b) Hematoma subdural
peningkatan TIK
disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
Nyeri kepala hebat
Kaku kuduk
belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari
tulang tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang tengkorak
bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak
terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan tulang
tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat
otak bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah
menjadi tekanan tinggi dan menekan gelembung udara tersebut.
Terbentuknya
dan
kolapsnya
gelembung
yang
mendadak
sangat
5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada
pasien yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang
terjadi kira kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena
ketidakmampuan tengkorak untuk membesar meskipun peningkatan
volume oleh pembengkakan otak diakibatkan trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti
anosmia (tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan
mata, dan defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang
post traumatic atau epilepsy.
laboratorium
khusus,
tetapi
untuk
perdarahan.
Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan
subarahnoid
atau mulut
b. Breathing
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
pemberian steroid
b. Operatif
:
Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting
prosedur
c. Monitoring tekanan intrakranial
jantung
(bradikardi,
takikardi
yang
diselingi
dengan
bradikardi, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi
dan inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
keluar, disfagia)
Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian.
Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya,
spt:
pengecapan,
penciuman
dan
pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon
dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia,
postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive terhadap
sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
i.
diselingi
oleh
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan1.
(spesifik serebral)2.
b.d aliran arteri dan
atau vena terputus.
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama .x 24 jam,
klien mampu mencapai :
1.
Status
sirkulasi
dengan indikator:
Klien menunjukkan
perhatian,
konsentrasi, dan orientasi
Tingkat kesadaran
klien membaik
Intervensi
Monitor Tekanan Intra Kranial
1. Catat perubahan respon klien
terhadap stimulus / rangsangan
2. Monitor TIK klien dan respon
neurologis terhadap aktivitas
3. Monitor intake dan output
4. Pasang restrain, jika perlu
5. Monitor suhu dan angka leukosit
6. Kaji adanya kaku kuduk
7. Kelola pemberian antibiotik
8. Berikan posisi dengan kepala
elevasi 30-40O dengan leher dalam
posisi netral
9. Minimalkan stimulus dari lingkungan
10. Beri
jarak
antar
tindakan
keperawatan untuk meminimalkan
peningkatan TIK
11. Kelola
obat
obat
untuk
mempertahankan TIK dalam batas
spesifik
Monitoring Neurologis (2620)
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
dan muntah
5. Monitor respon klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien
Terapi Oksigen (3320)
1. Bersihkan jalan nafas dari secret
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai instruksi
4. Monitor
aliran
oksigen,
kanul
oksigen, dan humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
Nyeri
akut
b.d
dengan agen injuri1.
fisik.
2.
3.
NOC:
Manajemen nyeri (1400)
Nyeri terkontrol
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri
onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan
Tingkat kenyamanan
beratnya nyeri.
2. Observasi respon ketidaknyamanan
Setelah
dilakukan secara verbal dan non verbal.
asuhan keperawatan3. Pastikan klien menerima perawatan
selama . x 24 jam, analgetik dg tepat.
klien dapat :
4. Gunakan strategi komunikasi yang
1. Mengontrol nyeri, de- efektif
untuk
mengetahui
respon
ngan indikator:
penerimaan klien terhadap nyeri.
Mengenal faktor-5.
Evaluasi keefektifan penggunaan
faktor penyebab
kontrol nyeri
Mengenal onset6. Monitoring perubahan nyeri baik aktual
nyeri
maupun potensial.
Tindakan pertolong-7. Sediakan lingkungan yang nyaman.
an non farmakologi
8.
Kurangi faktor-faktor yang dapat
Menggunakan anal- menambah ungkapan nyeri.
getik
9. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi
Melaporkan gejala- sebelum
atau
sesudah
nyeri
gejala nyeri kepada tim berlangsung.
kesehatan.
10. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Nyeri terkontrol
untuk memilih tindakan selain obat
untuk meringankan nyeri.
2. Menunjukkan tingkat11. Tingkatkan istirahat yang adekuat
nyeri,
dengan untuk meringankan nyeri.
indikator:
Melaporkan nyeri
Manajemen pengobatan (2380)
Frekuensi nyeri
1. Tentukan obat yang dibutuhkan klien
Lamanya episode dan cara mengelola sesuai dengan
nyeri
anjuran/ dosis.
Ekspresi nyeri; wa-2.
Monitor
efek
teraupetik
dari
jah
pengobatan.
Perubahan3. Monitor tanda, gejala dan efek samping
respirasi rate
obat.
Perubahan tekanan4. Monitor interaksi obat.
darah
5. Ajarkan pada klien / keluarga cara
Kehilangan nafsu mengatasi efek samping pengobatan.
makan
6. Jelaskan manfaat pengobatan yg dapat
mempengaruhi gaya hidup klien.
3. Tingkat kenyamanan,
dengan indicator :
Pengelolaan analgetik (2210)
Klien melaporkan1. Periksa perintah medis tentang obat,
kebutuhan tidur dan dosis & frekuensi obat analgetik.
istirahat tercukupi
2. Periksa riwayat alergi klien.
3.
Pilih obat berdasarkan tipe dan
beratnya nyeri.
4. Pilih cara pemberian IV atau IM untuk
pengobatan, jika mungkin.
5.
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
6. Kelola jadwal pemberian analgetik
yang sesuai.
7. Evaluasi efektifitas dosis analgetik,
observasi tanda dan gejala efek
samping, misal depresi pernafasan,
mual dan muntah, mulut kering, &
konstipasi.
8. Kolaborasi dgn dokter untuk obat,
dosis
&
cara
pemberian
yg
diindikasikan.
9. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
10. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
11. Dokumentasikan respon dari analgetik
dan efek yang tidak diinginkan
3
Mengerti
secara
seder-hana
cara2.
mandi,
makan,
toileting,
dan3.
berpakaian serta mau4.
mencoba
se-cara5.
aman tanpa cemas
Klien
mau
berpartisipasi dengan
senang hati tanpa1.
keluhan
dalam
memenuhi ADL
2.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih
Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC
Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008. Jakarta:
EGC
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease Processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC
Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI