Anda di halaman 1dari 18

Referat Meniere Syndrome

MENIERE SYNDROME
PENDAHULUAN

Keluhan yang sering diutarakan pasien salah satunya adalah pusing. Sebagai seorang dokter harus
dapat membedakan keluhan tersebut apakah rasa itu seperti berputar, nyeri kepala, mual, atau hanya
sekedar ketegangan otot. Bila pasien mengalami sensasi berputar, bisa terjadi perasaan tubuh
berputar terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar yang berputar terhadap tubuh. Bila
salah satu gejala itu yang dikeluhkan maka itu yang dinamakan vertigo. Bila seseorang mengalami
vertigo ia tidak dapat mengendalikan sistem keseimbangan tubuhnya sendiri sehingga ia dapat tibatiba jatuh dan merasakan mual dan kemudian muntah. Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi
2 yaitu vertigo sentral dan perifer. Vertigo sentral bila jaringan yang mengalami gangguan ada di
susunan saraf pusat, sedangkan vertigo perifer bila gangguannya berada di telinga bagian dalam, yaitu
pada kanalis semisirkularis, sakulus, atau utrikulus. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan pada bagian tersebut adalah penyakit Meniere
Penyakit meniere merupakan salah satu masalah yang sulit dan merupakan tantangan yang besar bagi
dokter umum maupun spesialis THT. Ini dikarenakan masih belum pastinya etiologi dari penyakit
tersebut, sehingga pengobatan yang diberikan belum dapat maksimal. Hal-hal tersebut
mengakibatkan banyaknya klinikus mengalami kebingungan dan hilangnya kasus pada saat
pengobatan.

I.2 TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini selain untuk melengkapi syarat dan memenuhi tugas dalam menempuh
Program Studi Pendidikan Dokter Bagian Ilmu Penyakit THT-KL Universitas Tarumanagara yaitu
untuk mempelajari lebih dalam panyakit Meniere, terutama untuk penulis sendiri.

I.3 MANFAAT
Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca sekalian dalam mempelajari
penyakit Meniere, sehingga dapat menjadi acuan dalam mendiagnosa dan memberikan terapi yang
tepat pada pasien yang mempunyai gejala penyakit Meniere.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 EMBRIOLOGI TELINGA

Telinga luar dan tengah berasal dari alat brankial, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda
otika.1
TELINGA LUAR
Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama
dan kedua. Liang telinga berasal dari brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili
membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya
tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali.1

TELINGA TENGAH
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi udara ini meluas
ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekitar tulang-tulang dan saraf dari
telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus
brankialis. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot tensor timpani yang
melekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf trigeminus cabang
mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua dipersarafi oleh suatu cabang nervus fasialis.1

TELINGA DALAM
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini kemudian
tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di bawah permukaan sebagai
vesikel otika. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat terhadap tabung
saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel otika
kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari utrikulus
kemudian timbul tiga benjolan mirip gelang yang akan menjadi kanalis semisirkularis. Sakulus
kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir
khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis
untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula, dan dalam koklea untuk
membentuk organ korti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron
ganglion akustikofasialis. 1

II.2 ANATOMI TELINGA


Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah , dan telinga dalam.
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri
dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan
pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak

kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit ditemukan kelenjar serumen. Kulit
pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat membentuk
perios.2,3

TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :
- Luar : membran timpani
- Depan : tuba eustachius
- Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap
lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.2

Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan
bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian
dalam. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus
longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atasdepan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang. Tulang pendengaran di dalam telinga
tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat
pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antar tulang merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah
yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga
tengah dan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.2

TELINGA DALAM
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler
yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan
skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak membran corti. Pada skala
media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran
basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang
membentuk organ corti. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa
skala timpani dengan skala vestibuli.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis.
Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran
menuju sakus endolimfatikus. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia, yang disebut
kupula, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih berat daripada endolimfe.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak
lengkap. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan
mengandung sel-sel rambut krista.2,3

I1.3 FISIOLOGI PENDENGARAN


Getaran suara pertama kali ditangkap oleh daun telinga dan dihantarkan melalui liang telinga dan
diteruskan ke membrana timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang-tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membrana timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrane basilaris dan membrane
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius.
Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar
serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral,
namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti
lemniskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior , jaras pendengaran berlanjut ke
korpus genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis (area 39-40).2,3

II.4 FISIOLOGI KESEIMBANGAN


Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada

input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan propioseptif. Gabungan informasi
ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh
pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin
membrane yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula
utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga
kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan
utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor
keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di
labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia akan menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang
menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neurotransmitter
eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi
hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan
otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat
memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut.
Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat
menimbulkan gejala pada system tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa
mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.2

II.5 DEFINISI
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere
dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu
penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini
ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara
progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan
dari endolimfe pada telinga dalam.5

II.6 EPIDEMIOLOGI
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia menderita
penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada
perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere

di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk, di
Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari 100.000 penduduk
terdapat di Italia.6

II.7 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli
mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan
karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe,
yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan
dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini
belum dapat dipastikan.2 Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara
lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler2
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler2
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa2
5. Infeksi telinga tengah7
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas7
7. Trauma kepala7
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi7
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan7
10. Infeksi virus golongan herpesviridae7
11. Herediter7
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere
Virus Herpes (HSV).
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien
Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah
dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan
ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.8
Herediter.
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit
Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis
saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.8
Alergi.
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan.
Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :8

1. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh
mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
2. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus
endolimfatikus
3. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus
endolimfatikus.
Trauma kepala.
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik
dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat
fraktur tulang temporal.8
Autoimun.
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab
dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001
bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita
penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik
pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan
autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25
% penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu
Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit
Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor,
Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.9

II.8 PATOFISIOLOGI
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada
morfologi pada membran Meissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah
apeks koklea, helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada
awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian
tengah dan basal koklea2
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen endolimfatik,
bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe bercampur
dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah
membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan1
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang
besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala

vestibuli dan skala timpani.10


Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya
penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal
ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista.10
Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya
tekanan endolimfatikus.2

II.9 GEJALA KLINIS


Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang bervariasi
lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola
serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah
beberapa tahun.3 Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan
gangguan pendengaran2
Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang dirasakan
penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan
karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat
adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena
genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 24 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama
beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan
redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya merasakan tinitus
yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang mirip
dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi
biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.
Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan
atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada
pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak permanen,
dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan.
Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya
secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi elemen-elemen
sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom
Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau
bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.3

PEMERIKSAAN PENYAKIT MENIERE


Tidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere. Ada beberapa penyakit dan kondisi yang
memiliki gejala yang sama dengan penyakit meniere. Penyakit meniere tidak dapat didiagnosa hanya
dari gejala yang ada. Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan penyakit lain. Ketika
dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada, maka dari situ baru penyakit meniere
ditegakkan. 2)
Tes yang mendukung untuk pemeriksaan penyakit meniere yaitu : 4)

1. Tes pendengaran ( tes penala )


Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit meniere

2. Tes gliserin
Pasien diberikan minum gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2
jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hydrops
endolimfe.

3. Audiogram
Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural, terutama nada rendah dan
selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.

4. Tes kalori
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga dites secara terpisah, Pada
telinga masing masing disemprotkan secara bergantian air dingin dan air hangat. Setelah beberapa
saat akan timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah semprotan. 6)
Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini berguna untuk menentukan labirin
yang hipoaktif dengan gambaran grafik adanya parese dari kanal. 7)

5. Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan

6. Pemeriksaan radiologi
Secara rutin harus dilakukan pemeriksaan tulang temporal dan kalau bisa dengan poli tomografi.
Pada pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus akustikus yang menyempit, tetapi kadang kadang
melebar dan dijumpai otosklerotis dari optic kapsul. 8)

DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT MENIERE


Diagnosis penyakit meniere ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala yang ada, tes pendengaran
dimana terdapat gangguan pendengaran setelah serangan yang berangsur-angsur membaik lagi, serta
setelah pengeliminasian dari penyakit lain. 3)
Diagnosis dipermudah dengan dibakukan kriteria diagnosis yaitu :
1. Vertigo hilang timbul
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral
Bila gejala khas dari penyakit meniere pada anamnesis ditemukan maka diagnosis penyakit meniere
dapat ditegakkan. 1)
Pemeriksaan fisik hanya diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam anamnesis
terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan terdapat tuli saraf, maka kita
sudah dapat mendiagnosa penyakit meniere. Sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan
perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat
membuktikan adanya hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk
menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan shunt . Bila terdapat hydrops, maka
operasi diduga akan berhasil dengan baik. 1)

DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor nervus akustikus
Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain lain. Schwannoma atau
neurinoma akustikus mula timbul dengan tuli perspektif unilateral yang progresif. Pada tahap dini
terdapat vertigo. Kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus akustikus interna, maka
hemihipestesia fasialis dengan reflek kornea yang menurun atau lenyap dapat detemukan bersama
adanya hemiparesis fasialis ringan akibat terlibatnya nervus trigeminus / ganglkion gasseri dan
nervus facialis. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah dapat memperlihatkan kerusakan
disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan penyakitnya sangat lambat. 9)

2. Labirintitis
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri merupakan komplikasi dari
mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan pada labirinitis virus berkembang dalam
perjalanan penyakit parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya pendengaran normal
atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya tuli berat. Demam, sakit
kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada. 9)

3. Neuritis vestibularis

Penyakit ini timbul secara mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi mual dan muntah.
Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo ini. Komponen cepat mengarah ke sisi yang normal.
Pada tes kalorik ditemukan paresis vestibular unilateral. Tetapi yang membedakan dengan penyakit
meniere yaitu pada penyakit ini pendengaran tidak terganggu. Dan dengan atau tanpa pengobatan
serangan vertigo dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau dengan gejala sisa berupa
vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit sekali sekali saja. 9)

4. Vertigo posisionil benigna


Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler ini paling umum, dan
dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau ke kiri. Hal ini
terjadi jika kepala menoleh ke kanan atau ke kiri dan jika merebahkan badan untuk berbaring atau
berbalik ke samping waktu berbaring. 9)

PENGOBATAN PENYAKIT MENIERE


Selama masa serangan, pasien dianjurkan untuk berbaring pada tempat datar. Menggerakkan
anggota badan sesedikit mungkin, dengan mata terbuka dan melihat suatu fokus tempat secara tetap.
Hal ini dapat membantu untuk mengurangi perasaan berputar. Tetaplah pada posisi ini sampai
serangan vertigo hilang, kemudian bangun secara perlahan lahan. Setelah serangan pasien merasa
sangat kelelahan dan buth tidur untuk beberapa jam. 3)
Jika perasaan mual dan berputar tetap muncul dalam jangka waktu lebih dari 24 jam, maka yang
dilakukan pertama adalah pemberian obat obat simtomatik, seperti sedative, dan bila terdapat mual
dapat diberikan anti muntah. Setelah diagnosis telah ditemukan, baru diobati penyebabnya. 1)
Untuk mengurangi tekanan hydrops endolimfa, maka diberikan obat obatan vasodilator. Tekanan
endolimfa juga dapat dikurangi dengan cara disalurkan ketempat lain dengan jalan operasi, yaitu
dengan membuat shunt. 1)
Untuk memperkuat saraf pada penyakit meniere, dapat diberikan obat- obatan neurotonik dan obat
obatan anti iskemik. 1)
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih system vestibuler, terapi ini sangat menolong.
Kadang kadang vertigo dapat diatasi dengan latihan teratur dan baik. Orang oramng yang kerena
profesinya menderita vertigo servikal dapat diatasi dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yang
timbul tidak lagi menggangu pekerjaan sehari harinya. Misalnya pada pilot, pemain sirkus, dan
olahragawan. 1)
Obat obat yang sering digunakan selama serangan berlangsung :
1. Diuretik
Triamterine
Harus diberikan secara kombinasi dengan asam folat pada wanita hamil, karena triamterine bersifat

sebagai antagonis folat. Pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebakan batu ginjal. 3)
Amiloride
Acetazolamide
Furosemide
Furosemide dapat diberikan bila terdapat alergi pada pemakaian obat obat di atas. Dosis yang
digunakan dalam pemakaian obat ini harus kecil, karena obat ini sedikit bersifat ototoksik. 3)

2. Obat supresi vestibular


Klonazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
Lorazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
Diazepam, diberikam 2 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
Meclizine, diberikan 12,5 -25 mg 3-4 kali sehari

3. Kalsium chanel bloker


Verapamil, berikan 120 -240 mg sehari
Nimodipine
Flunarizine

4. Steroid
Dexamethasone
Prednisone
methylprednisolon

5. imunosupresan
methotrexate
Steroid
Enbrel

MANAJEMEN OPERASI PADA PENYAKIT MENIERE


Meskipun etiologi dari penyakit meniere belum diketahui secara pasti, penemuan histopatologi
berupa hydrops pada saluran endilomfe ditemukan secara konsisten. Hydrops diduga berasal dari
proses rusaknya fungsi resorpsi dari sacus endolimfatikus. 4)
Pada beberapa pasien, penyakit meniere tidak dapat diobati hanya dengan medikantosa, dan
pembedahan harus dipertimbangkan. 4)
Beberapa kriteria pasti untuk pembedahan harus dibuat. Pendengaran harus baik pada telinga yang
berlawanan dan tidak ditemukan ataksia. Harus ada data data objektif dari penyakit telinga dalam

unilateral, meliputi hilang pendengaran sensorineural, biasanya lebih berat pada frekuensi rendah.
Pada pemeriksaan ENG menunjukkan penurunan respon vestibularis di telinga yang bergejala pada
50 % kasus, dan kadang kadang terdapat peningkatan potensial akhir pada elektrocochleograf.
Harus ada fungsi keseimbangan yang baik dan tidak ada gejala penyakit menyertai yang berat, seperti
disabilitas. Pembedahan dikontraindikasikan pada penyakit meniere dengan telinga pendengaran
satu satunya, dan pada penyakit meniere yang menyerang telinga bilateral. 5)
Penting untuk diketahui, bahwa pembedahan yang ideal sebisa mungkin harus seminimal mungkin
untuk melakukan teknik teknik infasif. Membutuhkan tidak lebih dari anastesi lokal, diyakini bisa
menyebabkan penurunan respon vestibular yang menyeluruh, dan memelihara pendengaran dengan
meminimalkan angka kesakitan pasien. 5)
Teknik teknik pembedahan pada penyakit meniere :
1. Perfusi telinga dalam dengan gentamicin
Prosedur pengobatan bedah ini adalah yang paling tidak invasive pada pengobatan penyakit meniere.
Tujuan prosedur operasi adalah untuk mengobati telinga yang bergejala dengan obat vestibulotoksik
untuk menghasilkan deficit vestibular menyeluruh selama meminimalisasi hilang pendengaran.
Keuntungan dari pemberian obat secara langsung pada telinga dalam adalah :
Penyakit telinga diobati secara langsung tanpa mempengaruhi fungsi sistemik tubuh
Mencegah efek samping sistemik
Konsentrasi tinggi obat pada pengobatan telinga dalam dapat diperoleh
Hal hal yang diperlukan pada prosedur meliputi anastesi telinga dengan suntikan, yang setelahnya
dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani. Telinga tengah diamati dengan
endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi membrane diatas kokhlea. Jika terdapat
membrane maka harus diambil terlebih dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan kedalam
tympanostomy, dan obat dimasukkan lewat tabung ventilasi kedalam kokhlea sampai terdapat
tahanan. 5)
Tujuan pengobatan ini adalah untuk memperoleh penurunan 100% dari respon vestibuler terhadap
tes kalori ENG tes tanpa menyebabkan hilangnya pendengaran. Lama pengobatan biasanya 2 3
minggu. Selama masa pengobatan, jika fungsi pendengaran menurun, sedangkan fungsi
keseimbangan masih ada, pengobatan dihentikan selama 1 minggu dan steroid direkomendasikan
untuk menyelamatkan pendengaran. Kemudian pasien dievaluasi ulang satu minggu kemudian, dan
terapi diteruskan bila terdapat peningkatan pendengaran. Jika penurunan fungsi vestibularis
terhadap tes kalori telah mencapai 100%, maka pengobatan dapat dihentikan. 5)

2. Vestibular Neurectomy
Jika keluhan vertigo tetap muncul pada penyakit meniere unilateral, walaupun telah dijalankan satu
atau lebih tindakan dengan perfusi gentamicin pada telinga dalam, maka dapat dipilih alternative

proses pembedahan yang lain. Untuk pendengaran yang lebih dari 80 dB dan memiliki lebih dari 20%
dalam proses pengenalan kata kata, pilihan prosedur operasi adalah mikrosurgeri neurektomi
vestibularis fosa posterior. Yang secara umum memungkinkan untuk memelihara pendengaran. 5)
Pertama kali digambarkan dengan metode retrolabirin pada tahun 1979, kombinasi retrolabirin
dengan retrosigmoid vestibular neurektomi adalah suatu evolusi teknik dan metode yang disukai.
Pada prosedur ini, setelah insisi kulit post auricula dibuat, dilakukan sedikit mastoidektomi, dan sinus
venosus lateralis dikerangkakan dalam jalannya menuju mastoid. Fosa posterior di tembus lewat
insisi dural yang dibuat di belakang sinus venosus lateralis. Setelah cairan spinal dilepaskan dan
arachnoid terbuka, maka nervus vestibulocochlearis dapat terlihat lewat sudut cerebellopontine. Pada
nervus ini, terdapat celah diantara nervus cochlearis dan nervus vestibularis. Ahli bedah harus
menggunakan alat pembesar dengan resolusi tinggi untuk melihat pembagian antara kedua nervus
itu. Nervus vestibularis biasanya terdapat pada fosa posterior. Kadang kadang pembagian tidak
dapat diidentifikasi, dan bibir posterior dari kanalis auditorius internus harus dibor untuk lebih
melihat celah antara nervus vestibularis dan nervus cochlearis. 5)
Penting untuk diketahui, bahwa kebanyakan pasien dengan vestibular neurectomy mempunyai
kehilangan pendengaran yang signifikan sebelum proses pembedahan. Dan sangat sedikit komplain
yang didapatkan untuk kasus kehilangan pendengaran yang muncul paska operasi. Secara umum
pasien merasa senang terbebas dari gejala vertigo. Tinitus dan tekanan yang terus menerus tidak
menjadi masalah utama, dan kebanyakan pasien dapat menjalani hidup dengan normal.
Secara umum, fossa posterior vestibular neurectomy relatif aman dan mempunyai prosedur yang
efektif baik. Secara pengalaman pembedahan didapatkan tingkat keberhasilan yang tinggi (93%)
dalam mengobati serangan vertigo. 5)

3. Labyrinthectomy
Ketika pendengaran kurang dari 80 dB atau kurang dari 20% skore pengenalan kata, labyrinthectomy
dengan atau tanpa transcochlear cochleovestibular neurectomy di rekomendasikan. Prosedur ini
dilakukan lewat kanalis auricularis dan ngorbankan fungsi pendengaran. Setelah flap timpanomeatal
diangkat melalui kanalis auricularis, labyrinthectomy yang meliputi pengeboran promontorium dan
pembukaan menbran basalis dari kokhlea. Kemudian neuroepitelium dari labyrinth diangkat dengan
sudut yang tepat. Berhubungan kadang kadang pengontrolan vertigo gagal dengan labirinthectomy
sendirian, maka transcochlear cochleovestibulari neurectomy ditambahkan pada prosedur operasi
untuk meningkatkan keberhasilan. Teknik ini cepat dan merupakan standar emas pembedahan
penyakit meniere. Memiliki tingkat penyembuhan sebanyak 88% dari seluruh kasus. Hampir pada
70% pasien, prosedur ini mampu mengurangi tinitus, tekanan, dan rasa penuh ditelinga. Teknik ini
terbukti aman, dengan insiden komplikasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus
paralisis fasialis setelah pembedahan. 5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies LR, Adams GL, higler PA. Buku Ajar penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology).
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.1997.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007
3. BALLENGER
4. Hearing System [online]. 2006 October 8 ; available
fromhttp://jaapa.com/issues/j20060501/screen/menieres0506algo.gif
5. Anonim. Menieres Disease [online]. 2007 December 21 ; available
from http://en.wikipedia.org/wiki/M%C3%A9ni%C3%A8re's_disease
6. Hain TC. Epidemilogy of Menieres disease [online]. 2008 January 9 ; available
from http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_epi.html
7. Gibson CM. Menieres Disease [online]. 2008 July 17 ; available
from http://www.wikidoc.org/index.php/Meniere's_Disease
8. Hain TC. Etiology (causes) of Menieres Sindrome [online]. 2008 April 26 ; available
from : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_eti.html
9. Hain TC. Menieres Disease [online]. 2008 December 6 ; available from http://www.dizziness-andbalance.com/disorders/menieres/menieres.html
10. Booth JB. Scott-Browns Otolaryngology. Fifth Edition. London: Butterworth. 1987.
11. Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi
ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2002
12. www. Meniereinfo.com
13. www.dizziness-and-balance.com
14. Knox G. Surgical Manajement of Menieres Syndrome. Bayor College of medicine. Houston, Texas,
1994
15. Jackson LE. Menieres Disease :Diagnosis, Natural History, and Current Management. 2002
16. Hows Meniere Disease is Diagnosed. Available from : Http ://www.menieres helps.com
17. Mahyudin A. Penyakit Meniere. Bagian THT FK UNDIP. RS Dr. Kariadi Semarang.1984
18. Black M. A Review of Vestibular Test Result in Menieres Disease : Simposium on Menieres
Disease. The Otolaryngologic Clinic of North America 13 : 631 642, 1980
Sidharta P : Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta, 1999
20. Symptoms and Incidence of Menieres Disease. Available from : Http ://oto2.wustl.ed

Home Gangguan Telinga Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan Penyakit Meniere

Penyakit Meniere
Gangguan Telinga, Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan

Penyakit Meniere adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang
vertigo

(perasaan

berputar),

tuli

dan

tinnitus

mual

dan

(telinga

berdenging).

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA
Gejalanya berupa seangan

vertigo,

muntah

mendadak,

yang

berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.


Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya
tekanan

di

dalam

telinga.

Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang)


tetapi

semakin

lama

semakin

memburuk.

Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum,


setelah

maupun

selama

serangan

vertigo.

Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada
10-15%

penderita,

penyakit

ini

menyerang

kedua

telinga.

Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan
atau

beberapa

tahun

sebelum

seangan

vertigo.

Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.


DIAGNOSA
Diagnosis

ditegakkan

Pemeriksaan

yang

dilakukan

berdasarkan
unruk

penyebab

gejala-gejalanya.

membedakan

penyakit

vertigo

CT

scan

meniere

dari

lainnya:

atau

MRI

kepala

Stimulasi

kalorik

Elektroensefalograf

Elektronistagmograf

Audiometri/audiologi.

PENGOBATAN
Untuk meringankan vertigo bisa diberikan scopolamin, antihistamin, barbiturat
atau

diazepam.

Tindakan pembedahan untuk mengurangi vertigo adalah neurektomi vestibuler,


dimana dilakukan pemotongn saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis
(bagian

dari

telinga

tengah

yang

mengatur

keseimbangan).

Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang berat,
dilakukan labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea (bagian dari telinga tengah
yang

mengatur

pendengaran)

dan

kanalis

semisirkularis.

PENCEGAHAN
Taktik perawatan diri tertentu dapat membantu mengurangi dampak penyakit
Meniere.

Pertimbangkan

tips

ini:

1. Duduk atau berbaring segera ketika Anda merasa pusing. Selama episode
vertigo, hindari hal-hal yang dapat membuat tanda-tanda dan gejala lebih buruk,
seperti

gerakan

tiba-tiba,

lampu-lampu

terang,

menonton

televisi

atau

membaca.
2. Istirahat selama dan setelah serangan. Jangan terburu-buru untuk kembali
ke

kegiatan

normal.

3. Waspadalah terhadap kemungkinan kehilangan keseimbangan. Jatuh bisa


menyebabkan cedera serius. Gunakan pencahayaan yang baik jika Anda bangun
di malam hari. Pertimbangkan berjalan dengan tongkat untuk stabilitas jika Anda

mengalami

masalah

keseimbangan

kronis.

4. Hindari mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin-mesin berat jika


Anda sering mengalami episode vertigo. Melakukan hal itu dapat menyebabkan
kecelakaan dan cedera.

Anda mungkin juga menyukai