Anda di halaman 1dari 36

PENINGKATAN KEMAMPUAN Ganoderma, sp MELALUI

IRADIASI GAMMA DALAM MENDEGRADASI LIGNIN


PROPOSAL PENELITIAN

USWATUN HASANAH

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H

LEMBAR PENGESAHAN

Judul penelitian

Peningkatan Kemampuan Ganoderma, sp Melalui Iradiasi


Gamma Dalam Mendegradasi Lignin

Nama

Uswatun Hasanah

NIM

1111096000054

Program Studi

Kimia

Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta

Menyetujui,

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul Peningkatan Kemampuan Ganoderma, sp Melalui Iradiasi Sinar Gamma
Dalam Degradasi Lignin. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya proposal
penellitian ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Dra. Tri Retno Dyah Larasati, M.Si selaku Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan serta bimbingannya sehingga banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

2.

Nurhasni, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan


memberikan banyak masukan kepada penulis.

3.

Yusraini DIS, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

5.

Kedua orang tua, adik, kakak, dan keluarga tercinta atas segala doa,
pengorbanan, nasihat dan motivasinya kepada penulis.

6.

Segenap dosen program studi Kimia atas ilmu pengetahuan dan ilmu hidup
yang dengan ikhlas diajarkan kepada penulis.

7.

Teman-teman Kimia angkatan 2011 yang senantiasa memberi dukungan,


motivasi dan keceriaan kepada penulis.

8.

Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca. Harapan penulis semoga proposal penelitian ini
dapat dilakukan sesuai dengan rancangannya.

Jakarta, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................

iv

DAFTAR ISI .............................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

1.1. Latar Belakang ....................................................................................

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................


1.3. Hipotesis .............................................................................................

1.4. Tujuan .................................................................................................

1.5. Manfaat ...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

2.1. Lignin ..................................................................................................

2.2. Selulase ...............................................................................................

2.3. Hemiselulase .......................................................................................

2.4. Enzim Pendegradasi Lignin ................................................................

2.5. Ganoderma, sp ....................................................................................

2.6. Iradiasi Sinar Gamma Co-60 ...............................................................

10

2.7. Parameter Proses Degradasi Lignin ....................................................

12

2.7.1. pH ..............................................................................................

12

2.7.2. Bobot Kering Miselia ...............................................................

13

2.7.3. Aktivitas Enzim .......................................................................

13

2.7.4. Degradasi Lignin ......................................................................

14

2.8. Spektrofotometer UV-Vis ...................................................................

14

BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................

16

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................

16

3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................

16

3.2.1. Alat ............................................................................................

16

3.2.2. Bahan ........................................................................................

16

3.3. Rancangan Penelitian ..........................................................................

17

3.4. Cara Kerja ...........................................................................................

17

3.4.1. Preparasi Serbuk Kayu Jati Putih (Gmelina arborea Roxb.) ................

17

3.4.2. Iradiasi Fungi .......................................................................................

17

3.4.3. Preparasi Kultur Fungi Ganoderma, sp ...............................................

18

3.4.4. Fermentasi Cair Substrat Kayu Jati Putih


(Gmelina arborea Roxb.) .................................................................

18

3.4.5. Penentuan Viabilitas Fungi .................................................................

19

3.4.6. Evaluasi Hari Ke 0, 4, 8, dan 12 ...............................................

20

3.4.6.1. Pengukuran pH ...........................................................

20

3.4.6.2. Pengujia komponen lignoselulosa ..............................

20

3.4.6.3. Bobot Massa ...............................................................

22

3.4.7. Analisis Data ............................................................................

22

3.4.8. Jadwal Penelitian .....................................................................

23

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

24

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perlakuan Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Pada Jamur Pelapuk
Putih ...........................................................................................

18

Tabel 2. Jadwal Penelitian .........................................................................

22

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Satuan Penyusun Lignin ..........................................................

Gambar 2. Fungi Ganoderma, sp .............................................................

10

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Indonesia saat ini masih banyak memiliki limbah pertanian, seperti kayu,

dan serbuk geragaji. Limbah pertanian yang mengandung banyak bahan


lignoselulosa yang sulit didegradasi. Kesulitan yang dihadapi dalam proses
degradasi lignoselulosa adalah susunan yang heterogen dari polisakarida yang
terdapat pada dinding sel. Selulosa merupakan polimer linier dari D-glukosa yang
terikat pada ikatan 1,4 glikosidik dan sangat erat berasosiasi dengan hemiselulosa
dan lignin.
Lignoselulosa adalah makromolekul kompleks yang terdiri dari lignin,
selulosa dan hemiselulosa. Lignin adalah polimer yang sangat tidak teratur dan
tidak larut, memiliki ikatan kovalen dengan hemiselulosa dan lignin. Kabohidrat
kompleks yang membungkus selulosa di dinding sel tumbuhan (Perez et al., 2002).
Enzim pendegradasi lignoselulosa adalah selulase yang banyak digunakan dalam
berbagai industri seperti industri makanan, farmasi, tekstil, detergen, dan
sebagainya (Trisanti, 2009). Enzim dapat diproduksi oleh kelompok bakteri,
kapang maupun khamir.
Jamur adalah eukariotik berfilamen tanpa klorofil yang melakukan
pencernaan berbagai senyawa karbon secara eksternal. Sumber karbon dapat
diperoleh dari dalam kayu, yang terdiri atas matrik yang kompleks yaitu selulosa,

lignin, dan hemiselulosa, sehingga diperlukan perlakuan kimia untuk mendapatkan


degradasi enzimatik selulosa kayu yang efektif (Yoshimura, 1995)
Jamur lebih dapat mendegradasi lignin dari pada mikroba atau bakteri
karena mampu mensintesis enzim ligninase. Ada tiga enzim ligninase dari jamur
yaitu lignin peroxidase (LiP), mangan peroxidase (MnP), dan laccase (Singh,
2006). White rot fungi merupakan mikroorganisme yang paling aktif dalam
pendegradasian lignin, yang menghasilkan CO2 dan H2O dalam mendegradasi
lignin (Hattaka, 1995). Dibandingkan jamur yang lainnya, jamur pelapuk putih
mempunyai jenis yang paling aktif mendegradasi lignin. Jamur pelapuk putih
memerlukan sumber karbon sebagai energi tanaman atau nutrisinya agar kandungan
polisakarida dalam kayu tidak didegradasi (Howard et al., 2003)
Jamur yang sering digunakan adalah jenis ganoderma, sp karena jika tidak
diberikan perlakuan dalam jangka waktu lama akan bersifat patogen bagi tanaman
tersebut jadi diberikan variasi dosis agar ganoderma, sp tersebut tidak bersifat
patogen (Hattaka, 1995)
Iradiasi sinar gamma dosis rendah mampu meningkatkan aktivitas enzim
oxamyl peptisida pada jamur Trichoderma, spp. Dosis rendah pada radiasi pengion
dalam mikroorganisme bertanggungjawab dari dipercepatnya aktivitas enzim.
Trichoderma, spp mampu meningkatkan 0.5 KGy dan pada hasil akhir persentase
yang menunjukan aktivitas enzim paling tinggi berada di dosis 250 Gy iradiasi sinar
gamma (Afify et al., 2013)
Pada penelitian terdahulu telah dilakukan isolat kapang tanah dalam
mendegradasi lignin. Pada hasil akhirnya isolat kapang yang mampu mendegradasi

lignin ada 4 yaitu Gliomastix, sp, Myselia sterilia, Penicillium, sp, dan Mortiriella
dari 18 genus yang diteliti. Tetapi, yang paling optimum untuk mendegradasi lignin
adalah isolat kapang Gliomastix, sp dari hasil uji skrining degradasi lignin dan uji
degradasi lignin menggunakan media cair.(Yuni et al., 2010). Pada penelitian lain
telah dilakukan degradasi lignin batang jagung dengan jamur pelapuk putih
Phanerochaete chrysosporium. Jamur Phanerochaete chrysosporium dapat
mendegradasi lignin pada batang jagung dengan hasil yang baik pada waktu
inkubasi 30 hari. Pada waktu inkubasi tersebut selain mampu mendegradasi lignin
jamur Phanerochaete chrysosporium juga dapat degradasi enzim selulase walaupun
dalam relative rendah (Fadilah et al., 2008).
Penelitian ini akan menggunakan iradiasi sinar gamma dosis rendah untuk
mendegradasi lignin pada Ganoderma, sp. Dosis iradiasi sinar gamma yang
digunakan adalah 0 Gy; 200 Gy; 400 Gy; 600 Gy; 800 Gy; 1000 Gy. Dosis inokulan
yang digunakan 0,1 mL, 1 mL, 10 mL.

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah radiasi sinar gamma dosis rendah berpengaruh pada kemampuan
jamur Ganoderma, sp dalam mendegradasi lignin?
2. Apakah dosis inokulan berpengaruh pada kemampuan Ganoderma, sp
dalam mendegradasi lignin?

1.3

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Radiasi sinar gamma dosis rendah akan berpengaruh pada kemampuan
jamur Ganoderma, sp dalam mendegradasi lignin.
2. Dosis inokulan berpengaruh pada kemampuan Ganoderma, sp dalam
mendegradasi lignin?

1.4

Tujuan
1. Mengetahui dosis optimum dari radiasi sinar gamma dalam mendegradasi
lignin pada Ganoderma, sp.
2. Mengetahui masing-masing dosis inokulan pada Ganoderma, sp dalam
mendegradasi lignin.

1.5

Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

mengenai kemampuan fungi atau kapang jenis Ganoderma, sp yang sudah di


stimulasi dengan iradiasi sinar gamma dosis rendah. Selain itu dapat menjadi solusi
alternatif untuk mengurangi jumlah limbah lignoselulosa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Lignin
Secara morfologi lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam

lamela tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder. Selama perkembangan


sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir di dalam dinding sel, menembus
di antara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel (Fengel dan Wegener,
1995). Lignin terbentuk melalui polimerasi tiga dimensi turunan dari sinamil
alkohol terutama -kumaril, koniferil dan sinapil alkohol dengan bobot molekul
mencapai 11.000. Lignin yang melindungi selulosa bersifat tahan terhadap
hidrolisis karena adanya ikatan arilalkil dan ikatan eter (Perez et al., 2002).
Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan
polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin yang merupakan polimer aromatik
berasosiasi dengan polisakarida pada dinding sel sekunder tanaman dan terdapat
sekitar 20-40% . Komponen lignin pada sel tanaman (monomer guasil dan siringil)
berpengaruh terhadap pelepasan dan hidrolisis polisakarida.
Lignin dapat dibagi menjadi beberapa kelas menurut unsur-unsur
strukturnya. Satuan penyusun lignin dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Satuan penyusun lignin (Eaton dan Hale, 1993)


Lignin bersifat tahan terhadap degradasi oleh sebagian besar mikroba.
Lignin sulit didegradasi karena strukturnya yang kompleks dan heterogen yang
berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman. Lebih dari 30
persen tanaman tersusun atas lignin yang memberikan bentuk yang kokoh dan
memberikan proteksi terhadap serangga dan patogen (Orth et al., 1993). Meski
demikian, fungi tertentu mampu menguraikan lignin secara selektif.

2.2.

Selulosa
Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam,

melainkan selalu berikatan dengan bahan lain yaitu lignin dan hemiselulosa. Serat
selulosa alami terdapat di dalam dinding sel tanaman dan material vegetatif lainnya.
Selulosa mengandung komponen C sebesar 44.4%, komponen H sebesar 6.2%, dan
komponen O sebesar 49.3%. Rumus empiris selulosa adalah (C6H10O5)n, dengan
banyaknya satuan glukosa yang disebut dengan derajat polimerisasi (DP), yang
jumlahnya mencapai 1.200-10.000 dan panjang molekul sekurang-sekurangnya
5.000 nm (Sjostrom, 1995). Bobot molekul selulosa rata-rata sekitar 400.000.

Mikrofibril selulosa terdiri atas bagian amorf (15%) dan bagian berkristal
(85%). Struktur berkristal dan adanya lignin serta hemiselulosa di sekeliling
selulosa merupakan hambatan utama untuk menghidrolisis selulosa.
Berdasarkan pemisahan menggunakan alkali (NaOH), selulosa dibagi
menjadi tiga jenis yaitu -selulosa, -selulosa dan -selulosa. - selulosa dalam
keadaan basa ada dalam keadaan tidak larut, -selulosa ada dalam bagian terlarut
melalui katalis oleh asam, dan -selulosa adalah bagian yang dapat larut tanpa perlu
katalis (Fengel dan Wegener, 1995).
Degradasi selulosa merupakan proses pemecahan polimer anhidroglukosa
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Proses tersebut akan menghasilkan
oligosakarida, disakarida atau trisakarida seperti selobiosa, glukosa monomer atau
produk degradasinya. Produk utama degradasi selulosa adalah glukosa dan
selobiosa (Judoamidjojo et al., 1989). Hasil degradasi tersebut selanjutnya
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat produk yang lebih bernilai ekonomis seperti
asam amino dan asam karboksilat.

2.3.

Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat

molekul rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 % dari berat kering
bahan lignoselulosa (Taherzadeh, 1999). Hemiselulosa relatif lebih mudah
dihidrolisis dengan asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannose,
galaktosa, xilosa dan arabinose. Hemiselulosa mengingkat lembaran serat selulosa
membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa

juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan
sktruktur yang kuat.

2.4.

Enzim Pendegradasi Lignin


Enzim pendegradasi lignin (lignolitik) terdiri dari lakase (polifenol

oksidase), lignin peroksidase (Li-P) dan mangan peroksidase (Mn-P). Ketiganya


merupakan multi enzim ekstraseluler yang berperan dalam proses depolimerisasi
lignin. Ketiga enzim tersebut dapat dihasilkan oleh jamur pelapuk putih Omphalina
sp dan Pleurotus ostreatus (Widyastuti, et al.., 2007). Lakase, selain berperan
dalam proses bioremediasi, juga bermanfaat dalam industri kertas (biopulping dan
biobleaching). Produksi lakase dari Omphalina sp. cukup potensial digunakan
untuk mendelignifikasi material lignoselulosa dari tandan kosong kelapa sawit
(Siswanto et al., 2007).
Selain itu Lentinus squarrosulus dan Psathyrella atroumbonata juga
diketahui dapat mendegradasi lignin (Wuyep, et al., 2003). Lobos, et al., (2001)
melaporkan bahwa Ceriporiopsis subvermispora juga mempunyai kemampuan
kuat dalam mendegradasi lignin. Selain dengan cara enzimatis, proses degradasi
lignin dapat dilakukan secara kimia yaitu dengan me-nambahkan asam (asam sulfat,
asam perklorat dan asam khlorida).

2.5.

Ganoderma, sp
Taksonomi Fungi ganoderma, sp (Ratnaningtyas NI, 2009) adalah sebagai

berikut:
Kingdom

: Fungi

Filum

: Basidiomycota

Kelas

: Agaricomycetes

Ordo

: Polyporales

Famili

: Ganodermataceae

Genus

: Ganoderma

Spesies

: Ganoderma
Ganoderma sp. merupakan jamur patogen (penyebab penyakit) akar merah

yang menyebabkan kerusakan tanaman perkebunan dan kehutanan. Karena sifatnya


yang memiliki kisaran inang yang luas, tidak mengherankan kalau Ganoderma sp.
menyerang berbagai jenis tanaman kehutanan dan perkebunan, misalnya beberapa
spesies akasia (Acacia mangium, A. auriculiformis, A. oraria), sengon
(Paraserianthes falcataria), flamboyan (Delonix regia), cemara (Casuarina
equisetifolia), angsana (Pterocarpus indicus), dan kelapa sawit (Widyastuti, 2007).
Ganoderma adalah fungi poliporus yang banyak dijumpai tumbuh di dalam
vegetasi berkayu, yaitu pada tonggak-tonggak berbagai jenis kayu dan sebagian
pada batang-batang kayu pohon hidup. Fungi ini dideskripsikan pertama kali oleh
Karsten (1881). Turner (1981) melaporkan bahwa paling sedikit terdapat 15 species
Ganoderma di berbagai tempat di dunia,yang menyebabkan penyakit busuk pangkal
batang. Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 250 jenis dan marga Ganoderma
di seluruh dunia. Jumlah tersebut masih ada yang tumpang tindih (hanya
sinonimnya), sehingga jumlah sebenarnya kurang dari 250 (Susanto, 1998).

Tubuh buah fungi mula-mula tampak sebagai suatu bongkol kecil berwarna
putih, kemudian berkembang menjadi berbentuk kipas tebal dengan bentuk yang
sangat bervariasi. Bagian bawah tubuh berpori dan kadang-kadang tubuh buah
seperti mempunyai tangkai. Seringkali banyak tubuh buah terbentuk berdekatan,
saling menutupi atau sa1ing bersambungan. sehingga menjadi suatu susunan yang
besar (Sumardi dan Widiastuti, 2001).
Disamping hidup sebagai parasit, Ganoderma sp. mampu hidup sebagai
saprofit dengan memanfaatkan sisa-sisa tanaman, seperti sisa-sisa akar dalam tanah,
ranting-ranting, dan batang pohon di hutan (Semangun, 2000).

Gambar 2. Fungi Ganoderma, sp (Sumber: Ratnaningtyas NI, 2009)

2.6.

Iradiasi Sinar Gamma Co-60


Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam

bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber
energi. Radiasi dengan tingkat energi yang terukur atau diketahui dosisnya disebut
iradiasi. Iradiasi dengan energi yang tinggi dapat mengadakan reaksi dengan obyek
yang dikenainya melalui ionisasi, yaitu dihasilkannya ion-ion dalam bahan yang

10

ditembus oleh energi tersebut (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2009). Pada dosis
tinggi, radiasi dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan
dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau
mengubah reaksi kimia sel yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
perubahan susunan kromosom (Poespodarsono, 1988).
Pengaruh radiasi terhadap spesimen biologis bergantung pada total energi
yang diabsorpsi dan jenis radiasi pengion. Jumlah unit energi yang diserap per
satuan massa akibat radiasi dinyatakan dalam rad (radiation absorbtion dose) atau
Grey / Gy (Bueche dan Wallach, 1994).
Sinar gamma dosis rendah merupakan iradiasi sinar gamma dengan dosis
kurang dari 1000 Gy (BPOM, 1986). Penggunaan iradiasi sinar gamma pada kultur
in vitro umumnya dilakukan pada dosis rendah (Al-Safadi et al., 2000; La Vina et
al., 2001). Penggunaan iradiasi sinar gamma dengan dosis rendah dapat
menstimulasi pertumbuhan tanaman secara in vitro (Al-Safadi et al., 2000). Selain
itu juga dapat menginduksi perubahan fisiologi dan biokimia tanaman (Berezina
dan Kaushanskii, 1989). Iradiasi sinar gamma sebaiknya dilakukan pada sel-sel
yang masih aktif membelah seperti kalus karena sel-sel tersebut bersifat sensitif
terhadap iradiasi sinar gamma.
Pada umumnya sinar gamma yang digunakan untuk radiasi adalah hasil
peluruhan inti atom Co-60. Co-60 adalah sejenis metal yang mempunyai
karakteristik hamper sama dengan besi atau nikel (Sinaga 2000). Sinar gamma
memiliki energy yang tinggi sehingga daya penetralannya ke dalam sel lebih besar.
Sinar gamma efektif untuk menembus dinding sel yang dimiliki fungi.

11

Dosis iradiasi yaitu jumlah energi radiasi yang diserap kedalam bahan.
Penggunaan dosis radiasi bergantung pada beberapa hal, yaitu: populasi
mikroorganisme, daya tahan mikroorganisme, lingkungan saat radiasi, waktu
iradiasi dan tujuan dari iradiasi (Suwadji 1980). Menurut Lydia et al., 1994, mutasi
akibat radiasi dapat menstimulasi fungi untuk meningkatkan enzim. Hal tersebut
menjadi dasar perlunya dilakukan proses iradiasi untuk membantu produktivitas
enzim.

2.7.

Parameter Proses Degradasi Lignin

2.7.1. pH
Derajat keasaman (pH) mempengaruhi proses degradasi lignin oleh jamur
dan kerja enzim. Pada pH optimum, jamur akan tumbuh dengan baik sehingga
enzim yang dihasilkan optimal, sehingga proses degradasi lignin berlangsung
dengan baik (Ali dan Muhammad, 2008). Tetapi, dengan adanya aktivitas degradasi
lignin itu dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH dalam lingkungan medium
(Widyastuti, 2007). Dan disisi lain perubahan pH sangat mempengaruhi kerja
enzim ligninase.
Disamping itu, pengukuran pH juga sesuai untuk pertumbuhan jamur. Di
laboratorium umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu
antara 4,5-8,0 dengan pH optimum antara 5,5-7,5 atau bergantung pada jenis
jamurnya. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan jamur juga tidak dapat dinyatakan
secara umum karena bergantung pada beberapa faktor, seperti ketersediaan ion
logam tertentu, permeabilitas membran sel yang berhubungan dengan permukaan
ion, produksi CO2, NH3 dan asam organik (Lim, 1998). Media pH berpengaruh juga

12

terhadap pertumbuhan dan produksi enzim. Pada umumnya jamur tumbuh dan
menghasilkan berbagai macam enzim pada kisaran pH asam. (Widyastuti, 2007)
2.7.2. Bobot Massa
Persentase miselium rendah dan tingginya disebabkan beberapa hal antara
lain karakter sampel, kadar air, pH, suhu, kontaminasi dan serangan hama. Masa
pertumbuhan miselium jamur membutuhkan kelembaban udara 60-75% dan
miselium jamur tumbuh optimal pada media tumbuh yang memiliki kandungan
(kadar) air sekitar 65% (Maryati, 2009). Suhu optimum untuk jamur adalah 28oC,
sedangkan untuk pertumbuhan badan buah jamur suhu optimum 22-25oC
(Gunawan, 1997).
Jika kadar air dalam media >78%, maka substrat menjadi anaerobik dan
miselium jamur tidak dapat tumbuh dan berkembang, akhirnya miselium mati dan
tubuh buah jamur tidak dihasilkan (Sohi dan Upadhyay, 1989). Kisaran pH
optimum untuk jamur adalah 4,5-7,5 sedangkan untuk pertumbuhan badan buah
jamur pH optimum 5,5. Nilai pH optimum tersebut mendekati nilai pH pada control
sehingga mendukung pertumbuhan miselium dengan baik (Gunawan, 1997).
2.7.3. Aktivitas Enzim
Lignin Peroksidase (LiP) merupakan enzim peroksidase ekstraseluler yang
aktivitasnya bergantung pada H2O2. Veratil alkohol merupakan produk metabolit
sekunder, substrat untuk LiP dan menstimulasi kerjanya tetapi kemungkinan bukan
sebagai mediator elektron akan tetapi dengan mendonasikan elektron ke LiP.
Sehingga akan membuat siklus katalitiknya menjadi lengkap (Akhtar et al., 1997).
Sumber karbon mempengaruhi aktivitas LiP. Aktivitas enzim ini sangat
tinggi jika jamur ditumbuhkan pada Indulin AT dan berbeda nyata dengan aktivitas

13

enzim jamur-jamur yang ditumbuhkan pada media dengan sumber karbon lainnya.
Sumber karbon ini kurang berpengaruh terhadap produksi enzim ligninolitik.
Hanya Indulin AT yang dapat dipergunakan sebagai media penginduksi enzim
ligninolitik (Typuk, 2006)
2.7.4. Degradasi Lignin
Uji degradasi lignin di medium cair merupakan salah satu konfirmasi dari
uji skrining degradasi lignin pada medium padat. Uji degradasi lignin diukur
berdasarkan nilai absorbansi pada panjang gelombang 232 nm (Agustina, 2007).
Besarnya persen penurunan nilai lignin menyatakan seberapa besar kemampuan
enzim dalam menguraikan lignin. (Subowo, 2010)
Proses degradasi lignin secara kimia dapat terjadi menggunakan proses
pemanasan uap dengan reagen feton. Feton terdiri dari hydrogen peroksida dan
ferro sulfat yang mampu mendegradasi lignin. (Bentivenga, 2003)

2.8.

Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang

digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi
(Khopkar, 2003).

14

Spektroskopi UV-Vis telah menjadi salah satu teknik spektroskopi absorpsi


yang banyak dimanfaatkan karena relatif sederhana dan praktis digunakan dalam
berbagai jenis analisis, misalnya senyawa organik, anorganik, maupun dalam
bidang mikrobiologi (Day et al, 2002). Spektrokopi ini hanya terjadi bila terjadi
perpindahan dari tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi.
Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan
sebutan tereksitasi singlet, sehingga dapat didefinisikan bahwa spektroskopi UVVis adalah interaksi radiasi elektromagnet dengan molekul akan menyebabkan
terjadinya interaksi elektron (Khopkar ,2003).
Prinsip dasar pada spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada pengukuran
jumlah cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan oleh molekul-molekul dalam
larutan. Ketika panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan, sebagian
energi cahaya tersebut akan diserap (diabsorbsi). Besarnya energi tersebut dapat
mendorong elektron dari orbital ikatan ke orbital non ikatan. Energi yang masuk
akan diabsorbsi pada lamdaa yang spesifik (Mulja ,1995).
Absorbansi dari larutan sampel yang diukur oleh spektrofotometer UV-Vis
digunakan untuk mengukur intensitas sinar yang dilalui menuju sampel (1) dan
membandingkannya dengan intensitas sinar sebelum dilewatkan ke sampel tersebut
(10). Rasio 1/10 disebut transmitan (T), sedangkan absorbans diperoleh dari
transmitan tersebut dengan rumus A = -log T, sesuai dengan hukum dasarnya yaitu
hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer ini juga memiliki kelemahan, yaitu
kenaikan konsentrasi menjadi 2x konsentrasi tidak mengubah nilai serapan menjadi
2x serapan mula-mula. Ketidaklineran hubungan antara serapan dengan konsentrasi
tersebut dinamakan penyimpangan dari hukum Lambert-Beer (Harvey, 2000).

15

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015 di

Laboratorium Lingkungan, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir
Nasional (PAIR-BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

3.2.

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat
Alat yang digunakan antara lain: autoclave, oven, laminar air flow, timbangan

digital, inkubator, rotary shaker, kertas saring Whatmann no.1, spektrofotometer tipe
20 D, magnetic stirrer, ose, hand sprayer, Bunsen, petri disk, sumber isotop Cobalt60 dalam chamber IRPASENA 4000A, dan peralatan gelas lainnya.
3.2.2

Bahan
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kultur Ganoderma sp.

hasil biakan Laboratorium Biologi Universitas Nusa Bangsa (UNB)-Bogor, LA


(Lignin Agar), L (Lignin),, Potato Dextrose Agar (PDA), KH2PO4, MgSO4. 7H2O,
CaCl2. 2H2O, FeSO4. 7H2O, MnSO4, Yeast ekstrak, alkohol 70%, veratril alcohol 8

16

mM, H2O2 5 mM, buffer asetat 0,05 M pH 3, aquades, aluminium foil, kapas dan kertas
label.

3.3.

Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL)

faktorial dengan 2 faktor dan 4 ulangan, faktor pertama yaitu dosis iradiasi meliputi :
0, 200, 400, 600, 800 dan 1000 Gy. Faktor kedua yaitu jenis dosis inokulan : 0,1 mL,
1 mL, 10 mL.

3.4.

Cara Kerja

3.4.1. Preparasi Serbuk Kayu Jati Putih (Gmelina arberoa Roxb.)


Kayu jati putih (Gmelina arberoa Roxb.) dikeringkan dan dicacah dengan
chopper mekanis, kemudian dihaluskan dengan cutting mill dan diayak sehingga
diperoleh substrat serbuk kayu jati putih dengan ukuran partikel < 2 mm. Pada
penelitian ini dilakukan perlakuan pendahuluan dengan NaOH. Pada perlakuan
pendahuluan alkali, ke dalam substrat ditambahkan larutan NaOH 1% dengan
perbandingan 1:10. Masing-masing campuran bahan tersebut diaduk secara merata dan
dibiarkan selama 1-2 jam kemudian dilakukan pencucian sebanyak 2-3 kali dengan air
mengalir dan dikeringkan dalam oven pada 40C sampai diperoleh berat yang konstan.

3.4.2

Iradiasi Fungi

17

Perkembangbiakan Ganoderma sp yang berumur 3-7 hari tersebut kemudian


diiradiasi sinar Gamma isotop Cobalt-60 dalam chamber IRPASENA 4000A dengan
laju dosis 2,1 kGy/jam. Dosis iradiasi yang digunakan adalah 0 Gy (kontrol, tanpa
iradiasi); 200 Gy; 400 Gy; 600 Gy; 800 Gy dan 1000 Gy. (Afify et al., 2013)

3.4.3. Preparasi Kultur Fungi Ganoderma, sp


Strain fungi Ganoderma, sp diperoleh dari koleksi kultur terseleksi yang
dipelihara dalam slent dengan media PDA pada 4C di Laboratorium Biologi
Universitas Nusa Bangsa (UNB)-Bogor. Kultur fungi ini dikultivasi dalam media
Potatoes Dextrose Broth (PDB) dengan shaker mekanis pada 150 rpm dan suhu ruang
sekitar 28-32C selama 4 hari, kemudian disebarkan pada permukaan media Potatoes
Dextrose Agar (PDA) di dalam cawan petri dan diinkubasi pada 32C selama 4 hari.
Setelah kultur fungi tumbuh secara merata pada permukaan PDA dalam cawan petri
kemudian dipindah tanam ke permukaan media PDA di dalam tabung slent dan
diinkubasi pada 32C selama 7 hari sebelum perlakuan iradiasi gamma.

3.4.4. Fermentasi Cair Substrat Kayu Jati Putih (Gmelina arberoa Roxb.)
Sebanyak 2 g (berat kering) substrat kayu jati putih dimasukkan ke dalam botol
yang berukuran 250 ml kemudian ditambahkan 100 ml larutan nutrisi dan garam
mineral. Setiap liter larutan nutrisi dan garam mineral mengandung 24g PDB, 5g yeast
ekstrak, 1g (NH4)2SO4, 0,5g KH2PO4, 0,5g K2HPO4 dan 0,2g MgSO4.7H2O. Semua
medium SmF disterilkan dengan autoclave pada 121C selama 2x15 menit kemudian

18

didinginkan. Ke dalam 30 ml medium SmF steril diinokulasi masing-masing dosis


sesuai dengan rancangan penelitian kultur cair fungi Ganoderma, sp dengan kerapatan
masing-masing sekitar 106 spora/ml, kemudian diinkubasi dalam shaker mekanis pada
75 rpm dan suhu ruang 28-32C selama 12 hari.

3.4.5.

Penentuan Viabilitas Fungi (Nakagiri, 2005)


Dimasukkan 0,9 mL NaCl 0,85 % ke dalam mikrotube dan dilakukan

pengenceran dari 10-2 dan seterusnya. Selanjutnya pada pengenceran yang dikehendaki
diambil sebanyak 0,1 mL kedalam media PDA dan diinkubasi pada suhu 37oC selama
2-3 hari. Perhitungan total fungi dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC).

Tabel 1. Perlakuan Pengaruh Radiasi Sinar Gamma pada Jamur Pelapuk Putih
F1
F2
0 Gy
200 Gy
400 Gy
600Gy
800Gy
1000 Gy

0.1 mL
GnA0
GnA200
GnA400
GnA600
GnA800
GnA1000

Keterangan : F1

Ganoderma, sp
1 mL
10 mL
GnB0
GnC0
GnB200
GnC200
GnB400
GnC400
GnB600
GnC600
GnB800
GnC800
GnB1000
GnC1000

= faktor pertama, variasi dosis radiasi sinar gamma


( 0- 1000 Gy)

19

F2

= factor kedua, dosis inokulan (0.1; 1; 10 mL)

Gn

= Ganoderma sp

= Dosis inokulan 0.1

= Dosis inokulan 1

= Dosis inokulan 10

3.4.6. Evaluasi Hari Ke-0, 4, 8, dan 12


3.4.6.1. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram
dan ditambahkan akuades sebanyak 10-15 mL. Selanjutnya dihomogenkan
menggunakan shaker mekanis selama 15 menit dan diukur dengan menggunakan pH
meter.
3.4.6.2. Kandungan Lignoselulosa metode Chesson-Datta(Isroi, 2013)
1 gram sampel direflux selama 2 jam dengan 150 mL H2O pada suhu 100O C
dan ditimbang (a). Kemudian, residu sampel yang telah dikeringkan direflux selama 2
jam dengan 150 mL0.5 M H2SO4 pada suhu 100O C dan ditimbang (b) dapat diketahui
kadar Hemiselulosa.
Kadar Selulosa, residu sampel yangtelah dikeringkan diperlakukan dengan
menambahkan 10 mL 72 % (v/v) H2SO4 pada suhu kamar selama 4 jam, kemudian
diencerkan menjadi 0.5 M H2SO4 dan direflux pada suhu 100O C selama 2 jam dan
ditimbang (c).

20

Kadar Lignin, residu sampel yang telah dikeringkan kemudian diabukan


dengan furnace pada suhu 25O C hingga beratnya constant dan ditimbang (d).
kemudian, menentukan kadar abunya (e).
Perhitungan kandungan lignoselulosa:

100%Hemiselulosa (%) =

Selulosa (%)

Lignin (%)

Abu (%)

100%

100%

100%

21

3.4.6.1. Bobot Massa


Berat massa sel dianalisis dengan metode gravimetri. Panen miselia dilakukan
dengan cara penyaringan menggunakan kertas saring Whatman no.1 yang sudah
diketahui beratnya. Kemudian, ditimbang kembali kertasnya hingga hasilnya constant.

3.4.7. Analisa Data


Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analysis of variance
(ANOVA) pada SPSS versi 20.0 dengan batas kepercayaan sebesar 95% ( = 0,05) dan
uji lanjut Duncan. Pengujian hipotesis didasarkan pada ketetapan H0 dan H1.
H0= Ganoderma, sp yang diberikan dosis inokulan paling optimum dapat
mendegradasi lignin.
H1= Ganoderma, sp yang tidak diberikan dosis inokulan dapat mendegradasi lignin.
Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai signifikansi, yaitu :
Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

22

3.4.8. Jadwal Penelitian


Penelitian mengenai peningkatan kemampuan Ganoderma, sp melalui iradiasi
gamma dalam degradasi lignin akan dilakukan dengan rancangan kegiatan sebagai
berikut:
Tabel 2. Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Pembuatan proposal
Seminar proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Penyusunan skripsi
Seminar hasil
Sidang
Pendaftaran wisuda

23

DAFTAR PUSTAKA

Afify Abd El-Moneim MR, Mohamed A Abo-El-Seoud, Ghada M Ibrahim and


Bassam W Kassem. 2013. Stimulating of Biodegradation of Oxamyl
Pesticide by Low Dose Gamma Irradiated Fungi. J Plant Pathol Microb,
Vol.4 (9)
Al-Safadi B., Ayyoubi Z., and Jawdat D. 2000. The Effect of Gamma Irradiation
on Potato Microtuber Production In Vitro. Plant Cell, Tissue and Organ
Culture, 61: 183-187.
Akhtar M., R.A. Blanchette and T.K. Kirk. 1997. Fungal Delignification and
Biomechanical Pulping of wood. Advances in Biochemical Engineering
Biotechnology, 57:159-195
Agustina, I. 2007. Studi Pendahuluan Enzim Lignolitik Jamur Tremetes versicolor.
Tugas Akhir. Kimia FMIPA ITS: Surabaya.
Bentivenga, G., Bonini, C., DAuria, M., and Bona, A. D. 2003. Degradation of
Steam-exploded Lignin from Beech by Using Fentons Reagen. Biomass
and Bioenergy. 24: 233-238.
Berezina N.M., and D.A. Kaushanskii. 1989. Pre-sowing Irradiation of Plant
Seeds. Oxonian Press PVT. Ltd., New Delhi.
Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2009.
Dashtban, M., Schraft, H., Qin, W. 2009. Fungal Bioconversion Of Lignocellulosic
Residue; Opportunities dan Perpectives. Int. J. Biol Sci. 578-595
Datta, Subodh K, Debasis Chakrabarty, Arvind Kumar V, Biresh Kumar B. 2011.
Gamma Ray Chromosomal Aberration and Enzyme Related Defense
Mechanism in Allium Cepa L. Caryologia, Vol. 64 (4): 388-397
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga
Eaton, R. A. dan M.D.C. Hale, 1993. Wood: Decay, pest and protection. Chapman
and Hall, Cambridge. Pp.313-314.

24

Fadilah, Sperisa D, Enny Kris. A, Arif, J. 2008. Biodelignifikasi Batang Jagung


Dengan Jamur Pelapuk Putih Phanerochaete crysosporium. Ekuilibrium,
Vol. 7 (1): 7-11
Fengel, D., G. Wegener. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
Diterjemahkan oleh Hardjono Sastrohamidjoyo. Cetakan I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta. Hal. 124-154.
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw-Hill. New York
Hattaka, A. 1995. Modifying Enzymes from Selected White-Rot Fungi: Production
and Role in Lignin Degradation. Microbiology. 13: 125- 135.
Hawksworth, D.L. 1991. The Fungal Dimension Biodiversity. Mycological
Research: 95 (6) . 641-645
Howard, R.L., Abotsi, E., J. van Rensburg E.L., and Howard, S. 2003.
Lignocellulose Biotechnology: Issue of Bioconversion and Enzyme
Production. African J. of Biotech. Vol 2(12), 602-619.
Johjima, T., Itoh, N., Kabuto, M., Tokimura, F., Nakagawa, T., Wariishi, H., and
Tanaka, H., 1999, Diretct Interaction of Lignin and Lignin Peroxidase from
Phanerochaete chrysosporium, Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 96, 1989-1994
Karsten P. 1881. Enumeratio Boletinearum et Polyporearum Fennicarum,
Systemate novo dispositarum. Rev. Mycol. (Toulouse) 3: 16-19
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Kirk T.K. and R.L. Farrell. 1987. Enzymatic combustion: the microbial
degradation of lignin. Ann. Rev. Microbiol. 41:465-505
Kodri, Bambang Dwi A, Rini Y. 2013. Pemanfaatan Enzim Selulase dari
Trichoderma Reseei dan Aspergillus Niger sebagai Katalisator Hidrolisis
Enzimatik Jerami Padi dengan Pretreatment Microwave. Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis. Vol. 1 (1): 36-43
Lim, D. 1998. Microbiology. McGraw Hill Publishing Company. New York.
Lydia A, Sjarief SH, Sutarmi A, dan Sudrajad D, 1994. Pengaruh Kapang Iradiasi
untuk Produksi Glukosa dari Tepung sagu. Majalah BATAN. 27: 34, 25
34.

25

Marginingrum, D. dan N. Karningsih. 2001. Studi Degradasi Lignin ekstraktif


Menggunakan Bakteri Serratia marcescens dengan Menggunakan Metode
Reaktor Batch. Prosiding Seminar Nasional Kimia Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI. Surakarta: 149-157.
Mulja, M. Surahman. 1995. Analisa Instrumental. Surabaya : UNAIR Press
Orth A.B., D.J. Royse, M. Tien. 1993. Ubiquity of lignin-degrading peroxidases
among various wood-degrading fungi. Appl Environ Microbiol. 59:40174023
Perez, J., J.M. Dorado, T. Rubia, J. Martinez. 2002. Biodegradation and Biological
treatments of Cellulose, Hemicellulose and Lignin: An Overview. Int.
Microbiol. 5, 53-63.
Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor: IPB Press.
Pointing S.B. 1999. Qualitative Methods for The Determination of Lignocellulotik
Enzyme Production by Tropical Fungi. Juornal Fungal Diversity. 2: 17-33.
Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada Univ Press
Sinaga R, 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan.
Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional dalam Rangka Lustrum IV Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada, Penerbit MEDIKA, Yogyakarta, 27.
Singh, H. 2006. Mycoremidiation. John Wiley & Sons, Inc: America. Hal 358-375.
Siswanto, Suharyanto, dan R. Fitria. 2007. Produksi dan karakterisasi lakase
Omphalina sp. Menara Perkebunan, 75(2), 106-115.
Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-dasar Penggunaan. Edisi 2. Penerjemah:
Sastrohamidjojo. Penyunting: Prawirohatmodjo. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Terjemahan dari : Wood ; Chemistry.
Subowo, Y. B. 2010. Uji Aktivitas Selulase dan Ligninase dari Beberapa Jamur dan
Potensinya sebagai Pendukung Pertumbuhan Tanaman Terong (Solanum
melongena). Berita Biologi LIPI Mikrobiologi. Cibinong. 10(1): 1-6.
Sumardi dan Widiastuti SM. 2001. Pemanfaatan Sabut Kelapa untuk
Pengembangan Budidaya Fungi Ganoderma sebagai Bahan Obat Tradisional
di Daerah Sekitar Hutan. J. ASPI, Vol.2(5): 12-52.

26

Susanto, A. 1998. Sifat-sifat Biokimiawi dan Fabrikasi Ganoderma, Fungi Patogen


Pohonan. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 4 (2): 83- 91.
Suwadji E, 1980. Pengaruh Lingkungan Substrat pada Proses Kematian
Mikroorganisme Akibat Radiasi Sterilisasi PAIR-BATAN, Jakarta.
Taherzadeh M.J. 1999. Ethanol from Lignocellulose: Physiological Effects of
inhibitors and Fermentation Strategies. [thesis]. Goteborg: Department of
Chemical Reaction Engineering, Chalmers University Of Technology
Triasanti, A. 2009. Prospek Enzim dan Limbah Lignoselulose untuk Produksi
Bioetanol. Berita Selulase, Vol. 44 (1): 49-56
Triasanti, A. 2010. Potensi Selulase dalam Mendegradasi Lignoselulase Limbah
Pertanian untuk Pupuk Organik. Berita Selulase, Vol. 45 (2): 70-77
Turner PD. 1981. Diseases and Disorders of the Oil Palm in Malaysia. Oxford
University Press.
Widyastuti. 2007. Jamur Ganoderma philippii dan Rigidoporus lignosus. Fakultas
Kehutanan. UGM
Widyastuti, H., Siswanto, dan Suharyanto. 2007. Optimasi pertumbuhan dan
aktivitas enzim lignolitik Omphalina sp dan Pleurotus ostreatus pada
fermentasi padat. Menara Perkebunan, 75(2), 93-105.
Yoshimura, T., 1995. Contribution of the protozoa fauna to nutritional physiology
of the lower termite, Coptotermes formosanus Shiraki (Isoptera:
Rhinotermitidae). Disertation (Unpublished), Kyoto University, Kyoto
Yuni Miftachul R, Nengah Dwianita K, Maya S. 2010. Studi Potensi Isolat Kapang
Tanah Dari Wonorejo Surabaya Dalam Mendegradasi Lignin. Jurusan
Biologi, FMIPA, ITS

27

Anda mungkin juga menyukai