosen Prodi S1 Keperawatan pada
mata kuliah KDM di STIKes Flora Medan
1.3.2 Untuk mengidentifikasi prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan pada
mata kuliah KDM di STIKes Flora Medan
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan profesionalisme dosen dengan prestasi belajar
mahasiswa S1 Keperawatan pada mata kuliah KDM di STIKes Flora
Medan

1.4 Hipotesa
Adapun Hipotesa yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan profesionalisme dosen dengan prestasi belajar mahasiswa S1
Keperawatan pada mata kuliah KDM di STIKes Flora Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1

Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan ataupun acuan untuk

pengembangan ilmu khususnya hubungan profesionalisme dosen dengan prestasi


belajar mahasiswa S1 Keperawatan pada mata kuliah KDM 1 di STIKes Flora
Medan
1.5.2

Bagi Tenaga Pengajar


Bahan masukan untuk meningkatkan profesionalisme dosen dalam

meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah KDM.


1.5.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
pengembangan bagi penelitian sejenis yang berkelanjutan tentang profesionalisme
dosen dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah KDM.
1.5.4

Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai profesionalisme

dosen dan hubungannya dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
keperawatan KDM.

Anda mungkin juga menyukai