BAB I
PENDAHULUAN
terdapat paling sedikit 100 merk air minum mineral, baik dalam kemasan maupun yang
sistem isi ulang. Walaupun sudah cukup banyak pengusaha dibidang Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) ini, namun bidang ini tetap menarik untuk dimasuki.
PT.GTS adalah salah satu perusahaan yang bertujuan untuk menjalankan usaha
dibidang industri pengolahan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Untuk mendukung
usahanya tersebut, maka PT. GTS telah membangun pabriknya di wilayah Surakarta,
Jawa Tengah. Seperti pada umumnya perusahaan AMDK, maka PT. GTS memproduksi
AMDK dalam ukuran gallon 19 liter, gelas 240 ml, botol 600ml, dan botol 1.500ml.
Ukuran-ukuran ini sesuai dengan Standard Nasional Indonesia dan Standard Badan POM
Departemen Kesehatan RI.
Namun pendirian pabrik ini tidak didahului dengan suatu studi kelayakan yang
memadai, sehingga pada saat akan memulai produksinya, perusahaan tidak memiliki
patokan (standar) yang memadai pula.
Proses produksi AMDK ini melalui 2 (dua) tahap utama yaitu Filterisasi dan
Sterilisasi. Tujuan dari filterisasi adalah menyaring air terhadap partikel-partikel dan zat-
zat yang tidak diperbolehkan menurut standar pengolahan AMDK, dan tujuan dari
sterilisasi adalah membunuh bakteri-bakteri, kuman-kuman dan biotic lain yang
berbahaya bagi kesehatan dan tidak sesuai standar pengolahan AMDK. Setelah melalui
dua tahap pengolahan tersebut, air siap dimasukkan dalam masing-masing kemasan.
Agar kualitas produknya tetap terjamin dan terjaga sesuai dengan standard yang
ada, maka PT. GTS, khususnya Laboratorium pengawasan mutu, selalu melakukan tes
pada setiap tahap produksi untuk setiap jenis produk, yaitu sejak pemrosesan bahan baku
sampai dengan menjadi produk siap jual. Dalam pengawasan mutu ini, PT. GTS juga
bekerja sama dengan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah di Semarang.
Area pemasaran yang dituju oleh PT. GTS adalah di wilayah Jawa Tengah (60%),
DI Yogyakarta (20%), dan Jawa Timur (20%).
tersebut sudah stabil penjualannya, maka PT. GTS akan mulai menjajaki pemasaran ke
wilayah DKI Jakarta dan luar Jawa untuk memasarkan produknya.
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa pendirian pabrik AMDK ini tidak didahului
dengan suatu feasibility study, akibatnya tidak ada standar operasi yang memadai untuk
pabrik tersebut berproduksi. Selain itu diketahui pula mengenai adanya ketidakstabilan
pada tingkat harga kemasan AMDK, terutama pada harga cup. Bahan dasar dari cup ini
adalah residu dari pengolahan minyak bumi, dan karena pada saat ini harga minyak bumi
sedang melonjak, maka berpengaruh pada harga cup tersebut.
Untuk pembangunan pabrik ini digunakan dana dari pemegang saham perusahaan
tersebut. Pembangunan ini dilakukan study kelayakan (feasibility study), untuk melihat
apakah industri ini masih bisa dimasuki atau tidak, dan juga untuk melihat hal-hal lain
yang mungkin dapat berpengaruh pada jalannya produksi AMDK itu nantinya.
Salah satu hal yang cukup berpengaruh pada jalannya produksi adalah adanya
ketidakstabilan pada harga kemasan (terutama harga cup), dalam satu minggu bisa terjadi
peningkatan harga sebesar 10% - 30%. Dan ketidakstabilan harga ini sangat berpengaruh
pada biaya produksi.
Karena tidak adanya studi kelayakan tadi, maka manajemen PT. GTS tidak dapat
mengetahui payback period dari modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham,
berapa tingkat penjualan yang terbaik yang harus dicapai, dan juga memprediksi apakah
usaha ini masih layak untuk terus dijalankan atau tidak.
Melalui penelitian ini, akan dilakukan analisa mengenai biaya-biaya yang telah
dikeluarkan dalam pembangunan pabrik dan biaya-biaya yang diproyeksikan terjadi
selama produksi berjalan, memperhitungkan berapa tingkat penjualan yang terbaik bagi
PT. GTS. Dari penelitian ini akan diperoleh laporan analisa mengenai keadaan
perusahaan PT. GTS, langkah yang akan diambil kedepannya dalam mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin akan timbul, dan memperkirakan kapan PT. GTS akan
mencapai titik BEP.
Tujuan dari penelitian ini adalah agar dapat memberikan rekomendasi kepada
manajemen PT. GTS dalam penyelesaian masalah-masalah yang sedang dihadapi dalam
produksi di pabrik AMDK.
Tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini adalah identifikasi biaya investasi
yang telah dikeluarkan dalam rangka pembangunan pabrik AMDK ini, kemudian
dibandingkan dengan proyeksi dari penjualan, laba-rugi dan arus kas yang akan diterima.
Dari sini akan dilakukan analisia capital budgeting, sehingga dapat diperoleh kesimpulan
alternatif mana yang terbaik, dan merekomendasikannya kepada manajemen PT. GTS..
Manfaat yang ingin didapat dari penelitian ini adalah agar dapat memberikan
penjelasan kepada pihak manajemen PT. GTS mengenai dampak dari alternatif-alternatif
yang ada dan memberikan solusi yang terbaik bagi perusahaan dalam menghadapi
masalahnya.
Pada penelitian ini GFP kami hendak membatasi pembahasan pada beberapa
asumsi, yaitu:
! Data dan informasi yang diterima adalah benar untuk saat dilakukannya
penelitian, dan tidak terjamin kebenaran apabila telah terjadi perubahan yang
berhubungan dengan asumsi yang terkait.
! Penelitian ini hanya ditujukan kepada PT. GTS, dimana hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam
memproduksi dan menjalankan usaha AMDK.
! Tingkat inflasi yang diasumsikan adalah sebesar 5%.
! Nilai bangunan Rp3.000.000.000,! Nilai tanah Rp1.170.000.000,! Jumlah pinjaman bank sebesar Rp400.000.000,- dengan tingkat bunga 18%.
! Penggunaan bahan bakar solar untuk generator set adalah 420 liter setiap
bulannya dengan harga Rp2.200,- per liter.
! Jam kerja adalah 40 jam seminggu, dengan jumlah hari kerja 22 hari.
! Nilai, Kapasitas dan Biaya Pemeliharaan mesin. Untuk menjalankan pabrik
ini dibutuhkan 4 macam mesin untuk produksi AMDK dan 2 mesin
pendukung.
Mesin Produksi:
Mesin Pendukung:
! Kendaraan yang disediakan untuk kegiatan distribusi AMDK ini adalah 2 unit
truk, masing-masing dengan nilai:
Truk 1 = Rp100.000.000,Truk 2 = Rp200.000.000,Biaya
pemeliharaan
untuk
dua kendaraan
tersebut
adalah sebesar
2 orang @ Rp1.000.000,-
Pekerja
18 orang @ Rp400.000,-
Marketing 6 orang
Kantor
Supervisor
1 orang @ Rp1.000.000,-
Delivery
5 orang @ Rp400.000,-
4 orang
Satpam
Finance
1 orang @ Rp1.000.000,-
Accounting
1 orang @ Rp1.000.000,-
HRD
1 orang @ Rp1.000.000,-
Office Boy
1 orang @ Rp400.000,-
3 orang @ Rp400.000,-
Kenaikan biaya gaji dan upah diasumsikan sebesar 5% (sesuai inflasi) plus 4%
untuk penyesuaian, perorang setiap tahunnya
! Harga Kemasan
Galon 19 liter
Harga Galon
Harga Tutup
Harga Seal
Harga Sticker
Asumsi penggunaan gallon adalah 1000 gallon yang tidak kembali dari
distributor, 1000 merupakan persediaan digudang, dan setiap pembelian 1
gallon air oleh distributor, harus dibarengi dengan pengembalian 1 buah
gallon. Gallon diperlakukan sebagai asset, jadi jumlah yang dibebankan
pada biaya produksi ditetapkan berdasarkan biaya penyusutannya selama 3
tahun (36 bulan), diasumsikan Rp1.000,- pergallon.
Cup 240 ml
Harga Cup
Harga Karton
Harga Lakban
Harga air
Botol 1.500 ml
Harga Botol
Harga Karton
Harga Label
Harga Seal
Harga Lakban
Harga Air
Botol 600 ml
Harga Botol
Harga Karton
Harga Label
Harga Seal
Harga Lakban
Harga Air
! Penjualan dilakukan pada bulan kedua dari produksi, karena pada bulan
pertama dilakukan promosi produk, pelatihan pegawai dan instalasi mesinmesin.
! Biaya penjualan diperhitungkan dari jumlah penggunaan bahan bakar solar
untuk truk pengangkut, yaitu sebesar 1000 liter perbulan dengan harga
Rp2.100,- perliter,
Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.