dan
cara
kimia
mikro,
untuk
mendapatkan
hasil
yang
dapat
mempunyai bentuk serat yang sama, sebaliknya satu jenis serat dapat mempunyai
bentuk serat yang berbeda. Dengan demikian untuk identifikasi serat buatan sifat
kimia dan sifat fisika memegang peranan lebih penting daripada morfologi seratnya.
B. UJI PEMBAKARAN
Uji pembakaran adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara ini
adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan
golongan serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk
identifikasi serat campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api.
Sumber nyala api yang paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang
mempergunakan bahan bakar gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari
bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang tidak
baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras sehingga
akan mengganggu bahan yang akan diperiksa.
C. UJI PELARUTAN
Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia serat. Uji ini sangat penting
terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan
melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut dapat disimpulkan jenis seratnya.
Prinsip pengujiannya adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut kemudian
diamati sifat kelarutannya. Pelarut yang umumnya digunakan adalah :
1. Asam khlorida
4. Asam nitrat
= melarutkan akrilan
7. Aseton
12. Khloroform
= melarutkan Vinyon HH
= melarutkan vinyon
= melarutkan poliester
D. UJI MIKROSKOP
Pemeriksaan
serat
dengan
mikroskop
terutama
dimaksudkan
untuk
Pembakar Bunsen
Pinset
Gunting
2. UJI PELARUTAN
Tabung reaksi
Pengaduk kaca
Rak tabung
Penjepit tabung
Pembakar Bunsen
3. UJI MIKROSKOP
Mikroskop
Kaca obyek
Cover glass
Jarum jahit
Benang
Gabus kecil
Silat tajam
Lak
7. Poliakrilat
2. Rayon Viskosa
8. Poliamida / Nylon
3. Rami
9. Poliester : Kapas
4. Sutera
5. Wool
6. Poliester
2. UJI PELARUTAN
Bermacam-macam serat :
1. Kapas
7. Poliakrilat
2. Rayon Viskosa
8. Poliamida / Nylon
3. Rami
9. Poliester : Kapas
4. Sutera
5. Wool
6. Poliester
Bermacam-macam zat kimia :
1. HCl 1 : 1
7. HNO3
2. H2SO4 60%
8. Metil salisilat
3. H2SO4 70%
9. Aseton
4. NaOCl
5. NaOH 10%
11. KOH 5%
6. NaOH 45%
3. UJI MIKROSKOP
Bermacam-macam serat :
1. Kapas
7. Poliakrilat
2. Rayon Viskosa
8. Poliamida / Nylon
3. Rami
9. Poliester : Kapas
4. Sutera
5. Wool
6. Poliester
C. CARA KERJA
1. UJI PEMBAKARAN
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne 1 10 dengan
panjang 4-5 cm dan diberi puntiran.
Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-lahan.
Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh,
menggulung atau terbakar mendadak.
Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api,
dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.
Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api)
maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar
itu.
Tetapi jika serat tetap menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup dan
dicatat bau yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Setelah nyala api
padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.
Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu sisa
pembakaran.
2. UJI PELARUTAN
Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu.
Memasukkan 5 ml pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan
hati-hati.
Memasukkan beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau
banyak) kedalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.
IV.
DISKUSI
1. UJI PEMBAKARAN
Pada saat uji pembakaran beberapa serat dipuntir dengan tujuan agar
terbakarnya lambat sehingga mudah diamati. Pembakaran dilakukan dengan
menggunakan koreak api gas dengan menggunakan pembakar bunsen kemudian
serat dibakar dari samping. Pada uji pembakaran ini indikator yang perlu diamati
adalah asap yang ditimbulkan setelah pembakaran, bau yang ditimbulkan setelah
pembakaran, sifat pembakaran dan sisa pembakarannya.
Pada uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan serat
secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Pada umumnya
serat dari selulosa pada saat selesai dibakar tidak menimbulkan asap dan baunya
seperti kertas terbakar. Sifat pembakaran yang pada serat selulosa secara umum
adalah serat akan cepat terbakar dan akan meneruskan nyala api. Sedangkan sisa
abu yang ditimbulkan oleh pembakaran serat selulosa adalah abunya mudah rapuh
dan berwarna hitam.
Perbedaan hasil indikator yang diamati pun terdapat pada serat yang berasal
dari protein. Meskipun sama serat alamnya, namun hasil pengamatan setelah
pembakaran berbeda dengan serat selulosa. Setelah pembakaran serat protein tidak
mengeluarkan asap dan bau yang ditimbulkan seperti rambut terbakar. Sifat
pembakarannya pun berbeda antara sutera dengan wool. Sutera bersifat tidak
meneruskan nyala api sedangkan wool bersifat meneruskan nyala api seperti serat
selulosa. Sisa pembakaran yang ditimbulkan oleh serat protein adalah abunya
mudah rapuh dan terdapat bulatan hitam diujungnya.
Pada serat buatan seperti polyester, poliakrilat dan nylon hasil pembakarannya
juga memberikan hasil yang berbeda. Asap yang ditimbulkan dari pembakaran serat
polyester dan poliakrilat berwarna hitam sedangkan serat nylon asapnya berwarna
putih. Namun bau yang ditimbulkan dari pembakaran polyester, poliakrilat dan nylon
adalah sama yaitu seperti plastic terbakar. Bau seperti plastic terbakar terjadi karena
polyester, poliakrilat dan nylon merupakan serat buatan. Serat buatan ini sifat
pembakarannya adalah meleleh karena terbuat dari bahan semacam plastic yang
mudah meleleh sedangkan sisa pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam
diujungnya.
Sedangkan
untuk
serat
campuran
uji
pembakaran
ini
tidak
bisa
Benang jahit yang telah dimasukkan kedalam jarum jahit ditusukkan ditengahtengah gabus, setelah itu tinggalkan sedikit benang jahit yang telah masuk dan
dorong kembali jarum jahit kebawah. Kemudian beberarapa serat yang telah
disiapkan dilamsukkan kedalam lengkungan benang jahit tersebut dan diberi lak
merah sampai kering atau dimasukkan kedalam oven. Setelah kering benang jahit
tersebut ditarik agar serat yang telah diberi lak masuk kedalam gabus. Agar lak
benar-benar kering gabus tersebut kemudian diopen selama beberapa menit.
Pembuatan irisan melintang pada gabus harus setipis mungkin agar struktur serat
yang akan diamati terlihat jelas dibawah mikroskop.
Pengamatan
serat
dilakukan
secara
membujur
dan
melintang.
Pada
pengamatan membujur terlihat ada serat yang berpilin seperti pita, bersisik,
permukaannya halus karena merupakan serat buatan dan terdapat juga yang
permukannya berambut. Sedangkan pada pengamatan penampang melintangnya
terlihat berbagai macam bentuk serat yang seperti ginjal, segitiga, bulat, tulang
anjing, lonjong,dan bergerigi. Bentuk serat yang bermacam-macam ini tergantung
pada golongannya misalnya serat alam, serat buatan atau serat campuran.
V.
KESIMPULAN
1. UJI PEMBAKARAN
Uji pembakaran tidak dapat digunakan untuk serat-serat campuran karena hasil
pembakarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
2. UJI PELARUTAN
Dari hasil uji pelarutan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
H2SO4 60% melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rami, sutera, dan poliamida
H2SO4 70% melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rami,sutera, poliakrilat dan
poliamida
HNO3 melarutkan serat rayon viskos, sutera, wool, poliakrilat dan poliamida
KOH 0,5% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan pada
suhu panas melarutkan serat sutera dan wool
NaOH 10% pada suhu kamar melarutkan sutera, dan polister kapas dan suhu
panas melarutkan serat sutera, wool dan polister kapas
NaOH 45% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan
pada suhu panas melarutkan serat sutera, wool, poliste, polister kapas dan
polister wool.
3. UJI MIKROSKOP
Untuk serat alam seperti kapas, rayon viskosa dan rami penampang
membujurnya berbentuk pipih berpilin seperti pita, seperti silinder dengan garisgaris
sejajar
dan
berkerut
untuk
serat
rami.
Sedangkan
penampang
10
11