Anda di halaman 1dari 15

Sumber:

https://alviansaf.wordpress.com/2013/08/19/mengenal-kawasan-ekonomi-dan-strategis-nasionaltelaah-singkat-kapet-dan-kek/

Mengenal Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional


(Telaah Singkat KAPET dan KEK)

Sejak pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), terlihat pemerintah semakin nyata dalam
mempercepat dan melakukan pemerataan pembangunan ekonomi di Indonesia. Percepatan dan
pembangunan ekonomi akan mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap
perkembangan pembangunan suatu wilayah. Sebelum peraturan terkait KEK dikeluarkan,
pemerintah sudah sejak lama berusaha melakukan tindakan serius dalam mempercepat dan
melakukan pemerataan pembangunan di seluruh kawasan Indonesia.
Salah satu program pemerintah dahulu hingga saat ini yang terus berjalan dalam melakukan
pemerataan pembangunan di Indonesia, yakni Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET). Untuk itu tulisan ini berupaya mengupas secara singkat tentang KAPET dan KEK
serta perbedaan diantara program percepatan pembangunan ekonomi wilayah tersebut satu sama
lain.
Sekilas KAPET
KAPET adalah wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat
tumbuh, mempunyai sektor unggulan yang dapat mengerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah
dan memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya serta penetapan lokasi dan
Badan Pengelolanya dilakukan melalui Keputusan Presiden (Bappenas, 2013). KAPET
merupakan sebuah pendekatan dalam rangka menterpadukan potensi kawasan untuk
mempercepat pembangunan dan pergerakan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan
yang menjadi penggerak utama (prime mover) kawasan yang bertumpu pada prakarsa daerah
dan masyarakat, memiliki sumberdaya, posisi ke akses pasar, sektor unggulan dan memberikan
dampak pertumbuhan pada wilayah sekitarnya. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 9 Tahun 1998 yang
merupakan perubahan atas Keputusan Presiden (Keppres) No.89 Tahun 1996 tentang Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, kemudian dikeluarkan Keputusan Presiden lainnya
tentang penetapan lokasi KAPET, yaitu 14 KAPET, yang terdiri dari 12 KAPET di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) dan dua KAPET di Kawasan Barat Indonesia (KBI). Seiring dengan
perkembangan otonomi daerah, kebijakan KAPET disempurnakan kembali melalui Keputusan
Presiden (Keppres) No. 150 Tahun 2000. Keempat belas KAPET tersebut, yakni KAPET Biak,

Batulicin, Sasamba, Sanggau (Khatulistiwa), Manado-Bitung, Mbay, Parepare, Seram, Bima,


Palapas (Batui), Bukari, DAS Kakab, Natuna dan Sabang.

(Persebaran 13 Lokasi KAPET. Sumber: www.kapet.net)

* KAPET Biak
KAPET Biak ditetapkan melalui Keppres No. 10 Tahun 1998. Cakupan wilayah KAPET Biak
terdiri dari Kabupaten Biak Numfor, Supiori, Yapen, Waropen, Nabire, Mimika, Manokwari,
Bintunidan Teluk Wondama dengan keseluruhan luas wilayah sebesar 101.748,56 Km2.
Kegiatan ekonomi yang sangat potensial dilakukan di kawasan ini, yakni pariwisata alam dan
bahari, perikanan, pertambangan dan penggalian.
Posisi KAPET Biak cukup strategis dimana merupakan jalur penghubung ke Australian, Papua
New Guinea, Negara-negara di Pasifik Selatan, Guam, Hawaii dan New Zealand. Kondisi
KAPET Biak terletak di segitiga pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu Jepang- Australia- USA.
* KAPET Batulicin
KAPET Batulicin ditetapkan melalui Keppres No. 11 Tahun 1998. Cakupan wilayah KAPET
Batulicin meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan
Selatan yang mempunyai luas wilayah 13.644 Km2. KAPET Batulicin menyimpan potensi
sumber daya alam yang sangat besar yaitu berupa kegiatan pertambangan, kehutanan, pertanian,
pariwisata dan perikanan.
Kegiatan yang dilakukan dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yaitu dalam bentuk
pendirian industri pulp playwood, semen dan minyak goreng. Selain itu juga telah dilakukan
pengembangan kemitraan antara pengusaha menengah/besar dengan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dalam kegiatan moulding, briket, meubeler, batako, dan lain-lainnya. Untuk menunjang
percepatan pengembangan kawasan, telah ditetapkan 4 (empat) Kawasan Berikat yaitu :

Batulicin, Kelumpang/Tarjun, Pulau Laut/Lontar dan Pulau Sebuku. Selain itu KAPET Batulicin
termasuk dalam wilayah kerjasama regional negara-negara ASEAN yang tergabung dalam
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).
* KAPET Sasamba
KAPET Sasamba ditetapkan melalui Keppres No. 12 Tahun 1998. Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Sasamba, Provinsi Kalimantan Timur mencakup Kawasan Kota
Samarinda- Sangasanga- Muarajawa- Balikpapan dengan luas wilayah 4.413 Km2 . KAPET
Sasamba termasuk dalam wilayah kerjasama regional negara-negara ASEAN, yang tergabung
dalam BruneiDarussalam-Indonesia-Malaysia-Philipina East ASEAN Growth Area (BIMPEAGA).
Lokasi KAPET Sasamba berbatasan langsung dengan negara-negara tersebut, membuat posisi
KAPET Sasamba menjadi lebih strategis karena berada digaris terdepan. Bidang-bidang yang
dikembangkan dalam kerjasama bilateral tersebut meliputi sektor-sektor produktif seperti
Agroindustri berbasis sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan, sektor pabrikasi yang
berbasis sumberdaya alam, serta sektor kepariwisataan.
* KAPET Sanggau (Khatulistiwa)
KAPET Sanggau ditetapkan melalui Keppres No. 13 Tahun 1998. Berdasarkan SK Gubernur
No. 188 Tahun 2002 KAPET Sanggau dirubah menjadi KAPET Khatulistiwa dengan luas
wilayah 53.545 Km2. Cakupan wilayah KAPET Khatulistiwa meliputi Kota SingkawangKabupaten Bengkayang- Kabupaten Sambas- Kabupaten Sanggau- Kabupaten SintangKabupaten Landak- Kabupaten Kapuas Hulu.
Wilayah KAPET Khatulistiwa berbatasan langsung dengan Sarawak- Malaysia. Selain itu
posisinya terletak pada jalur pelayaran internasional sea lane of communication (SLOC) yaitu
Selat Karimata, Laut China Selatan serta Laut Jawa. Posisi yang strategis tersebut telah
menempatkan KAPET Khatulistiwa pada berbagai bentuk kerjasama ekonomi sub regional, baik
bilateral maupun multilateral. Wadah formal hubungan kerjasama antara KAPET Khatulistiwa
dengan berbagai negara antara lain adalah Sosek Malindo, Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia-Philipina East ASEAN Growth Area (BIMP EAGA) , Indonesia-MalaysiaSingapore Growth Triangle (IMS-GT) dan AIDA.
* KAPET Manado-Bitung
KAPET Manado-Bitung ditetapkan melalui Keppres No. 14 Tahun 1998 dengan luas wilayah
2.012,07 Km2. Cakupan wilayah KAPET Manado-Bitung meliputi wilayah Kotamadya Bitung,
wilayah Kotamadya Manado, dan sebagian wilayah Kabupaten Minahasa.
Potensi yang dimiliki oleh KAPET Manado-Bitung yaitu lokasi strategis yang terletak di jalur
pelayaran internasional (ALKI III) yang menghubungkan negara-negara di Asia-Pasifik. Negaranegara tersebut berpeluang menjadi pasar yang besar bagi KAPET dan lalu lintas transportasi
menuju Kawasan Timur Indonesia serta cakupan wilayah kerjasama regional antar negara

ASEAN yaitu tergabung dalam Brunei Darussalam Indonesia Malaysia Philipina East
ASEAN Growth Area (BIMP EAGA) yang merupakan bentuk kerjasama bilateral negaranegara ASEAN untuk wilayah bagian timur.
* KAPET Mbay
KAPET Mbay berdiri pada tanggal 19 Januari 1998, dimana lokasi KAPET Mbay berada di
Kabupaten Ngada , Provinsi Nusa Tenggara Timur. ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay melalui Keppres nNo. 15 Tahun 1998.
Cakupan wilayah KAPET Mbay meliputi satu Kabupaten, yaitu Kabupaten Ngada dengan
pusatnya di Mbay dengan luasan 3.040 Km2. Posisi KAPET Mbay memiliki peran strategis
dalam rangka pengembangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, terutama untuk meningkatkan
hubungan dengan Kawasan Timur Indonesia bagian utara dan Kawasan Asia-Pasifik melalui
Australia Utara dan Barat. Dalam hal ini KAPET Mbay termasuk dalam wilayah kerjasama
bilateral Australia Indonesia Development Area (AIDA).

* KAPET Parepare
KAPET Parepare ditetapkan melalui Keppres No. 164 Tahun 1998 dengan luas wilayah
6.905,081 Km2. Cakupan wilayah KAPET Parepare yang berada di dalam Provinsi Sulawesi
Selatan meliputi Kota Parepare, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Pinrang,
Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Barru.
KAPET Parepare diharapkan berfungsi sebagai pusat produksi dan industri pengolahan,dimana
kota Parepare sebagai pusat jasa dan perdagangan akan mendorong kegiatan ekonomi dan
agroindustri di wilayah belakangnya (hinterland).KAPET Parepare termasuk dalam wilayah
kerjasama regional negara-negara ASEAN yang tergabung dalam Brunei Darussalam
Indonesia Malaysia Philipina East Asean Growth Area (BIMP EAGA) yang merupakan
bentuk kerjasama bilateral negara-negara ASEAN untuk wilayah bagian timur.
* KAPET Seram
KAPET Seram ditetapkan melalui Keppres No. 165 Tahun 1998 dengan luas wilayah 18.625
Km2. Cakupan wilayah KAPET Seram yang berada di Provinsi Maluku meliputi Kecamatan
Seram Barat, Tanwel, Kairatu, Teon Nila Serua (TNS), Kecamatan, Seram Utara, Tehoru, Bula,
Werinama, Seram Timur.
KAPET Seram terletak dekat dengan Ambon sebagai pintu gerbang provinsi, yang berhubungan
langsung dengan Makassar sebagai pusat pertumbuhan di Kawasan Timur Indonesia. Potensi
yang dimiliki KAPET Seram meliputi sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan pariwisata. Dalam konteks kerjasama ekonomi internasional, KAPET Seram
termasuk dalam wilayah kerjasama ekonomi sub-regional Australia-Indonesia Development

Area (AIDA) dan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia- Philipina East ASEAN Growth Area
(BIMP-EAGA).
* KAPET Bima
KAPET Bima ditetapkan melalui Keppres No. 166 Tahun 1998 dengan luas wilayah 6.921, 45
Km2. Cakupan wilayah KAPET Bima terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
meliputi Kabupaten Bima (Kecamatan Rasanae Timur, Rasanae Barat, Belo, Woha, Monta,
Bolo, Wawo, Wera, Sape, Donggo dan Sanggar) dan Kabupaten Dompu (Kecamatan Dompu,
Huu, Woja, Kempo, Kilo dan Pekat).
KAPET Bima mempunyai posisi strategis, ditinjau dari konteks perdagangan merupakan pintu
keluar dan masuk barang dan jasa ke Kawasan Indonesia Barat (KIB) dan Kawasan Timur
Indonesia (KTI). Jika dilihat dari konteks Pariwisata, terletak diantara segitiga emas. Disebelah
barat daerah kunjungan wisata Internasional Pulau Bali, disebelah utara Tanah Toraja, dan
disebelah timur Pulau Komodo serta Lakey Huu merupakan ajang kegiatan selancar bertaraf
Internasional. Selain itu KAPET Bima termasuk wilayah kerjasama ekonomi regional Australia
Indonesia Development Area (AIDA).
* KAPET Palapas (Batui)
KAPET Palapas (Batui) berlokasi di Provinsi Sulawesi Tengah yang ditetapkan melalui Keppres
No. 167 Tahun 1998 dengan luas wilayah 21.926,90 Km2. KAPET Palapas dahulu bernama
KAPET Batui, dengan cakupan wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala,
Kabupaten Banggai dan Kabupaten Parigi Moutong.
* KAPET Bukari
KAPET Bukari ( Bank Sejahtera Sultra) yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Tenggara
ditetapkan melalui Keppres No. 168 Tahun 1998 dengan luas wilayah 4.950 Km2. Cakupan
wilayah KAPET Bukari meliputi Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kendari dan
Kabupaten Muna. Tahun 2009, KAPET Bukari mengalami perubahan nama, lokasi dan cakupan
wilayah. Saat ini KAPET Bukari bernama KAPET Bank Sejahtera Sultra dengan cakupan
wilayah Kota Kendari, Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Konawe.
Dalam konteks ASEAN, KAPET Bukari masuk dalam wilayah kerjasama regional yang
tergabung dalam Brunei Darusallam Indonesia Malaysia Philipina East ASEAN Growth
Area (BIMP EAGA), yang merupakan bentuk kerjasama bilateral negara-negara ASEAN
untuk wilayah bagian timur.
* KAPET DAS Kakab
KAPET DAS KAKAB ditetapkan melalui Keppres No. 170 Tahun 1998 dengan luas wilayah
236,73 Km2. Cakupan wilayah KAPET DAS KAKAB meliputi Daerah Aliran Sungai Kahayan
Kapuan dan Barito-meliputi Kota Palangkaraya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito
Selatan, Kabupaten Kapuas. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) DAS

KAKAB atau Daerah Aliran Sungai Kahayan-Kapuas-Barito terletak di Provinsi Kalimantah


Tengah meliputi wilayah Kota Palangkaraya (Ibukota Provinsi), Kabupaten Barito Selatan,
Pulang Pisau dan Kapuas.
Kawasan ini berada pada tiga daerah aliran sungai yaitu Sungai Kahayan, Sungai Kapuas dan
Sungai Barito. Sungai-sungai yang ada pada kawasan ini dimanfaatkan pula sebagai sarana
transportasi air, sumber mata pencaharian penduduk dan penunjang kegiatan perikanan. Dari
total luas wilayah tersebut, yang berpotensi untuk dikembangkan adalah budidaya pertanian
tanaman pangan, Perkebunan dan holtikultura serta perikanan
* KAPET Sabang
KAPET Sabang ditetapkan melalui Keppres No. 171 Tahun 1998 yang mencakup Pulau Weh
dan Pulo Aceh. Berdasarkan Surat Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No.
193/30591 tanggal 2 September 2001, KAPET Sabang dirubah menjadi KAPET Bandar Aceh
Darussalam dengan luas wilayah 55.390 Km2. Cakupan wilayah KAPET Bandar Aceh
Darussalam meliputi Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie dengan
hinterland Wilayah Tengah dan Barat/Selatan Aceh yang telah dihubungkan dengan
berfungsinya jaringan jalan dari pantai Barat/Selatan melalui Wilayah Tengah ke Pantai Timur
Aceh.
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam terletak di
Provinsi Naggroe Aceh Darussalam, dan merupakan salah satu KAPET yang berada di Kawasan
Barat Indonesia selain KAPET Natuna. Wilayah KAPET Bandar Aceh Darussalam meliputi
Banda Aceh, Lhok Nga, Peukan Bada, Kota Baro, Seulimum, Darussalam, Aceh Besar, Padang
Tiji, Muara Tiga, Batee, Kota Sigli dan Pidie. Peluang investasi yang dimiliki oleh KAPET
Bandar Aceh Darussalam antara lain sektor perikanan, peternakan, pertambangan, industri dan
pariwisata. KAPET Bandar Aceh Darussalam terletak pada kawasan yang sangat strategis karena
berada dipintu masuk jalur perdagangan dunia yang paling sibuk yaitu Selat Malaka. Dalam
konteks ASEAN, KAPET Bandar Aceh Darussalam termasuk dalam wilayah kerjasama regional
negara-negara ASEAN yang tergabung dalam kerjasama bilateral Indonesia-Malaysia-Thailand
Growth Triangle (IMT-GT).
* KAPET Natuna
KAPET Natuna ditetapkan melalui Keppres No. 71 Tahun 1996 dan diperbarui dengan Keppres
No.17 Tahun 1999. Luas Pulau Natuna 172.000 Ha. Lokasi geografis KAPET Natuna sangat
strategis dimana terletak di sekitar Laut Cina Selatan dan Selat Malaka yang berbatasan laut
langsung dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Kamboja. Beberapa indikasi
kegiatan prospektif yang dapat dikembangkan dalam KAPET Pulau Natuna , antara lain industri
perikanan Terpadu (perikanan tangkap & budi daya laut, ), industri pariwisata (khususnya wisata
bahari), perkebunan & pertanian pusat jasa maritim dan offshore supply base, proyek gas &
jaringan pipa, kawasan industri berbasis gas, kilang minyak dan pusat distribusi BBM, jasa
lokasi latihan militer dan pada gilirannya pusat perdagangan dan jasa. KAPET Natuna juga
termasuk dalam wilayah cakupan kerjasama subregional IMT-GT (Indonesia, Malaysia,
Thailand Growth Triangle).

Sekilas KEK
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan UndangUndang No. 39 Tahun 2009. KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah melakukan dan
mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi,
transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Sesuai
dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan
ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata dan energi yang kegiatannya
dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di dalam
setiap KEK disediakan lokasi untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM), dan koperasi,
baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di
dalam KEK. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria: a)
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan
lindung; b) pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan mendukung KEK; c)
terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur
pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;
dan d) mempunyai batas yang jelas.
Hingga tahun 2013, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebanyak 2 kawasan, yakni
Tanjung Lesung dan Sei Mangke serta 6 usulan kawasan yang akan dijadikan KEK hingga akhir
tahun 2014, yaitu Palu, Morotai, Mandalika, Kutai Timur, Bitung dan Tuban.
* KEK Tanjung Lesung
Secara administrasi Tanjung Lesung merupakan desa di Kecamatan Panimbang, Kabupaten
Pandeglang,
Provinsi Banten. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung merupakan kawasan khusus dan telah
didukung melalui Perda No. 2 tahun 2002 tentang Pariwisata Tanjung Lesung, kawasan
pariwisata terpadu dengan beberapa investor yang mengelola kawasan wisata Tanjung Lesung.
Kawasan pariwisata Tanjung Lesung memiliki potensi dan yang menarik yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan daerah. Pantai Tanjung Lesung luasnya mencapai 150 ha
dari 1500 ha luas wilayah perencanaan, memiliki keistimewaan berupa pasir putih yang lembut,
angin sepoi-sepoi dengan ombak yang tidak terlalu besar, relatif aman untuk bermain jetski,
snorkling, berperahu ataupun memancing, dengan panjang pantai yang hampir mencapai 15 km
memberikan ruang keleluasaan yang cukup bagi para wisatawan untuk melakukan berbagai
kegiatan wisata.
Sektor ekonomi andalan di kawasan Tanjung Lesung adalah pariwisata terutama wisata alam dan
bahari. Berdasarkan hasil kajian studi kelayakan KEK Tanjung Lesung khusus bidang pariwisata

di wilayah Banten Selatan (kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang) ini, menunjukkan


bahwa untuk membangun positioning KEK Tanjung Lesung yang baru perlu
dikembangkan Unique Selling Proposition (USP) yang merupakan competitive advantage dari
jasa layanan wisata di kawasan itu.

* KEK Sei Mangke


Lokasi KEK Sei Mangkei terletak di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang berada di
areal
perkebunan kelapa sawit (raw material oriented) dekat ke pelabuhan Kuala Tanjung milik PT
Inalum maupun PT Pelindo I serta adanya jalur kereta api dari Gunung Bayu stasiun
pertanaan yang jaraknya dekat dengan kawasan industri Sei Mangkei. Kegiatan utama di
Sumatera, termasuk di KEK Sei Mangkei adalah kelapa sawit yang memegang peranan penting
sebagai penyuplai kelapa sawit di Indonesia dan dunia. Kelapa sawit merupakan salah satu
komoditas unggulan di KEK Sei Mangkei yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi lokal,
regional dan nasional yang memberikan kontribusi signifikan dalam penerimaan devisa dan
penyerapan tenaga kerja.
KEK Sei Mangkei juga potensial untuk pengembangan tanaman karet dan industri pengolahan
karet. KEK Sei Mangkei juga potensial bagi pengembangan sektor industri berbasis alumia.
Sektor lain yang potensial di kembangkan di lokasi KEK Sei Mangkei adalah produksi singkong
(manihot utillisima) yang juga disebut dengan ubi kayu atau ketela pohon. Etanol (bioetanol)
juga merupakan produk yang dihasilkan di KEK Sei Mangkei yang dapat digunakan secara
langsung sebagai bahan bakar pengganti bensin (gasoline).
* KEK Palu
KEK Palu yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah akan dikembangkan sektor-sektor yang
memiliki potensi tinggi dengan fokus kepada komoditas unggulan sebagai peluang investasi.
Sektor industri yang berpotensi berkembang, antara lain adalah:

Sektor pertambangan dan energi, antara lain: emas, nikel, galena, dan biji besi
Sektor agroindustri (pengolahan hasil pertanian kehutanan), antara lain kakao, kelapa,
dan rotan.
Sektor kelautan dan perikanan (pengolahan hasil kelautan), antara lain rumput laut,
budidaya ikan air tawar, dan perikanan tangkap.

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus ini dilandasi oleh nilai keunggulan komparatif dan
kompetitif yang dimiliki daerah melalui pembangunan kompetensi inti daerah berupa industri
pengolahan hasil perkebunan (kakao, kelapa dan rotan) dan hasil budidaya laut (rumput laut) di
kawasan tersebut. Kawasan juga di tunjang oleh wilayah (hinterland) kabupaten-kabupaten
sekitar dalam wilayah Sulawesi Tengah dan sebagian Sulawesi Barat. Dengan demikian

Kawasan Industri ini dirancang sebagai kawasan yang unik dan terfokus pada pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus yang membedakan dengan daerah industri lainnya.
* KEK Morotai
Usulan KEK ini akan dikembangkan di Kabupaten Pulau Morotai yang terletak di bagian utara
Provinsi Maluku Utara dan merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia. Kawasan ini
ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Pulau Morotai terletak pada posisi yang sangat strategis yakni dekat dengan
jalur perdagangan internasional atau berhadapan dengan alur laut utama di Indonesia (ALKI 3)
menuju Australia dan New Zeland. Secara geostrategis, Pulau Morotai berhadapan langsung
dengan Samudera Pasifik pintu gerbang ke Amerika, dekat ke Cina, Taiwan, Korea dan Jepang.
Posisi geostrategis dan geografis Morotai berpeluang besar menjadi pintu gerbang dan Pusat
Logistik (Hub Port & Logistics Center) menuju Pasifik , Asia Timur, dan Australia & New
Zealand dan menjadi sentra kegiatan perdagangan global dan sentra ekonomi baru di Indonesia
bagian timur.
Pada usulan KEK ini, akan dikembangkan sektor pariwisata dan industri perikanan. Hal ini
telah sesuai dengan peruntukan lahan yang ditetapkan dalam rancangan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pulau Morotai untuk tahun 2010-2030. Dalam keseluruhan wilayah
Kabupaten Pulau Morotai tersebut memang terdapat area hutan lindung, namun area tersebut
tidak termasuk dalam wilayah yang akan diusulkan menjadi KEK. Adapun status penyelesaian
Rancangan RTRW Kabupaten Pulau Morotai tahun 2010-2030 saat ini adalah telah mendapatkan
persetujuan substansi dari Menteri PU untuk kemudian ditetapkan dalam perda RTRW. Dalam
Rencana Tata Ruang Nasional Pulau Morotai juga ditetapkan sebagai salah satu Kawasan
Strategis Nasional (KSN). Kegiatan yang akan dikembangkan pada usulan KEK ini adalah
kegiatan pariwisata dan industri perikanan. Luas lahan yang akan diusulkan menjadi KEK adalah
sekitar 15.000 Ha.
Pengembangan usulan KEK ini melalui 8 tahap. Tahap pertama yang akan dikembangkan adalah
seluas 500 Ha. Tahap kedua seluas 1.500 Ha, tahap ketiga seluas 3000 Ha, tahap keempat seluas
1.600 Ha, tahap kelima seluas 1.500 Ha, tahap keenam seluas 1.500 Ha, tahap ketujuh seluas
1.500 Ha, dan tahap kedelapan seluas 1.600 Ha. Peruntukan ruang untuk lokasi usulan KEK ini
adalah untuk zona pariwisata, zona industri perikanan, zona pariwisata, zona pelabuhan, serta
zona bisnis.

* KEK Mandalika
Lokasi Kawasan Pariwisata yang akan dikembangkan menjadi KEK ini terletak di Kabupaten
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Lokasi Kawasan Pariwisata ini memiliki keunikan
karena dikelilingi hutan lindung, terletak di teluk menghadap Samudera Indonesia dengan pantai
yang indah, dan beberapa lokasi depan pantai dilindungi oleh coral reef sehingga kondisi laut
cukup aman untuk berenang. Kawasan Pariwisata ini memiliki luas 1.249,4 Ha dan akan
dikembangkan sebagai suatu kawasan terpadu dengan konsep pengembangan berikut:

1. Buffer Zone. Suatu daerah berfungsi pembatas antara daerah penghijauan yang
dilestarikan dan daerah pengembangan. Aktifitas di daerah ini untuk lari, bersepeda, dan
olahraga yang bersifat outdoor.
2. Zona Pengembangan. Di zona ini untuk jalan, hotel, kegiatan komersil, golf, dan
daerah rekreasi lainnya.
3. Zona Pantai. Daerah sepanjang pantai dengan jarak minimum 50 meter dari garis
pantai menjorok ke darat.
4. Zona Eksklusif. Untuk memenuhi kebutuhan pasar kelas atas, berupa hotel berbintang
5, sarana olah raga dan rekreasi lainnya.
5. Zona Non Eksklusif. Untuk memenuhi kebutuhan pasar kelas atas, berupa hotel
berbintang 3 dan 4, apartemen, sarana olah raga dan rekreasi lainnya.
6. Zona Peredam. Daerah penyekat zona eksklusif dan non eksklusif dan digunakan
untuk kegiatan komersial dan rekreasi yang berbeda, seperti cafe, shopping dan pool
centre, play ground, culture centre, medical centre, dan golf club house.

* KEK Kutai Timur


Konsep pembangunan KEK Kutai Timur merupakan integrasi kawasan industri Oleochemical
dan pelabuhan internasional Maloy (KIPI), Kawasan industri mineral Trans kalimantan
Economic Zone (TKEZ), dan kawasan industri Kimia Batuta Coal Industri Port (BCIP).
Kawasan Ekonomi Khusus ini berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur dengan luas total
mencapai 32.800 ha. Strategi pengembangan kawasan KEK 4 adalah mengembangkan industri
eksisting yang berbasis pada pengembangan sektor pertambangan seperti minyak, gas, batubara
dan CPO, serta membangun industri yang berbasis pertanian dengan pendekatan skala ekonomi
dan klaster.

* KEK Bitung
Lokasi Usulan KEK Bitung terletak di Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan laut
Sulawesi. KEK Bitung menjadi alternatif pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di kawasan
Indonesia bagian timur karena daerah ini memiliki lokasi yang strategis dalam pengembangan
kawasan ekonomi karena terletak pada alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) yang penting yaitu
ALKI 2 (jalur laut intenasional, lewat selat Bali) dan ALKI 3 (jalur laut internasional, lewat laut
Banda). Kondisi pelabuhan yang ada sangat menunjang KEK Bitung karena memiliki pelabuhan
alam dengan kedalaman alur minimal 16 meter, memiliki panjang alur pelayaran 9 mil, lebar alur
pelayaran 600 meter, luas kolam pelabuhan 4,32 ha, luas bufer area 500 ha, waktu operasi
sepanjang musim dan draf kapal 22 32 meter.
Selain itu, pelabuhan ini juga memiliki pelabuhan kontainer dan pelabuhan perikanan, memiliki
prasarana penunjang seperti jalan akses, listrik, air bersih dan telekomunikasi, memiliki
keunggulan pada industri kelapa, perikanan beserta turunannya. Lokasi ini juga memiliki lokasi
wisata bahari, wisata hutan, wisata agro, wisata budaya dan wisata

religi. Keberadaan KEK Bitung akan membawa dampak besar bagi perkembangan
perekonomian daerah, karena KEK Bitung memiliki kawasan ekonomi pendukung yaitu:

Kawasan pendukung Lolak Labuhan Uki (Sektor perikanan)


Kawasan pendukung Rata totok- Lakban (Sektor Perikanan dan wisata bahari)
Kawasan pendukung Lirung Melonguane (sektor perikanan dan wisata bahari)
Kawasan pendukung Tahuna Petta (sektor perikanan dan wisata bahari)
Kawasan pendukung Amurang (sektor perikanan dan kelapa)
Kawasan pendukung Tomohon (sektor florikultur dan agrowisata)
Kawasan pendukung Likupang (sektor perikanan dan wisata bahari)

Potensi pengembangan sektor-sektor unggulan di KEK Bitung, yakni minyak kelapa, tepung
kelapa, kopra, bungkil kopra, arang tempurung, karbon aktif, ikan kaleng, ikan beku, ikan segar,
ikan kayu, biji pala, fuli, panili.
* KEK Tuban
Lokasi KEK Tuban terletak di Provinsi Jawa Timur dan berada di wilayah pantai utara Jawa.
KEK Tuban diusulkan oleh badan pengusul yang bergerak di bidang industri pengolahan dan
perdagangan produk-produk petroleum dan petrokimia dan direncanakan akan mengelola lahan
seluas 1.000 Ha untuk dikembangkan menjadi KEK. KEK Tuban akan membangun Proyek
Pionir berupa Proyek Isomerisasi yang akan memproses Light Naphta untuk
menghasilkan produk BBM berupa Migas dengan nilai oktan tinggi. Tujuan dari proyek ini
adalah untuk meningkatkan pasokan BBM di dalam negeri yang pada akhirnya akan mengurangi
ketergantungan Indonesia akan impor BBM.
Saat ini di dekat kawasan yang akan dikembangkan sudah ada terdapat beberapa perusahaan
petrokimia yang merupakan satu-satunya kilang di Indonesia yang dapat mengolah kondensat
untuk menghasilkan produk petroleum berupa BBM, Light Naphtha, dan Off-gas, serta produk
petrokimia berupa Paraxylene, Orthoxylene, Mixed-xylene, Benzene, dan Toluene. Produkproduk petrokimia tersebut merupakan bahan baku bagi perusahaan-perusahaan petrokimia hilir
yang tersebar diberbagai lokasi di dalam maupun luar negeri; dan perusahaan petrokima
tersebut merupakan salah satu perusahaan yang meningkatkan nilai tambah Off-gas yang
dihasilkan untuk diubah menjadi LPG yang sangat dibutuhkan bagi konsumen dalam maupun
luar negeri.
Perbedaan KAPET dan KEK
Dalam fungsi dan program pembangunan wilayahnya, KAPET dan KEK memiliki perbedaan
satu sama lain. Berikut perbedaan dari KAPET dan KEK:

Indikator
Dasar Kebijakan

KAPET
Keputusan Presiden No. 150

KEK
Undang-Undang No. 39

Definisi

Tahun 2000
Wilayah geografis dengan
batas-batas tertentu yang
memiliki potensi untuk cepat
tumbuh dan mempunyai
sektor unggulan yang
dapatmengerakkan
pertumbuhan
ekonomi wilayah dan
sekitarnya dan/atau
memerlukan dana investasi
yang besar bagi

Penetapan Kawasan

Tujuan Pembentukan
Kawasan

Pengelola Kawasan
(Kelembagaan)

Fasilitas

Tahun 2009.
Kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum
NKRI yang ditetapkanuntuk
penyelenggaraan
fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu
yang diberikan perlakuan
khusus seperti dibebaskan dari
kepabeanan, perpajakan, dan
didukung infrastruktur.

pengembangannya.
Ditetapkan dengan Keputusan Ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.
Pemerintah.
Pemerataan pembangunan dan Mendorong investasi dan
hasil-hasilnya ke
meningkatkan daya saing
seluruwilayah Indonesia
internasional, pertumbuhan,
dengan memberikan peluang penciptaan lapangan kerja dan
kepada dunia usaha agar
penerimaan devisa.
mampu berperan serta dalam
kegiatan pembangunan di
Kawasan Timur Indonesia
(KTI) yang relatif tertinggal
dan beberapa lainnya di
Kawasan Barat Indonesia
(KBI).
1. Badan Pengembangan
1. Dewan Nasional diketuai
diketuai Menko
Menko Perekonomian.
Perekonomian.
2. Dewan Kawasan diketuai
2. Badan Pengelola diketuai Gubernur.
Gubernur.
3. Administrator
3. Tim Teknis diketuai
Menkimpraswil.
4. Badan Usaha
Penangguhan Bea Masuk
tidak dipungut PPN, PPnBM
dan PPh Pasal 22.
Penangguhan Bea Masuk
1. Fasilitas fiskal antara
tidak dipungut PPN, PPnBM
dan PPh Pasal 22.
lain: perpajakan, kepabeanan

dan cukai; perdagangan;


pertanahan; keimigrasian; dan
ketenagakerjaan.
2. Fasilitas non fiskal berupa
kemudahan dan keringanan
antara lain: bidang perizinan
usaha; kegiatan usaha;
perbankan; permodalan;
perindustrian; perdagangan;

Prinsip dan Syarat

1. Memiliki potensi untuk


cepat tumbuh.
2. Mempunyai sektor
unggulan yang dapat
menggerakkan pertumbuhan
ekonomi di wilayah
sekitarnya.

kepelabuhan dan keamanan.


1. Sesuai dengan RTRW dan
tidak berpotensi mengganggu
kawasan
lindung.
2. Pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan

3. Memiliki potensi
pengembalian investasi yang
besar.
mendukung KEK.
4. Untuk mengembangkan
KAPET sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi,
beberapa wilayah dalam

3. Terletak pada posisi yang

KAPET dapat ditetapkan


sebagai Kawasan Berikat.

internasional atau dekat


dengan jalur pelayaran
internasional di Indonesiaatau
terletak pada wilayah potensi
sumber daya unggulan.

dekat dengan jalur


perdagangan

4. Mempunyai batas yang


jelas.
5. Terdiri atas satu atau
beberapa zona pengolahan
ekspor, logistik, industri,
pengembangan teknologi,
pariwisata, energi, dan/atau

ekonomi lain.
6. KEK harus siap beroperasi
dalam waktu paling lama 3
tahun sejakditetapkan.
7. Mata uang rupiah

Faktor-faktor Penyebab
Keberhasilan atau
Kegagalan Pengembangan
Kawasan.

Permasalahan yang
menyebabkan kegagalan
KAPET diantaranya:

merupakan alat pembayaran


yang sah di KEK.
Pengembangan KEK dapat
dikatakan berhasil apabila:

1. Kurangnya peran
kelembagaan pengeloladan
pelaksana.

1. Adanya komitmen yang


kuat antara pemerintah
daerah, kebijakan fiskal dan
nonfiskal, serta infrastruktur
dasar pada

2. Kebijakan insentif fiskal


yang diberikan pemerintah
kurang menarik investor.

kawasan.

2. Pemilihan yang tepat dan


3. Iklim investasi belum
kondusif karena belum adanya pengembangan yang optimal
kemudahan birokrasi.
terhadap jenis komoditas yang
4. Terbatasnya aksessibilitas diunggulkan.
pendukung kelancaran
pengembangan usaha, seperti 3. Tersedianya infrastruktur
infrastruktur yang belum
memadai.
sesuai dengan kebutuhan
kawasan.
4. Segala bentuk peraturan,
hukum dan kemudahan
birokrasi dalam
pelaksanaannya disesuaikan
dengan keinginan masyarakat
internasional.
Sumber: Kajian Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang PU Untuk Mendorong Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus. Pusat Kajian Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum. 2012
Penutup

Dengan adanya program percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi-wilayah yang


dijalankan oleh pemerintah pusat-daerah tersebut, diharapakan KAPET dan KEK dapat menjadi
trigger di wilayah sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal
dan dapat menjadi elemen pendukung pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan kata lain, diharapkan pengembangan
KAPET dan KEK dapat menterpadukan potensi kawasan untuk mempercepat pembangunan dan
pergerakan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan yang menjadi penggerak utama
kawasan bertumpu pada prakarsa daerah dan masyarakat, memiliki sumberdaya, posisi ke akses
pasar, sektor unggulan dan memberikan dampak pertumbuhan pada wilayah sekitarnya. Dengan
pengembangan KAPET dan KEK diarahkan dapat mendorong (sub)sektor unggulan masingmasing Koridor Ekonomi MP3EI. Dan juga pengembangan KAPET dan KEK dilakukan dengan
peningkatan daya saing pada sektor hulu-hilir untuk memberikan nilai tambah dan pencitraan
inovasi kepada komoditas yang dihasilkan untuk menciptakan spesialisasi hasil produksi.
KAPET dan KEK seyogyanya dapat saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam
mengembangkan dan melakukan pemerataan pembangunan ekonomi-wilayah di Indonesia
sehingga dapat mewujudkan impian dan cita-cita founding fathersdi dalam sila ke-5 Pancasila,
yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan pembukaan UUD 1945, yaitu
..memajukan kesejahteraan umum...

Referensi
Kajian Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang PU Untuk Mendorong Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Pusat.
Kajian Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum. 2012.
Nota Dinas No.ND-28/D.IV.M.EKON.4/06/2013. Narasi Diskusi Permasalahan di Kawasan
Ekonomi Terpadu (KAPET).
Undang-Undang No.39 Tahun 2009.
www. kapet.net. Diakses pada 11 Juli 2013.
http://www.scribd.com/potensi-wisata-biak. Diakses pada 15 Juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai