PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah pembangunan upaya
kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk, dalam
mewujudkan kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahahteraan
umum dari tujuan nasional. Dalam sistem kesehatan nasional di sebutkan bahwa
tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat
bekerja serta hidup layaknya sesuai dengan martabat manusia tidak terkecuali
warga negara yang telah usia lanjut, keberhasilan pembangunan nasional di
berbagai segi kehidupan antara lain: perbaikan gizi masyarakat, kemajuan di
bidang kesehatan, keberhasilan lingkungan dan penurunan mortalitas berdampak
positif terhadap pertumbuhan usia lanjut yang sangat pesat (Depkes, 2002).
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh
melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea
meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini
sebagian disebabkan oleh Mode, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika
tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan,
wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones,
2003).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh
Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin
panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%,
kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian
ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian
janin 14,5% (Winkjosastro, 2005). Menurut Andon dari beberapa penelitian
terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan
jaringan
yang
mengakibatkan
jaringan
terbuka
sehingga
Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan keperawatan maternitas ini adalah
mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Post Caesarea Hari
Pertama dengan Indikasi Plasenta Letak Rendah (PLR) dan MOW (Medis
Operatif Wanita) dengan pendekatan proses asuhan keperawatan dari tahap
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2.
Tujuan Khusus
1) Menggambarkan hasil pengkajian pada klien Post SC hari pertama dengan
indikasi Plasenta Letak Rendah (PLR) dan MOW.
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Post SC
hari pertama dengan indikasi Plasenta Letak Rendah (PLR) dan MOW.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SECTIO CAESAREA
1. Pengertian
Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang
menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi
atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina
akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin
umum sebagai pengganti kelahiran normal.
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Jenis-jenis operasi
sectio caesarea, terdiri atas :
a) Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)
a.
b.
kekurangannya
adalah
luka
melebar
sehingga
Secara terperinci ada tujuh indikasi medis seorang ibu yang harus
menjalani sectio caesarea yaitu:
a) Jika panggual sempit, sehingga besar anak tidak proporsional
dengan indikasi panggul ibu (disporsi). Oleh karena itu, penting
untuk melakukan pengukuran panggul pada waktu pemeriksaan
kehamilan awal. Dengan tujuan memperkirakan apakah panggul ibu
masih dalam batas normal.
b) Pada kasus gawat janin akibat terinfeksi misalnya, kasus ketuban
pecah dini (KPD) sehingga bayi terendam cairan ketuban yang
busuk atau bayi ikut memikul demam tinggi. Pada kasus ibu
mengalami preeklamsia / eklamsia, sehingga janin terpengaruh
akibat komplikasi ibu.
c) Pada kasus plasenta terletak dibawah yang menutupi ostium uteri
internum (plasenta previa), biasanya plasenta melekat di bagian
tengah rahim. Akan tetapi pada kasus plasenta previa menutupi
ostium uteri internum.
d) Pada kasus kelainan letak. Jika posisi anak dalam kandungan
letaknya melintang dan terlambat diperiksa selama kehamilan belum
tua.
e) Jika terjadi kontraksi yang lemah dan tidak terkordinasi, hal ini
menyebabkan tidak ada lagi kekuatan untuk mendorong bayi keluar
dari rahim. (incordinate uterine-action).
f)
epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi
berlangsung. Anestesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin
diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagther, 2004).
1) Anestesi general
Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural
tidak mungkin diberikan, baik karena alasan teksis maupun karena
dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan
menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat
menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intra vena. Dalam
waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak
sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorakan pasien untuk
membantu pasien bernafas dan mencegah muntah. Pasien yang
menggunakan anestesi general harus dimonitor secara konstan oleh
seseorang ahli anestesi.
2) Anestesi spinal
Dalam operasi caesarea, pasien diberi penawaran untuk menggunakan
anestesi spinal atau epidural. Pilihan ini membuat pertengahan ke
bawah tubuh pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan
menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini berarti pasien bisa
merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan sakit, dan pasangan juga bisa
mendampingi untuk memberikan dorongan dan semangat.
7. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea.
Proses keperawatan adalah metode sistematis dimana secara langsung
perawat bersama klien secara bersama menentukan perawatan sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan.
1) Pengkajian
a.
Pengumpulan Data
10
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan sumber data subjektif tentang status
kesehatan pasien yang memberikan gambaran tentang masalah
kesehatan aktual maupun potensial dan merupakan penentuan
pengkajian fisik yang berkaitan dengan imformasi tentang keadaan
fisiologis, psikologis, budaya dan psikososial. Ini juga berkaitan
dengan status kesehatan pasien dan faktor-faktor seperti gaya hidup
hubungan pola dalam keluarga dan pengaruh budaya.
d. Keluhan Utama
Umumnya beberapa hari periode post partum pervagina ibu
merasakan nyeri setelah melahirkan, nyeri episiotomi atau laserasi
dan pembengkakan payudara
e.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan menjabarkan keluhan utama dengan pendekatan
P,Q,R,S,T Paliatif yaitu faktor yang memperberat dan memperingan
masalah, Quality yaitu kualitas nyeri, Regional yaitu daerah yang
11
dirasakan, Scale yaitu skala nyeri, dan Time yaitu waktu yang
dirasakan.
f.
g.
Riwayat Ginekologi
i. Riwayat menstruasi
Meliputi menarce, lama haid, siklus haid, sifat darah,
adatidaknya dismenarche, HpHt dan taksiran partus.
ii.Riwayat Perkawinan
Meliputi usia klien dan suami saat menikah, perkawinan
keberapa bagi klien dengan suami serta lamanya perkawinan.
iii.Riwayat keluarga berencana
Meliputi jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
penggunaan, keluhan selama penggunaan, rencana mempunyai
anak dan jenis kontrasepsi yang akan digunakan setelah
bersalin.
b) Riwayat Obstetri
i. Riwayat kehamilan sekarang
Meliputi keluhan selama hamil, gerakan anak pertama kali
dirasakan, imunisasi yang diperoleh, penambahan berat badan
12
Penampilan Umum
Meliputi status kesadaran, keadaan fisik klien.
13
4) Sistem Perkemihan
Uretra dan ureatus urinarius oedema
5) Sistem Neurologis
Sakit kepala pada ibu post partum, mungkin disebabkan
oleh perubahan kondisi akibat hipetensi atau stress.
6) Sistem Endokrin
Adanya rangsangan hisap bayi, fundus akan mengeras jika
dilakukan massase ringan, hal ini berkaitan dengan
pengeluaran oksitosin pembengkakan payudara.
7) Sistem Reproduksi
Mencakup bentuk payudara, pembengkakan payudara,
pigmentasi aerola mammae, terjadi pengeluaran kolostrum
saat dipalpasi, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, jenis
lokhea pada hari 1-2, lokhea lubra berwarna merah,
keadaan vagina dan vulva.
8) Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot perut menurun, dinding abdomen lunak dan
kendur.
9) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi aerola mammae, linea nigra, kulit lembab.
j.
Data Biologis
Mencakup masalah kesehatan dan keperawatan yang lalu, masalah
kesehatan yang dialami dan masalah pola kebiasaan sehari-hari dan
masalah yang beresiko untuk klien.
a)
Pola Nutrisi
Mencakup kebiasaan makan, frekuensi, jumlah dan jenis
makanan yang disukai, pantangan, porsi makan, kebiasaan
umum, frekuensi, jumlah, jenis.
b) Pola Eliminasi
14
k. Data Psikososial
Mencakup Prilaku, pola emosi, konsep diri, gambaran diri, pola
pemecahan masalah, tingkat pengetahuan dan daya ingat, data sosial
yang meliputi : Status ekonomi, kegiatan rekreasi, bahasa, daya
komunikasi, pengaruh budaya, sumber daya masyarakat, faktor
resiko lingkungan, hubungan sosial, hubungan dengan keluarga dan
pekerjaan.
l.
Data Spiritual
Mencakup nilai-nilai dan norma, kegiatan keagamaan, dan moral.
m. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, golongan
darah, leukosit, hematokrit, dan trombosit.
n. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada klien post ektrasi forsep adalah
obat analgetik dan antibiotik.
o.
Penampilan Umum
15
Wajah
Meliputi kesimetrisan, sekitar alis dan dahi terdapat rambut
halus, adanya tanda kemerahan di pipi.
d) Mata
Meliputi kesimetrisan pergerakan bola mata, konjungtiva dan
seklera, kaji reflek mata misalnya reflek mengedip dapat timbul
dari beberapa rangsangan seperti cahaya yang terang, sentuhan
nyeri, dan usapan alis, reflek pupil timbul sebagai akibat respon
terhadap cahaya.
e)
Hidung
Meliputi bentuk, kesimetrisan, adanya tidaknya secret
f)
Telinga
Meliputi kesimetrisan, kebersihan, kesejajaran puncak telinga,
ada tidaknya lubang telinga, ada tidaknya cairan yang keluar,
ada reflek terkejut reflek ini timbul dengan suara keras secara
mendadak atau dengan menepuk sternum.
g) Mulut
Adanya
Abdomen
Meliputi bentuk keadaan kulit, keadaan tali pusat.
j)
Genetalia
Pada laki-laki normalnya testis turun dan pada perempuan
biasanya
labia
mayora
dan
minora
serta
clitorisnya
2) Analisa Data
17
yang
aktual
dan
potensial.
Diagnosa
keperawatan
b.
c.
pada
konsep
diri,
transmisi/kontak
interpersonal,
e.
4) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembngan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada
18
19
b.
20
b.
c.
d.
b.
c.
d.
21
Umur
b.
c.
Hipoplasia endometrium
d.
e.
f.
g.
Kehamilan kembar
h.
b.
22
5. Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih
dini, ketersediaan transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir
semua rumah sakit kabupaten.
Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami
penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran
prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea.
Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun
tindakan konservatif diberlakukan (Prawirohardjo, 2008).
C. MOW (MEDIS OPERASI WANITA) / TUBEKTOMI
1. Pengertian
MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat
disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat
melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu
dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu
gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar
dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan
ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
a.
23
Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara
cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta
pengetahuan
tentang
sifat
permanen
pada
kontrasepsi
ini
(Wiknjosastro, 2005)
b.
Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis,
umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang
anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro, 2005)
c.
Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi
syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontra
indikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang
dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat
menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan
metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalami
peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang
sedang hamil atau dicurigai sedang hamil (BKKBN, 2006)
24
banyak
karena
peralatan
laparoskopi
dan
biaya
dapat
digunakan
dengan
anestesi
lokal
dan
25
b.
c.
Ambulasi dini
d.
Diet biasa
e.
b.
c.
Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
d.
26
b.
Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c.
Pasca persalinan
Minilaparotomi dapat dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah 6
minggu atau 12 minggu pasca persalinan setelah dinyatakan ibu dalam
keadaan tidak hamil.
d.
Pasca keguguran
Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau
laparoskopi setelah triwulan pertama pasca keguguran dalam waktu 7
hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik. Sedangkanpada triwulan
kedua dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik,
tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparotomi saja.
6. Indiksi MOW
Komperensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela Indonesia tahun
1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 40
tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 30 tahun
dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 35 tahun dengan 2 anak
atau lebih, dan umur istri 35 40 tahun dengan satu anak atau lebih
sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali
27
b.
c.
waktu
melakukan
operasi
ginekologik
dapat
pula
ii.
iii.
29
9. Kerugian MOW
Kerugian dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan
Sujiyati,2009,pp 163-164) yaitu antara lain:
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak
dapat dipulihkan kembali.
b. Klien dapat menyesal dikemudian hari
c. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis
ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi
f. Tidak melindungi diri dari IMS.
30