Sifat Alkohol, Pembuatan Alkohol, Sifat Lemak, Uji Karbohidrat, Sifat Gas
Halogen, dan Pembuatan Gas Halogen
disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan di mata kuliah Kimia Sekolah 2
Dosen Pengampu :
Wiji, M.Si
Disusun oleh :
Mita Nurhayati
1203103
Gambar
2.
Struktur
glikol
berikut :
Gambar 5. Struktur
antarmolekul,
yang
juga
Struktur
CH3 OH
CH3 CH2 OH
Massa Molekul
32 g/mol
46 g/mol
Propanol
60 g/mol
97
Massa
Molekul
Struktur
Titik didih
(C)
1-butanol
(alkohol
primer)
118
1-butanol
(alkohol
primer)
2-butanol
(alkohol
sekunder)
100
2-butanol
(alkohol
sekunder)
82
2-metil-2propanol
(alkohol
tersier)
2-metil-2propanol
(alkohol
tersier)
Struktur
CH3 CH2 CH2 OH
Massa
Molekul
60 g/mol
Titik didih
(C)
97
76 g/mol
188,2
Gliserol
92 g/mol
290
c. Kelarutan
Data Kelarutan Beberapa Alkohol
Alkohol
Metanol
Etanol
Propanol
Butanol
Pentanol
Heksanol
PEMBUATAN ALKOHOL
Beras ketan hitam dapat dibuat menjadi
tape. Begitu pula singkong, yang dapat dibuat
menjadi tape juga. Kedua bahan tersebut
mengandung karbohidrat yang cukup tinggi.
Beras ketan dan singkong yang semula tidak
berasa manis setelah difermentasi oleh ragi
berubah menjadi manis. Namun, jika waktu
fermentasi terlalu lama maka akan tercium
bau yang sangat menyengat dari tape
tersebut. Bahkan, jika dimakan akan membuat
kita merasa pusing. Hal tersebut disebabkan
karena dalam tape sudah terkandung etanol
(suatu senyawa alkohol) dari hasil fermentasi
glukosa pada beras ketan dan singkong.
Sehingga, proses fermentasi dapat digunakan
sebagai metode untuk menghasilkan alkohol.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
2. Hidrasi Alkena
Bila suatu alkena diolah dengan air dan suatu asam kuat (sebagai
katalis), maka akan terjadi reaksi adisi, yaitu berkurangnya ikatan rangkap
menjadi suatu ikatan tunggal akibat bertambahnya jumlah unsur yang
menyusun senyawa tersebut. Contoh reaksinya adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Minyak
Goreng
Gambar 2. Struktur
Selain minyak goreng, buah
pala trioleat
juga
gliseril
mengandung suatu zat yang sejenis, biasa
disebut sebagai trimiristin/gliseril
trimiristat. Strukturnya adalah sebagai
berikut :
Sifat Lemak
1. Sifat Fisika Lemak
- Lemak jenuh memiliki titik leleh tinggi sedangkan lemak tak jenuh
memiliki titik leleh rendah.
Tristearin (ester gliserol dengan molekul asam stearat, suatu asam
lemak jenuh) memiliki titik leleh 71oC sedangkan triolein (ester gliserol
dengan molekul asam oleat, suatu asam lemak tidak jenuh) memiliki
titik leleh -17oC. Hal tersebut disebabkan karena lemak jenuh memiliki
rantai hidrokarbon yang lurus sehingga interaksi antarmolekulnya
makin kuat dan intensif sedangkan lemak tak jenuh memiliki rantai
hidrokarbon yang bengkok sehingga interaksi antarmolekulnya lebih
lemah.
Gambar 6.Lemak
Bentuk
molekul lemak jenuh
dan
lemak
tidak jenuh
Lemak
Tidak
Jenuh
Jenuh
-
Umumnya lemak tidak larut dalam air, namun semua lemak larut
dalam ester, kloroform atau benzena.
Hal ini disebabkan karena lemak memiliki rantai alkil yang membawa
sifat nonpolar. Interaksi antara gugus alkil pada lemak dengan air
sangat lemah, sehingga kelarutan lemak dalam air umumnya rendah.
Namun, ujung alkil pada lemak dapat berinteraksi kuat dengan pelarut
nonpolar seperti kloroform atau benzena.
2. Sifat Kimia
- Dapat mengalami reaksi hidrolisis
Sabun merupakan suatu garam asam lemak. Sabun bersifat basa
karena sabun dihasilkan dari hidrolisis lemak oleh alkali. Hal ini
menunjukkan bahwa lemak dapat mengalami reaksi saponifikasi, yaitu
reaksi pembentukkan sabun. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut :
Apabila lemak dibiarkan lama di udara maka akan timbul rasa dan bau
yang tidak enak. Hal ini disebabkan karena lemak juga dapat
mengalami hidrolisis oleh asam menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Gambar 8. Reaksi Hidrolisis Lemak
Dapat mengalami reaksi halogenasi
Biasanya, orang menggunakan bilangan iodium untuk mengetahui
tingkat ketidakjenuhan suatu lemak. Hal ini dilakukan dengan cara
mengetahui jumlah iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram
lemak. Prinsip yang mendasarinya adalah lemak tak jenuh dapat
mengalami adisi pada ikatan rangkapnya oleh suatu halogen yang
disebut sebagai reaksi halogenasi. Sehingga, ketidakjenuhan suatu
lemak dapat diketahui dengan bilangan iodium. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Gambar 9. Reaksi
-
Halogenasi Lemak
UJI KARBOHIDRAT
Urin dan darah orang yang memiliki
penyakit
diabetes
melitus
biasanya
mengandung karbohidrat berupa glukosa yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang
normal. Selain menguji gula darah dengan alat
disamping, kandungan glukosa dalam urin
dapat diketahui melalui uji Benedict, yaitu
mencampurkan urin dan pereaksi benedict
dalam suatu tabung reaksi lalu dipanaskan.
Jika dalam urin terdapat glukosa, maka warna
pereaksi akan berubah menjadi hijau, kuning
atau merah bata tergantung kadar glukosanya.
Gambar 1. Alat uji glukosa dalam darah
Identifikasi tersebut memanfaatkan sifat glukosa
yang dapat mereduksi. Pereaksi ini merupakan
larutan yang mengandung CuSO4, Na2CO3 dan
natrium sitrat. Glukosa akan mereduksi Cu
menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna
merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Gambar 2. Uji benedict negatif
(kiri)
dan uji benedict positif (kanan)
Uji Benedict hanya dapat dilakukan untuk uji gula pereduksi saja. Kita
tidak dapat menggunakan pereaksi ini jika ingin mengetahui keberadaan
karbohidrat secara umum ataupun karbohidrat-karbohidrat yang ingin diketahui
keberadaanya dalam sampel yang kita miliki. Untuk itu, digunakan pereaksi
lainnya. Beberapa pereaksi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uji Molisch
Uji molisch dilakukan untuk mengetahui keberadaan karbohidrat
secara umum dalam sampel. Larutan
sampel yang diuji ditambahkan larutan
-naftol dalam alkohol. Jika campuran
ini ditambahkan H2SO4 pekat secara
perlahan-lahan
melalui
dinding
tabung, maka akan terbentuk senyawa
berwarna ungu.
Hal tersebut disebabkan karena karbohidrat yang didehidrasi oleh
H2SO4 pekat akan menghasilkan senyawa furfural yang akan mengalami
reaksi dengan -naftol membentuk senyawa berwarna ungu.
2. Uji Fehling
Uji Fehling dilakukan untuk mengidentifikasi gula pereduksi dalam
suatu sampel, misalnya glukosa,
fruktosa, galaktosa, maltosa dan
laktosa. Pereaksi ini mirip dengan
pereaksi
benedict,
namun
pereaksi ini dapat tereduksi oleh
pereduksi lain seperti asam urat
ataupun
kreatinin
yang
kemungkinan terdapat pada urin.
Pereaksi ini terdiri dari dua
larutan yaitu fehling A (larutan
CuSO4) dan fehling B (larutan
garam K-Na-tartrat dan NaOH).
Dalam pereaksi ini, ion Cu 2+
+
direduksi menjadi ion Cu yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.
3. Uji Iodin
Polisakarida penting seperti amilum, glikogen, dan selulosa memiliki
warna yang khas jika direaksikan dengan
larutan iodin. Hal tersebut disebabkan karena
dalam air, amilum dan glikogen membentuk
suatu struktur heliks sehingga I 2 dapat
terkurung di dalam struktur tersebut. Untuk
mengetahui
keberadaan
polisakaridapolisakarida tersebut dapat dilakukan uji iodin,
yaitu dengan cara meneteskan larutan I2 ke
dalam sampel yang ingin diuji.
Gambar 5.
Sampel positif
amilum (kiri)
dan sampel
negatif amilum
BKFiorldmu
SIFAT-SIFAT UNSUR HALOGEN
PEMBUATAN HALOGEN
Gas F2 dapat dibuat dari elektrolisis larutan KF dan
HF. Hal ini disebabkan karena F 2 merupakan
oksidator kuat, sehingga membutuhkan energi dari
luar untuk mengalami reaksi oksidasi. Pada larutan
KF dalam HF cair hanya terdapat spesi F - yang
potensial untuk mengalami oksidasi sehingga akan
terjadi reaksi oksidasi F- menjadi F2. Dalam larutan
tersebut terdapat ion H+ yang dapat tereduksi
menjadi gas H2. Reaksi yang terjadi pada proses
elektrolisis adalah sebagai berikut :
atoda : 2H+ + 2e- H2
Anoda : 2F-
F2 + 2e2F- + 2H+ F2 + H2
Cl2 + 2e-
Pada skala industri, brom diperoleh dari ekstraksi air laut. Hal ini
disebabkan karena kandungan brom dalam air laut cukup besar, yaitu 70 ppm.
Brom dalam air laut berada dalam bentuk Br - sehingga dioksidasi oleh gas Cl2
hingga akhirnya membentuk Br2. Selanjutnya Br2dipisahkan dari air laut melalui
proses destilasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :