Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Di samping faktor beban kendaraan, beberapa faktor lain yang memungkinkan


membantu percepatan kerusakan antara lain cuaca, terutama suhu udara yang
tinggi, sistem drainase yang kurang baik/lengkap, mutu bahan yang tidak
memenuhi syarat, serta disain tebal perkerasan yang tidak sesuai dengan tuntutan
beban kendaraan dan masalah pelaksanaan.
Sejauh ini, metoda disain tebal perkerasan lentur yang umumnya digunakan di
Indonesia adalah metoda perencanaan yang dikembangkan secara empiris oleh
AASHTO, meskipun masih terdapat metoda lain, yaitu metoda yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan mekanistik.
Dalam hal beton aspal (Laston), proyek-proyek jalan di Indonesia biasanya
menggunakan spesifikasi beton aspal "konvensional" yang dikembangkan secara
empiris di laboratorium. Di sisi lain, sejak tahun 1987, Amerika Serikat (melalui
State Highway Research Program, SHRP) telah mengembangkan spesifikasi
yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja perkerasan yang melayani lalu-lintas
berat (dikenal dengan Superpave).
Terjadinya kerusakan dini pada perkerasan lentur di Indonesia dicoba dipecahkan
melalui dua pendekatan, yaitu penerapan disain tebal perkerasan dengan cara
mekanistik, dan penyempumaan batasan rongga udara dalam campuran Laston
dengan mengacu pada spesifikasi Superpave.
Tujuan dan Sasaran
Pengkajian ini bertujuan membantu perencana perkerasan lentur dengan Laston
yang dapat menghasilkan perkerasan yang kuat sesuai dengan umur rencananya,
serta menetapkan batasan rongga dalam campuran Laston yang dapat melayani
lalu-lintas berat berdasarkan spesifikasi.
Sasaran pengkajian adalah:
Menyusun konsep pedoman disain tebal perkerasan lentur dengan cara
mekanistik berdasarkan pengkajian (analisis data) "hubungan antara
regangan tekan vertikal yang diijinkan pada permukaan tanah dasar
dengan jumlah repetisi beban lalu-lintas", "hubungan antara suhu
perkerasan dengan suhu udara" serta kajian pustaka.

Batasan rongga dan kadar aspal dalam campuran beton aspal sebagai
bagian daripada Spesifikasi Laston
Kajian Pustaka
1) Disain tebal perkerasan lentur dengan cara mekanistik
Prinsip disain adalah: "Tegangan/regangan tarik horizontal yang terjadi pada
dasar lapis beraspal dan tegangan/regangan tekan vertikal yang terjadi pada
permukaan tanah dasar tidak boleh melampaui tegangan/regangan yang
diijinkan"
Perhitungan

tegangan/regangan

dapat

dilakukan

berdasarkan

teori

Boussinesq, setelah bahan perkerasan diseragamkan (dengan cara


mengekivalenkan terhadap lapisan yang dipilih, misal terhadap tanah dasar).
Di samping parameter (input) lain yang beriaku umum pada teori mekanika,
dua parameter (input) yang dipadukan dalam disain dengan cara mekanistik
adalah:

Hubungan antara tegangan/ regangan vertikal yang diijinkan pada


permukaan tanah dasar dengan jumlah repetisi beban lalu-lintas.

2)

Hubungan antara suhu perkerasan dengan suhu udara.


Spesifikasi beton aspal

o Pada saat dihampar, rongga udara dalam campuran adalah sekitar 8%.
Karena proses pemadatan (pelaksanaan), rongga akan berubah menjadi
sekitar 4%.
o Akibat repetisi beban lalu-lintas, rongga udara akan menurun sampai
kepadatan lapis beraspal mencapai sekitar nilai maksimum (refusal
density). Akibat repetisi beban lalu-lintas lebih lanjut, pada lapis beraspal
akan terjadi keruntuhan geser atau deformasi plastis (plastic deformation)
dan kemungkinan retak lelah (fatigue cracking).
o Di samping tergantung pada mutu bahan (aspal dan agergat), kekuatan
geser dan kekuatan lelah beton aspal tergantung pada kadar aspal, rongga
dalam mineral agregat (VMA), rongga dalam campuran (VIM) dan
kepadatan.
Kesimpulan Hasil Pengkajian

1)

Pedoman disain tebal perkerasan lentur dengan cara mekanistik

o Hubungan antara tegangan/regangan vertikal yang diijinkan pada


permukaan tanah dasar (v) dengan jumlah repetisi beban lalu-lintas (N)
untuk 8% kemungkinan berhasil adalah:

log

v = -1,270 0,326

log N
Hubungan antara suhu perkerasan (Tp) dengan suhu udara (Tu): Tp =

1,238 Tu + 1,463 atau disederhanakan (untuk suhu udara antara 20 dan 35


0C) menjadi: Tp = Tu + 8
o Berdasarkan kedua hubungan di atas serta hasil pengkajian pustaka, telah
disusun Konsep Pedoman Disain Perkerasan Lentur Dengan Cara
Mekanistik
2)

Spesifikasi beton aspal

Rongga udara dalam campuran (VIM) sebesar 3% pada kepadatan


masksimum (refusal density) merupakan dasar untuk menentukan kadar
aspal dalam campuran. Pada saat menentukan kadar aspal dalam
campuran, pemadatan dilakukan dengan penumbuk getar (vibratory
hammer), di mana setiap penumbukan dilakukan selama 5 detik atau
selama 45 detik untuk penumbukan seluruh permukaan (9 tumbukan).

Kinerja campuran (di laboratorium) yang menggunakan Aspal Pen 40 dan


Aspal Polimer menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada kinerja
campuran yang menggunakan Aspal Pen 60.

Saran
1)

Pedoman disain tebal perkerasan lentur dengan cara mekanistik


a) Pedoman seyogyanya diuji coba terhadap perkerasan yang akan
dilaksanakan di lapangan; selanjutnya, kinerja perkerasan yang didisain
dengan cara mekanistik dibandingkan dengan kinerja perkerasan yang
didisain dengan metoda lain.
b) Secara teoritis, modulus elastis campuran beraspal sangat dipengaruhi
oleh suhu (makin tinggi suhu, makin rendah modulus elastis campuran
beraspal). Sehubungan dengan hal tersebut, disarankan agar dilakukan

pengkajian hubungan antara suhu perkerasan dengan modulus elastis


campuran beraspal di lapangan.
2)

Spesifikasi beton aspal


a)

Kadar aspal campuran seyogyanya ditentukan pada rongga (VIM) 3% yang


dicapai pada kepadatan maksimum (refusal density).

b) Pada saat menentukan kadar aspal campuran, pemadatan seyogyanya


dilakukan dengan penumbuk getar (vibratory hammer), dimana setiap
penumbukan dilakukan selama 5 detik atau 45 detik untuk penumbukan
seluruh permukaan (9 tumbukan).
c) Batasan rongga dalam beton aspal yang telah selesai dipadatkan tetap
mengacu pada spesifikasi yang selama ini berlaku, yaitu 4-6% pada
kepadatan berdasarkan pemadatan dengan Alat Marshall (2 x 75
tumbukan).
3)

Batasan/persyaratan lain untuk campuran beraspal seyogyanya mengacu pada


Spesifikasi Superpave, terutama:
a) Persyaratan gradasi agregat yang menerapkan titi-titik kontrol dan
daerah terlarang (restriction zone).
b) Aspal yang digunakan adalah aspal yang memiliki titik lembek relatif
tinggi, misal Aspal pen 40 dan aspal Polimer. Jika digunakan Aspal Pen
60 seyogyanya ditambahkan bahan aditif
c) Penerapan persyaratan bidang pecah untuk agregat halus.

Anda mungkin juga menyukai