Anda di halaman 1dari 3

BAB V

HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Perhitungan
Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan tugas yang meliputi perhitungan

neraca massa di unit reaktor (DC-52-101) diperoleh dari data log sheet dan analisa
laboratorium pada unit urea, data yang diambil adalah data periode 1 Juli s/d 10 Juli
2015.
Tabel 5.1 Data Perhitungan Laju Alir Umpan Masuk Reaktor
Komponen
Urea
NH3
CO2
H2O
Biuret
Total

Masuk
(Kg/h)
9.853,367
119.345,3
84.637,89
18.731,15
309,2324
232.957,9

Keluar
(Kg/h)
102.372,2
66.977,42
16.893,34
46.444,83
270,1579
232.957,9

Tabel 5.2 Data Konversi Pada Reaktor Urea


Prameter
N/C
H/C
Konversi (%)

5.2

(mol/h)
3,51
0,4146
80,04

Pembahasan
PT. PIM mengharapkan pabrik dapat beroperasi pada rate tinggi (100%),

sehingga pupuk urea yang di peroleh lebih banyak dan memberikan keuntungan yang
signifikan bagi perusahaan. Untuk memproduksi urea dengan rate tinggi atau di atas

100% sangat dipengaruhi oleh kondisi peralatan dan proses produksi selama operasi
berlangsung. PT.PIM telah beroperasi selama 30 tahun lebih sehingga kondisi
peralatan tidak mampu beroperasi secara maksimal dan efisien. Penurunan rate
produksi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya dikarenakan kondisi dari
Ammonia Condenser (52-EA-404A-D) yang tidak bagus. Sehingga gas ammonia
berlebih tidak mampu dikondensasikan secara maksimal. Maka dari itu rate produksi
harus diturunkan untuk mengurangi beban terhadap Ammonia Condenser (52-EA404A-D). Penurunan rate pada tanggal 06 Juli s/d 10 Juli dilakukan karena beberapa
hal diantaranya karena persediaan pupuk yang tinggi dan NSO trouble (adanya
masalah pengiriman gas dari P.T arun).
Ditinjau dari hasil perhitungan neraca massa pada reaktor urea, larutan urea
yang di hasilkan menurut perhitungan rate 100% dan perhitungan rate 50%
didapatkan hasil yang berbeda. Seperti yang tercantum pada tabel 5.1 dapat dilihat
bahwa besarnya massa larutan urea keluaran reaktor adalah 104.438,4 kg/h pada rate
100% dan 73.009,75 kg/h pada rate 50%. Urea yang dihasilkan pada kondisi rate
100% lebih besar dibandingkan dengan rate 50%. Hal ini dikarenakan laju alir CO2
yang masuk reaktor berdasarkan perhitungan rate 100% lebih besar dibandingkan
laju alir CO2 berdasarkan perhitungan rate 50%. Laju alir CO2 yang besar akan
mengakibatkan tingginya konsentrasi urea keluaran reaktor. Dapat dilihat pada tabel
5.1, laju alir CO2 yang masuk reaktor yaitu 77.686,17 kg/h pada perhitungan rate
50% dan 99.945,34 kg/h pada perhitungan rate 100%.

Selain laju alir CO2 yang masuk reaktor, konversi kesetimbangan CO2 juga
mempengaruhi proses produksi urea di reaktor. Pada tabel 5.2 dapat dilihat perbedaan
konversi CO2 pada rate 100% dan 50%, dimana konversi CO2 pada rate 100%
diperoleh konversi sebesar 69,51% dengan perbandingan N/C 3,13 mol/h dan H/C
0,35 mol/h pada temperatur 199,4 oC. Sedangkan pada rate 50% diperoleh konversi

CO2 sebesar 61,95% dengan perbandingan N/C 2,43 mol/h dan H/C 0,339 mol/h pada
temperatur 198,74

C. Semakin besar perbandingan mol N/C maka akan

menghasilkan konversi CO2 yang tinggi dan mengakibatkan tingginya kadar urea
yang dihasilkan. Sebaliknya jika perbandingan mol N/C rendah, maka konversi CO2
juga akan rendah, yang berarti semakin rendah pula kadar urea yang akan dihasilkan.
Tinggi ataupun rendahnya konversi CO2 disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya dikarenakan pengaruh temperatur reaktor. Temperatur tidak boleh terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah dari temperatur desain (200oC). Temperatur yang rendah
dapat menyebabkan konversi CO2 menjadi lebih kecil. Sedangkan apabila temperatur
terlalu tinggi maka akan menyebabkan tekanan kesetimbangan menjadi lebih besar
sehingga menurunkan konversi karbamat menjadi urea. Pada temperatur yang tinggi
juga dapat menyebabkan peningkatan laju korosi pada lapisan titanium. Maka dari itu
temperatur tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

Anda mungkin juga menyukai