Umur
Jenis kelamin
Suku/Bangsa
RM
Agama
Pekerjaan
Alamat
Rumah sakit
Dokter pemeriksa
Tgl. Pemeriksaan
: Tn. Y
: 49 tahun
: Laki-laki
: Mandar/ Indonesia
: 648701
: Islam
: Petani
: Purnakarya Carangki Tanralili
: Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
: dr. J
: 28 Januari 2014
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Mata kiri kabur
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 3 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit akibat
terkena butiran padi 1 bulan yang lalu . Setelah 1 minggu muncul bercak putih
di mata hitam. Gatal (+), mata merah (+), nyeri (+) seperti tertusuk-tusuk, sulit
membuka mata (+), air mata berlebih (+), rasa mengganjal (+),silau (+), rasa
berpasir (+), kotoran mata berlebih (+).
Riwayat HT dan riwayat DM tidak diketahui. Riwayat berobat 1 minggu
yang lalu di RS. Maros dan oleh dokter diberi obat tetes yang tidak diketahui
namanya, merasa tidak ada perbaikan sehingga pasien dirujuk ke poli Mata
RSWS.
TANDA VITAL
Status Generalis
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1.
Inspeksi
(GAMBAR)
PEMERIKSAAN
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
OD
Edema (-)
Hiperlakrimasi (-)
Normal
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Bola mata
Kornea
Normal
Jernih
OS
Edema (+) minimal
hiperlakrimasi (+)
Sekret (+) mukopurulen
Hiperemis (+), mixed
injeksi (+)
Normal
Keruh seluruh permukaan
Normal
Sulit dievaluasi
Iris
Pupil
Lensa
Mekanisme Muskular
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Ke segala arah
2.
Palpasi
PEMERIKSAAN
Tensi Okuler
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Glandula Preaurikuler
3.
4.
OD
OS
Tn
(-)
(-)
Tidak ada pembesaran
Tn
(-)
(-)
Tidak ada pembesaran
Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
Visus
- VOD
: 6/9,5
- VOS
+ ++
+
: 1/tak terhingga
+ ++
+
5.
Campus visual
6.
Color sense
7.
Light sense
8.
Penyinaran oblik
No
1
Pemeriksaan
Konjungtiva
Oculus Dextra
Hiperemis (-)
Oculus Sinistra
Hiperemis (+),
Mixed injectio (+)
Kornea
Jernih
3
4
5
Lensa
Normal
Cokelat, kripte (+)
Bulat,sentral,
refleks cahaya (+)
Jernih
9. Slit lamp
(Gambar)
- SLOD:
- SLOS:
10.
11.
Tes Fluoresens
: tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% : tidak dilakukan
pemeriksaan
12. Funduskopi
RESUME
Laki laki umur 47 tahun datang ke poli Mata RS. Wahidin Sudirohusodo dengan
keluahan mata sebelah kiri kabur yang dialami sejak 3 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit akibat terkena butiran padi 1 bulan yang lalu .
Setelah 1 minggu muncul bercak putih di mata hitam. Gatal (+), mata merah (+),
nyeri (+) seperti tertusuk-tusuk, sulit membuka mata (+), air mata berlebih (+),
rasa mengganjal (+),silau (+), rasa berpasir (+), kotoran mata berlebih (+).
Riwayat HT dan riwayat DM tidak diketahui. Riwayat berobat 1 minggu
yang lalu di RS. Maros dan oleh dokter diberi obat tetes yang tidak diketahui
namanya, merasa tidak ada perbaikan sehingga pasien dirujuk ke poli Mata
RSWS.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan, inspeksi tampak konjungtiva OS
hiperemis (+) disertai injeksi konjungtiva (+) dan injeksi perikorneal (+), pada
silia sekret (+), apparatus lakrimalis lakrimasi (+),
hipopion (+) dan detail lain sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan visus didapatkan
VOD : 6/7,5 VOS: 1/300.
DIAGNOSIS
OS Ulkus kornea susp. Keratomikosis
Differential Diagnosis
OS Keratitis Bacterial
TERAPI
Terapi Topikal
PROGNOSIS
1.Quo ad vitam
: Bonam
2.Quo ad sanationem
: Dubia
3.Quo ad visam
: Dubia et malam
4. Quo ad cosmeticum
: Dubia
DISKUSI
Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri pada
mata kiri yang dialami sejak 1 bulan yang lalu, akibat terkena biji padi.
Gatal (+), mata merah (+), nyeri (+), lakrimasi (+), rasa mengganjal (+),
fotofobia (+), rasa berpasir (+), sekret (+).
berobat 2
minggu yang lalu di RS Maros dan di beri tetes mata, pasien lupa nama
obat tetesnya.
1/tak terhingga.
Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan Konjungtiva hiperemis (+), injeksi
konjungtiva (+), injeksi perikornea (+), kornea keruh, iris dan detail lain
sulit dievaluasi.
Berdasarkan
hasil
anamnesis,
hasil
pemeriksaan
berumput
tanpa
memakai
pelindung
mata.
berair,
rasa
mengganjal
dan
sering
silau
jika
melihat
KERATOMIKOSIS
I. PENDAHULUAN
melihat. Seorang ahli mata dapat melihat struktur dalam mata karena kornea
bersifat jernih dan memiliki daya bias sebesar 43D. Kornea memiliki mekanisme
protektif terhadap lingkungan maupun paparan patogen (virus, amuba, bakteri dan
jamur). Ketika patogen berhasil masuk dan membuat defek epitelial di kornea,
maka jaringan braditropik kornea akan merespon patogen spesifik dengan terjadi
peradangan pada kornea (keratitis).(1)
air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal dan
reaksi terhadap konjuntivitis menahun, dapat juga dari bakteri, jamur atau
virus. Yang menarik perhatian adalah perbedaan presentasi dari pasien,
yang memungkinkan perkiraan diagnosis dari spesialis mata, hal ini
menolong dalam menyesuaikan pemberian terapi anti infeksi.(2)
atau
keratomikosis
merupakan
masalah
tersendiri
secara
II. EPIDEMIOLOGI
jarang terjadi keratitis akibat infeksi jamur, umumnya kurang dari 5%-10%
. Keratomikosis filamentosa didapati lebih sering terjadi di daerah
Amerika Serikat yang lebih hangat dan lebih lembab dari daerah lain di
negara tersebut.(1)
1. Anatomi
10
keratin
yang
meregenerasi
dengan
cepat
bila
terjadi
dalamnya
terhadap
infeksi,
kerusakan
pada
epitelakan
11
Tebalnya 50m, terdiri atas lima atau enam lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel
gepeng. Lapisan tersebut dibagi menjadi lapisan sel basal: sel kuboid
dimana pembelahan sel terjadi. Wing sel: lapisan kedua adalah berbentuk
sayap agar sesuai dengan permukaan anterior sel basal yang bulat. Sel
superfisial: tiga lapisan sel berikutnya menjadisemakin menyatu karena
aktivitas mitosis dalam lapisan sel basal.Sel-sel paling superfisial
melepaskan diri dari permukaan sebagaiproses normal.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.(7)
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari
ektoderm permukaan. Membrana basal sel-sel berlapis epitel skuamosa
menjadi perantara sebelum membrana Bowman. Lapisan ini sangat tahan
tetapi tidak dapat melakukan regenerasi. Akibatnya, cedera pada lapisan
Bowman biasanya menghasilkan sikatrik pada kornea. (1)
2. Membrana Bowman
12
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
13
diketahui pada mata manusia. Lapisan tersebut disebut duas layer, struktur
tipis tetapi kuat, ketebalannya hanya 15 mikron, dimana satu mikron sama
dengan satu juta meter dan lebih dari 25.000 mikron sama dengan satu inci.
Lapisan ini berada di belakang kornea, sensitif, jaringan transparan di bagian
paling depan mata yang membantu memfokuskan cahaya yang masuk.(14)
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.
Membrana descement adalah membran pada posterior kornea yang
berdekatan dengan bilik mata depan.
14
6. Endotel
Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.Setiap
kerusakan pada kornea (erosi, penetrasi benda asing atau keratokonjungtivitis
ultraviolet) mengekspose ujung saraf sensorik dan menyebabkan nyeri yang intens
disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan bola mata involunter. Trias yang
terdiri atas penutupan mata involunter (blepharospasme), refleks lakrimasi
(epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanya cedera
kornea. (1)
2. Fisiologi Kornea
15
Penetrasi kornea utuh oleh obat adalah bifasik. Zat yang larut dalam lemak
dapat melewati epitel utuh danzat larut dalam air dapat melewati stroma utuh.
Untuk melewati kornea, obat harus memiliki kemampuan larut dalam lemak dan
larut dalam air.(4)
Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur
jaringan
yang
braditrofik,
metabolismenya
lambat
dimana
ini
berarti
16
suatu ruda paksa pada kornea oleh ranting pohon dan bagian tumbuhtumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan
dianggap
sebagai
akibat
sampingan
pemakaian
antibiotik
dan
perifer.
kornea
sentral
dapat
disebabkan
oleh
17
3. Jamur difasik
18
V. PATOFISIOLOGI
19
Keratitis
fungal
juga
dapat
terjadi
sekunder
dari
20
darisirkulasi perifer yang dipacu oleh sel yang berasal dari batas disekitar
stroma ketika jaringan ini juga terkena efeknya.(13)
2. Stadium ulserasi aktif
Ulserasi aktif membuat nekrosis dan penipisan dari epitel, membrane
bowman dan stroma. Dinding yang mengalami ulserasi aktif membuat
lamela menjadi bengkak oleh karena adanya imbibisi dari cairan dan
penumpukan leukosit diantara lapisan tersebut.(13)
3. Stadium regresi
21
bervariasi, tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari
ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrim oleh karena paparan terhadap
nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan
22
lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit ini
diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada
kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai
jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya
agak mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. .(11)
defek pada epitel yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga
terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti miosis, aqueusflare (protein
pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Refleks axon berperan
terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin,
histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata biasanya
eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva,
injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada
sakus konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat
menunjukkan opasitas kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk
bulat atau oval, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp
dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion.(10)
23
permukaan kornea, mempunyai tekstur yang kering, kasar atau tidak rata
yang bisa dilihat pada saat kerokan diagnostik. Bisa juga ditemukan
infiltrat multifokal atau satelit, namun jarang dilaporkan. Sebagai
tambahan, bisa terjadi infiltrat stroma dalam epitelium yang intak. Plak
endotel/dengan hipopion juga bisa didapatkan jika infiltrat jamur cukup
besar atau dalam.(10)
awal
presentasi.
Keratitis
fungal
filemantous
sering
VII.
DIAGNOSIS
24
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya
Supurasi
Infiltrasi stroma
Hipopion
25
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes fluoresein.
kornea.Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau
menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru
menunjukkan daerah yang intak).
26
Gambar Keratomikosis(15)
27
ditemukan adanya jamur pada 75% pasien. Hifa jamur berjalan parallel
pada permukaan kornea. Adanya komponen jamur yang mencapai stroma
menunjukkan tingkat virulensi kuman sangat tinggi dan biasanya
berhubungan dengan infeksi yang progresif.
VIII.
DIAGNOSA BANDING
1. Keratitis bakterial
Organisme
Bakterimerupakan
yang
penyebab
biasanya
paling
terlibat
banyak
yaitu
ulkus
kornea.
Pseuomonas
28
Haemophilus
influenza
dan
Moraxella
catarrhalis.Neiseria
species,
2. Keratitis viral
29
IX. PENATALAKSANAAN
30
mengganggu
permeabilitas
membran
jamur
sehingga
terjadi
31
2. Azole
(imidazole
dan
triazole)
termasuk
ketaconazole,
miconazole,
32
Keratectomy.
Teknik ini dilakukan apabila ulkusnya lebih dalam atau deep injury
dimana kerusakan kornea menimbulkan terbentuknya jaringan ikat
sehingga menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana akan
menghalangi cahaya yang menuju ke retina. Operasi dilakukan dengan
cara membelah kornea untuk menggapai area yang mengalami scar
kemudian membersihkan daerah yang opak dan daerah yang
33
miconozole,
econazole,
ketoconazole);
triazoles
1%
(10
mg/ml)
merupakan
obat
terpilih
memberantas
34
sebagai terapi awal ketika memulai terapi sebagai terapi jangka panjang
tak teratur. Terapi sistemik hanya diindikasikan pada kasus yang
melibatkan intraokular. Pada kasus lain akan berespon baik dengan terapi
topikal antifungi seperti natamycin, nystatin, dan amphotericin B. Terapi
pembedahan. Keratoplasti diindikasikan ketika kerusakannya gagal
berespon atau pada terapi konservatif respon sangat lambat dan pada terapi
keadaan menjadi lebih buruk.(4)
35
X. KOMPLIKASI
XI. PROGNOSIS
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38