I. PENDAHULUAN
Letusan gunung Kelud di suatu pihak memberikan dampak negatif yang
sangat merugikan penduduk di sekitarnya, terutama pada kawasan yang
terkena langsung penimbunan material baik berupa debu, pasir, batu, atau
aliran lahar.
Areal pertanian yang pada saat sebelum terjadi letusan
merupakan kawasan yang subur tiba-tiba berubah menjadi gundul akibat
penimbunan material dan hancurnya tanaman.
Keadaan ini tentu saja
merupakan pukulan berat bagi petani maupun pekebun yang mengandalkan
pendapatannya dari usaha pertanian di kawasan tersebut.
Dalam waktuwaktu mdekat para petani dan pekebun yang terkenamusibah ini terpaksa
belum dapat mengusahakan kembali lahan pertaniannya secara normal. Hal
ini disebabkan penimbunan permukaan tanah oleh material sehingga sulit
untuk diusahakan seperti semula.
Pada dasarnya potensi kesuburan tanah meningkat akibat penimbunan
bahan letusan. Bahan-bahan vulkan mengandung berbagai jenis unsur dalam
jumlah yang cukup tinggi sehingga merupakan cadangan unsur bagi tanahtanah pertanian.
Permasalahannya adalah bahwa unsur-unsur tersebut masih berada
dalam bentuk mineral-mineral primer yang membutuhkan proses pelapukan
jangka lama agar dapat tersedia bagi tanaman.
Di segi lain, material
yang tertimbun merupakan bahan kasar atau agak kasar berupa pasir atau
debu yang mempunyai sifat mudah hanyut oleh aliran air, tidak mempunyai
kemampuan memegang air maupun unsur hara.
Dengan demikian, maka kawasan yang mengalami penimbunan material
debu atau pasir akan menghadapi masalah erosi, kekeringan dan pencucian
hara, terutama pada lapisan bahan timbunan tersebut. Suhu material yang
tinggi saat
letusan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman maupun
kehidupan biologi tanah yang terkena langsung
bahan tersebut.
Berbagai usaha perlu dilakukan apabila kita ingin mengembalikan
fungsi lahan untuk pertanian seperti semula.
Pengalaman dari letusan
gunung Agung atau Galungggung misalnya dapat memberi gambaran berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk proses pemulihan agar lahan kembali dapat
dibudidayakan. Untuk mendapatkan informasi awal tentang kerusakan lahan,
maka team survei Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, melakukan
survei pendahuluan ke lokasi yang terkena letusan.
Hasil survei
diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar
dan Kediri yang terkena musibah, dalam usaha penanggulangan awal serta
rencana penanggulangan jangka panjang.
II. METODOLOGI
1. Pelaksanaan Survei
Survei pendahuluan ini bersifat peninjauan lapang untuk penjajagan
sampai sejauh mana lahan yang terkena musibah dapat dipulihkan melalui
2
Lokasi Bahaya II
Pada kawasan ini timbunan material mencapai ketebalan 20 - 30 cm.
Vegetasi kebanyakan masih tanaman perkebunan dan sedikit tanaman
pekarangan (kelapa, rambutan, pisang). Kerusakan tanaman kopi dan coklat
yang berdaun lebar masih cukup parah meskipun tidak sampai gundul. Daun
daun tua masih bertahan tetapi daun muda rusak
dan gugur. Besar
kerusakan antara 50-75 %. Kondisi perakaran tanaman seperti pada lokasi
bahaya I, tanaman kopi, coklat dan cengkeh mulai tumbuh tunas-tunas baru.
Kawasan perkebunan di Lokasi Bahaya II ini masih hijau, namun untuk
pemulihan
secara maksimal
dibutuhkan
cara-cara yang tepat dalam hal
perbaikan kondisi tanah dan air.
Lokasi Bahaya III
Di sini timbunan material mencapai ketebalan 10-20 cm. Kawasan
relatif datar dan didominansi oleh areal tanaman pangan, terutama sawah.
Vegetasi lain meliputi kopi, coklat dan tanaman pekarangan (kelapa,
rambutan dan lain-lain). Besarnya kerusakan meliputi
30-40 %.
Permasalahan utama selain timbul materi yang masih cukup tebal, juga
tersumbatnya saluran-saluran irigasi sehingga air tidak dapat dialirkan
ke sawah. Menurut informasi dari pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
tanaman padi sawah yang pada saat letusan berada pada ke fase berbunga,
tidak mengalami hambatan untuk pengisian biji dan tampaknya panen masih
bisa dilaksanakan, asalkan turun hujan. Akan tetapi tanaman padi yang
pada saat letusan masih berada pada fase vegetatif sangat menderita
akibat kekurangan air dan tampaknya panen sama sekali tidak dapat
diharapkan. Pihak Perkebunan Penataran (coklat) tampaknya berusaha untuk
mengatasi masalah timbunan
materi dengan
jalan membuka timbunan di
seputar tajuk
pohon. Pekerjaan ini
membutuhkan
tambahan biaya yang
tidak kecil. Tujuan membuka permukaan tanah ini antara lain dikatakan
untuk pemberian pupuk (ZA, KCl, TSP, Kieserit).
Lokasi Bahaya IV
Timbunan materi hanya berkisar antara 5-10 cm. Vegetasi terutama
tanaman semusim (padi dan lain-lain) dan tanaman pekarangan. Padi sawah
pada kawasan ini tidak banyak terpengaruh oleh letusan; tetapi tanaman
berdaun lebar seperti pisang, kelapa, masih dipengaruhi. Saluran-saluran
irigasi masih mudah untuk difungsikan
dan air dapat
mengalir
ke
petak-petak sawah. Tanaman padi sawah yang pada saat letusan berada
pada fase vegetatif
dapat terus tumbuh ke fase generatif dan panen
tampaknya masih tetap dapat di peroleh secara normal.
Lokasi di Daerah Aliran Lahar
Lokasi yang terkena aliran lahar, terutama
untuk lahan sawah
cukup
menderita karena sebagian tanaman
padi hanyut terbawa arus.
Tanaman padi yang tidak hanyut memperoleh timbunan bahan-bahan material
pasir,debu dan batu-batu kerikil sampai koral yang cukup tebal. Di
4
IV. PEMBAHASAN
Kerusakan areal pertanian akibat letusan Gunung Kelud ini perlu
mendapat perhatian khusus, bila ingin memperbaiki kembali fungsi lahan.
Meskipun setelah terjadi hujan, dan tanaman telah mulai menunjukkan
pertumbuhan tunas-tunas, namun kita belum dapat memastikan apakah nanti
tunas-tunas ini dapat tumbuh normal serta dapatberproduksi kembali.
Permasalahan jangka pendek bila ditinjau dari segi kesuburan tanah
adalah:
(1) keseimbangan perharaan,
(2) kekurangan air terutama pada bulan-bulan kering,
(3) erosi dari bahan materi halus yang tertimbun, dan
(4) longsor pada tanah-tanah miring dan memperolehbeban materi yang cukup
berat.
Dari hasil analisis tanah (Tabel 1) dapat diketahui bahwa:
(1) Material (pasir, debu) mempunyai pH agak masam, kandungan C, N, K,
dan Mg rendah, dan KTK tidak terukur. Hal ini berarti bahwa di samping
ke empat unsur
hara tersebut termasuk
rendah, unsur-unsur lain yang
berupa ion tidak dapat di ikat oleh material. Dengan perkataan lain,
unsur-unsur larut dalam air akan segera hilang tercuci
atau masuk
kedalam lapisan tanah di bawahnya.
Unsur P, S, dan Ca larut cukup
tinggi sehingga dari material terdapat sumbangan ketiga unsur ini bagi
kesuburan tanah.
(2) Analisis contoh perlapisan tanah tidak menunjukkan adanya akumulasi
atau lonjakan konsentrasi unsur yangtinggi,demikian pula tidak ada
perubahan dalam hal sifatfisik dan kimia tanah.
Hal ini berarti bahwa
5
oleh
eksplosif
maka
beberapa
saran
A. Bidang Tanah
Bagi lahan perkebunan yang mengalami kerusakan disarankan:
(a) Bila
ketebalan timbunan materi > 20 Cm; maka bahan timbunan
disekitar pohon perlu dikurangi hingga ketebalan mencapai
20 Cm agar
pertumbuhan akar tidak terganggu dan tindakan pemupukan dan lain-lain
mudah dilakukan. Tetapi,pada prinsipnya materi tidak boleh diangkut
keluar lahan; terutama materi halus.
(b) Untuk menjaga
bahan timbunan hilang karena erosi, diperlukan
tindakan konservasi. Pada lahan-lahan miring perlu ditanam tanaman pagar
secara strip (Strip Cropping). Jenis yang dianjurkan adalah Flemingia
congesta karena tampaknya tanaman ini tidak banyak terpengaruh akibat
timbunan materi.
(c) Di samping
itu dianjurkan pula untuk memasukkan bahan organik.
Sumber utama adalah dari tanaman pelindung seperti Gliricidia sepium dan
Leucaena leucephala. Kedua jenis tanaman ini juga masih tetap bertahan
terhadap pengaruh letusan. Bahan berupa pangkasan ditutupkan kepermukaan
tanah sebagai mulsa dan bila jumlahnya banyak dapat dicampur dengan
material pasir.
(d) Pemupukan
dilakukan pada bagian diseputar pohon yang telah dibuka
dari bahan timbunan. Jenis pupuk terutama N, K dan Mg (Urea, KCl atau
Dolomit),
dengan dosis seperti anjuran Dinas Perkebunan dan diberikan
pada awal dan akhir musim hujan.
Sedang unsur P dan S (TSP ataupun
ZA/ZK) untuk sementara tidak perlu di berikan. Cara memupuk yaitu sistem
"band placement" (jalur seputar tanaman).
VI.
TEAM SURVEI
Pelindung
: Rektor Universitas Brawijaya Malang
Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Pengarah
: Dr.Ir. Slamet Setijono, MSc (Kesuburan Tanah)
Dr.Ir. Wani Hadi Utomo (Fisika Tanah)
Ketua team
Wakil Ketua
Anggota team
17 ppm
17 ppm
2.3
22 Cm2 P tersedia/ha: