Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKHIR KIMIA SEKOLAH 2

Sifat Alkohol, Pembuatan Alkohol, Sifat Lemak, Uji Karbohidrat, Sifat Gas
Halogen, dan Pembuatan Gas Halogen
disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan di mata kuliah Kimia Sekolah 2
Dosen Pengampu :
Wiji, M.Si

Disusun oleh :
Mita Nurhayati
1203103

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
SIFAT ALKOHOL

Pernahkah kalian menggunakan hand


sanitizer ?. Hand sanitizer merupakan suatu
antiseptik, artinya dapat membunuh bakteri
yang ada pada tangan kita karena didalamnya
terdapat suatu senyawa yang dapat membunuh
bakteri, yaitu etanol. Strukturnya adalah
sebagai berikut :

Gambar 1. Hand sanitizer


Etanol

Gambar

2.

Struktur

Lalu, masih ingatkah kalian dengan suatu senyawa yang ditambahkan ke


dalam radiator mobil agar airnya tidak
membeku jika digunakan pada saat musim
dingin? Senyawa tersebut adalah etilen glikol.
Strukturnya adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Zat antibeku radiator

Gambar 3. Struktur etilen

glikol

Apakah kalian suka menggunakan lotion


untuk melembabkan kulit ?. Tahukah kalian
bahwa dalam lotion terdapat suatu senyawa
yang disebut sebagai gliserol atau dikenal
sebagai gliserin. Strukturnya adalah sebagai

berikut :

Gambar 4. Lotion pelembab kulit


gliserol

Gambar 5. Struktur

Ketiga senyawa yang strukturnya dituliskan diatas adalah kelompok


senyawa alkohol. Berdasarkan struktur diatas diketahui bahwa ketiga senyawa
tersebut mengikat gugus OH sehingga dapat disimpulkan bahwa alkohol adalah
kelompok senyawa organik yang mengandung gugus fungsi berupa OH. Alkohol
dengan 1 gugus OH disebut dengan monoalkohol sedangkan lebih dari 1 gugus
OH disebut sebagai polialkohol.
Gugus hidroksil, -OH merupakan gugus yang bersifat polar, namun gugus
alkil, R, bersifat nonpolar. Hal tersebut menyebabkan sifat fisik alkohol
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu jumlah gugus hidroksil tiap molekul dan
ukuran dari gugus yang bersifat nonpolar pada molekul.

Gambar 6. Bagian nonpolar dan bagian polar dalam etanol


Alkohol
membentuk
ikatan
hidrogen
mempengaruhi sifat fisika dan sifat kimia.

antarmolekul,

yang

juga

Gambar 7. Ikatan hidrogen antarmolekul alkohol

Sifat Fisik Alkohol


a. Wujud
Pada kondisi standar, alkohol monohidroksi dengan jumlah atom
karbon antara 1-3 berupa cairan encer tidak berwarna, antara 4-9 berupa
cairan kental tidak berwarna dan lebih dari 10 berupa zat padat yang tidak
berwarna. Hal ini disebabkan karena interaksi antarmolekul akan semakin
kuat seiring dengan bertambahnya massa molekul. Semakin panjang
rantai karbon maka semakin besar interaksi antarmolekulnya sehingga
berwujud semakin padat pada suhu ruang.
b. Titik Didih
Data Titik Didih Beberapa Monoalkohol dengan Jumlah Alkil yang Berbeda
Alkohol
Metanol
Etanol

Struktur
CH3 OH
CH3 CH2 OH

Massa Molekul
32 g/mol
46 g/mol

Titik didih (C)


65
78

Propanol

CH3 CH2 CH2


OH

60 g/mol

97

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semakin panjang alkil


yang dimiliki oleh suatu monoalkohol maka titik didihnya semakin tinggi.
Hal ini disebabkan karena gaya antarmolekul semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah alkil. Semakin banyak jumlah alkil maka
molekul tersebut akan lebih mudah mengalami polarisasi sehingga gaya
antarmolekulnya semakin kuat.
Data Titik Didih Beberapa Monoalkohol dengan Jumlah Alkil yang
Sama Namun Strukturnya Berbeda
Alkohol

Massa
Molekul

Struktur

Titik didih
(C)

1-butanol
(alkohol
primer)

118

1-butanol
(alkohol
primer)

2-butanol
(alkohol
sekunder)

100

2-butanol
(alkohol
sekunder)

82

2-metil-2propanol
(alkohol
tersier)

2-metil-2propanol
(alkohol
tersier)

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa titik didih dipengaruhi


juga oleh struktur alkohol. Semakin lurus rantai karbon pada alkohol,
maka titik didihnya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada
alkohol dengan struktur lurus, gaya antarmolekulnya lebih intensif terjadi
dibandingkan dengan alkohol dengan rantai karbon bercabang.
Data Titik Didih Beberapa Alkohol dengan Jumlah Gugus OH yang
Berbeda
Alkohol
Propanol
Propilen glikol

Struktur
CH3 CH2 CH2 OH

Massa
Molekul
60 g/mol

Titik didih
(C)
97

76 g/mol

188,2

Gliserol

92 g/mol

290

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semakin banyak jumlah


gugu OH yang terikat pada suatu alkohol, maka titik didihnya semakin
tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin banyak gugus OH, maka akan
terjadi ikatan hidrogen yang semakin banyak sehingga untuk memutuskan
interaksi tersebut diperlukan energi yang lebih tinggi.

c. Kelarutan
Data Kelarutan Beberapa Alkohol
Alkohol
Metanol
Etanol
Propanol
Butanol
Pentanol
Heksanol

Kelarutan (g/100 g air) 20 C


Larut
Larut
Larut
7,9
2,7
0,59

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semakin panjang alkil


yang terikat pada alkohol, maka kelarutannya dalam air semakin rendah.
Hal tersebut disebabkan karena semakin panjang gugus alkil maka
semakin banyak bagian nonpolar dalam molekul alkohol, sehingga
interaksinya dengan air menjadi semakin rendah.
SIFAT KIMIA ALKOHOL
1. Alkohol bersifat mudah terbakar
2. Alkohol dapat mengalami reaksi substitusi
Substitusi menghasilkan produk dengan gugus fungsi berikatan tunggal
lainnya. Alkohol membentuk suatu ester anorganik jika direaksikan dengan
asam oksi anorganik, misalnya HNO3 dan H2SO4 :

Alkohol membentuk haloalkana jika direaksikan dengan asam halida.


Alkohol juga dapat bereaksi dengan logam reaktif, misalnya logam Na :
2C2H5OH(l) + 2Na(s) 2C2H5ONa(g) + H2(g)

3. Alkohol dapat mengalami reaksi eliminasi


Eliminasi H dan OH pada alkohol akan menghasilkan suatu alkena. Reaksi
ini disebut sebagai reaksi dehidrasi.

Eliminasi 2 atom H pada alkohol memerlukan oksidator anorganik kuat.


4. Alkohol dapat mengalami reaksi esterifikasi

Alkohol dapat membentuk suatu ester jika direaksikan dengan asam


karboksilat. Reaksinya adalah sebagai berikut :

PEMBUATAN ALKOHOL
Beras ketan hitam dapat dibuat menjadi
tape. Begitu pula singkong, yang dapat dibuat
menjadi tape juga. Kedua bahan tersebut
mengandung karbohidrat yang cukup tinggi.
Beras ketan dan singkong yang semula tidak
berasa manis setelah difermentasi oleh ragi
berubah menjadi manis. Namun, jika waktu
fermentasi terlalu lama maka akan tercium
bau yang sangat menyengat dari tape
tersebut. Bahkan, jika dimakan akan membuat
kita merasa pusing. Hal tersebut disebabkan
karena dalam tape sudah terkandung etanol
(suatu senyawa alkohol) dari hasil fermentasi
glukosa pada beras ketan dan singkong.
Sehingga, proses fermentasi dapat digunakan
sebagai metode untuk menghasilkan alkohol.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Tape Ketan dan Tape Singkong

Alkohol memiliki manfaat yang cukup banyak sehingga alkohol dibutuhkan


dalam jumlah yang banyak. Namun, proses peragian akan berhenti bila kadar
alkohol telah mencapai 14-16%. Maka dari itu, alkohol tidak hanya diproduksi
dari hasil fermentasi, melainkan dihasilkan dari beberapa proses dibawah ini.
1. Pembuatan Metanol dari Gas CO
Metanol merupakan anggota kelompok alkohol yang paling
sederhana dan diketahui sebagai wood alcohol karena dibuat dengan
memanaskan kayu tanpa kehadiran udara. Hal tersebut menyebabkan
proses pembakaran yang tidak sempurna dan hasilnya adalah gas CO.
Campuran gas CO dengan H 2 yang dipanaskan dengan katalis ZnO atau
Cr2O3 menghasilkan metanol. Metanol dapat digunakan sebagai bahan
utama sintesis senyawa organik lainnya. Reaksinya adalah sebagai berikut
:

2. Hidrasi Alkena
Bila suatu alkena diolah dengan air dan suatu asam kuat (sebagai
katalis), maka akan terjadi reaksi adisi, yaitu berkurangnya ikatan rangkap
menjadi suatu ikatan tunggal akibat bertambahnya jumlah unsur yang
menyusun senyawa tersebut. Contoh reaksinya adalah sebagai berikut :

STRUKTUR DAN SIFAT LEMAK


Minyak goreng merupakan salah satu contoh
lemak. Minyak goreng merupakan campuran dari
beberapa jenis lemak, salah satunya adalah
triolein/gliseril trioleat dengan struktur sebagai
berikut.

Gambar 1. Minyak
Goreng
Gambar 2. Struktur
Selain minyak goreng, buah
pala trioleat
juga
gliseril
mengandung suatu zat yang sejenis, biasa
disebut sebagai trimiristin/gliseril
trimiristat. Strukturnya adalah sebagai
berikut :

Gambar 3. Biji pala,


mengandung
Gambar 4. Struktur gliseril
Berdasarkan struktur diatas dapat diketahui bahwa lemak
adalah suatu
trimiristat
ester asam lemak dengan gliserol. Satu gliserol dapat mengikat satu, dua
ataupun tiga asam lemak. Struktur umumnya adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Struktur umum


lemak

Sifat Lemak
1. Sifat Fisika Lemak
- Lemak jenuh memiliki titik leleh tinggi sedangkan lemak tak jenuh
memiliki titik leleh rendah.
Tristearin (ester gliserol dengan molekul asam stearat, suatu asam
lemak jenuh) memiliki titik leleh 71oC sedangkan triolein (ester gliserol
dengan molekul asam oleat, suatu asam lemak tidak jenuh) memiliki
titik leleh -17oC. Hal tersebut disebabkan karena lemak jenuh memiliki
rantai hidrokarbon yang lurus sehingga interaksi antarmolekulnya
makin kuat dan intensif sedangkan lemak tak jenuh memiliki rantai
hidrokarbon yang bengkok sehingga interaksi antarmolekulnya lebih
lemah.

Gambar 6.Lemak
Bentuk
molekul lemak jenuh
dan
lemak
tidak jenuh
Lemak
Tidak
Jenuh
Jenuh
-

Umumnya lemak tidak larut dalam air, namun semua lemak larut
dalam ester, kloroform atau benzena.
Hal ini disebabkan karena lemak memiliki rantai alkil yang membawa
sifat nonpolar. Interaksi antara gugus alkil pada lemak dengan air
sangat lemah, sehingga kelarutan lemak dalam air umumnya rendah.
Namun, ujung alkil pada lemak dapat berinteraksi kuat dengan pelarut
nonpolar seperti kloroform atau benzena.
2. Sifat Kimia
- Dapat mengalami reaksi hidrolisis
Sabun merupakan suatu garam asam lemak. Sabun bersifat basa
karena sabun dihasilkan dari hidrolisis lemak oleh alkali. Hal ini
menunjukkan bahwa lemak dapat mengalami reaksi saponifikasi, yaitu
reaksi pembentukkan sabun. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut :

Gambar 7. Reaksi Saponifikasi Lemak

Apabila lemak dibiarkan lama di udara maka akan timbul rasa dan bau
yang tidak enak. Hal ini disebabkan karena lemak juga dapat
mengalami hidrolisis oleh asam menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Gambar 8. Reaksi Hidrolisis Lemak
Dapat mengalami reaksi halogenasi
Biasanya, orang menggunakan bilangan iodium untuk mengetahui
tingkat ketidakjenuhan suatu lemak. Hal ini dilakukan dengan cara
mengetahui jumlah iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram
lemak. Prinsip yang mendasarinya adalah lemak tak jenuh dapat
mengalami adisi pada ikatan rangkapnya oleh suatu halogen yang
disebut sebagai reaksi halogenasi. Sehingga, ketidakjenuhan suatu
lemak dapat diketahui dengan bilangan iodium. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :

Gambar 9. Reaksi
-

Dapat mengalami reaksi hidrogenasi

Halogenasi Lemak

Mentega dan margarin sebenarnya


adalah dua hal yang berbeda.
Mentega
berasal
dari
hasil
pengolahan susu namun margarin
merupakan
hasil
pengolahan
lemak
tumbuhan.
Lemak
tumbuhan berwujud cair pada
suhu ruang karena mengandung
lemak yang tak jenuh. Namun,
unuk membuat margarin maka lemak tumbuhan tersebut direaksikan
dengan gas hidrogen agar menjadi lemak jenuh sehingga menjadi
padat. Proses ini disebut sebagai reaksi hidrogenasi. Reaksinya
Gambar 10.
Margarin yang
berasal
dariberikut
lemak:
adalah
sebagai
tumbuhan

UJI KARBOHIDRAT
Urin dan darah orang yang memiliki
penyakit
diabetes
melitus
biasanya
mengandung karbohidrat berupa glukosa yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang
normal. Selain menguji gula darah dengan alat
disamping, kandungan glukosa dalam urin
dapat diketahui melalui uji Benedict, yaitu
mencampurkan urin dan pereaksi benedict
dalam suatu tabung reaksi lalu dipanaskan.
Jika dalam urin terdapat glukosa, maka warna
pereaksi akan berubah menjadi hijau, kuning
atau merah bata tergantung kadar glukosanya.
Gambar 1. Alat uji glukosa dalam darah
Identifikasi tersebut memanfaatkan sifat glukosa
yang dapat mereduksi. Pereaksi ini merupakan
larutan yang mengandung CuSO4, Na2CO3 dan
natrium sitrat. Glukosa akan mereduksi Cu
menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna
merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Gambar 2. Uji benedict negatif
(kiri)
dan uji benedict positif (kanan)
Uji Benedict hanya dapat dilakukan untuk uji gula pereduksi saja. Kita
tidak dapat menggunakan pereaksi ini jika ingin mengetahui keberadaan
karbohidrat secara umum ataupun karbohidrat-karbohidrat yang ingin diketahui
keberadaanya dalam sampel yang kita miliki. Untuk itu, digunakan pereaksi
lainnya. Beberapa pereaksi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uji Molisch
Uji molisch dilakukan untuk mengetahui keberadaan karbohidrat
secara umum dalam sampel. Larutan
sampel yang diuji ditambahkan larutan
-naftol dalam alkohol. Jika campuran
ini ditambahkan H2SO4 pekat secara
perlahan-lahan
melalui
dinding
tabung, maka akan terbentuk senyawa
berwarna ungu.
Hal tersebut disebabkan karena karbohidrat yang didehidrasi oleh
H2SO4 pekat akan menghasilkan senyawa furfural yang akan mengalami
reaksi dengan -naftol membentuk senyawa berwarna ungu.

2. Uji Fehling
Uji Fehling dilakukan untuk mengidentifikasi gula pereduksi dalam
suatu sampel, misalnya glukosa,
fruktosa, galaktosa, maltosa dan
laktosa. Pereaksi ini mirip dengan
pereaksi
benedict,
namun
pereaksi ini dapat tereduksi oleh
pereduksi lain seperti asam urat
ataupun
kreatinin
yang
kemungkinan terdapat pada urin.
Pereaksi ini terdiri dari dua
larutan yaitu fehling A (larutan
CuSO4) dan fehling B (larutan
garam K-Na-tartrat dan NaOH).
Dalam pereaksi ini, ion Cu 2+
+
direduksi menjadi ion Cu yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.

Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

3. Uji Iodin
Polisakarida penting seperti amilum, glikogen, dan selulosa memiliki
warna yang khas jika direaksikan dengan
larutan iodin. Hal tersebut disebabkan karena
dalam air, amilum dan glikogen membentuk
suatu struktur heliks sehingga I 2 dapat
terkurung di dalam struktur tersebut. Untuk
mengetahui
keberadaan
polisakaridapolisakarida tersebut dapat dilakukan uji iodin,
yaitu dengan cara meneteskan larutan I2 ke
dalam sampel yang ingin diuji.
Gambar 5.
Sampel positif
amilum (kiri)
dan sampel
negatif amilum

BKFiorldmu
SIFAT-SIFAT UNSUR HALOGEN

Tabel 1. Sifat Fisika Unsur Halogen


Titik didih dan titik leleh halogen memiliki pola semakin besar

seiring dengan bertambahnya nomor atom. Gaya antarmolekul halogen


dipengaruhi oleh Mr halogen. Semakin besar Mr halogen maka semakin
banyak elektron yang dimiliki oleh halogen. Semakin banyak elektron
yang dimilikinya maka peluang untuk terpolarisasi juga lebih besar.
Semakin mudah terpolarisasi maka gaya antarmolekulnya semakin kuat
sehingga memerlukan energi yang lebih besar untuk menjauhkan
antarmolekulnya. Hal tersebut menyebabkan wujud fluor dan klor
merupakan gas, brom merupakan cairan dan iod merupakan padatan
pada suhu ruang.

Gambar 2. (A) panjang ikatan molekul halogen (B) Energi ikatan


molekul halogen
Panjang ikatan molekul halogen bertambah seiring dengan bertambahnya
nomor atom. Hal ini disebabkan karena semakin besar nomor atom unsur
halogen, jari-jari atomnya semakin besar sehingga jarak antara inti suatu atom
halogen dengan inti atom halogen lainnya yang berikatan semakin besar.
Energi ikatan berkaitan dengan kereaktifan molekul halogen. Semakin
kecil energi ikatan, maka semakin mudah ikatan dalam molekul halogen tersebut
putus sehingga mudah bereaksi dengan senyawa lainnya. Energi ikatan molekul
halogen umumnya memiliki pola semakin kecil seiring dengan bertambahnya
nomor atom unsur halogen. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran
atom, maka jarak antara inti atom dengan elektron dari atom lainnya semakin
jauh. Hal ini menyebabkan kemampuan suatu inti atom untuk menarik elektron
dari atom lainnya semakin lemah sehingga energi yang dibutuhkan untuk
memutuskan ikatan juga menjadi semakin kecil. Namun, terdapat pengecualian
pada fluor akibat ukuran atom fluor yang kecil, sehingga jarak antar intinya
sangat dekat dan menyebabkan adanya gaya tolak menolak antar inti.
Gas halogen merupakan suatu oksidator. Kekuatan oksidatornya
berkurang seiring dengan bertambahnya nomor atom. Hal ini disebabkan karena
semakin besar nomor atom (pada golongan yang sama) maka afinitas
elektronnya semakin rendah sehingga semakin sulit untuk mengalami reaksi
reduksi (penerimaan elektron).

Gambar 3. (A) Kecenderungan kekuatan oksidator pada unsur halogen.


(B) Reaksi oksidasi I- dengan oksidator Cl2
Kekuatan oksidator dapat dilihat dari potensial reduksinya. Semakin besar
potensial reduksinya maka semakin mudah mengoksidasi gas halogen lainnya.
Nilai potensial reduksi standarnya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa F 2 memiliki potensial reduksi


yang paling besar. Hal ini menyebabkan F2 dapat mengoksidasi unsur-unsur

halogen yang berada dibawahnya.

Halogen bersifat reaktif, sehingga umumnya halogen ditemukan


bersenyawa dengan atom lainnya. Karena halogen memiliki afinitas elektron
yang cukup tinggi, maka halogen memiliki kecenderungan untuk membentuk ion
negatif. Sehingga, umumnya halogen ditemukan dalam bentuk senyawa ionik.

PEMBUATAN HALOGEN
Gas F2 dapat dibuat dari elektrolisis larutan KF dan
HF. Hal ini disebabkan karena F 2 merupakan
oksidator kuat, sehingga membutuhkan energi dari
luar untuk mengalami reaksi oksidasi. Pada larutan
KF dalam HF cair hanya terdapat spesi F - yang
potensial untuk mengalami oksidasi sehingga akan
terjadi reaksi oksidasi F- menjadi F2. Dalam larutan
tersebut terdapat ion H+ yang dapat tereduksi
menjadi gas H2. Reaksi yang terjadi pada proses
elektrolisis adalah sebagai berikut :
atoda : 2H+ + 2e- H2
Anoda : 2F-

F2 + 2e2F- + 2H+ F2 + H2

Gas Cl2 dapat dibuat dari elektrolisis lelehan


NaCl. Pada lelehan NaCl terdapat spesi Na +
dan Cl-. Cl- dapat mengalami reaksi oksidasi
menjadi Cl2 sedangkan Na+ dapat mengalami
reaksi reduksi menghasilkan logam Na. Gas
klor yang terbentuk di anoda ditampung dari
bagian atas sel sedangkan logam natrium
yang terbentuk di katoda naik ke permukaan,
karena kerapatan natrium yang lebih kecil
daripada kerapatan leburan elektrolit dan
dikumpulkan pada suatu kolektor. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 2Na+ + 2e- 2Na
Anoda (+) : 2Cl-

Cl2 + 2e-

2Na+ + 2Cl 2Na + Cl2


Selain itu, gas Cl2 dapat diperoleh dari proses deacon. Proses ini dilakukan
dengan cara mencampur HCl dengan udara lalu dialirkan melalui CuCl 2 yang
bertindak sebagai katalis. Reaksi terjadi pada suhu 430 C dan tekanan 20

atm. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

Pada skala industri, brom diperoleh dari ekstraksi air laut. Hal ini
disebabkan karena kandungan brom dalam air laut cukup besar, yaitu 70 ppm.

Brom dalam air laut berada dalam bentuk Br - sehingga dioksidasi oleh gas Cl2
hingga akhirnya membentuk Br2. Selanjutnya Br2dipisahkan dari air laut melalui
proses destilasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Dalam skala industri, iodin diperoleh dengan mereaksikan NaIO 3 dengan


natrium bisulfit (NaHSO3). Endapan I2 yang didapat, disaring dan dimurnikan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai