PENDAHULUAN
1.1
Ekspor
Produk
Eksor Minyak
Mentah
Produk
Minyak
Lainnya
Produksi
Minyak
Mentah
Konsumsi BBM
Dalam Negeri
Kilang Dalam
Negeri
Impor Minyak
Mentah
Konsumsi
Produk DN
Impor BBM
STOK
BBM
sudah ditetapkan oleh pemerintah dan DPR, maka penulis merumuskan pada penelitian
ini sebagai berikut:
1.
Apa yang menjadi dasar akan diberlakukannya kebijakan peraturan
tersebut?
2.
Seberapa besar pengaruh pembatasan subsidi BBM terhadap RAPBN?
3.
Apakah terdapat energi alternatif pengganti BBM yang dapat
mendukung sarana transportasi yang berkaitan dengan adanya peraturan
tersebut.
1.3
Tujuan Penelitian
Pada tujuan penelitian ini penulis akan berusaha mengkaji berbagai aspek
yang berkaitan dengan dikeluarkannya peraturan tentang Pengaturan Bahan bakar
Minyak (BBM) bersubsidi yang nantinya akan diberlakukan di wilayah Jakarta,
Bogor, Tangerang dan Bekasi.Sehingga akan didapatkan gambaran atau uraian tentang:
1. Hal yang mendjadi dasar ditetapkannya Pengaturan Bahan bakar Minyak
(BBM) bersubsidi tersebut.
2.
Megetahuai Perencanaan alokasi RAPBN yang berkaitan dengan
penggunaan anggaran subsidi BBM tahun 2010 dan tahun 2011 jika
Peraturan tersebut sudah terealisasi.
3.
Mengetahuai berbagai kemungkinan energi alternatif yang dapat
dilaksanakan demi memperkecil dalam penggunaan anggaran subsidi BBM
pada RAPBN 2011.
1.4 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini penulis membatasi pada masalah kajian yang berkaitan
dengan peraturan tentang Pengaturan Bahan bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang
akan diberlakukan pada tahun 2011, yang selanjutnya kebijakan tersebut dikaitkan
dengan RAPBN dan rekomendasi sebagai usulan jika ada energi alternatif sebagai
pengganti BBM. Kajian tentang dampak sosial ekonomi terhadap para pengguna
BBM secara keseluruhan belum diperhitungkan.
TELAAH PUSTAKA
2.1 Indikator Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan yang dilaksanakan oleh sebuah negara tidak lepas dari
peran dari rakyat, pemerintah serta semua kelompok masyarakat. Pembangunan yang
dilaksanakan tidak hanya menyangkut hal-hal fisik belaka, namun juga harus
menyangkut hal-hal yang bersifat non fisik atau mental. Kondisi idealnya,
pembangunan harus meliputi semua aspek kehidupan masyarakat, karena pada
hakekatnya pembangunan adalah:" multidimensional process involving major
changes in social structures, popular attitudes and institutions, as well as the
acceleration of economic growth, the reduction of inequality, and eradication of
absolute poverty".(Todaro,1989):
Menurut Todaro, tujuan pembangunan adalah:
a. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi dari barang kebutuhan
pokok (basic life-sustainin goods), yakni, pangan, pakaian, kesehatan dan
periindungan.
4
Kebijakan Fiskal
Pertumbuhan ekonomi
Inflasi
Nilai tukar
Suku bunga SBI
Harga minyak internasional
Produksi minyak Indonesia.
Kebijakan anggaran di Indonesia ditujukan untuk mendukung kegiatan
ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas
lapangan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mengurangi
kemiskinan.
Perkembangan berbagai faktor eksternal yang penuh ketidakpastian
(uncertainty) dan sulit diprediksikan (unpredictable) mewarnai situasi perekonomian
pada akhir-akhir ini. Ketidakpastian kondisi perekonomian dunia memberikan
dampak yang signifikan pada perkembangan perekonomian Indonesia. Kenaikan
harga komoditi penting dinilai menjadi faktor yang turut menyumbang kondisi
ketidakpastian tadi. Walaupun tekanan faktor luar sangat besar, pemerintah telah
melaksanakan beberapa langkah kebijakan untuk memulihkan kepercayaan
ekonomi terhadap keberlanjutan APBN. Langkah-langkah tersebut antara lain:
(i)
Diversifikasi
Energi
Efisiensi
Penyediaan
BBM
SUBSIDI BBM
_
_
Konservasi
Energi
+
Harga Energi
Rasional
Diversifikasi Energi
Ketergantungan konsumsi energi nasional yang sangat besar terhadap
BBM pangsanya sekitar 60-70 persen merupakan akar masalah subsidi BBM
(Gambar 2). Ketergantungan ini tak sehat karena Ibu Pertiwi dikaruniai beraneka
sumberdaya energi. Kandungan gas bumi dan batubara Tanah Air lebih besar
daripada minyak bumi;
harga mereka pun lebih murah. Potensi panas bumi
Indonesia terbesar di dunia; potensi energi terbarukan pun cukup besar. Pemanfaatan
mereka sangat rendah. Diversifikasi energi secara konsisten mesti dilakukan
untuk
menurunkan ketergantungan konsumsi energi nasional terhadap BBM.
Substitusi terhadap BBM perlu diupayakan di berbagai pemakaian, misalnya
pembangkitan listrik.
Pangsa penggunaan sumber-sumber energi non-BBM
seperti gas bumi, batubara dan panas bumi (geothermal) mesti diperbesar.
Peningkatan pangsa sumber energi non-BBM seperti gas bumi dan batubara dapat
ditempuh melalui pembangunan infrastruktur energi secara progresif
Konservasi Energi
Konservasi energi sebagai pilar manajemen energi nasional belum
mendapat perhatian yang memadai di Tanah Air. Indonesia -berdasarkan data
intensitas energi adalah negara yang produktivitas pemanfaatan energinya sangat
rendah dibandingkan banyak negara di Asia. Energi di Indonesia, termasuk BBM,
digunakan secara boros.
Harga Energi
Politik harga energi yang menetapkan BBM sebagai komoditi dengan harga
seragam secara nasional sudah tak tepat lagi untuk perkembangan ekonomi yang
berbeda-beda di Tanah Air. Harga BBM yang dibuat murah dengan subsidi yang
tak tepat arah lebih mendatangkan mudharat daripada manfaat ekonomi. Harga murah
membuat konsumsi boros dan makin meningkatkan ketergantungan pada BBM.
Harga BBM murah tidak merangsang pengembangan sumber energi nonBBM.
Harga BBM murah juga tidak mencerminkan nilai dari sumberdaya minyak
bumi itu sendiri yang mesti tidak dikonsumsi hanya oleh generasi sekarang. Harga
BBM bersubsidi sesungguhnya tak tepat buat Indonesia yang produksi minyak
bumi per kapitanya paling rendah di antara negara OPEC.
Efisiensi Penyediaan
Tindakan efisiensi yang dapat dilakukan, misalnya dengan menambah
kapasitas kilang untuk menurunkan volume BBM yang harus diimpor). Selain itu,
mempertingi efisiensi distribusi BBM, yang dapat ditempuh dengan
memperbanyak pipa distribusi BBM. Berapa sebetulnya konsumsi real
BBM di Tanah Air dengan mempertimbangkan penyelundupan yang terjadi juga
perlu dicermati.
2.4
Harga Minyak
Internasional
RAPBN 2010
Diregulasi
Kebijakan Pemerintah
Rancangan
APBN 2011
Energi/Bahan
Bakar Alternatif
Tingkat Permintaan
Kendaraan DKI
Jakarta
Penurunan
Penggunaan Mobil
Pribadi
Penghematan Subsidi
APBN 2011
Gambar 3
Kerangka Pemikiran Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Metode Penelitian
Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah Kebijakan pembatasan subsidi BBM dan
APBN 2010 serta prediksi APBN 2011.Tingkat pertumbuhan transportasi di Jakarta
dan sekitarnya.
3.3.
Teknik pengumpulan data yang utama digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui studi kepustakaan (library research), dilakukan dengan mempelajari
berbagai buku literatur, jurnal, paper, tulisan ilmiah lainnya dan peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan ditulis. Studi kepustakaan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep yang dapat dijadikan
sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap obyek yang diteliti.
Sementara itu, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang akan dikumpulkan baik dari sumber publikasi maupun dari sumber
langsung instansi terkait, berupa data perkembangan harga minyak dunia,
kemampuan produksi, jumlah permintaan BBM di wilayah jakarta dan sekitarnya.
3.5.
Metode Analisis
rata-rata harga minyak internasional naik menjadi US$ 76,7 per barel pada
tahun 2010.
Setiap perubahan harga minyak internasional baik turun maupun naik
akan secara langsung mempengaruhi besaran subsidi BBM. Semakin tinggi
kenaikan harga minyak internasional maka semakin besar beban subsidi BBM
yang ditanggung dalam APBN tahun bersangkutan. Tahun 2010, asumsi ICP
yang telah ditetapkan bersama DPR yaitu US$ 80 per barel dalam APBN P,
maka beban subsidi BBM diperkirakan mencapai Rp 88,9 triliun. Dengan
demikian, tahun 2011 dengan asumsi harga minyak internasional mengalami
kenaikan sampai dengan US$ 85 per barel dan tidak ada perubahan atau
kenaikan harga jual eceran BBM bersubsidi, maka beban subsidi tahun 2011
lebih dari Rp 90 triliun.
Adanya kenaikan harga minyak internasional jelas akan semakin
memberatkan beban APBN 2011 tanpa ada perubahan kebijakan subsidi BBM.
Bila pemerintah menaikkan harga jual BBM seperti pada bulan Juni 2008 hal
ini tentu sangat membebani masyarakat terutama masyarakat miskin yang
selalu terkena dampak akibat perubahan kebijakan tersebut. Bila tidak
dinaikkan, maka beban subsidi menjadi tinggi dan dapat menyulitkan ruang
gerak pemerintah dalam mengalokasikan belanja diluar subsidi BBM. Ada
tidaknya perubahan kebijakan akan menyebabkan dilematis bagi kebijakan
publik. Padahal, hampir seluruh pihak mengetahui bahwa pemberian subsidi
BBM tidak tepat sasaran dan kurang efisien karena hanya menguntungkan
beberapa pihak.
Tabel 1
Perkembangan Subsidi BBM 2007 - 2010
JENIS SUBSIDI
TOTAL SUBSIDI BBM
SUBSIDI BBM
-Premium
-Minyak
-Solar
2010
APBN-P
2007
2008
2009
APBN
83,3
83.8
25.3
39.5
19.1
139,1
135.2
43.6
47.6
44.1
45,0
37.1
15.2
11.5
10.4
68,7
57.4
24.3
12.5
20.6
88,9
74.7
36.6
13.7
24.4
39,176
19,529
7,855
11,792
37,723
21,120
4,569
12,035
36,505
21,454
3,800
11,251
36,505
21,454
3,800
11,251
VOLUME BBM
BBM (ribu kl)
38,643
-Premium
17,929
-Minyak
9,850
-Solar
10,864
Sumber Kementrian keuangan
Pada saat krisis energi tahun 2008 yang ditandai dengan naiknya
harga minyak internasional yang mencapai rata-rata US$ 97,2 per barel telah
meningkatkan beban subsidi pada tahun tersebut menjadi Rp 139,1 triliun.
Beban subsidi tersebut membengkak karena ketergantungan terhadap BBM
yaitu Solar, Premium dan Minyak Tanah masih tinggi, walaupun sejak bulan
Agustus 2007 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pengalihan (konversi)
penggunaan minyak tanah (mitan) ke LPG 3 kg terhadap pengguna minyak
11
tanah di kalangan rumah tangga dan usaha mikro. Namun, sampai saat ini
pelaksanaan dari program tersebut masih mengalami hambatan dan masih
banyak daerah yang belum beralih menggunakan LPG 3 kg. Oleh karena itu,
beban subsidi minyak tanah masih tetap tinggi sampai saat ini yaitu lebih dari
Rp13 triliun pada tahun 2010 (APBN).
4.2
Sumber: Data APBN 2009 dan Data Pokok RAPBN 2010 yang diolah
Gambar 4
Trend Belanja K/L APBN 2010
Dari tabel diatas dapat diketahui, walaupun kecenderungan total belanja
selalu mengalami kenaikan, tetapi jika dicermati lagi untuk belanja K/L pada 10
belanja terbesar dibandingkan antara APBN 2009 dan RAPBN 2010 terdapat
beberapa temuan:
1. Dephan ( Rp 40,68 T) mendominasi anggaran belanja K/L terbesar kedua setelah
Depdiknas (Rp 51,79 T). Belanja Dephan ini menggeser Dep PU (Rp. 34,27
trilyun) menjadi no.3. Padahal ditahun 2009 Dep PU menduduki belanja terbesar
kedua.
2. Di tahun 2010, Depdagri adalah K/L dengan persentase kenaikan belanja
terbesar, yakni 38,18%, mengungguli Dephan yang juga mengalami kenaikan
sebesar 20,85% di banding tahun 2009.
3. Di samping kenaikan, terdapat juga penurunan pada beberapa belanja K/L,
seperti Depdiknas (-16,59%), Dephub (-5,97%), Deptan (-2,70%), dan Depag (2,36%).
12
M illions
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang
Subsidi
Bantuan sosial
Belanja Lain-lain
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Data APBN 2009 dan Data Pokok RAPBN 2010 yang diolah
Gambar 5
Belanja Pusat Menurut Jenis Tahun 2005 -2010
Penurunan belanja dapat dipastikan berkonsekuensi pada penurunan pelayanan dan
pembangunan yang diberikan oleh Negara ini. Hal ini dapat digambarkan pada
grafik belanja pusat menurut jenis dibawah ini. Akibat melemahnya belanja Negara,
belanja subsidi dari tahun 2009 terus mengalami penurunan. Pada RAPBN 2010
belanja subsidi berkurang 10% atau Rp. 15,5 trilyun. Hal yang sama juga pada
belanja bantuan sosial yang mengalami penurunan sebesar Rp. 11% atau Rp. 8,6
trilyun di tahun 2010. Padahal, pengurangan belanja subsidi dan bantuan sosial
(Jamkesmas, BOS, raskin, dll) akan menambah beban orang miskin.
Ironinya, belanja untuk pegawai dalam 5 tahun belakangan terus mengalami
kenaikan, bahkan di tahun 2010 belanja pegawai merupakan belanja terbesar Rp. 161
trilliun dan mengalami kenaikan terbesar 21 % atau Rp. 28 trilyun. Kenaikan belanja
pegawai dengan alasan reformasi birokrasi adalah alasan yang tidak mendasar.
Reformasi birokrasi masih diartikan pemerintah sebagai kenaikan gaji tanpa melihat
kinerja PNS, dengan rekrutment setiap tahun yang dapat dipastikan akan terus
menambah beban keuangan Negara. Trend kenaikan belanja pegawai yang
menunjukan kenaikan stabil, dipastikan dalam 5 tahun ke depan akan semakin
menjadi beban keuangan Negara. Kenaikan gaji pegawai berturut-turut, 15% di tahun
2009 dan 5 % ditahun 2010 dikhawatirkan akan berdampak pada inflasi yang tinggi.
Kenaikan gaji pegawai Negeri yang selalu diikuti dengan kenaikan harga bahan
pokok dipastikan akan menambah beban rakyat terutama kaum miskin dan pegawai
non PNS.
13
30.9%
30.1%
% Kenaikan Belanja
Negara
13.6%
0.4%
20092010
20082009
20072008
20062007
20052006
2.0%
Sumber: Data APBN 2009 dan Data Pokok RAPBN 2010 yang diolah
Gambar 6
Belanja Pusat Menurut Jenis Tahun 2005-2010
Belanja Negara dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami kenaikan
yang cukup signifikan, dari Rp. 509 trilyun di tahun 2005 menjadi Rp. 1.009 trilyun
di tahun 2010. Meski demikian, RAPBN 2010 merupakan kenaikan anggaran
terkecil sepanjang 5 tahun belakangan. RAPBN 2010 hanya meningkat 0.4% atau
Rp. 3,8 trilyun dibandingkan APBN-P 2009. Bahkan pertumbuhan real RAPBN 2010
jika dihitung dengan inflasi 5 % maka sebetulnya RAPBN 2010, mengalami
penurunan sebesar 4,6 % atau Rp. 46 trilyun. Terlepas dari krisis global, sepertinya
Pemerintahan SBY yang kemungkinan akan melanjutkan Pemerintahan ini, terkesan
mencari aman di awal pemerintahannya dengan tidak melakukan expansi belanja
Negara.
4.3
Jumlah Kendaraan DI DKI Jakarta dan Sekitarnya
Perkembangan transportasi di jakarta dan sekitarnya Bogor, Tanggerang dan
Bekasi dari tahun ke tahun semakin meningkat, dengan demikian pemerintah DKI
Jakarta dan Pemerintah Pusat harus segera mengambil langkah-langkah kebijakan
yang sesuai dalam menekan laju pertumbuhan transportasi khususnya di DKI jakarta
dan sekitarnya.Laju pertumbuhan penggunaan kendaraan di Jakarta sampai tahun
2010 sangat memiliki dampak negatif sosial dalam berbagai aspek.Misalnya
kemacetan lalu-lintas. Akibat adanya kemacetan lalu-lintas diprediksi mengakibatkan
kerugian sebesar 48 trilyun pertahun.
Tabel 2
Jumlah Kendaraan di Jakarta tahun 2010
NO
1
2
3
MOBIL/unit
MOTOR/unit
JUMLAH/unit
3.118.050
8.244.346
11.362.396
OPERASIONAL/HARI
>890
240
1.130
RENCANA PERTAMBAHAN MOBIL BARU TAHUN 2011
700.000
700.000
14
Dengan adanya kenaikan dan perencanaan pengadaan mobil baru pada tahun
2011 dapat dipastikan bahwa kondisi jalan raya di jakarta dari tahun ke tahun akan
semakin macet. Rata rata pertumbuhan kendaraan pribadi sebanyak 1.117/hari atau
9 persen pertahun sementara penambahan infrastruktur luas jalan relatif kecil sekitar
0,01 persen pertahun. Hal ini yang menjadi salah satu dasar kebijakan tentang
penetapan pengaturan subsidi BBM yang akan diberlakukan bulan maret
2011.Kebijakan tersebut juga berperan dalam penanggulangan adanya permintaan
BBM pada tahun 2011, akibat kenaikan pertumbuhan kendaraan.
Tabel 3
Mekanisme Rencana Pembatasan Penggunaan BBM Subsidi
NO
1
2
BAHAN BAKAR
PERTAMAX
PREMIUM
HARGA BBM
Rp. 7.050/liter
Rp. 4.500/liter
15
Jumlah
40,000,000
35,000,000
30,000,000
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
Premium,
38,379,501
Pertamax,
2,389,765
Premium
Solar dan
Bio,
12,859,863
Jumlah
16
adanya perencanaan sumber energi baru seperti Gas dan alternatif lainnya,
baik dengan cara Diversifikasi produk. Energi lainnya yang dapat digunakan
adalah.Energi Biodisel (Minyak Kelapa sawit) karena bahan baku minyak
kelapa sawit diIndonesia cukup banyak (tingkat Produksi). Hal ini perlu
dikaji secara maksimal dan penggunaan minyak kelapa sawit belum
dimanfaatkan secara optimal.
Dalam rangka penurunan subsidi BBM Premium dan diversifikasi
penggunaan energi, maka penggunaan LGV/LPG sebagai bahan bakar angkutan
umum (taksi) dapat dilakukan dengan menyediakan LGV/Vi-Gas pada tahun 2011
dan tahun-tahun selanjutnya. Menyediakan LGV/Vi-Gas dapat dilakukan industri
lainnya diluar Pertamina, menambah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di
Jakarta untuk mengurangi kemacetan atau antrian pengisian, dan membuat SPBG di
masing-masing pool taksi untuk memudahkan supir taksi saat mengisi LGV/Vi-Gas.
Salah satu alternatif penggunaan energi (bahan bakar) yang murah dan ramah
lingkungan terhadap kendaraan bermotor adalah liquid gas vehicle (LGV). Saat ini
pemerintah daerah (Pemda) yang mulai menerapkan penggunaan LGV adalah
Pemda DKI Jakarta melalui Keputusan Gubernur nomor 141/2007 tentang
penggunaan bahan bakar gas untuk angkutan umum dan kendaraan operasional
pemerintah daerah. Keunggulan menggunakan LGV dibandingkan premium secara
teknis cukup menguntungkan yaitu ramah lingkungan, biaya operasional murah,
umur mesin lebih panjang dan bebas timbal serta nilai oktannya sangat tinggi lebih
dari 98. Kelebihan lainnya seperti harganya yang stabil dan tidak terlalu
terpengaruh harga gas internasional. Namun, seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya kebijakan ini masih berjalan ditempat dan perluasan penggunaan
LGV belum memperoleh hasil yang menggembirakan. Jumlah pengguna LGV
justru cenderung tetap atau menurun. Taksi yang telah menggunakan LGV masih
menggunakan BBM bersubsidi sebagai bahan bakar kendaraannya.
Dari sisi kepentingan pemerintah dalam upaya mewujudkan priortas
pembangunan tahun 2011 yaitu mengurangi subsidi dan diversifikasi energi serta
mendorong terciptanya ketahanan energi Indonesia. Tulisan ini mengemukakan
alternatif penggunaan LGV dan hambatannya sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor pada angkutan umum taksi di Jakarta yang dapat digunakan sebagai
alternatif penggunaan energi primer selain minyak bumi dan diharapkan dapat
mengurangi subsidi BBM.
Penggunaan LGV atau LPG telah menjadi salah satu alternatif penggunaan
bahan bakar baik untuk memasak maupun kendaraan bermotor dibeberapa negara.
Ketergantungan terhadap bahan bakar seperti premium dan solar dengan harga yang
terus meningkat membuat banyak negara mengembangkan penggunaan energi yang
sesuai dengan potensi energi, kondisi alam dan tipologi negara tersebut.
Disamping itu, tuntutan menggunakan energi yang ramah lingkungan akibat
pemanasan global menjadi kebijakan energi yang tidak dapat ditunda untuk masa
yang akan datang. Berbagai kelebihan penggunaan LGV seperti ketersediaan energi,
ramah lingkungan, efisien, cukup aman, tidak tergantung jaringan pipa gas dan
biayanya murah menjadikan bahan bakar tersebut digunakan di beberapa negara.
Negara yang banyak menggunakan gas sebagai bahan bakar utama memasak
dan kendaraan bermotor adalah negara maju di Eropa (OECD). Penggunaan energi
tersebut mulai digalakkan karena semakin berkurangnya dan semakin mahalnya
BBM premium serta solar (minyak mentah). Ketergantungan premium dan solar
18
membuat negara-negara tersebut tidak memiliki daya tawar terhadap harganya. Ada
kecendrungan harga yang dijual pada pasar internasional lebih ditentukan oleh para
produsen minyak (OPEC). Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar memasak dan
kendaraan bermotor maka banyak negara yang mencari alternatif bahan bakar agar
ketahanan energi masing-masing negara dapat tercapai.
Selain negara-negara eropa yang menggunakan LGV, LPG dan compressed
natural gas (CNG), negara Jepang, Korea Selatan dan Thailand (Asia) merupakan
negara tetangga yang berinisiatif dan cukup sukses dalam penggunaan energi
alternatif. Jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan LPG di Korea Selatan saat
ini (2008) mencapai 2.187.066 unit (13,37% dari total kendaraan bermotor).
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan LPG diimbangi dengan
peningkatan jumlah SPBG yaitu sebanyak 1.415 lokasi. Sedangkan penggunaan
CNG yang menggunakan jalur pipa dibatasi kepada kendaraan bermotor besar seperti
Bus dan Truk (Itochu, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
19
5.2
Saran
Kajian ini berkaitan dengan kebijakan Pemerintah tentang pembatasan
subsidi BBM tahun 2011, kebijakan tersebut belum berjalan, sehingga berbagai data
belum dapat dikaji secara mendalam. Berbagai aspek dampak sosial ekonomi belum
dapat dikaji secara komprehensip dan disisi lain kebijakan ini masih dalam tahap
pengembangan pemerintah sehingga pendapat kontroversial dari berbagai kalangan
banyak ditemui dalam taraf wacana yang fenomenal.
Jika kebijakan ini berjalan hal yang disarankan oleh penulis lebih menyoroti
pada sistem ataupun mekanisme pengawasan dilapangan, karena kebijakan ini hanya
berlaku dikawasan Jabodetabek sehingga akan kurang efektif apabila banyak para
pengguna mobil pribadi membeli bahan bakar diluar Jabodetabek,khususnya para
pemilik mobil yang bertempat tinggal di daerah perbatasan seperti Cikarang,
Bandung dan yang lainnya.Belum lagi jika transportasi umum bus (dalam kota
maupun luar kota, angkot, atau taxi yang justru memanfaatkan situasi ini dengan
melakukan pembelian secara masal untuk dijual kembali secara eceran ataupun ke
pemilik mobil pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kebijakan Fiskal (2008), Laporan Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan
Subsidi Tahun 2008
Badan Kebijakan Fiskal (2009), Laporan Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan
Subsidi Tahun 2009
Hanan Nugroho Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan
Perencana Senior Bidang Energi di BAPPENAS. Anggota Redaksi Jurnal
Perencanaan Pembangunan 2010.
Itochu Corporation, (2008),Prospek Penggunaan LPG Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Yang Murah dan Ramah Lingkungan September 2008.
Kementerian Keuangan, (2010),Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal Tahun 2011.
Kompas, 2013 Soal BBM tuntas, Selasa 14 Desember 2010
Kompas, Enam syarat bagi pemerintah, Kamis16 Desember 2010
Pertamina, (2010),Benefit Penggunaan Gas Untuk Transportasi: Vi-Gas dan BBG,
dalam workshop pemanfaatan gas untuk transportasi, Kementerian Lingkungan
Hidup 1 April 2010.
Said, Umar, (2008), Ketahanan Energi Nasional dalam seminar RPJMN 2010
2014 di Bappenas 4 November 2008 . Jakarta.
20
21