Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI SERAT TEKSTIL

( UJI PEMBAKARAN, UJI PELARUTAN, DAN UJI MIKROSKOP )


I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Mengidentifikasi jenis-jenis serat baik serat alam maupun serat buatan meliputi
karakteristik dan strukturnya dengan cara pengujian serat menggunakan uji
pembakaran, uji pelarutan, dan uji mikroskop.
TUJUAN
1. Memperkirakan golongan serat baik secara umum dengan uji pembakaran.
2. Mengamati kelarutan jenis serat pada beberapa jenis pelarut dengan
menggunakan uji pelarutan.
3. Mengamati morfologi serat baik serat alam maupun serat buatan dengan melihat
penampang melintang dan membujurnya dengan menggunakan uji mikroskop.
II. TEORI DASAR
A. DASAR IDENTIFIKASI
Identifikasi serat didasarkan terutama pada beberapa sifat khusus dari suatu
serat yaitu, morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya. Pada umumnya identifikasi
serat dilakukan menurut gabungan beberapa cara, terutama pengamatan dengan
mikroskop

dan

cara

kimia

mikro,

untuk

mendapatkan

hasil

yang

dapat

dipertanggungjawabkan, dan tidak boleh dilakukan menurut satu cara yang


sederhana saja.
Pada serat alam, morfologi seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan
perbedaan yang besar antara satu dan lainnya. Dalam batas tertentu morfologinya
mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena itu morfologi dari serat alam sangat
menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya , sifat kimia serat alam
perbedaannya sangat kecil, karena serat tersebut selalu tersusun oleh selulosa atau
protein, sehingga sifat kimia kurang penting untuk identifikasi serat alam.
Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat,
karena morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan
seratnya, dan bukan oleh jenis seratnya. Serat yang dibuat dengan cara pemintalan
leleh akan selalu menghasilkan serat dengan penampang lintang bergerigi,
sedangkan pemintalan kering akan menghasilkan serat dengan penampang lintang
berlekuk-lekuk. Sehingga pada serat buatan, jenis serat yang berbeda dapat

mempunyai bentuk serat yang sama, sebaliknya satu jenis serat dapat mempunyai
bentuk serat yang berbeda. Dengan demikian untuk identifikasi serat buatan sifat
kimia dan sifat fisika memegang peranan lebih penting daripada morfologi seratnya.
B. UJI PEMBAKARAN
Uji pembakaran adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara ini
adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan
golongan serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk
identifikasi serat campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api.
Sumber nyala api yang paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang
mempergunakan bahan bakar gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari
bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang tidak
baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras sehingga
akan mengganggu bahan yang akan diperiksa.
C. UJI PELARUTAN
Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia serat. Uji ini sangat penting
terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan
melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut dapat disimpulkan jenis seratnya.
Prinsip pengujiannya adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut kemudian
diamati sifat kelarutannya. Pelarut yang umumnya digunakan adalah :
1. Asam khlorida

= melarutkan serat Nylon

2. Asam khlorida pekat

= pada suhu kamar akan melarutkan Rayon


viskosa, sutera, sutera tusah ( larut dengan
lambat )

3. Asam sulfat 70%

= pada suhu kamar akan melarutkan serat


selulosa ( kapas, rayon viskosa, rayon
asetat ), nylon dan sutera

4. Asam nitrat

= melarutkan rayon asetat, wol, poliakrilat dan


nylon

5. Asam nitrat pekat

= melarutkan akrilan

6. Asam asetat glasial

= melarutkan rayon asetat

7. Aseton

= melarutkan rayon asetat

8. Kalium hidroksida (KOH 5%)

= semua serat binatang

dan sutera larut,

protein diregenerasi dan sutera tusah larut


sebagian, serat selulosa dan serat buatan
tidak larut
9. Kuproamonium hidroksida

= melarutkan serat selulosa

10. Natrium hipoklorit

= melarutkan wol dan sutera

11. Natriumhidroksida (NaOH 45%)

= melarutkan polyester, wol, sutera, Dacron


pada suhu mendidih

12. Khloroform

= melarutkan Vinyon HH

13. Fenol 90%

= melarutkan nylon pada suhu 350 C

14. Metilena dikhlorida

= melarutkan vinyon

15. Metil salisilat

= melarutkan poliester

16. Dimetil formamida (DMF)

= melarutkan poliakrilat, poliamida , dan rayon


asetat, dynel (350C), acrilan (550C), orlon 41
(710C) dan orlon 81 (990C)

17. Meta cresol

= melarutkan rayon asetat, poliamida / nylon

D. UJI MIKROSKOP
Pemeriksaan

serat

dengan

mikroskop

terutama

dimaksudkan

untuk

mengetahui bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur, dimensi,


struktur bagian dalam serat dan permukaan serat. Pengamatan dengan mikroskop
merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk identifikasi serat dimana
terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu pengamatan
dengan mikroskop adalah cara yang paling penting dan banyak digunakan untuk
identifikasi serat. Pada pengamatan secara melintang, prinsipnya adalah serat
dipotong secara melintang setipis mungkin sehingga dapat diamati dibawah
mikroskop. Pembuatan irisan melintang dapat menggunakan cara gabus, mikroton
tangan atau mikroton mekanis, sedangkan yang paling mudah dilakukan adalah cara
gabus.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1. UJI PEMBAKARAN

Pembakar Bunsen

Pinset

Gunting

Korek api gas

2. UJI PELARUTAN

Tabung reaksi

Pengaduk kaca

Rak tabung

Penjepit tabung

Pembakar Bunsen

Korek api gas

3. UJI MIKROSKOP

Mikroskop

Kaca obyek

Cover glass

Jarum jahit

Benang

Gabus kecil

Silat tajam

Lak

B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. UJI PEMBAKARAN
Bermacam-macam serat :
1. Kapas

7. Poliakrilat

2. Rayon Viskosa

8. Poliamida / Nylon

3. Rami

9. Poliester : Kapas

4. Sutera

10. Poliester : Wool

5. Wool

11. Poliester : Rayon

6. Poliester
2. UJI PELARUTAN
Bermacam-macam serat :
1. Kapas

7. Poliakrilat

2. Rayon Viskosa

8. Poliamida / Nylon

3. Rami

9. Poliester : Kapas

4. Sutera

10. Poliester : Wool

5. Wool

11. Poliester : Rayon

6. Poliester
Bermacam-macam zat kimia :
1. HCl 1 : 1

7. HNO3

2. H2SO4 60%

8. Metil salisilat

3. H2SO4 70%

9. Aseton

4. NaOCl

10. Asam formiat

5. NaOH 10%

11. KOH 5%

6. NaOH 45%
3. UJI MIKROSKOP
Bermacam-macam serat :
1. Kapas

7. Poliakrilat

2. Rayon Viskosa

8. Poliamida / Nylon

3. Rami

9. Poliester : Kapas

4. Sutera

10. Poliester : Wool

5. Wool

11. Poliester : Rayon

6. Poliester
C. CARA KERJA
1. UJI PEMBAKARAN
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne 1 10 dengan
panjang 4-5 cm dan diberi puntiran.
Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-lahan.
Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh,
menggulung atau terbakar mendadak.
Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api,
dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.
Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api)
maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar
itu.
Tetapi jika serat tetap menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup dan
dicatat bau yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Setelah nyala api
padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.
Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu sisa
pembakaran.
2. UJI PELARUTAN
Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu.
Memasukkan 5 ml pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan
hati-hati.
Memasukkan beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau
banyak) kedalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.

Mengaduk-aduk serat yang berada didalam larutan pereaksi dan mengamati


kelarutannya selama 5 menit.
Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan
dengan hati-hati.
Setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing-masing serat pada masingmasing pelarutnya.
3. UJI MIKROSKOP
A. Pengamatan Pandangan MembujurDari Serat
Serat diletakkan sejajar diatas kaca obyek dan dipisahkan satu dari yang
lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk.
Kemudian ditututp dengan kaca penutup (cover glass), dan dari salah
satu sisi kaca penutup ditetesi medium.
Jumlah air atau medium tidak boleh terlalau banyak, tetapi juga tidak
boleh terlalu sedikit. Kelebihan medium dapat dikurangi dengan kertas
saring.
Preparat yang telah siap kemudian diamati dibawah mikroskop.
Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.
B. Pengamatan Pandangan Melintang Dari Serat
Jarum jahit yang bersisi benang ditusukkan ditengah-tengah gabus.
Kemudian jarum ditaruk kembali dengan meninggalkan lengkungan
benang pada gabus.
Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak merah diletakkan
didalam lengkungan benang dan dengan hati-hati ditarik masuk kedalam
gabus dengan cara menarik ujung benang sehingga serat masuk
kedalam tengah-tengah gabus.
Setelah laknya kering gabus diiris setipis mungkin dengan silet yang
tajam sehingga serat ditengah gabus ikut terpotong secara melintang.
Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan pada kaca
penutup dengan ditetesi medium.
Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan pada kaca
obyek kemudian diamati dibawah mikroskop .
Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.

IV.

DISKUSI
1. UJI PEMBAKARAN
Pada saat uji pembakaran beberapa serat dipuntir dengan tujuan agar
terbakarnya lambat sehingga mudah diamati. Pembakaran dilakukan dengan
menggunakan koreak api gas dengan menggunakan pembakar bunsen kemudian
serat dibakar dari samping. Pada uji pembakaran ini indikator yang perlu diamati
adalah asap yang ditimbulkan setelah pembakaran, bau yang ditimbulkan setelah
pembakaran, sifat pembakaran dan sisa pembakarannya.
Pada uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan serat
secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Pada umumnya
serat dari selulosa pada saat selesai dibakar tidak menimbulkan asap dan baunya
seperti kertas terbakar. Sifat pembakaran yang pada serat selulosa secara umum
adalah serat akan cepat terbakar dan akan meneruskan nyala api. Sedangkan sisa
abu yang ditimbulkan oleh pembakaran serat selulosa adalah abunya mudah rapuh
dan berwarna hitam.
Perbedaan hasil indikator yang diamati pun terdapat pada serat yang berasal
dari protein. Meskipun sama serat alamnya, namun hasil pengamatan setelah
pembakaran berbeda dengan serat selulosa. Setelah pembakaran serat protein tidak
mengeluarkan asap dan bau yang ditimbulkan seperti rambut terbakar. Sifat
pembakarannya pun berbeda antara sutera dengan wool. Sutera bersifat tidak
meneruskan nyala api sedangkan wool bersifat meneruskan nyala api seperti serat
selulosa. Sisa pembakaran yang ditimbulkan oleh serat protein adalah abunya
mudah rapuh dan terdapat bulatan hitam diujungnya.
Pada serat buatan seperti polyester, poliakrilat dan nylon hasil pembakarannya
juga memberikan hasil yang berbeda. Asap yang ditimbulkan dari pembakaran serat
polyester dan poliakrilat berwarna hitam sedangkan serat nylon asapnya berwarna
putih. Namun bau yang ditimbulkan dari pembakaran polyester, poliakrilat dan nylon
adalah sama yaitu seperti plastic terbakar. Bau seperti plastic terbakar terjadi karena
polyester, poliakrilat dan nylon merupakan serat buatan. Serat buatan ini sifat
pembakarannya adalah meleleh karena terbuat dari bahan semacam plastic yang
mudah meleleh sedangkan sisa pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam
diujungnya.

Sedangkan

untuk

serat

campuran

uji

pembakaran

ini

tidak

bisa

dipertanggungjawabkan hasilnya. Seperti campuran polyester : kapas, setelah


pembakaran mengeluarkan asap hitam yang artinya kandungan poliesternya lebih
banyak daripada kapas, sehingga bau yang ditimbulkannya pun seperti plastic
terbakar. Begitu pula dengan sifat pembakaran yang meneruskan nyala api dan sisa
pembakarannya abunya rapuh tetapi sedikit keras. Pada campuran polyester : rayon
dan polyester : wool setelah pembakaran tidak menimbulkan asap yang berarti
kandungan rayon dan woolnya lebih banyak daripada poliesternya. Begitu pula
dengan sifat pembakarannya yang meleleh dan abunya sedikit keras dan rapuh
2. UJI PELARUTAN
Pada saat dilakukan uji pelarutan pada masing-masing dengan beberapa jenis
pelarut ternyata memberikan hasil yang sedikit berbeda dengan literatur. Misalnya
pada pelarut Asam sulfat 70% yang seharusnya bisa melarutkan serat kapas, rayon
viskosa, rayon asetat, nylon dan sutera, tetapi pada percobaan ternyata yang larut
serat kapas, rayon viskosa, rami, sutera, poliakrilat, poliamida dan polister kapas
serta polister rayon larut sebagian. Sedangkan pada pelarut Natrium hipokhlorit
yang seharusnya bisa melarutkan wool dan sutera namun pada uji yang dilakukan
ternyata kedua serat tersebut larut dan polister wool larut sebagian. Pada pelarut
Metil salisilat dapat melarutkan poliester pada suhu tinggi. Suhu tinggi ini diperoleh
dengan cara memanaskan tabung reaksi berisi serat dan pelarutnya diatas
pembakar bunsen. Saat dilakukan pelarutan dengan Asam formiat, KOH 0,5% suhu
kamar, NaOH 10% suhu kamar dan suhu tinggi, NaOH 45% suhu kamar, NaOCl
10%, Metil salisilat dan aseton suhu kamar ternyata semua pelarut tersebut tidak
bisa melarutnya semua jenis serat yang diuji. Semua perbedaan yang terjadi pada
saat praktikum antara lain disebabkan karena pelarut yang digunakan kemungkinan
sudah rusak, artinya mungkin bisa saja pelarutnya dan zat yang digunakan sudah
sering digunakan dan tutupnya tidak ditutup lagi pada selesai praktek. Hal ini
menyebabkan kestabilan konsentrasinya zat berubah sehingga tidak dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
3. UJI MIKROSKOP
Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan ketelitian agar struktur serat
yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat yang digunakan harus dibersihkan
agar pada saat diamati dibawah mikroskop yang terlihat adalah struktur seratnya
bukan kotoran-kotoran atau gelembung udara yang timbul akibat kelebihan medium
yang digunakan (air). Pada pengamatan penampang melintang dari serat harus
disiapkan preparatnya terlebih dahulu. Preparat ini dapat dibuat dengan irisan gabus.

Benang jahit yang telah dimasukkan kedalam jarum jahit ditusukkan ditengahtengah gabus, setelah itu tinggalkan sedikit benang jahit yang telah masuk dan
dorong kembali jarum jahit kebawah. Kemudian beberarapa serat yang telah
disiapkan dilamsukkan kedalam lengkungan benang jahit tersebut dan diberi lak
merah sampai kering atau dimasukkan kedalam oven. Setelah kering benang jahit
tersebut ditarik agar serat yang telah diberi lak masuk kedalam gabus. Agar lak
benar-benar kering gabus tersebut kemudian diopen selama beberapa menit.
Pembuatan irisan melintang pada gabus harus setipis mungkin agar struktur serat
yang akan diamati terlihat jelas dibawah mikroskop.
Pengamatan

serat

dilakukan

secara

membujur

dan

melintang.

Pada

pengamatan membujur terlihat ada serat yang berpilin seperti pita, bersisik,
permukaannya halus karena merupakan serat buatan dan terdapat juga yang
permukannya berambut. Sedangkan pada pengamatan penampang melintangnya
terlihat berbagai macam bentuk serat yang seperti ginjal, segitiga, bulat, tulang
anjing, lonjong,dan bergerigi. Bentuk serat yang bermacam-macam ini tergantung
pada golongannya misalnya serat alam, serat buatan atau serat campuran.
V.

KESIMPULAN
1. UJI PEMBAKARAN

Identifikasi serat selulosa :


Serat terbakar dengan cepat
Meneruskan nyala api
Tidak berasap setelah pembakaran
Baunya seperti kertas terbakar
Sisa pembakarannya berupa abu yang mudah rapuh

Identifikasi serat protein/rambut :


Tidak berasap setelah pembakaran
Baunya seperti rambut terbakar
Sisa pembakarannya berupa abu yang rapuh
Meninggalkan bulatan kecil hitam pada ujungnya

Identifikasi serat buatan :


Sifat pembakarannya meleleh
Tidak meneruskan nyala api

Berasap hitam setelah pembakaran (polyester dan poliakrilat), berasap putih


setelah pembakaran (poliamida/nylon)
Baunya seperti plastic terbakar
Sisa pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam diujungnya.

Uji pembakaran tidak dapat digunakan untuk serat-serat campuran karena hasil
pembakarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Uji pembakaran hanya bisa digunakan untuk membedakan golongan serat


secara umum saja.

2. UJI PELARUTAN
Dari hasil uji pelarutan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

H2SO4 60% melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rami, sutera, dan poliamida

H2SO4 70% melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rami,sutera, poliakrilat dan
poliamida

HCl 1:1 melarutkan serat poliamida/nylon

HNO3 melarutkan serat rayon viskos, sutera, wool, poliakrilat dan poliamida

Asam formiat melarutkan serat poliamida/ nylon

KOH 0,5% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan pada
suhu panas melarutkan serat sutera dan wool

NaOH 10% pada suhu kamar melarutkan sutera, dan polister kapas dan suhu
panas melarutkan serat sutera, wool dan polister kapas

NaOH 45% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan
pada suhu panas melarutkan serat sutera, wool, poliste, polister kapas dan
polister wool.

NaOCl 10% melarutkan serat sutera dan wool.

Metilsalisilat pada suhu kamar tidak melarutkan serat samasekali sedangkan


pada suhu panas hanya melarutkan serat polister dan poliakrilat

Ketidaksamaan hasil praktikum dengan literatur disebabkan karena pelarut yang


digunakan sudah tidak baik kestabilan konsentrasinya

3. UJI MIKROSKOP

Untuk serat alam seperti kapas, rayon viskosa dan rami penampang
membujurnya berbentuk pipih berpilin seperti pita, seperti silinder dengan garisgaris

sejajar

dan

berkerut

untuk

serat

rami.

Sedangkan

penampang

melintangnya berbentuk ginjal (kapas), bergerigi (rayon viskosa), dan lonjong


memanjang (rami).

10

Panampang membujur dari serat protein adalah terdapat garis-garis ditengahnya


(sutera), dan bersisik untuk serat wool.Sedangkan penampang melintangnya
berbentuk segitiga (sutera) dan bulat agak lonjong (wool).

Untuk serat-serat buatan seperti polyester, poliakrilat, dan poliamida/nylon bentuk


penampang membujurnya adalah seperti silinder dan penampang melintangnya
bulat yang rata/halus.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi
Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia.
Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

11

Anda mungkin juga menyukai