Anda di halaman 1dari 18

PENENTUAN KADAR Cu(ll) PADA CONTOH UJI DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)


Tanggal Percobaan : 24 April 2009

A.Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan kadar Cu(ll) dalam sampel limbah dengan metode
spektrometri serapan atom (SSA).

B. Tinjauan Pustaka
Spektrofotometri serapan atom, sering disingkat sebagai AAS atau SSA adalah
suatu bentuk spektrofotometri dimana spesies pengabsorbsiannya adalah atom-atom.
(Underwood, 1996 :430).
Prinsip dasar SSA adalah interaksi antara radiasi elektomagnetik dengan sampel.
SSA merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.
Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur yang didasarkan
pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode ini adalah sistem
(alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel.
Cara kerja SSA berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam
yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur
yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang
gelombang tertentu menurut jenis logamnya. Jika radiasi elektomagnetik dikenakan
kepada suatu atom maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat
tereksitasi, setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat
tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Besarnya energi tersebut dapat dihitung
menggunakan rumus :
E=

hc

dimana : E = Energi

h = Tetapan Planck ( 6,63 x 10-34 J.s)


c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)
= panjang gelombang (nm)
Setelah mengalami eksitasi maka akan dipancarkan energi, tetapi yang akan
dideteksi oleh detektor adalah cahaya yang diserap.
Spektroskopi serapan atom terdiri dari sumber cahaya, ruang sampel dan detektor.
Dalam metode ini, cahaya dari sumber langsung diteruskan dari sampel ke detektor.
Semakin besar jumlah sampel, maka semakin besar pula serapan yang dihasilkan sampel.
Sumber cahayanya adalah lampu berupa katoda yang terdiri dari bagian-bagian yang
teratur. Setiap unsur membutuhkan lampu katoda yang berbeda. Lampu tersebut
ditempatkan di dalam ruang khusus lampu.
Ruang sampel adalah pembakar sejak sumber api menyerap radiasi atom. Sinyal
dari detektor dipindahkan ke komputer, dan hasilnya dapat dilihat di monitor alat SSA.
Untuk sampel yang akan dianalisis di dalam pembakar, dapat dilakukan persiapan larutan
sampel di dalam pelarut yang cocok, kebanyakan dalam air.
Gas dari panas mengalir ke dalam pembakar sehingga menarik cairan ke dalam
tabung daari ruang sampel. Cairan ini diubah dimana ion mengalami atomisasi. Atom
menyerap cahaya dari sumber. Analisis kuantitatif ini bisa dicapai dengan kadar serapan
larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Kurva kalibrasi dan persamaan garis bisa
digunakan untuk menentukan konsentrasi berdasarkan serapannya.

Instumentasinya adalah sebagai berikut :

Sebagai sumber radiasi resonansi digunakan lampu katoda rongga (hoolow


cathode lamp). Di muka lampu katoda rongga terdapat komponen yang disebut balingbaling (chopper) yang berfungsi mengatur frekuensi radiasi resonansi yang dipancarkan
dari lampu, sehingga energi radiasi ini oleh photomultiplier diubah menjadi energi
listrik. Atomizer terdiri atas sistem pengabut (nebulizer) dan sistem pembakar (burner),
sehingga sistem atomizer disebut juga dengan sistem pengabut-pembakar (burner
nebulizer system). Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda rongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan.
Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan
radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator yang terdiri dari sistem optik, yaitu cermin
dan grating. Intensitas radiasi yang diteruskan ini kemudian diubah menjadi energi listrik
oleh photomultiplier dan selanjutnya diukur dengan detektor dan dicatat oleh alat
pencatat yang biasa berupa rekorder, printer, atau pengamatan angka.
Gambar Hallow Cathode Lamp

Berikut ini adalah tabel beberapa warna nyala logam :


Tabel 1. Beberapa Nyala Logam
Logam
Kalsium (Ca)
Stronsium (Sr)
Natrium (Na)
Tembaga (Cu)
Mangan (Mn)
Kalium (K)
Barium (Ba)

Warna nyala
Merah
Merah Tua /Jingga
Kuning
Hijau
Nila
Lembanyung
Hijau Kekuningan

Tabel 2. Temperatur nyala pada berbagai sumber bahan bakar :


Bahan Bakar

Oksidan udara Oksidan oksigen

N2O

Hidrogen

2100

2780

Asetilena

2200

3050

2955

Propana

1950

2800

Kelebihan dari SSA, yaitu spesifik (analisis tertentu dengan panjang gelombang
atau garis resonansi yang sesuai), selektif dan spesifik untuk menganalisis logam. Hal ini
disebabkan karena kecepatan analisisnya, ketelitian sampai tingkat runut, tidak
memerlukan pemisahan pendahuluan, relative murah dengan pengerjaan yang sederhana.

C. Alat dan Bahan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.

Alat :
Gelas kimia 500 mL
Labu ukur 50 mL
Labu ukur 25 mL
Mikropipet
Pipet tetes
Corong dan statif corong
Alat SSA perkin Elmer Analist 100
Bahan :
Larutan stock Cu 1000 ppm
HN03 pekat 16 M
HN03 1 M
Larutan sampel
Aquades

1 buah
1 buah
6 buah
3 buah
5 buah
1 set
1 set
2 mL
0,31 mL
1 mL
50 mL
secukupnya

D. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Bahan


Senyawa
1. Larutan stock Cu

2. HN03

Sifat Fisika
Sifat Kimia
Wujud : cair
Struktur hablur triklinik
Warna : tidak berwarna
Hf : - 769,98 KJ/mol
Kelarutan : Mudah larut
dalam air
Wujud : zat cair
Warna : tidak berwarna
Titik leleh : -410 C
Titik didih : 830 C

Sangat kprosif
Bersifat oksidator
Asam beracun

Densitas : 1,5 g/mol


Kelarutan
dalam

air

tercampurkan
Wujud : cairan
Warna : tidak berwarna
Titik leleh : 00 C
Titik didih : 1000 C

3. Aquades

Bersifat polar
Pelarut universal

www.wikipedia.com

E. Bagan Alir
Cara pengoperasian alat
Alat AAS
-

dipanaskan alat dengan menekan tombol ON

dihidupkan kompresor dan buka tabung gas C2H2 set pada angka
17 psig

dihidupkan cerobong pembuangan gas

ditekan enter pada display alat tampak new recall methode

dimasukkan besar arus Hollow Cathode Lamp (75% dari yang


tertera) tekan enter

dimasukkan besar slit tekan enter

dimasukkan besar Wafe Length tekan enter

diketik integration time (lama pembacaan yang diinginkan) tekan


enter

diketik replicate (pengulangan pembacaan) tekan enter

dipilih hold (1) untuk metode pembacaan tekan enter

diilih curve calibration linier (2) tekan enter

diketik no jika curve calibration tiak akan dicetak, tekan enter

ditekan enter secara terus menerus sampai mode pada Display


kembali ke lamp current

dinyalakan burner dengan menekan tombol flame on/off

ditekan cont untuk memulai optimasi absorbans

diaspirasikan larutan blanko kemudian tekan A/Z (auto zero)


pada saat absorbans menunjukan hara nol (0,000), aspirasikan
6

larutan standar dengan konsentrasi terendah untuk memperoleh


harga absorbans mendekati 0,200 jka belum tercapai atur laju alir
gas (bahan bakar) dan knob nebulizer dengan cara memutar
kekiri dan kekanan
-

diaspirasikan lagi larutan blanko dan tunggu sampai harga


absorbans kembali ke nol (0) Setelah harga absorbans mendekati
0,200,

diekan data untuk memulai pengukuran

diaspirasikan semua larutan standar mulai dari konsentrasi


terendah sampai tertingi kemudian tekan read

diaspirasikan sampel tekan read

dibuat kurva kalibrasi dengan menggunakan program Excel.

Alat AAS

Pembuatan Larutan Blanko


0,31 mL HN03 pekat 16 M
- dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL
- ditambahkan dengan aquades sampai mencapai batas
volume 500 mL
Larutan blanko
Pembuatan Larutan Standar (5ppm, 50mL)
Larutan stock tembaga 1000 ppm
- dipipet 0,25 mL ke dalam labu ukur 50 mL
- diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas
- dihomogenkan
Larutan standar tembaga 5 ppm

Pembuatan Larutan Standar (10ppm, 25mL)


Larutan stock tembaga 1000 ppm
- dipipet 0,25 mL ke dalam labu ukur 25 mL
- diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas
- dihomogenkan
Larutan standar tembaga 10 ppm

Langkah ini diulang untuk larutan standar 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm.


Preparasi Sampel
25 mL larutan sampel
- dipipet ke dalam labu ukur 25 mL
- ditambahkan HN03 1 M sebanyak 0,5mL
- diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
- dihomogenkan
Larutan
sampel
Langkah ini diulang
(duplo).
Pengukuran standar dan sampel dengan SSA
Larutan blanko
- disiapkan
- dinolkan serapannya
Larutan blanko dengan nilai
absorbansinya
- diganti dengan larutan standar
- diukur serapannya
- dicatat nilai absorbansinya
Data absorbansi
8

Larutan sampel
- disiapkan
- diukur serapannya
- dicatat hasil pengamatan
Larutan sampel dengan nilai
absorbansinya

F. Cara Kerja
Cara pengoperasian alat
Alat AAS dipanaskan dengan menekan tombol ON, dihidupkan kompresor dan
buka tabung gas C2H2 set pada angka 17 psig dan cerobong pembuangan gas. Pada
display alat tampak new recall methode ditekan enter lalu dimasukkan besar arus Hollow
Cathode Lamp (75% dari yang tertera), besar slit, besar Wafe Length tekan enter.
integration time (lama pembacaan yang diinginkan) dan replicate (pengulangan
pembacaan) diketik. Dipilih hold, curve calibration untuk metode pembacaan tekan enter
terus menerus sampai mode pada Display kembali ke lamp current
Burner dinyalakan dengan menekan tombol flame on/off, ditekan cont untuk
memulai optimasi absorbans, larutan blanko diaspirasikan kemudian tekan A/Z (auto
zero) pada saat absorbans menunjukan hara nol (0,000), aspirasikan larutan standar
dengan konsentrasi terendah untuk memperoleh harga absorbans mendekati 0,200 jka
belum tercapai atur laju alir gas (bahan bakar) dan knob nebulizer dengan cara memutar
kekiri dan kekanan. Semua larutan standar diaspirasikan mulai dari konsentrasi terendah
sampai tertingi kemudian tekan read.
Pembuatan Larutan Blanko
0,31 mL HN03 pekat 16 M dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL dan
ditambahkan dengan aquades sampai mencapai batas volume 500 mL. larutan
dihomogenkan.

Pembuatan Larutan Standar (5ppm, 50mL)


0,25 mL Larutan stock tembaga 1000 ppm dipipet ke dalam labu ukur 50 mL.
kemudian diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas dan dihomogenkan.
Pembuatan Larutan Standar (10ppm, 25mL)
0,25 mL Larutan stock tembaga 1000 ppm dipipet ke dalam labu ukur 25 mL.
kemudian diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas dan dihomogenkan.
Langkah ini diulang untuk larutan standar 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm.
Preparasi Sampel
25 mL larutan sampel dipipet ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan HN03
1 M sebanyak 0,5mL. Kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda batas dan
dihomogenkan, larutan dibuat duplo.
Pengukuran standar dan sampel dengan SSA
Larutan blanko disiapkan dan dinolkan serapaanya. Kemudian diganti dengan
larutan standar dan larutan sampel , masing-masing diukur serapannya dan dicatat nilai
absorbansinya.

G. Pengamatan
Pembuatan larutan blanko
HNO3 pekat 16 M = cairan tidak berwarna (0,31mL)
Aquades = cairan tidak berwarna
Ketika HNO3 pekat 16 M ditambahkan aquades sampai volume 500mL larutan
tetap tidak berwarna.
Pembuatan larutan standar
Larutan stock tembaga = cairan berwarna biru muda
Pada setiap konsentrasi (5ppm, 10ppm,15ppm, 20ppm, 25ppm) ketika Larutan
stock tembaga diencerkan dengan larutan blanko maka larutan tidak berwarna.

10

Larutan Standar (5ppm, 10ppm,15ppm, 20ppm, 25ppm)


Preparasi sampel
Sampel = cairan tidak berwarna
HN03 1 M = cairan tidak berwarna (0,5 mL)
Aquades = cairan tidak berwarna
Sampel + HN03 1 M (0,5 mL) dan diencerkan dengan aquades larutan tidak
berwarna.
Pengukuran standar dan sampel dengan SSA
Parameter alat yang digunakan
Panjang gelombang
Kuat arus
Lebar slit
Energi

= 324,8 nm
= 22 Ma
= 0,7 nm
= 56%

Lama pembacaan
Pengulangan bacaan

= 0,7 detik
= 3x

Sampel 1 A = 0,693
Sampel 2 A = 0,695
Diperoleh persamaan A = 0,0351 C

H. Hasil dan Analisis Data


1. Pembuatan kurva kalibrasi
Konsentrasi

Absorbansi

(ppm)
0
5
10
15
20
25

0
0.193
0.388
0.521
0.753
0.821

Konsentrasi

Absorbansi

(ppm)

11

Sampel 1
Sampel 2

0.693
0.193

2. Penentuan konsentrasi sampel 1


Dik : A = 0,693
Dit : Konsentrasi sampel ?
Jwb : y = 0,0351 x sebanding A = 0,0351 C
A

C = 0,0351
0,693

= 0,0351
= 19,744 ppm
3. Penentuan konsentrasi sampel 2
Dik : A = 0,695
Dit : Konsentrasi sampel ?
Jwb : y = 0,0351 x sebanding A = 0,0351 C
A

C = 0,0351
0,695

= 0,0351
= 19,801 ppm
4. Penentuan Energi serap
Dik : h = 6,63 x 10-34 J.s
c = 3 x 108 m/s

12

= 324,8 nm = 324,8 x 10-9 m


Dit : E serap
Jwb : E =

hc

6,63 x10 34 Js.3 x10 8 m / s


E=
324,8 x10 9 m

E = 0,0612 x 10-17J
Energi serap = 56% x 0,0612 x 10-17J = 3,4272 x 10-19J

I. Pembahasan
Pada percobaan ini ditentukan kadar Cu(ll) pada contoh uji dengan metode
spektrometri serapan atom (SSA). Prinsip dasar yang digunakan adalah interaksi radiasi
elektromagnetik dengan sampel/absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu. Untuk logam Cu menyerap cahaya pada 324,8
nm. Dengan spektroskopi konsentrasi suatu unsur atau senyawa dengan mudah dapat
dihitung dari kurva standar antara panjang gelombang dan konsentrasi larutan.
Ada 3 jenis larutan yang akan diuji, yaitu larutan blanko, larutan standar tembaga
dan larutan sampel. Larutan blanko dibuat untuk mengenolkan nilai absorbansi dan
digunakan untuk mengencerkan larutan stock menjadi larutan standar. Larutan blanko
dibuat dengan cara mengencerkan larutan HN03 pekat 16 M sampai pH mencapai 2.
penggunaan larutan HN03 bertujuan untuk mencegah terjadinya hidrolisis atau
pengendapan sehingga mempengaruhi jumlah cuplikan yang sampai ke nyala api. Jika
larutan blanko yang digunakan adalah NaOH, maka kemungkinan terbesar adalah
terjadinya hidrolisis dan proses pengkabutan tidak akan terjadi.
Cu2+ + NaOH
Cu(OH)2 + Na+
Konsentrasi larutan yang dibuat adalah 5ppm, 10ppm, 15ppm, 20ppm, 25ppm.
Konsentrasi dibuat 5 variasi (5 titik) karena dalam pembuatan kurva kalibrasi dengan 5
titik dapat mewakili garis yang dihasilkan. Jika dengan 5 titik tersebut kurva berbentuk
linier, maka titik selanjutnya akan berbentuk linier juga. Konsentrasi terkecil dari larutan
standar yang dibuat adalah 5ppm. Alasannya karena batas minimum absorbansi yang
dapat dideteksi yaitu 0,2 pada konsentrasi 5ppm. Hal ini sering disebut batas deteksi.

13

Sebelum dilakukan pengujian, alat SSA terlebih dahulu harus dioptimasi atau
diatur sedemikian sehingga memperoleh hasil analisis yang baik dan sempurna. Bahan
bakar yang digunakan adalah asetilen karena Cu merupakan logam yang mudah diuapkan
sehingga dibutuhkan suhu rendah dan asetilen ini mempunyai temperatur nyala yang
rendah, memudahkan terbentuknya atom netral dan meminimalkan pembentukan oksida
dari unsur yang diteliti misalnya CuO, Cu(OH)2 dll. Perbandingan antara asetilen dengan
oksigen yang digunakan adalah 2:4, pada perbandingan tersebut proses atomisasi dapat
terjadi.
Panjang gelombang diatur pada 324,8 nm. Panjang gelombang ini merupakan
panjang gelombang terbesar dari Cu untuk bertransisi dari tingkat dasar ke tingkat
eksitasi. Logam Cu mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda dan penjang
gelombang maksimumnya yaitu 324,8 nm. Untuk optimasi kuat arus lampu hollow
catoda bergatung pada unsur yang dianalisis. Kuat arus yang digunakan pada percobaan
ini adalah 22mA. Di dalam alat SSA terdapat celah atau lensa yang berfungsi untuk
menyeleksi atau memilih salah satu dari beberapa panjang gelombang yang berasal dari
lampu hollow catoda. Lebar celah tersebut perlu diatur untuk mencegah adanya gangguan
berbagai spekta. Lebar celah yang digunakan berukuran 0,7nm. Semakin kecil lebar celah
yang digunakan, maka semakin kecil gangguan spektra.
Dari hasil pengukuran absorbansi dengan konsentrasi bervariasi, diplotkan ke
dalam kurva absorbansi dan konsentrasi (kurva kalibrasi), sehingga diveroleh kurva linier
dengan persamaan Y=0,0351x dan regresi R= 0,9852. persamaan tersebut digunakan
untuk menghitung nilai konsentrasi Cu(ll) dari sampel yang sudah diketahui nilai
absorbansinya. Dari perhitungan konsentrasi Cu pada sampel 1 (A=0,693) adalah 19,744
ppm dan konsentrasi Cu pada sampel 2 (A=0,695) adalah 19,801.
Pada alat SSA, tertera angka energi 56% artinya 56% energi dari jumlah energi
keseluruhan digunakan untuk proses atomisasi yaitu sebesar 3,4272 x 10-19J.
Harga konsentrasi Fe (II) dalam sampel yang terukur secara kuantitatif tidak selalu
akurat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan, diantaranya:
1. Kesalahan dalam memipet.
2. Kesalahan dalam membaca miniskus pada tanda batas labu ukur.
Harga konsentrasi Fe (II) dalam sampel yang terukur secara kuantitatif tidak selalu
akurat, hal ini disebabkan oleh beberapa factor kesalahan, diantaranya:

14

3.
4.
5.
6.

Kesalahan dalam menimbang Fe(NH4OH)2SO4 yang kurang akurat


Kesalahan dalam memipet ( mikro pipet yang digunakan tidak memiliki skala mL ).
Kesalahan dalam membaca miniskus pada tanda batas labu ukur.
Kesalahan dalam membaca %T sehingga kurva yang dihasilkan tidak terlalu baik
( kurva kalibrasi tidak linier).

J. Kesimpulan
Penentuan kadar Cu(II) dalam sampel dapat ditentukan dengan menggunakan
teknik spektrofotometri SSA. Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan Y=0,0351x dan
regresi R= 0,9852. . Dari persamaan tersebut diperoleh konsentrasi Cu pada sampel 1
(A=0,693) adalah 19,744 ppm dan konsentrasi Cu pada sampel 2 (A=0,695) adalah
19,801. energi yang digunakan untuk proses atomisasi adalah 56%.

K. Daftar Pustaka
Anonim

(tanpa

tahun).

artikel.lib.unair.

[online].

Tersedia:

http://artikel.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-res-2007-handayaniu4032&PHPSESSID=9e247d730558e39fa21fdaf31d42e3a3 [14 Maret 2009]


Hendayana Sumar Dr. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP
Khopkar,SM .(2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
Tim Kimia Anorganik. (2008). Praktikum Kimia Anorganik. Bandung : Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
www.wikipedia.com

15

Lampiran
Perhitungan Pembuatan Larutan
1. Membuat Larutan Baku Fe (II) 100 ppm dalam 100 mL Larutan
Dik : M HN03 = 16 M
pH larutan blanko = 2
M larutan blanko = 0,01 M
V larutan blanko = 500 mL
Dit : Volume HN03 pekat
Jawab :
Mlaru tan blankoxVlaru tan blanko
MHNO3
0,01Mx500mL
=
16 M

Volume HN03 pekat =

= 0,31 mL
2. Membuat Larutan Standar dari Larutan baku Fe (II) 100 ppm
M1 = Konsentrasi larutan baku Cu(ll)
M2 = Konsentrasi larutan standar Cu (ll)
V1 = Volume larutan baku Cu (ll)
V2 = Volume larutan standar Cu (ll)
a. Larutan standar dengan konsentrasi 5 ppm
Dik : M1 = 1000 ppm
M2 = 5 ppm
V2 = 50 mL
Dit : V1 ?
Jwb :
M1V1 = M2V2
M 2V2
V1 =
M1
=

5 ppmx50mL
1000 ppm

= 0,25 mL
b. Larutan standar dengan konsentrasi 10 ppm
Dik : M1 = 1000 ppm
M2 = 10 ppm
V2 = 25 mL
Dit : V1 ?
16

Jwb :
M1V1 = M2V2
M 2V2
V1 =
M1
=

10 ppmx 25mL
1000 ppm

= 0,25 mL
c. Larutan standar dengan konsentrasi 15 ppm
Dik : M1 = 1000 ppm
M2 = 15 ppm
V2 = 25 mL
Dit : V1 ?
Jwb :
M1V1 = M2V2
M 2V2
V1 =
M1
=

15 ppmx 25mL
1000 ppm

= 0,375 mL
d. Larutan standar dengan konsentrasi 20 ppm
Dik : M1 = 1000 ppm
M2 = 20 ppm
V2 = 25 mL
Dit : V1 ?
Jwb :
M1V1 = M2V2
M 2V2
V1 =
M1
=

20 ppmx 25mL
1000 ppm

= 0,5 mL
e. Larutan standar dengan konsentrasi 25 ppm
Dik : M1 = 1000 ppm
M2 = 25 ppm
V2 = 25mL
Dit : V1 ?
Jwb :
M1V1 = M2V2
M 2V2
V1 =
M1
=

25 ppmx 25mL
1000 ppm

= 0,625 mL

17

Foto

Larutan standar (5ppm, 10ppm,15ppm, 20ppm, 25ppm)

Larutan Sampel

18

Anda mungkin juga menyukai