Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, batasan
penelitan dan sistematika penelitian.
1.1

Latar Belakang Masalah


Pengadaan Barang/Jasa pada pemerintah masih menjadi kasus yang di bidik

oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk diselesaikan dan kasus ini
menjadi pemberitaan yang mewarnai media massa akhir-akhir ini. Mengutip dari
berita Antaranews (2012) contoh kasus yang sedang dan sudah ditangani sampai
saat ini seperti kasus simulator Surat Ijin Mengemudi (SIM), kasus wisma atlet
hambalang, kasus pengadaan alat kesehatan di tangerang, yang sedang dalam
proses maupun sudah masuk pada tahapan vonis. Pihak-pihak yang terlibat pada
kasus Pengadaan Barang/Jasa ini bukan hanya dari kalangan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebagai pejabat dan pelaksana, namun juga dari kalangan penyedia jasa
(swasta) maupun anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selain kasus
tersebut, diyakini masih banyak kasus Pengadaan Barang/Jasa pada pemerintah
yang tidak terekspose oleh media maupun di ungkap oleh KPK. Sehingga potensi
penyimpangannya yang dilakukan cukup besar. Bercermin dari kasus tersebut
Pengadaan Barang/Jasa masih sebagai salah satu sumber kebocoran anggaran
pemerintah yang tidak dinikmati secara langsung oleh seluruh masyrakat

indonesia dan masih jauh dari pengelolaan anggaran yang ideal yaitu efektif,
efisien dan ekonomis.
Menurut Krivinsh dan Vilks (2013) prinsip transparansi dari prosedur
pengadaan publik memiliki arti bahwa semua aktivitas Pengadaan Barang/Jasa
harus dibuka selebar-lebarnya dengan tujuan meningkatkan akses informasi
kepada masyarakat luas dalam hal ini berarti informasi yang diberikan kepada
para calon peserta lelang memiliki posisi yang sama. Dengan terbitnya Perpres No
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang di tanda tangani
pada 6 Agustus 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono, setelah
sebelumnya memakai Kepres No 80 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan
pengadaan barang/jasa pemerintah dari perubahan pertama hingga perubahan ke
delapan. Maka untuk meningkatkan akses informasi tentang Pengadaan
Barang/Jasa kepada masyarakat menjadi lebih baik, mulai dikenalkannya
pengadaan Barang/jasa secara elektronik sesuai dengan pasal 131 ayat 1 K/L/D/I
(Kementerian/Lembaga/Departemen dan Instansi) wajib melaksanakan Pengadaan
Barang/jasa secara elektronik untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada
Tahun Anggaran 2012. Hal ini berarti para calon peserta lelang tidak akan di
batasi oleh jarak dan lokasi perusahaan. Jika nantinya ada perusahaan dari
kalimantan yang berminat ikut Pengadaan Barang/Jasa

di jakarta tentu hal ini

akan semakin mudah. Sejak di tandatangani sejak 6 Agustus 2010,


Kementerian/Lembaga/Departemen dan Instansi memiliki waktu kurang lebih 1
tahun 4 bulan untuk menyiapkan seluruh personel dan non personil untuk
menghadapi Pengadaan Barang/jasa secara elektronik. Hal ini tentu saja tidaklah
2

semudah membalikkan telapak tangan, dibutuhkan ke komitmen dari berbagai


pihak untuk mewujudkannya.
Setiap tahunnya KPK mempublikasikan hasil penilaian inisiatif antikorupsi
(PIAK) terhadap Kementerian/Lembaga/Departemen/Instansi. Dikutip dari KPK
(2012) bisa disimpulkan instansi mana saja yang benar-benar berjuang secara aktif
untuk memperbaiki peringkatnya terhadap PIAK tersebut atau instansi mana saja
yang hanya pasif terhadap penilaian tersebut. PIAK sendiri merupakan bagian dari
pencegahan korupsi di instansi pemerintah yang digagas oleh KPK. Dalam PIAK
terdapat 8 indikator utama dalam menilai suatu instansi apakah pro anti korupsi
atau tidak. Salah satu indikator tersebut adalah transparansi Pengadaan
Barang/Jasa, dengan sub indikator penerapan pengadaan secara elektronik. Karena
PIAK merupakan bagian dari good governance dalam pemerintah maka hasil
penilaian PIAK atas suatu instansi memiliki nilai tersendiri bagi para pejabat. Hal
ini merupakan sebuah pencitraan yang positif yang bisa di jual ke masyarakat,
bahwa pejabat dalam instansi tersebut sudah berhasil mendapatkan penilaian yang
bagus dari KPK. Atas dasar tersebut maka penerapan Pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik menjadi sebuah keharusan untuk diterapkan di instansi
pemerintah.
Dalam Perpres No 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
pengadaan barang/jasa secara elektronik pemerintah yang menggunakan sistem
elektronik

procurement

(e-proc)

adalah

belanja

pemerintah

diatas

Rp200.000.000,- untuk pembelian barang, konstruksi dan jasa lainnya, dan diatas
3

Rp50.000.000,- untuk pengadaan jasa konsultasi (kajian). Oleh karena itu


sehubungan dengan diterapkannya pengadaan barang/jasa secara elektronik
(electronic procuremen atau e-proc) di satker Setjen KESDM. Hal ini merupakan
metode baru dalam sejarah pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah di
indonesia. Diperlukan perubahan kebiasaan bukan hanya dari pihak panitia
pengadaan barang/jasa melainkan juga dari pihak penyedia jasa yang tertarik
untuk ikut serta dalam proyek pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah,
mengapa demikian karena biasanya proses yang dilakukan melalui motode
manual dan saat ini diharuskan untuk beralih menggunakan metode komputer
secara online/real time berbasis website.
Dalam prakteknya pengadaan barang/jasa secara elektronik di lingkungan
satuan kerja (satker) Setjen KESDM pada tahun anggaran 2012 dan 2013 ini,
membawa dampak perubahan yang besar diantaranya; semakin banyaknya paket
lelang yang gagal karena perusahaan tidak lulus evaluasi, tidak ada perusahaan
yang menang lelang yang hanya melalui satu kali proses lelang. Perusahaan
pemenang lelang harus melalui tiga sampai lima kali lelang ulang untuk mencari
pemenangnya, bahkan dalam beberapa kasus paket lelang tersebut menjadi gagal
lelang (dana lelang tersebut tidak terserap) dan tidak bisa dilakukan lelang ulang
karena tidak ada perusahaan yang lulus evaluasi lelang. Tentu kondisi ini
sangatlah berbeda dengan lelang menggunakan metode manual, dimana gagal
lelang sangat jarang terjadi. Penentuan pemenang lelang Atas alasan tersebut
maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk mengevaluasi faktorfaktor penghambat proses pengadaan barang/jasa secara elektronik, diharapkan
4

hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi satker
Setjen KESDM.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas, kondisi

saat ini masih terdapat hambatan dalam penyerapan anggaran yang berasal dari
mekanisme pengadaan barang/jasa secara elektronik. Dari beberapa faktor
penghambat, penulis merumuskan faktor utama penghambat proses pengadaan
barang/jasa secara elektronik yaitu: Pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara
elektronik menjadi terhambat karena para pelaksana lebih memahami pengadaan
barang/jasa secara manual, perlunya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
dalam pengadaan barang/jasa dan adanya unsur kehati-hatian untuk tidak berbuat
salah dari para pelaksana di satker Setjen KESDM karena selalu merasa dalam
pengawasan dan pemeriksaan Inspektorat Jenderal (Itjen) KESDM, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), maupun KPK.
1.3

Pertanyaan Penelitian
1.

Apakah yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa secara elektronik di satker Setjen KESDM?

2.

Apakah transparansi dan akuntabilitas telah menjadi tujuan pelaksanaan


Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik di satker Setjen KESDM?

3.

Apakah adanya pengawasan internal (Itjen) maupun eksternal (BPK-RI)


menyebabkan pelaksana menjadi hati-hati sehingga menghambat
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik?

1.4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan diantaranya:
1.

Memberikan solusi untuk mengatasi faktor penghambat strategis


pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik di satker Setjen
KESDM

2.

Memberikan solusi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas


Pengadaan Barang/Jasa di satker Setjen KESDM?

3.

Dapat menjelaskan apakah adanya pengawasan internal (Itjen) maupun


eksternal (BPK-RI) menyebabkan satuan kerja menjadi hati-hati
sehingga menjadi penghambat Pengadaan Barang/Jasa

secara

elektronik.
1.5

Motivasi Penelitian
Harapan dari penelitian ini mampu memberi manfaat sebagai berikut
1.

Bagi Satker setjen KESDM dengan teridentifikasinya penyebab faktor


penghambat

proses

Pengadaan

Barang/Jasa

secara

elektronik

diharapkan bisa memberikan masukan untuk mengatasi hambatan


tersebut sehingga proses Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik bisa
sukses di terapkan sesuai peraturan-perundang-undangan.
2.

Bagi Satker setjen KESDM dengan teridentifikasinya penyebab faktor


penghambat

proses

Pengadaan

Barang/Jasa

secara

elektronik

diharapkan bisa memberikan pelatihan, training, pembinaan secara


berkala sehingga proses Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik bisa
sukses di terapkan sesuai peraturan-perundang-undangan.
6

3.

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini sebagai proses


pembelajaran dan diharapkan bisa digunakan sebagai dasar penelitian
lebih lanjut di sektor pemerintahan untuk mengatasi kendala
penyerapan anggaran terutama di Pengadaan Barang/Jasa.

1.6

Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada lingkungan satuan kerja Sekretariat Jenderal

KESDM dalam pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa pada tahun anggaran 2012


dan 2013.
1.7

Sistematika Penulisan
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan sistematika penyajian susunan

tesis sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang landasan teori yang mendasari pokok
permasalahan dalam penelitian yang merupakan dasar untuk melakukan penelitian
ini yaitu teori Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, kemampuan sumber daya
manusia, dan pengawasan
BAB III LATAR BELAKANG KONSTEKTUAL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara diskriptif tentang objek penelitian secara selektif
BAB IV RANCANGAN PENELITIAN
7

Bab ini berisi jenis atau tipe penelitian yang dilakukan, data dan teknik
pengumpulan data,dan pengolahan data dan teknik analisis data.
BAB V PEMAPARAN TEMUAN
Dalam bab ini akan diuraikan temuan-temuan hasil penelitian kemudian
dirumuskan temuan tersebut sebagai materi analisis atau diskusi hasil investigasi
studi kasus.
BAB VI RINGKASAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang latar belakang, cara dan hasil penelitian dan
menunjukkan penjelasan mengenai hasil yang diperoleh
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini menjawab tujuan dari penelitian dan menunjukkan implikasinya dari
hasil penelitian untuk di terapkan di dunia praktek untuk menyelesaikan masalah
yang diteliti

Anda mungkin juga menyukai