Anda di halaman 1dari 4

BAB I

Pendahuluan
1.1

Latar belakang

Berdasarkan data FAO (2006), sekitar 854 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis
dan 820 juta diantaranya berada di negara berkembang. Dari jumlah tersebut, 350-450 juta
atau lebih dari 50 % di antaranya adalah anak-anak, dan 13 juta diantaranya berada di
Indonesia (Unilever, PT 2007).1Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2010, prevalensi anak yang kurus pada anak umur 6-12 tahun sebesar 12,2% yang
terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Sedangkan prevalensi kegemukan pada
anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 9,2% atau masih diatas
5,0%.2Berdasarkan laporan kasus gizi buruk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2006, terdapat 15.582 anak di Jawa Tengah mengalami kasus gizi buruk. 5.964 sembuh, 48
meninggal dunia dan 9.570 lainnya masih dalam kondisi memprihatinkan. Data sekunder
yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala dan penjaringan kesehatan
tahun 2007 oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa dari 48.216 anak
SD dan MI yang diperiksa, sebanyak 813 anak mengalami gizi kurang. 3Penelitian yang di
lakukan Damayanti dkk di sekolah dasar di sepuluh kota besar Indonesia periode 20022005 dengan metode acak. Hasilnya menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia
sekolah dasar secara berurutan dari yang tertinggi ialah Jakarta (25%), Semarang (24.3%),
Medan (17.75%), Denpasar (11.7%), Surabaya (11.4%), Padang (7.1%), Manado (5.3%),
Yogya-karta (4%) dan Solo (2.1%). Rata-rata pre-valensi obesitas di sepuluh kota besar
tersebut mencapai 12.2%.4
Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan, energi,
berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Anak yang menderita kekurangan gizi
akan mengakibatkan daya tangkapnya berkurang, penurunan konsentrasi belajar,
pertumbuhan fisik tidak optimal cenderung postur tubuh anak pendek, anak tidak aktif
bergerak, lemah daya tahan tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit dan berpengaruh
terhadap kapasitas kerja pada saat dewasa. Obesitas pada anak sampai saat ini masih
merupakan masalah yang kompleks. Penyebab-nya multifaktorial sehingga menyulitkan
penatalaksanaannya. Obesitas pada anak beresiko tinggi menjadi obesitas pada masa
dewasa dan berpotensi mengalami pelbagai penyebab sakit dan kematian dibidang
kardiovaskuler dan diabetes militus.4Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan
atau kelebihan gizi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan
potensinya.2

Berbagai macam faktor telah dihubungkan dengan status gizi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
langsung, yaitu: (1) Asupan makanan; (2) Penyakit infeksi yang mungkin diderita.
Manakala penyebab tidak langsung, yaitu: (1) Ketahanan pangan keluarga, adalah
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga
dengan baik secara kuntitas maupun kualitas; (2) Pola pengasuhan anak, meliputi sikap ibu
atau pengasuh lain dalam hal berhubungan dengan anak, memberikan makan, merawat,
menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya; (3) Pelayanan kesehatan dan
sanitasi lingkungan; semakin mudah akses dan keterjangkauan anak dan keluarga terhadap
pelayanan kesehatan dan ketersediaan air bersih, semakin kecil risiko anak terkena
penyakit dan kekurangan gizi.5
Hasil

penelitian

menunjukkan

sarapan

memiliki

dampak

positif

terhadap

kewaspadaan, kemampuan kognitif, kualitas belajar, performa akademik, juga status


nutrisi. Di Indonesia belum banyak data atau laporan mengenai pola kebiasaan sarapan di
kalangan anak dan remaja usia sekolah.5 Kebiasaan sarapan banyak mendapat perhatian
pada masa anak dan remaja. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peniadaan atau
konsumsi sarapan yang tidak memadai dapat menjadi faktor yang berpengaruh pada
ketidakcukupan gizi karena kehilangan nutrisi yang ditimbulkannya jarang dapat dipenuhi
oleh konsumsi makanan di waktu lain.6
Sarapan yang tidak memadai dapat menjadi faktor yang berpengaruh pada
ketidakcukupan gizi. Di negara-negara barat dilaporkan bahwa prevalensi anak dan remaja
yang tidak sarapan cukup tinggi yaitu berkisar 10% -30% dan terutama ditemukan pada
remaja perempuan dan anak dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah. Prevalensi
sarapan juga terlihat menurun di beberapa daerah lain seperti Mesir, India, dan Srilangka,
sedangkan di Indonesia sejauh yang penulis ketahui sampai saat ini belum banyak data
atau laporan mengenai pola kebiasaan sarapan di kalangan anak dan remaja usia sekolah.6
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut:

1.2.1

Menurut Riskesdas tahun 2010, prevalensi anak yang kurus pada anak umur 6-12
tahun sebesar 12,2% yang terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Sedangkan
prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 tahun yaitu sebesar 9,2% .

1.2.2

Kekurusan dan kegemukan merupakan indikator masalah gizi pada anak yang
berdampak kepada masalah kesehatan dan pendidikan anak.

1.2.3

Sarapan yang tidak memadai dapat menjadi faktor yang berpengaruh pada angka
kecukupan gizi

1.2.4

Di Indonesia sampai saat ini belum banyak data atau laporan mengenai pola kebiasaan
sarapan di kalangan anak dengan status gizi.

1.3

Tujuan

1.3.1

Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi anak sekolah
dasar beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya

1.3.2

Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya sebaran anak sekolah dasar berdasarkan status gizi baik dan gizi
buruk.
1.3.2.2 Diketahuinya sebaran anak sekolah dasar yang memiliki kebiasaan sarapan
pagi baik dan kebiasaan sarapan pagi buruk.
1.3.2.3 Diketahuinya sebaran menurut jenis kelamin anak, Pengetahuan ibu,
Pendidikan ibu, pendapatan orang tua dan pekerjaan ibu dari anak yang
mempunyai Kebiasaan sarapan pagi baik dan Kebiasaan sarapan pagi buruk.
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan antara kebiasaan sarapan pagi anak dengan status gizi
anak.
1.3.2.5 Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin anak, pendidikan ibu, penetahuan
ibu,pendapatan orang tua dan pekerjaan ibu dengan kebiasaan sarapan pagi.

1.4

Hipotesis
1. Status gizi anak sekolah dasar dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi
2. Kebiasaan sarapan pagi dipengaruhi oleh jenis kelamin anak, pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan dan pendapatan orang tua .

1.5

Manfaat penelitian

1.5.1

Bagi peneliti
1.5.1.1 Menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah untuk merumuskan dan
memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
1.5.1.2 Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian berkait tentang
hubungan antara status gizi dengan kebiasaan sarapan pagi anak sekolah dasar
serta faktor-faktor yang berhubungan.

1.5.1.3 Diharapkan penelitian ini akan memberikan wawasan dan penngetahuan baru
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak sekolah dasar yang
berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang
1.5.1.4 Meningkatkan komunikasi di masyarakat.
1.5.1.5 Meningkatkan

kemampuan

berfikir

analitis

dan

sistematis

dalam

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan.


1.5.2

Bagi perguruan tinggi


1.5.2.1 Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana sebagai universitas riset
dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan peran
pendidik dalam menyampaikan pengetahuan.
1.5.2.2 Merupakan salah satu perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam
melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengertian bagi masyarakat.
1.5.2.3 Sebagai masukan dan acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya dan
diharapkan dapat menjadi data dasar atau pembanding serta masukan bagi
peneliti yang lain berkaitan dengan status gizi anak sekolah dasar dan
Kebiasaan sarapan pagi dengan faktor-faktor yang mungkin terkait atau dapat
juga dimasukkan faktor-faktor selain yang diuji di dalam penelitian ini.

1.5.3

Bagi Puskesmas
1.5.3.1 Menjadi salah satu masukan sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan
khususnya dokter puskesmas.
1.5.3.2 Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Puskesmas Kelurahan Grogol 2.
1.5.3.3 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya di Puskesmas.

1.5.4

Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan menimbulkan kesadaran


khususnya bagi para ibu tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan
pagi anak sekolah dasar sekaligus mengurangi angka gizi buruk di kalangan anak sekolah
dasar.

Anda mungkin juga menyukai