Editor :
Mahmud Thoha dan Yeni Saptia
6/22/2010 6:18:24 PM
Penerbit:
6/22/2010 6:18:28 PM
KATA PENGANTAR
Pembiayaan syariah dalam mengembangkan sektor
pertanian merupakan salah satu kegiatan dan atau penelitian
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Ekonomi-Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia yang tergabung dalam Sinergi
penelitian Bidang Iptek Dikti-LIPI Tahun Anggaran 2009.
Penyusunan laporan penelitian Dikti ini dapat berjalan
dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak, baik
instansi pemerintah, lembaga keuangan bank/non bank dan
masyarakat petani di dua daerah penelitian yaitu Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat serta Kabupaten Sleman dan
sekitarnya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkenaan
dengan itu kami mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan yang diberikan berupa data dan informasi yang
berkaitan dengan pembiayaan syariah di sektor pertanian di
dua daerah penelitian tersebut.
Laporan penelitian Dikti ini telah diuji berbagai tahapan
proses penelitian yang panjang mulai dari pembuatan riset
disain sampai menjadi laporan akhir yang telah didiskusikan
dan diseminarkan oleh tim peneliti P2E-LIPI. Dengan
demikian laporan hasil penelitian ini secara akademik dapat
dipertanggungjawabkan dan diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi dalam mengembangkan kebijakan
pembiayaan syariah dalam sektor pertanian.
6/22/2010 6:18:28 PM
ii
6/22/2010 6:18:28 PM
ABSTRAK
Saat ini alokasi kredit pada sektor pertanian masih minim
karena masih terdapat anggapan bahwa usaha pertanian
beresiko tinggi. Padahal, secara empirik sektor pertanian adalah
sektor yang mampu mencapai tingkat pertumbuhan yang positif
di saat kondisi krisis ekonomi melanda perekonomian nasional
beberapa tahun lalu. Agar masalah minimnya pembiayaan
di sektor pertanian dapat dipecahkan, maka diperlukan
adanya alternatif pembiayaan di sektor pertanian dengan
mengembangkan pola pembiayaan syariah dengan prinsip
bagi hasil.
Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengkaji proses
penyaluran pembiayaan terhadap sektor pertanian dengan
menggunakan skim syariah; (2) menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penyaluran pembiayaan syariah
pada sektor pertanian, (3) menganalisis efektivitas pembiayaan
syariah dalam meningkatkan usaha/pendapatan petani; (4)
mengkaji bagaimana prospek pembiayaan syariah dalam
mengembangkan sektor pertanian; (5) menganalisis kebijakan
pemerintah dalam mengembangkan pembiayaan syariah pada
sektor pertanian.
Untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang isu-isu
tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada kelima sub-sektor
pertanian yaitu : subsektor tanaman pangan, hortikultura,
iii
6/22/2010 6:18:28 PM
iv
6/22/2010 6:18:28 PM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... x
BAB 1
BAB 2
6/22/2010 6:18:28 PM
2.4
2.5
2.6
2.7
vi
6/22/2010 6:18:29 PM
vii
6/22/2010 6:18:29 PM
viii
6/22/2010 6:18:29 PM
DAFTAR TABEL
58
59
73
76
88
ix
6/22/2010 6:18:29 PM
6/22/2010 6:18:29 PM
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Pikir Penelitian .............................................
18
45
50
56
57
77
79
87
xi
6/22/2010 6:18:29 PM
xii
6/22/2010 6:18:29 PM
BAB 1
PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK
PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN:
PENDEKATAN STUDI
Tim Peneliti
1.1
Pendahuluan
Sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut dicirikan oleh berbagai hal.
Pertama, sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja paling
banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statitik (2006) terdapat
kurang lebih 41,8 juta dari total penduduk bekerja di sektor pertanian
dalam arti luas (pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan).
Kedua, besarnya luas lahan yang digunakan. Data BPS (2006)
menunjukkan bahwa 71,33% dari seluruh lahan yang ada di
Indonesia digunakan untuk usaha pertanian. Besarnya penyerapan
tenaga kerja dan luasnya lahan yang digunakan untuk usaha
pertanian, merupakan dua faktor penting yang mengindikasikan
bahwa sektor pertanian merupakan sektor strategis dan harus
mendapat prioritas pertama dalam pembangunan nasional.
Disamping itu, sektor pertanian juga mempunyai efek pengganda
ke depan dan ke belakang yang besar, melalui keterkaitan inputoutput-outcome antar industri, konsumsi dan investasi. Hal ini
terjadi secara nasional maupun regional karena keunggulan
komparatif sebagian besar wilayah Indonesia adalah di sektor
pertanian.1
Meskipun sektor pertanian menyerap jumlah tenaga kerja
paling banyak dan menggunakan sebagian besar lahan yang ada,
namun sumbangan sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto
1
www.deptan.go.id/pembiayaan/direktorat_pembiayaan.htm
(Renstra) Pusat Pembiayaan Pertanian Tahun 2005-2009
tentang
Rencana
Startegis
6/22/2010 6:19:06 PM
Tim Peneliti
6/22/2010 6:19:11 PM
dirasa masih sangat minim jika dilihat dari penyaluran kredit pada
sektor lain.
Salah satu faktor masih minimnya alokasi kredit (pembiayaan) pada sektor pertanian disebabkan oleh masih terdapatnya anggapan sebagian besar bankir yang melihat bahwa usaha
di sektor pertanian merupakan usaha yang beresiko tinggi.
Padahal, secara empirik sektor pertanian adalah sektor yang
mempu mencapai tingkat pertumbuhan yang positif di saat kondisi
krisis ekonomi melanda perekonomian nasional beberapa tahun
lalu. Pada tahun saat krisis, pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan dari 4,7% pada tahun 1997 menjadi -12% pada tahun
1998/1999. Akan tetapi, pada saat itu sektor pertanian tetap
memiliki pertumbuhan yang positif, yaitu 0,38% (BPS,1999).
Tabel 1.1 Penyaluran Kredit Perbankan Nasional pada Beberapa Sektor (%)
Penyaluran Kredit
Sektor
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007**
Pertanian
7.92
6.11
5.55
5.85
5.32
5.72
5.40
Pertambangan
2.82
1.67
1.16
1.040
1.14
1.77
1.94
Perindustrian
44.23
33.12
28.11
25.94
25.60
23.18
22.93
Perdagangan
18.39
18.06
19.24
20.06
19.45
20.63
20.93
Jasa-jasa
1.86
16.69
20.35
19.48
19.57
20.03
11.56
24.77
24.35
25.59
27.27
29.93
28.68
37.21
100
100
100
100
100
100
100
Lain-lain
TOTAL*
6/22/2010 6:19:11 PM
Tim Peneliti
Perumusan Masalah
Toha, Mahmud. 2005. Aktivitas Berbasis Bagi Hasil: Dalam Sektor Primer. P2E-LIPI
6/22/2010 6:19:11 PM
3.
4.
Bagaimana
prospek
pembiayaan
mengembangkan sektor pertanian?
5.
syariah
syariah
dalam
dalam
6/22/2010 6:19:11 PM
Tim Peneliti
1.3
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah dikemukakan dapat dikemukakan beberapa tujuan penelitian ini, yaitu:
1.
Mengkaji proses penyaluran pembiayaan syariah terhadap
sektor pertanian dengan menggunakan skim syariah.
2.
3.
4.
5.
1.4
syariah
dalam
6/22/2010 6:19:11 PM
Aspek Strategis
2.
3.
1.6
6/22/2010 6:19:11 PM
Tim Peneliti
Metodologi Penelitian
Pengertian Efektivitas
6/22/2010 6:19:12 PM
Pembiayaan Syariah
6/22/2010 6:19:12 PM
Tim Peneliti
b.
c.
10
6/22/2010 6:19:12 PM
Collateral
(Jaminan):
Penilaian
terhadap
jaminan
digunakan untuk mengetahui sejauhmana resiko kegagalan
pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Jaminan dapat
berupa Letter of Guarantee, jaminan probadi, rekomendasi,
avalist letter of comfort.
e.
2.
3.
Aspek Manajemen: Dalam penilaian aspek manajemen, halhal yang perlu diperhatikan adalah struktur organisasi dan
kemampuan anggota yang terlibat dalam manajemen.
11
6/22/2010 6:19:12 PM
Tim Peneliti
4.
5.
6.
2.
resiko geografis
3.
resiko politik
4.
resiko inflasi
5.
resiko persaingan
12
6/22/2010 6:19:12 PM
Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut
13
6/22/2010 6:19:12 PM
Tim Peneliti
Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan secra tangguh sementara pembayaran dilakukan
tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah
sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon,
namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan
waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan
kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan
nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau
cicilan. Harga jual yang telah ditetapkan oleh bank adalah
harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam
hal bank menjualnya secara tunai biasa disebut pembiayaan
talangan (bridging financing). Sedangkan dalam hal bank
menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus menyepakati
14
6/22/2010 6:19:12 PM
Pembiayaan Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa
kali (termin) pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah
umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
Ketentuan umum pembiayaan istishna adalah spesifikasi
barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran,
mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati
dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah
selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari
criteria pesana dan terjadi perubahan harga setelah akade
ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap ditanggung
nasabah.
b.
6/22/2010 6:19:12 PM
Tim Peneliti
1.
Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi
adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk
meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersamasama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau
lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan
seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun
tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja
sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading
asset), kewiraswastaan (entrepreneur ship), kepandaian
(skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment)
atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit-worthiness) dan barang-barang
lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum
16
6/22/2010 6:19:12 PM
Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular
dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk
ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100%
modal kas dari shahib al maal dan keahlian dari mudharib.
Transakasi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahib al-maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu
untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan antara musyarakah dan mudharabah terletak
pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan
atau salah satu diantaranya. Dalam mudharabah, modal
hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah
modal berasal dari dua pihak atau lebih.
17
6/22/2010 6:19:12 PM
Tim Peneliti
d.
Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk
mempErmudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap
ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang
benar-benar timbul.
18
6/22/2010 6:19:12 PM
6/22/2010 6:19:13 PM
Tim Peneliti
6/22/2010 6:19:13 PM
21
6/22/2010 6:19:13 PM
BAB 2
SKIM KREDIT/PEMBIAYAAN DI SEKTOR
PERTANIAN
Firmansyah, M.Nadjib, Yeni Saptia, Masyhuri, M.Thoha
2.1
Pendahuluan
Salah satu ciri pertanian rakyat di Indonesia adalah manajemen dan permodalan yang terbatas. Keterbatasan permodalan
yang dialami petani akan mempengaruhi ruang gerak aktifitas
produksi usahatani dari petani. Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan pertanian
pada khususnya adalah melalui kredit atau pembiayaan. Kredit
atau pembiayaan bertujuan sebagai salah satu syarat pelancar
dalam pembangunan pertanian berfungsi untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan pertanian, karena
tanpa adanya kredit, pertumbuhan ekonomi dalam bidang pertanian
akan berjalan lambat. Untuk produksi yang lebih baik, petani harus
lebih banyak mengeluarkan uang sarana produksi. Petani dengan
uang banyak akan mampu untuk membeli sarana produksi yang
produktif sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi
(Mosher, 1985).
Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya
diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus
23
6/22/2010 6:19:13 PM
24
6/22/2010 6:19:13 PM
Tujuan KHM
1.
2.
3.
25
6/22/2010 6:19:13 PM
4.
B.
KHM diprioritaskan bagi pengembangan komoditas hortikultura dengan maksimum waktu berproduksi 1 (satu) tahun
dan mempunyai pangsa pasar yang jelas dan cenderung ke
arah captive market
KHM diberikan kepada petani melalui kelompok tani hortikultura dalam kerangka fasilitas Kredit Modal Kerja.
C.
26
6/22/2010 6:19:13 PM
27
6/22/2010 6:19:13 PM
3.
28
6/22/2010 6:19:13 PM
E.
29
6/22/2010 6:19:13 PM
3.
Persyaratan Kredit.
30
6/22/2010 6:19:13 PM
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
6/22/2010 6:19:13 PM
2.
3.
4.
5.
6.
7.
32
6/22/2010 6:19:13 PM
8.
9.
10.
2.
3.
4.
5.
33
6/22/2010 6:19:13 PM
6.
7.
8.
9.
b.
2.
34
6/22/2010 6:19:14 PM
3.
Bila disetujui permohonan pinjamannya, dilanjutkan penandatanganan akad kredit antara petani dengan Bank Mandiri.
4.
5.
2.
3.
4.
35
6/22/2010 6:19:14 PM
5.
Bila permohonan pinjamannya disetujui, dilanjutkan penandatanganan akad kredit antara Perusahaan Inti dengan Bank
Mandiri.
6.
7.
Kontrak pembelian.
2.
3.
4.
36
6/22/2010 6:19:14 PM
5.
Bila permohonan pinjamannya disetujui, dilanjutkan penandatanganan akad kredit antara Pedagang pengumpul hortikultura dengan Bank Mandiri.
6.
7.
Pedagang pengumpul hortikultura diwajibkan membuat laporan perkembangan usaha secara periodik.
2.3
37
6/22/2010 6:19:14 PM
38
6/22/2010 6:19:14 PM
a.
b.
Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
c.
Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
d.
b.
c.
d.
39
6/22/2010 6:19:14 PM
b.
b.
c.
40
6/22/2010 6:19:14 PM
41
6/22/2010 6:19:14 PM
42
6/22/2010 6:19:14 PM
2)
3)
4)
b)
c)
d)
b)
c)
penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLMPUAP) kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan;
b)
b)
43
6/22/2010 6:19:14 PM
3)
6/22/2010 6:19:14 PM
45
6/22/2010 6:19:14 PM
46
6/22/2010 6:19:14 PM
2.4
Sasaran :
47
6/22/2010 6:19:14 PM
48
6/22/2010 6:19:15 PM
2.
49
6/22/2010 6:19:15 PM
3.
4.
Kel. Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dibantu PPL/dinas terkait
2.
3.
4.
Bank meneliti dokumen RDKK dan bila layak akad kredit dengan kel. Tani
5.
6.
7.
Peran Stakeholders:
1.
2.
3.
50
6/22/2010 6:19:15 PM
4.
Melakukan bimbingan dan pengawasan agar kredit dimanfaatkan secara optimal dan tepat sasaran
2.5
51
6/22/2010 6:19:15 PM
52
6/22/2010 6:19:15 PM
untuk investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK), dengan besaran
sampai dengan Rp. 50 juta untuk usaha skala mikro, diatas Rp. 50
juta sampai dengan Rp. 250 juta untuk usaha kecil golongan I, dan
sampai sebesar Rp. 500 juta untuk usaha kecil golongan II.
Pinjaman atau kredit disalurkan berdasarkan sistem bungan.
Kerangka dasar yang digunakan cukup bersaing, yakni sebesar
2 % sampai 3 % dibawah suku bunga komersial yang berlaku di
bank pelaksana. Artinya, apabila bunga bank pelaksana mematok
bunga sebesar 4 % untuk kredit komersial yang dikucurkan, maka
bunga skim SP-3 lebih kecil sebesar 3 % dari besaran suku bunga
komersial. Bank-bank pelaksana skim SP-3 adalah Bank Mandiri,
Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Pembangunan
Daerah.
SP-3 bukanlah satu-satunya skim pembiayaan yang
diluncurkan oleh pemerintah untuk usaha pertanian skala mikro,
kecil dan menengah. Berbeda dengan skim-skim yang lain, seperti
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan atau disingkat dengan
PUAP misalnya, organisasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan
SP-3 tidak dibangun secara hirarkhis dari pusat sampai tingkat
daerah. Dalam pelaksanaan PUAP, pemerintah lebih banyak
terlibat secara langsung dibandingkan dengan keterlibatnya
dalam pelaksanaan skim SP-3. Flowchat mekanisme pelaksanaan
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP misalnya terbentang
dari pemerintahan pusat sampai tingkat masyarakat (Gapoktan),
yang meliputi antara lain tim pembinaan pusat, tim pembinaan
propinsi, tim teknis kabupaten/kota. Demikian keterlibatan langsung
53
6/22/2010 6:19:15 PM
54
6/22/2010 6:19:15 PM
kepada usaha mikro, kecil dan koperasi (UMK dan K) yang memiliki
usaha produktif. Kredit ini juga akan mendapat penjaminan dari
Perusahaan Penjamin. Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi yang
dapat dibiayai dengan KUR merupakan usaha produktif yang layak
(feasible), namun belum bankable, dengan agunanan pokok proyek
yang dibiayai. Selain itu UMK dan Koperasi tersebut harus layak
atau hasil usahanya mampu untuk membayar pokok pinjaman dan
bunga sampai lunas. UMK tersebut juga dicover dengan program
penjaminan dengan coverage penjaminan maksimal 70% dari
plafon kredit.
Suatu hal yang perlu diketahui adalah bahwa dana KUR 100%
bersumber dari dana komersial Bank, meskipun KUR merupakan
kredit program pemerintah. Jadi peran pemerintah dalam hal ini
adalah sebagai penjamin (melalui perusahaan penjamin) terhadap
70% dari plafond kredit yang akan dikucurkan oleh pihak perbankan
komersial.
Awal peluncuran Kredit bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah
dan Koperasi dengan Pola Penjaminan berupa Kredit Usaha
Rakyat dilakukan oleh Presiden RI pada tanggal 5 November 2007
di lantai 21 Gedung Kantor Pusat BRI.
Ada 2 pola penyaluran KUR kepada nasabah yaitu pola
langsung (direct) dan pola keterkaitan (linkage program). Pola KUR
direct adalah sebagai berikut:
Komite Kebijakan
55
6/22/2010 6:19:15 PM
Departemen Teknis:
- Plafond kredit maksimal Rp
Pertanian Koperasi &
500 jt/debitur
UMKM, Kehutanan,
Perikanan dan
Kelautan, Perindustrian,
Perdagangan.
Usaha UMKK Produktif,
- Bunga kredit
feasible tapi belum
bankable.
Individu atau kelompok
> Rp 5 juta maksimal 16%
binaan Departemen Teknis efektif
atau perbankan
Debitur baru.
< Rp 5 juta, maksimal 1,125%
flate/bulan.
Jaminan adalah usaha
BRI, Mandiri, BNI, BTN
yang dibiayai, tidak wajib
Bukopin, BSM
jaminan tambahan
56
6/22/2010 6:19:15 PM
Lembaga Penjamin:
- Jamkrindo & Askrindo
- 70% coverage penjaminan
- Otomatis cover bersyarat
- Usaha Simpan Pinjam
- Maksimal kredit Rp. 5 juta
Kebijakan
Monitoring & Evaluasi
57
6/22/2010 6:19:15 PM
Nama Bank
Total Kredit (Rp juta) Total Debitur
Bank KUR
2,908,283
25,934
Bank BRI KUR Mikro
6,293,674
1,590,039
Bank BNI
1,163,861
8,998
Bank Mandiri
1,142,681
37,010
Bank BTN
166,044
1,036
Bank Bukopin
623,205
2,944
Bank BSM
326,436
5,707
Total
12,624,185
1,671,668
Rata-Rata Kredit
112,14
3,96
129,35
30,87
160,27
211,69
57,20
7,55
58
6/22/2010 6:19:15 PM
Tabel 2.2
No.
Sektor Ekonomi
Total Kredit
(Rp Juta)
Total
Debitur
2.769.301
247.417
21,94
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
181.932
46.703
1,44
3.
Industri Pengolahan
247.032
1.787
1,96
4.
8.056
1.866
0,06
5.
Konstruksi
6.
7.
Perumahan
0,00
8.
62.019
414
0,49
9.
369.414
22.552
2,93
886.029
189.427
7,02
221.634
946
1,76
7.388.022
976.815
58,52
11. Lain-lain
490.746
3.741
3,89
Total
12.624.185
1.671.668
100,00
6/22/2010 6:19:15 PM
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah berhasil memperbaiki kinerja UMKM, yang terindikasi pada peningkatan omset
usaha, laba bersih dan peningkatan aset usaha. Secara keseluruhan, omset usaha, laba bersih dan aset usaha mengalami
peningkatan per bulan per debitur untuk ketiga aspek tersebut
masing-masing adalah sebesar Rp 3,2 juta, Rp 662 ribu dan Rp 1,2
juta.
Dampak Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Tenaga
Kerja:
60
6/22/2010 6:19:15 PM
61
6/22/2010 6:19:16 PM
62
6/22/2010 6:19:16 PM
2.7
Kesimpulan
6/22/2010 6:19:16 PM
kinerja usaha pertanian skala mikro dan kecil baik hulu, usaha
budidaya maupun sektor hilir dari usaha pertanian, termasuk juga
sektor peternakan. Sementara itu KUR adalah kredit modal kerja
dan kredit investasi yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan
koperasi (UMKK) yang memiliki usaha produktif dengan plafon
kredit sampai dengan Rp.500 juta. Kredit ini mendapat penjaminan
dari perusahaan penjamin. UMKK yang dapat dibiayai dengan KUR
merupakan usaha produktif yang layak (feasible), namun belum
bankable, dengan agunan proyek yang dibiayai. Selain itu UMKK
tersebut hasil usahanya harus mampu untuk membayar pokok
pinjaman dan bunga sampai lunas.
Kelima jenis skim kredit untuk sektor pertanian tersebut pada
dasarnya tidak dirancang dengan pola syariah. Namun demikian
bila bank pelaksananya adalah bank syariah maka skim kredit
tersebut dapat disesuaikan atau dirubah menjadi pembiayaan
syariah seperti PUAP, SP-3 dan KUR.
64
6/22/2010 6:19:16 PM
DAFTAR PUSTAKA
65
6/22/2010 6:19:16 PM
BAB 3
EFEKTIVITAS MODEL KREDIT DAN
SKIM PEMBIAYAAN SYARIAH DALAM
MENGEMBANGKAN SUB-SEKTOR TANAMAN
PANGAN
Yeni Saptia
3.1
Pendahuluan
6/22/2010 6:19:16 PM
Yeni Saptia
68
6/22/2010 6:19:16 PM
69
6/22/2010 6:19:16 PM
Yeni Saptia
70
6/22/2010 6:19:16 PM
71
6/22/2010 6:19:16 PM
Yeni Saptia
72
6/22/2010 6:19:16 PM
Padi
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Kw)
Luas Panen (Ha)
Nasional
Propinsi
Kab.
Propinsi
Kab.
Jawa Barat Sukabumi
DIY
Sleman
12.147.637
1.829.085
132.415
133.369
43.857
47,05
54,20
55,65
53,18
85,44
57.157.435
9.914.019
736.941
3.630.324
13.373
7.508
70.216
4.727
36,60
50,94
54,74
36,77
43,60
13.287.527
577.513
41.099
258.187
20.610
459.116
12.429
1.041
27.628
568
12,91
14,03
14,18
10,75
13,96
592.534
17.438
1.476
29.692
793
660.480
63.922
8.384
66.527
5.100
11,95
14,30
14,88
8,52
10,86
189.089
91.439
12.475
56.667
5.536
709.294 244.791
Hasil Wawancara dengan Staf Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Sukabumi
73
6/22/2010 6:19:16 PM
Yeni Saptia
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Kw)
Luas Panen (Ha)
Ubi
Jalar
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Kw)
306.207
11.094
290
874
17
10,53
10,87
11,23
6,53
5,90
322.487
12.061
326
571
10
1.201.481
105.508
7.532
61.237
1.144
166,36
182,25
193,66
159,48
178,25
19.988.058
1.922.840
145.865
976.610
20.385
176.932
28.096
1.486
515
377
106,64
133,73
153,71
106,72
146,32
1.886.852
375.714
22.841
5.496
5.515
74
6/22/2010 6:19:16 PM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.3
75
6/22/2010 6:19:17 PM
Yeni Saptia
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sleman
Dana APBN
15.163.365.000
2.418.000.000
Dana APBD
11.896.442.976
5.810.500.000
76
6/22/2010 6:19:17 PM
(1)
(2a)
Perbankan
(Bank Pelaksana)
(2b)
Lembaga Keuangan
Mikro (BPR/Koperasi)
(3b)
Pemerintah
pelaksana.
Pusat
menyalurkan
kredit
program
melalui
bank
77
6/22/2010 6:19:17 PM
Yeni Saptia
(3)
78
6/22/2010 6:19:17 PM
(1a)
Perbankan
(2a)
Lembaga
Keuangan
(3a)
(3b)
Mikro
(2b)
Inti (Pengusaha)
Kelompok Tani
Petani
(perorangan)
(4)
Plasma
(Kelompok
(1b)
Dinas
Pertanian
(5)
Kelompok
Tani bergulir
Tani)
79
6/22/2010 6:19:17 PM
Yeni Saptia
Keterangan:
(1a)
(1b)
(2a/2b)
80
6/22/2010 6:19:17 PM
Sebagai inti, perusahaan besar memerankan diri sebagai perusahaan yang berkewajiban dalam memberikan totalitas keterlibatan
untuk memberdayakan usaha tani kecil. Pemberdayaan tersebut
dapat berupa kewajiban pihak inti untuk melakukan penyediaan dan
penyiapan lahan serta sarana produksi antara lain bibit, bimbingan
teknis manajemen usaha dan produksi, maupun pembiayaan dan
bantuan lain yang dibutuhkan untuk peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha.
Perjanjian kemitraan inti-plasma memiliki beberapa keunggulan. Pertama, pengusaha besar telah membagi peluang bisnis
dengan para petani kecil. Kedua, sebagai upaya pemberdayaan
petani kecil di bidang teknologi, modal, kelembagaan sehingga dapat
lebih terjamin dalam jumlah kualitas dan standar yang diperlukan.
Ketiga, dapat mengembangkan komoditas yang mempunyai
keunggulan dan mampu bersaing di pasar nasional, regional,
maupun internasional. Pola semacam ini telah dipraktekkan antara
perusahaan pakan ternak Charon Pokphan dengan para petani
jagung di wilayah Sukabumi.
Namun demikian, seperti halnya perjanjian kemitraan pada
umumnya kerja sama antara petani dengan pengusaha tersebut
menghadapi masalah. Masalah yang dihadapi dalam praktek bisnis
ini antara lain, selain pihak plasma (petani) belum memahami hak
dan kewajibannya dengan baik, sebaliknya pihak inti juga belum
sepenuhnya memberikan perhatian dan kewajibannya seperti yang
diharapkan. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi
petani plasma.
81
6/22/2010 6:19:17 PM
Yeni Saptia
Hasil wawancara dengan Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Sukabumi, 2009
82
6/22/2010 6:19:17 PM
dinas seluas 120 hektar. Sampai dengan bulan Juni 2009, dana
APBD telah disalurkan melalui PESAT sudah mencapai 450 juta.
Dana APBD tersebut bersifat hibah, sehingga tidak ada kewajiban
pengembalian keuangan ke Pemerintah Daerah. Namun dalam
pengelolaannya di kelompok tani, dana tersebut tidak bersifat hibah
melainkan bersifat pinjaman bergulir (Revolving Loan). Bergulir
mengandung makna dana tersebut harus selalu berputar (tidak
berhenti) dalam aktivitas kelompok yang memanfaatkan melalui
kegiatan yang bersifat produktif. Alasannya, bantuan dana tersebut
diharapkan dapat memotivasi para petani untuk meningkatkan
produktivitasnya. Apabila tidak demikian, dikhawatirkan dana
tersebut akan habis begitu saja di kelompok, tanpa ada peningkatan
usaha.5 Namun kenyataan di lapangan dana tersebut tidak dapat
bergulir sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan masyarakat
beranggapan bahwa dana yang berasal dari pemerintah tersebut
sifatnya subsidi atau hibah jadi tidak perlu dikembalikan lagi.
Apabila masyarakat mengetahui dana tersebut berasal dari nonpemerintah kemungkinan masyarakat akan mengelolanya dengan
baik. Faktor lain adalah birokrasi pemerintahan yang masih rumit
dan kaku. Misalnya pembagian benih yang seharusnya bulan Juni
sudah dibagikan ke kelompok untuk ditanam pada waktu musim
hujan, tapi kenyataannya baru dibagikan pada bulan Desember
karena proposalnya belum ditandatangani.6
Menurut Tampubolon (2002), kredit dianggap mampu memutuskan lingkaran setan kemiskinan di sektor pertanian Dengan
5 Hasil wawancara dengan Staff Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, 2009
6 Hasil wawancara dengan staff koperasi MAJ
83
6/22/2010 6:19:17 PM
Yeni Saptia
84
6/22/2010 6:19:17 PM
85
6/22/2010 6:19:17 PM
Yeni Saptia
86
6/22/2010 6:19:18 PM
PETANI
(1)
TimTeknis Kab/Kota
(1)
Bank Pelaksana
(2)
(3)
Analisa Pembiayaan
(4)
: Koordinasi
: Alur Permodalan
Pengajuan Pembiayaan
Usulan Penjaminan
SK Penetapan Calon Terjamin
Pembiayaan
87
6/22/2010 6:19:18 PM
Yeni Saptia
Tabel 3.3
Klasifikasi
A
Plfon Pembiayaan
Petani/Kel tani
s/d 5 juta
dengan pengajuan s/d
Rp. 100 juta
>5 juta s/d 100 juta
Agunan
Alokasi
0%-10%
40%
> 10%
20%
Petani/kel tani dengan > 100 juta s/d 250 juta >30 %
pengajuan >100 juta
s/d 500 juta
>250 juta s/d 500juta >40%
20%
20%
88
6/22/2010 6:19:18 PM
Bina Ummah dibagi menjadi dua macam yaitu: (1) Dana pertanian
bagian hulu (onfarm) dengan proporsi pembiayaan sebesar 25%; (2)
Dana pertanian bagian hilir (off farm) dengan proporsi pembiayaan
sebesar 75%. Kecilnya proporsi pembiayaan pada nasabah petani
tanaman pangan onfarm adalah karena dijumpainya kendala baik
dari pihak petani maupun dari pihak lembaga keuangan mikro.
Adapun kendala yang dihadapi petani tanaman pangan antara
lain: (1) produk pertanian tanaman pangan tergantung dengan
musim; (2) rata-rata produk pertanian dihasilkan di pedesaan
(sehingga harus tersedia infarstruktur yang memadai), (3) produksi
pertanian tanaman pangan biasanya dalam jumlah besar dan
mudah busuk, (4) rata-rata petani tanaman pangan hanya sebagai
petani penggarap lahan yang dimiliki oleh lahan dinas atau para
pengusaha yang memiliki lahan sawah, (5) rata-rata para petani
tidak memiliki sertifikat tanah sebagai jaminan dalam mengajukan
pembiayaan ke lembaga perbankan, (6) pola pikir petani yang
menganggap bahwa program pembiayaan pertanian sifatnya
subsidi dan hibah, sehingga mereka belum memiliki rasa tanggung
jawab untuk mengembalikan dana pinjaman tesebut.
Sementara kendala yang dihadapi pihak lembaga keuangan
mikro adalah akses kelembagaan keuangan mikro sektor
pertanian di tingkat pedesaan juga masih jarang ditemukan
sehingga akses petani ke kelembagaan keuangan tersebut
sangat terbatas. Disamping itu, terkait dengan aturan perbankan,
dimana BMT harus mengembalikan dana pokok pinjaman ke
BSM tiap bulannya, sehingga angsuran petani tidak dapat
89
6/22/2010 6:19:18 PM
Yeni Saptia
90
6/22/2010 6:19:18 PM
91
6/22/2010 6:19:18 PM
Yeni Saptia
92
6/22/2010 6:19:18 PM
93
6/22/2010 6:19:18 PM
Yeni Saptia
3.5
94
6/22/2010 6:19:18 PM
95
6/22/2010 6:19:18 PM
Yeni Saptia
96
6/22/2010 6:19:18 PM
97
6/22/2010 6:19:18 PM
Yeni Saptia
98
6/22/2010 6:19:19 PM
2)
3)
99
6/22/2010 6:19:19 PM
Yeni Saptia
3.6
Kesimpulan
100
6/22/2010 6:19:19 PM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
101
6/22/2010 6:19:19 PM
Yeni Saptia
DAFTAR PUSTAKA
102
6/22/2010 6:19:19 PM
Pertanian
melalui
103
6/22/2010 6:19:19 PM
BAB 4
EFEKTIVITAS POLA PEMBIAYAAN SYARIAH
DALAM PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR
HORTIKULTURA
Firmansyah
4.1
Pendahuluan
105
6/22/2010 6:19:19 PM
Firmansyah
106
6/22/2010 6:19:19 PM
hortikultura
hortikultura
pada tahun
tahun 2008
107
6/22/2010 6:19:19 PM
Firmansyah
108
6/22/2010 6:19:19 PM
No Jenis Sayur
1.
2.
3.
4.
5.
Cabe Besar
Cabe Rawit
Petsai/Sawi
Tomat
Kacang Pjg
Jumlah
6. Lainnya*
Total
(%)
32,9
13,7
13,2
8,3
7,6
75,7
24,3
100,0
109
6/22/2010 6:19:19 PM
Firmansyah
110
6/22/2010 6:19:19 PM
Tabel 4.2
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis
Buah
Pisang
Pepaya
Durian
Mangga
Rambutan
Jumlah
Lainnya*
Total
(%)
36,2
26,3
18,1
8,5
6,6
95,7
4,3
100,0
Kebun Buah
Perkebunan
3 10 ton/ha
>>>>>>>>>>
10 25 ton/ha
>>>>>>>>>>>
50 ton/ha
>>>>>>>>
111
6/22/2010 6:19:19 PM
Firmansyah
112
6/22/2010 6:19:19 PM
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis
Tanaman
Dracena
Krisan
Gladiol
Anggrek
Gerbera
Jumlah
Lainnya*
Total
Luas Panen
(Ha)
1,8
14,0
3,7
0,3
1,2
22,6
5,4
28,0
Produksi
Nilai Pro
%
(Tangkai) (Rp.Juta)
279.870
891 29,3
1.493.100
360
11,8
181.400
182
6,0
27.050
118
3,9
77.250
77
2,6
2.171.070
1.628 53,6
189.836
1.410 46,6
2.360.906
3.038 100,0
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa bunga dracena memberi sumbangan ter besar terhadap total nilai produksi tanaman hias di
Kabupaten Sukabumi (29,3 %) tahun 2006. Sedangkan sumbangan
terbesar kedua adalah dari bunga krisan (11,8 %) pada tahun
yang sama. Dengan semakin banyaknya para pencinta tanaman
hias maka pasar tanaman ini semakin marak, bahkan pada waktu
diadakannya pameran akan dijumpai harga dari tamanan hias
113
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis
Tanaman
Kencur
Jahe
Kunyit
Kapulaga
Laos
Jumlah
Lainnya
Total
Utama Kabupaten
Nilai Pro
%
(Rp.Juta)
2.712 48,4
1,122 20,0
774 13,8
526
9,4
189
3,4
5.323 95,0
278
5,0
5.601 100,0
114
6/22/2010 6:19:20 PM
(%)
48,1
12,7
6,5
4,7
2,3
74,3
25,7
100,0
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
116
6/22/2010 6:19:20 PM
Tabel 4.6
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis
Buah
Salak
Rambutan
Mangga
Pisang
Durian
Jumlah
Lainnya*
Total
(%)
51,2
15,0
10,1
6,8
5,6
88,7
11,3
100,0
117
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
Tabel 4.7
No
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Tanaman
Melati
Anggrek
Anthurium Bunga
Mawar
Gerbera(Hebras)
Jumlah
6. Lainnya*
Total
LuasPanen
(M2)
5.268
9.552
5.093
1.959
1.400
23.272
24.517
47.789
118
6/22/2010 6:19:20 PM
Tabel 4.8
4.3
119
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
4.3.1 Pemerintah
Darisisipemerintahpusat,berbagaiprogramtelahdilaksanakan
dengan angaran APBN: Pertama, program yang ditujukan untuk
bantuan modal usaha dalam rangka mengembangkan UMKM
termasuk UMKM di sub-sektor hortikultura. Program yang saat
ini sedang dilaksanakan yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
dalam penylurannya bekerjasama dengan pihak perbankan.
Kedua, program pemerintah yang secara khusus ditujukan untuk
pengembangan agribisnis hortikultura yaitu Kredit Hortikultura
Mandiri (KHM) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dan
bekerjasama dengan Bank Mandiri. Ketiga, Program pembiayaan
melalui Sistem Pembiayaan Pertanian Perdesaan (SP3) yang
digagas oleh Departemen Pertanian yang penyalurannya melalui
salahsatu bank yaitu Bank Syariah Mandiri. Program ini dimulai
pada tahun 2007 dan telah berakhir saat ini. Keempat, program
bantuan yang langsung diarahkan untuk pengembangan agribisnis
( budidaya hortikultura) seperti program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP), yang dilaksanakan oleh Departemen
Pertanian pada tahun 2008. Pelaksanaan program ini dilakukan
secara terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga lain dibawah
payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-M). Program ini merupakan bentuk fasilitasi bantuan
modal usaha bagi petani/peternak anggota, baik petani pemilik,
petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Sitem
penyaluran bantuan ini langsung kepada kelompok tani kemudian
disalurkan pada petani anggota tanpa melibatkan pihak perbankkan
bahkan dinas pertanian setempatpun hanya sebagai koordinasi.
120
6/22/2010 6:19:20 PM
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
Sebelum Program KUR, Departemen Pertanian telah melaksanakan Program SP3 tahun 2007
dengan salah satu bank pelaksananya adalah Bank Mandiri Syariah. Saat ini program tersebut
telah dihentikan dan digantikan oleh Program KUR.
122
6/22/2010 6:19:20 PM
2.
3.
4.
123
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
124
6/22/2010 6:19:20 PM
125
6/22/2010 6:19:20 PM
Firmansyah
126
6/22/2010 6:19:20 PM
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
128
6/22/2010 6:19:21 PM
129
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
130
6/22/2010 6:19:21 PM
131
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
132
6/22/2010 6:19:21 PM
133
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
134
6/22/2010 6:19:21 PM
135
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
Dari paparan kedua kasus di daerah Sleman di atas, para peminjam cukup merasakan manfaat dari program pembiayaan SP3
ini baik para pedagang maupun sebagian dari petani. Sayangnya
program ini tidak berlanjut dan digantikankan dengan program baru
yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sifat pembiayaannya lebih
umum, namun dana yang akan diperoleh bisa dalam jumlah yang
lebih besar dibandingkan dengan program SP3 yang maximum
pembiayaan hanya Rp.10 juta. Sayangnya, hingga saat ini, belum
diperoleh informasi tentang kemungkinan KUR bisa dilakukan
semacam Linkage Program seperti pada penyaluran pembiayaan
program SP3.
Menurut pihak BMT, bila ada program pemerintah yang
ditujukan untuk pembiayaan setor pertanian selayaknya BMT
diberi peran dalam pelaksanaannya terutama untuk pembiayaan
pertanian skala kecil. Hal ini mengingat daya jangkau BMT cukup
efetif kepada petani karena keberadaannya ditengah masyarakat
petani perdesaan, sehingga biaya operasionalnya tidak terlalu tinggi
dibandingkan dengan pihak perbankan yang harus melaksanakan.
Hal yang penting adalah adanya jaminan dari pemerintah terhadap
keamanan dana yang akan disalurkan. Jadi segmen pasar dari
BMT ini masih cukup besar mengingat banyak petani gurem yang
tidak mungkin mendapat akses pembiayaan dari perbankkan
karena pihak perbankan lebih memberikan prioritas pembiayaan
pada usaha yang besifat korparasi. Dengan posisi dan peran BMT
seperti ini akan sangat membantu masyarakat dari cengkraman
rentenir yang selama ini dianggapnya sebagai dewa penolong.
136
6/22/2010 6:19:21 PM
4.5
Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa peran perbankan syariah dalam pembiayaan pertanian termasuk sub-sektor
hortikultura hanya akan efektif bila usaha yang akan dibiayai adalah
bersifat korporasi atau pertanian dengan pola kemitraan dengan
perusahaan pertanian. Berbagai kendala yang akan dihadapi
oleh pihak perbankan bila harus menyalurkan pembiayaan secara
langsung pada usaha pertanian hortikultura yang berskala mikro
atau guremantara lain: lokasi usaha berada jauh dari kator cabang,
yang pada umumnya berada dipusat kota atau kabupaten; tidak
tersedianya sumberdaya manusia yang khusus dapat melayani
sekian banyak nasabah petani; meningkatnya biaya operasional
sehingga kinerja perbankan akan menurun dari segi perolehan
keuntungan dan lain sebagainya. Oleh karena itu segmen
pembiayaan untuk asaha pertanian (hortikultura) yang umumnya bersekala kecil dan berada diperdesaan adalah lebih efektif
dilakukan oleh lembaga keuangan mikro syariah non-bank(BMT)
yang memang keberadaannya ditengah masyarakat petani itu
sendiri.Dalam hal penilaian karakter para peminjam, pihak BMT
tidak begitu mengalami kesulitan mengingat para peminjam tersebut
adalah anggota BMT yang telah lama dikenal oleh pengurusnya.
Sehingga persyaratan dalam bentuk jaminanpun tidak harus ada,
tetapi cukup dengan jaminan moral obligation saja.
Namun efektif tidaknya pola pembiayaan syariah dalam
sektor hortikultura ini juga tergantung pada beberapa hal berikut:
137
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
138
6/22/2010 6:19:21 PM
4.6
139
6/22/2010 6:19:21 PM
Firmansyah
140
6/22/2010 6:19:22 PM
DAFTAR PUSTAKA
141
6/22/2010 6:19:22 PM
Firmansyah
142
6/22/2010 6:19:22 PM
BAB 5
PEMBIAYAAN SYARIAH DAN PENGEMBANGAN
SUB-SUB-SEKTOR PERIKANAN
Masyhuri
5.1
Pendahuluan
143
6/22/2010 6:19:22 PM
Firmansyah
6/22/2010 6:19:22 PM
145
6/22/2010 6:19:22 PM
Firmansyah
6/22/2010 6:19:22 PM
147
6/22/2010 6:19:22 PM
Firmansyah
148
6/22/2010 6:19:22 PM
149
6/22/2010 6:19:22 PM
Firmansyah
150
6/22/2010 6:19:22 PM
151
6/22/2010 6:19:22 PM
Firmansyah
152
6/22/2010 6:19:22 PM
Andun adalah tradisi pindah tempat dari tempat asal ke tempat lain untuk melakukan
penangkapan ikan. Apabila di daerah asalnya tidak memungkinkan melakukan penangkapan
ikan akibat cuaca yang buruk, sejumlah nelayan pindah ke tempat yang memungkinkan mereka
dapat melakukan penangkapan ikan. Mereka untuk sementara tinggal di tempat tersebut
sebagai nelayan andun sampai saatnya kembali ke daerah asal.
153
6/22/2010 6:19:22 PM
Masyhuri
ikan di perairan seperti ini hanya mungkin dilakukan di perairanperairan dekat pantai. Penangkapan ikan lepas pantai di Kabupaten
Cilacap (Jawa Tengah) sebagai perbandingan dilakukan dengan
menggunakan kapal longeline, dan di Perigi (Jawa Timur),
penangkapan ikan lepas pantai di lakukan dengan perahu slerek
atau purse seine.
Usaha penangkapan ikan di kabupaten Kulon Progo dan
Bantul bahkan lebih tertinggal dibandingkan dengan usaha
penangkapan ikan di kabupaten Sukabumi. Penangkapan ikan di
ke dua kabupaten ini tidak saja penangkapan ikan dengan sistem
one day fishing, dilakukan dengan perahu-perahu yang berukuran
kecil, tetapi juga dilakukan oleh nelayan sampingan. Artinya,
nelayan yang ada di ke dua daerah ini adalah nelayan yang mata
pencaharian utamanya bukan penangkapan ikan. Umumnya
mereka petani, dan usaha penangkapan ikan hanya dilakukan
pada saat-saat senggang tidak melakukan kegiatan usaha
pertanian. Karena itu, apa yang diperoleh dari usaha penangkapan
ikan biasanya cukup sekedar untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari, baik dikonsumsi secara langsung ataupun dijual untuk
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Tidak jauh berbeda dengan gambaran di atas adalah
budidaya perikanan yang ada. Usaha perikanan jenis ini dilakukan
di persawahan dalam skala kecil. Budidaya ikan dalam skala yang
lebih besar, seperti misalnya usaha tambak bandeng yang ada di
daerah-daerah pantai utara Jawa, tidak atau belum berkembang
di daerah-daerah ini. Problem utamanya adalah ketersediaan
154
6/22/2010 6:19:23 PM
lahan yang luas yang cukup memadai untuk budidaya ikan, dan
ketiadaan air secara mencukupi untuk mengembangkan budidaya
ikan. Daerah kabupaten Kulon Progo dan kabupaten Bantul
merupakan dua daerah yang terkenal sebagai daerah kurang air.
Sebagian besar tanah pertanian adalah pertanian tadah hujan.
Sementara irigasi yang tersedia terbatas untuk usaha pertanian.
Daerah kabupaten Sukabumi relatif memiliki pengairan yang lebih
baik dibandingkan dengan Kulon Progo dan Bantul. Namun karena
pemilikan lahan di Sukabumi rata-rata berukuran kecil, yang
menurut informasi dari dinas terkait setempat sekitar hektar,
pengembangan budidaya ikan dalam skala besar sulit diwujudkan.
Budidaya ikan di daerah ini umumnya dilakukan di persawahan
atau di empang-empang yang berukuran kecil. Sebagaimana
usaha perikanan tangkap yang ada, usaha budidaya ikan di daerahdaerah penelitian merupakan usaha budidaya ikan yang bersifat
subsisten. Singkat kata, sub-sektor perikanan di daerah-daerah
penelitian secara ekonomi kurang menjanjikan, dan karenanya bisa
dipahami apabila lembaga-lembaga keuangan yang ada, juga bankbank konvensional dan syariah, kurang tertarik untuk mengucurkan
kredit pada sub-sektor perikanan. Padahal, seperti yang telah kita
ketahui, usaha penangkapan ikan merupakan usaha padat modal.
Masalahnya, dari mana para nelayan mendapatkan modal?
Melihat tingkat pekonomiannya, usaha perikanan di
Yogyakarta dan di Sukabumi jelas bisa dikatakan sebagai
sektor tradisional dari usaha perikanan. Sektor modern dari
usaha tersebut sama sekali belum berkembang. Sementara
155
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
6/22/2010 6:19:23 PM
Sebuah perahu baru (gardan) untuk penangkapan ikan demersal yang ukurannya sekitar 12
GT di daerah Brondong dan Paciran, pantai utara Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, saat
ini berharga sekitar Rp 350 juta. Sementara harga perahu bekas dari jenis yang sama masih
mencapai Rp 200 juta.
157
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
158
6/22/2010 6:19:23 PM
13
Ada beberapa faktor kegagalan program Bimas nelayan tahun 1980. Diantaranya yang menonjol
adalah kesiapan organisasi pelaksana dari sistem perkreditan Bimas belum tertata secara
rapi. Sosialisasi belum dilakukan dengan baik, sehingga sebagian besar nelayan penerima
kridit beranggapan bahwa modal yang diterimanya merupakan bantuan dari pemerintah.
Sementara sebagian kecil nelayan yang ingin mengembalikannya tidak tahu harus kemana
angsuran tersebut dibayarkan. Menurut data yang dikemukakan oleh Departemen Kelautan
dan Perikanan dalam konsultasi di Bali baru-baru ini, kredit Bimas tahun 1980 yang berhasil
dikembalikan oleh nelayan mencapai sekitar 20 % dari total.
www.pikiran-rakyat.com dalam Mahmud Thoha, Nurlia Listiani, Yeni Septia, 2005: 55.
159
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
160
6/22/2010 6:19:23 PM
161
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
162
6/22/2010 6:19:23 PM
5.4
163
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
164
6/22/2010 6:19:23 PM
165
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
166
6/22/2010 6:19:23 PM
167
6/22/2010 6:19:23 PM
Masyhuri
6/22/2010 6:19:24 PM
169
6/22/2010 6:19:24 PM
Masyhuri
5.5
Kesimpulan
170
6/22/2010 6:19:24 PM
171
6/22/2010 6:19:24 PM
Masyhuri
172
6/22/2010 6:19:24 PM
DAFTAR PUSTAKA
173
6/22/2010 6:19:24 PM
Masyhuri
174
6/22/2010 6:19:24 PM
BAB 6
EFEKTIVITAS POLA PEMBIAYAAN SYARIAH
DALAM PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR
PETERNAKAN
Mochammad Nadjib
6.1
Pendahuluan
Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan nasional, karena sektor pertanian mampu menyerap
tenaga kerja paling banyak. Data Biro Pusat Statistik (2006)
menunjukkan bahwa kurang lebih 41,8 juta dari total penduduk
bekerja di sektor pertanian dan 71,33% dari seluruh lahan yang ada
di Indonesia digunakan untuk usaha pertanian. Namun demikian,
sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia tidak sebesar kontribusinya dalam penyerapan
tenaga kerja dan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan sektor
pertanian masih dihadapkan pada berbagai masalah dan kendala,
salah satunya adalah minimnya akses permodalan. Agar masalah
minimnya pembiayaan di sektor pertanian dapat dipecahkan, maka
diperlukan adanya alternatif kebijakan pembiayaan.
Pembiayaan dengan menggunakan sistem syariah kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembiayaan
sektor pertanian. Hal ini dikarenakan tradisi sektor pertanian
umumnya pada masyarakat Indonesia, khususnya di pulau Jawa
telah mengenal model pembiayaan yang berdasarkan sistem bagi
175
6/22/2010 6:19:24 PM
Masyhuri
176
6/22/2010 6:19:24 PM
177
6/22/2010 6:19:24 PM
Masyhuri
Tabel 6.1.
No
Ternak Ruminansia
1 Domba
Kambing
Sapi Potong
4.
Sapi Perah
5.
Kerbau
Ternak Unggas
6. Ayam Kampung (Buras)
7.
8.
9.
Itik
Tahun
Daerah Penelitian
Sukabumi
Kulon Progo
2005
2006
2007
2005
2006
2007
2005
2006
2007
2005
2006
2007
2005
2006
2007
354.119
391.561
450.297
56.364
55.045
63.299
13.444
14.001
14.900
3.796
4.198
4.547
12.443
11.829
12.099
23.389
23.698
23.619
73.580
74.612
74.954
44.478
45.318
46.544
27
24
16
437
408
244
2005
2006
2007
2005
2006
2007
2005
2006
2007
2005
2006
2007
1.659.843
1.599.241
1.631.222
1.872.946
1.706.864
1.741.000
5.875.644
5.572.466
5.683.849
98.842
97.386
99.336
931.270
813.765
670.788
344.150
405.825
441.760
786.300
961.600
1.229.037
87.550
98.445
98.916
178
6/22/2010 6:19:24 PM
179
6/22/2010 6:19:24 PM
Masyhuri
180
6/22/2010 6:19:24 PM
181
6/22/2010 6:19:25 PM
Masyhuri
182
6/22/2010 6:19:25 PM
dapat berhasil dengan baik dan pada akhirnya sistem sumba kotrak
lebih diminati oleh peternak daripada sistem bagi hasil. Demikian
pula sistem ini kemudian ditiru dan dikembangkan oleh pemerintah
Indonesia untuk mengembangkan berbagai jenis ternak ruminansia
lainnya seperti kerbau, domba-kambing dan juga babi dengan
jumlah ternak yang tidak sama untuk satu koppel.
Pola gaduhan yang mengadopsi sistem sumba kontrak
ini selanjutnya mengurangi minat pemilik modal dalam menginvestasikan dana atau ternaknya untuk digaduhkan kepada orang
lain. Karena keuntungan yang didapat pemilik modal menjadi tidak
menarik lagi. Meskipun demikian di daerah penelitian, pola bagi
hasil dengan sistem tradisional masih banyak ditemukan utamanya
untuk bagi hasil jenis ternak ruminansia kecil, yaitu dombakambing. Untuk pemeliharaan dengan sistem gaduhan pada ternak
ruminansia besar seperti sapi atau kerbau jarang masyarakat
umum yang melakukannya. Hal ini dikarenakan modal yang harus
dikeluarkan untuk melakukan model gaduhan (bagi hasil) pada
ternak ruminansia besar dibutuhkan biaya yang relatif banyak.
Masyarakat umumnya lebih menyukai memelihara sendiri ternak
sapi atau kerbau dengan mengupah tenaga kerja untuk perawatan
ternaknya. Meskipun demikian pola gaduhan pada ternak sapi
biasanya terjadi dalam jangka pendek yaitu menjelang Idul Adha.
Hal ini dikarenakan adanya banyak kebutuhan masyarakat yang
beragama Islam untuk melaksanakan ibadah menyembelih
hewan kurban (seperti sapi, kerbau atau domba-kambing) yang
menyebabkan harga jual ternak pada saat itu sangat tinggi dan relatif
menguntungkan. Seorang informan di Yogyakarta menjelaskan,
183
6/22/2010 6:19:25 PM
Masyhuri
2.
3.
4.
6.4
184
6/22/2010 6:19:25 PM
185
6/22/2010 6:19:25 PM
Masyhuri
186
6/22/2010 6:19:25 PM
a.
b.
c.
B.
a.
187
6/22/2010 6:19:25 PM
Mochammad Nadjib
b.
c.
b.
c.
188
6/22/2010 6:19:25 PM
189
6/22/2010 6:19:25 PM
Mochammad Nadjib
190
6/22/2010 6:19:25 PM
191
6/22/2010 6:19:25 PM
Mochammad Nadjib
192
6/22/2010 6:19:25 PM
193
6/22/2010 6:19:25 PM
Mochammad Nadjib
6.5
194
6/22/2010 6:19:25 PM
penggemukan sapi potong agak sedikit berbeda yaitu antara 60%70% dari tambahan kenaikan berat badan untuk peternak dan
30%-40% untuk pemilik. Akhir-akhir ini pola semacam ini sudah
jarang yang berminat melakukannya, khususnya bagi peternak.
Ada anggapan dari fihak peternak bahwa pola bagi hasil hanya
akan menguntungkan pemilik ternak saja. Rendahnya respon
peternak terhadap pola bagi hasil ini, karena jika dibandingkan
dengan berbagai pola gaduhan yang lain, pembagian setengahsetengah yang mereka alami lebih merugikan. Ada keragu-raguan
di kalangan peternak mengenai pola bagi hasil ini, khususnya pada
sistem pemeliharaan pembibitan (breeding). Kewajiban peternak
kepada pemilik tidak terbatas, peternak diharuskan menyetorkan
separo dari hasil ternaknya/keturunannya selama ternak tersebut
dipelihara dan induknya masih menjadi milik pemodal.
Pada pola gaduhan dengan sistim sumba kontrak, kewajiban
peternak dalam hal lamanya dan jumlah pengembaliannya sudah
ditentukan di awal, sehingga setelah kewajiban penggaduh dilunasi,
maka seluruh ternak yang ada menjadi milik peternak. Sistem sumba
kontrak (Paturachman, 2001) telah dirintis dan dikembangkan oleh
pemerintah Belanda dalam upaya meningkatkan populasi ternak
sapi Ongole dan keturunannya di Pulau Sumba. Upaya tersebut
dapat berhasil dengan baik dan pada akhirnya sistem sumba
kotrak ini ditiru dan dikembangkan oleh pemerintah Indonesia
untuk berbagai jenis ternak ruminansia lainnya seperti kerbau dan
domba-kambing.
195
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
b.
Kualitas Bibit
196
6/22/2010 6:19:26 PM
2.
Pengembalian Ternak
197
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
198
6/22/2010 6:19:26 PM
199
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
6/22/2010 6:19:26 PM
201
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
202
6/22/2010 6:19:26 PM
adil dan transparan. Dalam hal ini disebut adil bilamana mitra usaha
mendapatkan pembagian hasil sesuai dengan kontribusi yang
diberikannya, baik yang berbentuk modal, keterampilan maupun
tenaga. Adapun transparan dapat diartikan bilamana pemilik
modal dengan mitra usaha saling mengetahui perkembangan dari
usaha yang dijalankannya serta seberapa besar bagi hasil yang
diperolehnya tersebut. Aktivitas bagi hasil ini sangat dianjurkan
dalam perekonomian yang Islami, karena kegiatan usaha ini tidak
dibiayai dari pinjaman yang mengandung bunga dan riba.
Disyariatkan dalam Islam bahwa pada awal perjanjian,
terlebih dahulu harus ditetapkan nisbah (rasio) bagi hasilnya.
Adapun nilai nominal dari bagi hasil baru dapat diketahui dari
besarnya keuntungan atas kegiatan usaha yang jumlahnya belum
diketahui pada saat perjanjian tersebut dibuat. Perhitungan jumlah
riil hasil yang dapat diperoleh masing-masing pihak hanya dapat
dilakukan setelah kegiatan usaha tersebut selesai atau setidaknya
berdasarkan periode waktu perhitungan. Bila penentuan untung
dilakukan di muka, maka kemungkinan besar salah satu pihak
akan mendapatkan kerugian. Sebaliknya Islam menghendaki
dilakukannya perhitungan bagi hasil secara adil yang melibatkan
penyedia dana maupun mitra usaha. Tentu saja nisbah bagi hasil
untuk sistem penggemukan (fattening) sangat berbeda dengan
sistem anak beranak (breeding). Untuk sistem penggemukan
biasanya ditentukan kurun waktu usahanya, setelah itu dihitung
selisih bobot sewaktu ternak itu akan dijual dikurangi dengan
bobot pertama kali digemukkan. Penentuan nisbah bagi hasilnya
disepakati di depan, biasanya bagian pemodal berkisar 30-40%
dan selebihnya sebagai bagian penggaduh.
203
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
204
6/22/2010 6:19:26 PM
205
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
206
6/22/2010 6:19:26 PM
207
6/22/2010 6:19:26 PM
Mochammad Nadjib
Kesimpulan
208
6/22/2010 6:19:27 PM
Di lain pihak kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mempercepat proses pembangunan pada sub sektor peternakan,
melakukan program penyebaran dan pengembangan ternak dengan
mengadopsi sistem yang dianut masyarakat secara tradisional
melalui pola gaduhan yang diarahkan kepada pemilikan ternak.
Melalui kebijakan ini, populasi dan produksi hasil ternak diharapkan
dapat bertambah dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
peternak dan masyarakat perdesaan umumnya. Hanya saja sistem
gaduhan yang dikembangkan pemerintah tidak mengadopsi sistem
gaduhan tradisional yang dianut kebanyakan peternak, akan tetapi
lebih memilih mengadopsi sistem sumba kontrak. Dalam sistem ini
telah dibicarakan di depan tentang kewajiban penggaduh dalam hal
jumlah ternak yang harus dikembalikan dan lamanya jangka waktu
pengembalian, sehingga setelah kewajiban penggaduh dilunasi,
maka seluruh ternak yang ada menjadi milik penggaduh.
Dalam konteks syariah, kerjasama ekonomi peternakan
dengan sistem gaduhan, merupakan embrio yang dapat diadopsi
sebagai pembiayaan syariah. Sistem gaduhan yang selama ini
diterapkan secara syari dapat dikategorikan sebagai bentuk
pembiayaan mudharabah. Pola mudharabah ini merupakan
pola kerjasama usaha dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan modal dan bertindak sebagai mitra pasif sedangkan
pihak lainnya (mudharib) menyediakan keahlian dan manajemen
untuk mengelola usaha peternakan. Melalui pola kerjasama
mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan
mendapatkan bunga, akan tetapi melakukan bagi hasil berdasarkan
proporsi yang disepakati. Model bagi hasil secara gaduhan tersebut
bilamana dilakukan dengan menjunjung nilai kejujuran, keadilan
209
6/22/2010 6:19:27 PM
Mochammad Nadjib
210
6/22/2010 6:19:27 PM
DAFTAR PUSTAKA
211
6/22/2010 6:19:27 PM
Mochammad Nadjib
212
6/22/2010 6:19:27 PM
BAB 7
EFEKTIVITAS MODEL KREDIT PROGRAM
DAN SKIM PEMBIAYAAN SYARIAH DALAM
PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR PERKEBUNAN
Mahmud Thoha
7.1
Pendahuluan
213
6/22/2010 6:19:27 PM
Mochammad Nadjib
6/22/2010 6:19:27 PM
2.
Model Pembiayaan di
Diterapkan Pemerintah
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penutup.
7.2
Sub-Sektor
Perkebunan
dan
BMT
Yang
dalam
215
6/22/2010 6:19:27 PM
Mochammad Nadjib
216
6/22/2010 6:19:27 PM
No.
Komoditi
A. Tahunan
1. Kelapa
2. Kopi Arabika
Kopi Robusta
Kopi Kate
3. Cengkeh
4. Jambu Mete
5. Kakao
6. Kenanga
2005
2006
2007
2008
5.059,50
134,00
182,60
0,00
116,70
57,00
11,75
0,50
5.007,00
134,00
137,60
3,00
48,10
44,50
10,50
0,50
4.944,43
102,00
135,55
3,00
48,20
46,50
13,50
0,50
4.977.61
102,00
125,45
3,00
47,70
48,50
13,45
0,50
217
6/22/2010 6:19:27 PM
Mochammad Nadjib
7.
8.
9.
10.
B.
1.
2.
3.
4.
Panili
Lada
Kapuk Randu
Teh
Semusim
Tembakau (R)
Tembakau Virginia
Tembakau Vrostenland
Tebu
Mendong
Nilam
0,00
6,95
14,00
1,00
2,10
6,95
14,00
1,00
3,50
6,25
14,00
1,00
3,50
6,70
16,00
1,00
2.032,50
220,59
28,66
1.164,25
158,50
2,50
1.270,80
113,00
10,00
1.295,35
150,00
6,00
1.001,00
103,70
10,00
1.314,93
150,00
2,15
1.064,50
100,00
5,00
1.352,54
150,00
2,45
Tabel 7.2
No.
Komoditas
A. Tahunan
1. Kelapa
2. Kopi Arabika
Kopi Robusta
Kopi Kate
3. Cengkeh
4. Jambu Mete
5. Kakao
6. Kenanga
7. Panili
8. Lada
9. Kapuk Randu
10. Teh
B. Semusim
1. Tembakau (R)
Tembakau Virginia
Tembakau Vrostenland
2. Tebu
3. Mendong
4. Nilam
2005
2006
2007
2008
84.578,31
351,00
550,80
0,00
265,00
234,40
254,55
18,80
0,00
21,15
22,85
9,00
84.766,65
370,65
462,20
6,50
94,19
120,35
265,65
18,35
2,15
18,95
19,45
8,75
83.427,20
351,25
525,70
6,50
94,79
55,00
300,15
18,85
14,60
15,75
18,60
8,75
83.648,05
377,45
468,15
15,70
93,29
58,50
305,50
18,85
13,15
19,65
25,85
8,75
12.349,40
4.083,74
766,50
45.258,94
30.236,00
24,00
7.732,40
2.054,22
237,85
49.203,36
28.622,00
53,35
6.255,45
1.997,00
235,65
54.224,69
28.476,00
32,05
6.830,30
2.253,55
122,30
53.907,54
30.325,00
60,20
218
6/22/2010 6:19:27 PM
Tabel 7.3
No.
Komoditas
A. Tahunan
1. Kelapa
2. Kopi Arabika
Kopi Robusta
Kopi Kate
3. Cengkeh
4. Jambu Mete
5. Kakao
6. Kenanga
7. Panili
8. Lada
9. Kapuk Randu
10. Teh
B. Semusim
1. Tembakau (R)
Tembakau Virginia
Tembakau Vrostenland
2. Tebu
3. Mendong
4. Nilam
2005
2006
2007
2008
16,72
2,62
3,02
0,00
2,27
4,11
21,67
37,60
0,00
3,04
1,63
9,00
16,93
2,77
3,36
2,17
1,96
2,70
25,30
36,70
1,02
2,73
1,39
8,75
16,87
3,44
3,88
2,17
1,97
1,18
22,23
37,70
4,17
5,25
1,33
8,75
16,81
3,70
3,73
5,23
1,96
1,21
22,71
37,70
3,76
2,93
1,62
8,75
6,08
18,51
26,74
38,87
190,76
9,60
6,08
18,18
23,79
37,98
190,81
8,89
6,25
19,26
23,79
41,24
189,84
14,91
6,42
22,54
24,46
51,8
202,17
24,57
Tabel 7.4
No.
1.
2.
3.
Jenis
Komoditi
(1)
Teh
Karet
Kelapa
Dalam
219
6/22/2010 6:19:27 PM
Mochammad Nadjib
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Kelapa
Hibrida
Cengkeh
Kakao
Pala
Panili
Guttapercha
Kemiri
Kapuk
Pinang
Pandan
Aren
Jambu Mete
Lada
Kopi
Kumis
Kucing
Albasia
Sereh
Wangi
Nilam
Kina
Mindi
Murbai
Sawit
3.308,00
3.136,81 2.368,13
551,57
818,16
7.920,70
305,20
1.728,00
895,55
252,00
102,75
169,00
30,00
1.078,00
27,00
179,50
969,50
253,00
1.801,51
924,18
15,09 1.010,50
312,85
122,55
183,98
88,09
75,32
2,09
288,13
12,35
12,18
218,85
304,42
820,74
-
267,39
418,70
474,53
-
417,04
-
1,57
-
433,30
45,48
- 1.417,15
10,13
-
104,00
-
171,05
-
5,00
300,00
78,00
610,21
420,04
- 2.662,54
126,45
468,93
Tabel 7.5
Produktivitas
Teh
Karet
70,67
54,95
74,30
46,84
148,06
92,98
220
6/22/2010 6:19:28 PM
7.3
Jumlah Kredit
(Rp)
11.997.000
2 (P 1)
4.146.000
3 (P 2)
4.120.000
4 (P 3)
4.364.300
5 (P 4)
4.227.000
6 (P 5)
5.140.000
Peruntukan
HOK, bahan
dan alat,
sertifikat
HOK, bahan
dan alat
HOK, bahan
dan alat
HOK, bahan
dan alat
HOK, bahan
dan alat
HOK, bahan
dan alat
221
6/22/2010 6:19:28 PM
Mochammad Nadjib
2.
3.
4.
6/22/2010 6:19:28 PM
(b)
(c)
(d)
223
6/22/2010 6:19:28 PM
Mochammad Nadjib
224
6/22/2010 6:19:28 PM
Dalam rangka pengembangan agribisnis pertanian khususnya pada sub-sektor perkebunan Kabupaten Sleman ditempuh
dengan berbagai upaya kegiatan antara lain peningkatan SDM,
pengembangan dan pertumbuhan kelembagaan kelompok, peningkatan sarana prasarana, penerapan teknologi tepat guna,
pengendalian penyakit dan penguatan modal perkebunan.
Salah satu permasalahan yang ikut berperan dalam menghambat laju pengembangan usaha perkebunan ditingkat petani
perkebunan adalah masalah keterbatasan permodalan, sehingga
simulasi dana pinjaman penguatan modal sangat dibutuhkan
untuk mempercepat pertumbuhan dan peningkatan perekonomian
masyarakat dengan basis usaha pertanian.
Program penguatan modal perkebunan ikut mendorong dan
memacu tumbuhnya semangat dan motivasi usaha perkebunan
secara terpadu baik dalam aspek ekonomi, sosial, kelembagaan
masyarakat, kesehatan lingkungan maupun aspek keamanan dan
ketertiban masyarakat.
225
6/22/2010 6:19:28 PM
Mochammad Nadjib
2.
3.
4.
2.
226
6/22/2010 6:19:28 PM
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
227
6/22/2010 6:19:28 PM
Mahmud Thoha
b.
Syarat Umum
228
6/22/2010 6:19:28 PM
Ketua kelompok dan anggota penerima menandatangani surat perjanjian yang telah disepakati dan
mengembalikan surat perjanjian sesuai waktu yang ditentukan;
2.
3.
4.
Seleksi kelompok;
5.
6.
229
6/22/2010 6:19:28 PM
Mahmud Thoha
7.
8.
9.
7.5
pelaksanaan
230
6/22/2010 6:19:28 PM
231
6/22/2010 6:19:28 PM
Mahmud Thoha
biasanya dipakai untuk pembelian bibit dan pupuk bagi para petani
yang punya lahan, sedangkan akad mudharabah biasanya dipakai
untuk modal usaha bagi petani yang tidak punya lahan, misalnya
untuk menggarap tanah orang lain. Modal pembiayaan dari
program PUAP tersebut dikembalikan kalau panen atau dibayar
setelah panen (yarnen) dengan pola 70 : 30 atau 80 : 20.
Pembiayaan melalui PUAP ini biasanya berjangka pendek.
Untuk sub-sektor kehutanan misalnya, pembiayaan bisa digunakan untuk pembibitan pohon jati (6 bulan). Sedangkan untuk
sub-sektor peternakan bisa digunakan untuk pembelian pakan
atau penggemukan sapi dan kambing serta peternakan kelinci.
Hal ini dimaksudkan agar dana PUAP bisa bergulir lebih cepat.
Selain untuk membiayai kegiatan yang bersifat on-farm seperti
hortikultura, PUAP juga membantu kegiatan petani non-budidaya
(off-farm) seperti usaha kerupuk udang, emping melinjo, pisang
goreng, bakul sayuran dan lain-lain.
7.6
232
6/22/2010 6:19:28 PM
233
6/22/2010 6:19:28 PM
Mahmud Thoha
6/22/2010 6:19:29 PM
235
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
c)
d)
236
6/22/2010 6:19:29 PM
237
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
6/22/2010 6:19:29 PM
239
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
BMT mengambil margin dari selisih harga beli dan jual dari bibit,
obat dan pupuk tersebut.
Mengenai jenis usaha yang dibiayai, secara teoritis pihak BSM
maupun BMT sebenarnya menyalurkan pembiayaan kepada sektor
pertanian dari hulu sampai hilir (on-farm dan off-farm) tetapi dalam
prakteknya lebih banyak yang disalurkan (75%) kepada off-farm
(pedagang alat-alat pertanian, obat-obatan pupuk), dibandingkan
dengan on-farm (pengolahan lahan). Alasannya adalah karena onfarm berisiko lebih tinggi (gagal panen, harga jatuh, pola panen
yang tidak sesuai dengan pola pengembalian dana pembiayaan
kepada pihak BMT/ perbankan).
Selain dana SP3 dari BSM, pihak BMT juga menyalurkan LAZBSM sebesar Rp 20 juta kepada petani secara produktif dan bergulir.
Besarnya dana SP3 dari BSM adalah Rp 350 juta yang disalurkan
sejak akhir 2007 selama 3 tahun. Mengenai jumlah anggota BMT
Bina Ummat saat ini sebanyak 10.000 orang penabung sedangkan
yang menjadi nasabah pengguna pembiayaan sekitar 40% hingga
50% dari jumlah penabung. Kendala yang dihadapi oleh BMT saat
ini adalah harus tahu persis pola bisnis pertanian. Pembiayaan
macet tidak ada tetapi pengembalian pinjaman memang ada yang
tersendat. Untuk mengatasi masalah ini biasanya diambil langkahlangkah rescheduling atau restrukturisasi.
240
6/22/2010 6:19:29 PM
7.8
241
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
yang tergolong macet (lihat Tabel 7.7). Hal ini merupakan indikasi
bahwa sebagian besar (99%) aktivitas bisnis yang mendapatkan
pembiayaan berbasis syariah dari BMT Agawe Makmur relatif
berjalan lancar. Dengan demikian pembiayaan syariah dapat
dikatakan cukup efektif dalam meningkatkan pendapatan para
mitra usahanya.
Tabel 7.6
Indikator
Struktur Modal
Komponen
Total Modal
--------------------- 100 %
Simpanan Sukarela
Pemb. Bermasalah
Aktiva Produktif ------------------------ 100 %
Total Pembiayaan
Cad. Pengh. Pemb.
----------------------- 100 %
Pemb. Bermasalah
Likuiditas
Total Pembiayaan
---------------------- 100 %
Dana yang diterima
Biaya Opers.
--------------------- 100 %
Eksternal
Pendapatan Opers.
Inventaris
------------------- 100 %
Total Modal
Laba
----------------- 100 %
Rentabilitas
Total Harta
Laba
---------------- 100 %
Total Modal
JUMLAH
Target
Nilai
Bobot
Skore
14,4
> 25
20
0,6
7,2
<5
25
0,75
19,4
75 100
0,05
81,8 81 - 85
20
0,8
90,7
< 60
0,1
10,6
< 30
0,2
2,5
>5
13
0,26
25,7
> 25
0,28
100
3,04
Keterangan:
3,50 4,00 = Sehat
242
6/22/2010 6:19:29 PM
Tabel 7.7
Periode
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Harian
1,850,000
539,000
Mingguan
8,714,000
Bulanan
1,964,574,224
99,589,922
42,150,192
36,269,269
Jatuh Tempo
1,845,102,400
20,000,000
JUMLAH
3,820,249,624
120,128,922
42,150,192
36,269,269
92,76
2,92
1,02
0,88
Catatan:
- Kurang Lancar = Terlambat 4 s.d 6 bulan
- Diragukan
= Terlambat 7 s.d 12 bulan
- Macet
= Terlambat di atas 13 bulan
7.9
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
6/22/2010 6:19:29 PM
245
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
246
6/22/2010 6:19:29 PM
247
6/22/2010 6:19:29 PM
Mahmud Thoha
DAFTAR PUSTAKA
berbagai Tahun.
248
6/22/2010 6:19:30 PM