Veny Eklampsi
Veny Eklampsi
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. A
Umur : 36 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Karyawan pabrik
Alamat : Hadipolo
Masuk rumah sakit : 7 Mei 2012
Jam : 11.00 WIB
-
Suami
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suku bangsa
Alamat
: Tn.S
: 39 th
: SMP
: Buruh
: Islam
: Jawa
: Hadipolo
II.ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 7 Mei 2012, jam 11.30 WIB
A.Keluhan Utama
Perut kencang- kencang sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
B.Keluhan Tambahan
Penglihatan kabur, sakit kepala, sesak napas dan bengkak pada kedua kaki.
C .Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari sebelum masuk rumah sakit orang sakit, hamil 38 minggu mengaku perut terasa
kencang dan nyeri. Perut kencang berlangsung terus-menerus dengan rentang waktu yang
singkat dan semakin lama semakin kuat disertai dengan keluar darah dari kemaluan berupa
flek berwarna merah kecoklatan. Tidak terdapat mual, muntah, nyeri ulu hati dan demam.
BAB 1 kali sehari, berwarna kecoklatan dengan konsistensi padat. BAK 4 kali sehari,
berwarna kekuningan dan tidak terasa nyeri. Ini merupakan kehamilan ketiga dengan riwayat
keguguran pada kehamilan sebelumnya, hari pertama haid terakhir tanggal 18 Agustus 2011.
Sebelumnya orang sakit mengaku sering memeriksakan kehamilannya di bidan dengan hasil
bahwa keadaan ibu dan janinnya baik-baik saja namun tidak pernah dilakukan USG. Pasien
mengaku tekanan darah setiap kali periksa selalu normal 120/80, tidak pernah mengalami
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 1
kehamilan 8 bulan orang sakit mulai merasa sakit kepala, pandangan kabur, sesak napas dan
bengkak pada kedua kaki ketika diperiksakan ke bidan tekanan darahnya 180/130 mmHg.
Keluhan di atas menetap hingga 1 hari sebelum masuk rumah sakit orang sakit mengaku
perut terasa semakin kencang dan nyeri disertai dengan keluarnya flek berupa darah yang
berwarna merah kecoklatan semakin banyak sehingga orang sakit pun dibawa ke bidan untuk
diperiksa, dan dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa tekanan darah orang sakit semakin
meningkat menjadi 190/110 mmHg dan keluhan seperti sakit kepala, pandangan kabur, sesak
napas dan bengkak pada kedua kaki masih berlangsung bahkan semakin bertambah berat
dimana orang sakit sempat mengalami kejang sebanyak 1 kali ketika berada di tempat bidan
sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit.
D.Riwayat Penyakit Dahulu
Orang sakit mengaku ibunya meninggal pada umur 57 tahun setelah menderita penyakit
Diabetes Melitus selama 5 tahun.
F.Riwayat Haid
o
Menarche
: 14 tahun
Siklus Haid
: 28 hari
Lama Haid
: 12 hari
HPHT
: 18 Agustus 2011
HPL
: 25 Mei 2012
Setiap kali haid perut terasa nyeri, darah haid banyak dan encer
G.Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada umur 24 tahun dan telah menikah selama 12 tahun dengan suami sekarang.
H.Riwayat Obstetri
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 2
Anak
I
Anak
II
Tahun
Jenis
Persalinan
kelamin
2001
2003
Perempuan
Umur
Abortus
minggu
40
Sectio
minggu
cesaria
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
-
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 190/110 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 37 0 C
Pernapasan
: 22 x/menit
Berat badan
: 70 kg
Tinggi badan
: 157 cm
Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Baik
Leher
Aksila
Inguinal
Page 3
Riwayat
Nifas
Dokter
Mati
Dokter
Hidup
Baik
Kepala
: Normocephal
Mata
: CA -/-
; SI -/-
THT
Leher
Thyroid
Trakea
: Terletak di tengah
Dada
Paru
Inspeksi
Kiri
Kanan
Palpasi
Kiri
Dan
Kanan
Depan
Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada bagian
yang tertinggal
Tidak terdengar mengi
Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada bagian
yang tertinggal
Tidak terdengar mengi
Sela iga normal
Tidak ada bagian yang
tertinggal
Fremitus kiri dan kanan
Belakang
Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak ada bagian
yang tertinggal
Tidak terdengar mengi
Bentuk toraks normal
Pernapasan
abdominotorakal
Gerakan statis simetri
Bernapas tidak adabagian
yang tertinggal
Tidak terdengar mengi
Sela iga normal
Tidak ada bagian yang
tertinggal
Fremitus kiri dan kanan
Perkusi
sama
sama
Terdengar sonor diseluruh lapangan Terdengar sonor diseluruh lapangan
Auskultasi
paru
Terdengar
vesikuler
Ronki (-)
Mengi (-)
suara
paru
napas
Terdengar
vesikuler
Ronki (-)
Mengi (-)
Jantung
-
Inspeksi
Page 4
suara
napas
Palpasi
: Ictus cordis teraba di sela iga VII 1 jari medial linea midclavicula
Perkusi
Batas kiri: sela iga VII, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
Batas atas : sela iga III linea parasternal kiri.
Mammae
Abdomen :
IV.STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi : Perut tampak membuncit, sesuai dengan kehamilan aterm, strie gravidarum (+),
linea nigra (+),bekas operasi (+).
Palpasi
:
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TFU
Auskultasi
:
V.STATUS GINEKOLOGIS
VT : 2 cm, KK (+), EFF 25%
Letak bagian bawah kepala, belum masuk pintu atas panggul, turun Hodge I
Ubun-ubun kecil disebelah kiri depan
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 5
VI.PEMERIKSAAN USG
Tampak janin tunggal hidup intra uterin letak kepala, punggung tengah, FM (+), FHM
(+), FHR 161 kali/menit
Plasenta implantasi di fundus meluas ke korpus lateral kanan tak mencapai SBR, grade 2
Kesan : Janin tunggal hidup intra uterine letak kepala punggung tengah, sesuai usia
kehamilan 33 minggu 3 hari -/+ 2 minggu 5 hari. Suspek kecil untuk masa kehamilan.
VII.LABORATORIUM
DARAH RUTIN ( 7 Mei 2012)
Hemoglobin
Leukosit
Eusinofil
Basofil
Segmen
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
LED
Golongan darah/Rh
BT
CT
13,4 g/dl
7,8 ribu
0,8 %
0%
76,4 %
18 %
4,8%
76 mikro m3
27,5 pg
36,1 g/dl
37,1 %
151 ribu
4,88 juta
42/75 mm/jam
A/+
1.30 menit
5.30 menit
11,7-15,5
3,6-11,0
1-3
0-1
50-70
25-40
2-8
80-100
26-34
32-36
30-43
150-440
3,8-5,2
0-20
1-3
2-6
307 mg/dl
307 mg/dl
244 mg/dl
6,73 mg/dl
26,2 mg/dl
1,43 mg/dl
6,61 g/dl
75-110
< 200
< 160
2,6-6,0
15-40
0,60-1,10
6,0-8,0
Page 6
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT
Gamma GT
Natrium
Kalium
Calcium
Chloride
Magnesium
Phospor
2,99 g/dl
3,62 g/dl
69,4 U/l
26,6 U/l
8,7 U/l
134,6 mmol/l
2,33 mmol/l
7,41 mg/dl
98,9 mmol/l
1,74 mg/dl
3,89 mg/dl
3,4-4,8
Positif 3
Negatif
Negatif
6,5
Normal
Negatif
Negatif
1.015
Positif 2
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
4,8-7,4
Normal
Negatif
Negatif
1.015-1.025
Negatif
Negatif
Negatif
0-35
0-35
< 38
135-147
3,5-5
8,5-10,2
95-105
1,6-2,4
2,5-5,0
URINE
Urine lengkap
Albumin
Reduksi
Bilirubin
Reaksi/pH
Urobilinogen
Benda keton
Nitrit
Berat jenis
Darah samar
Leukosit
Vitamin C
VIII.RESUME
Ny.A hamil 38 minggu datang dengan keluhan perut terasa kencang- kencang sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sebelum dirujuk ke rumah sakit pasien dirawat oleh bidan dan dari
hasil pemeriksaan ditemukan tekanan darah tinggi 190/110 mmH g disertai dengan adanya sakit
kepala, pandangan kabur, sesak napas dan bengkak pada kedua kaki yang selanjutnya diikuti
dengan adanya kejang sebanyak 1 kali. Dari pemeriksaan didapatkan TD 190/110 mmHg, Nadi
96 kali/menit, suhu 37 C, RR 20 kali/menit.
o HPHT
: 18 Agustus 2011
o HPL
: 25 Mei 2012
Palpasi
:
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TFU
Page 7
PEMERIKSAAN USG
Kesan: tampak janin satu hidup intra uterin, kecil untuk usia kehamilan
Janin letak memanjang, letak bagian bawah kepala, punggung tengah.
DIAGNOSIS
GIIIPIAI, 36 tahun, hamil 37 minggu 3 hari
Janin tunggal, hidup intrauterine
Belum masuk panggul, inpartu kala I
Pre Eklamsia Berat
Penatalaksanaan
Infus RL +MgSo4 15 cc 20tpm
Nifedipin 10 mg 2x1 tab
Deksamethason 4mg 2x1 amp iv
Folamil genio 1x1 tab
Observasi
Rencana SCTP tgl 8 Mei 2012
EDUKASI :
-
Memberitahukan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan pasien dan tindakan
persalinan yang akan dilakukan serta resiko yang dapat terjadi selama proses persalinan.
Meminta keluarga pasien untuk menandatangani surat informed consent berkaitan dengan
tindakan persalinan yang akan dilakukan.
PROGNOSIS
Dubia ad malam
Laporan SC (8 Mei 2011) pukul 22.45 WIB
Page 8
Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala, bayi perempuan, berat badan 2000 gr, panjang
badan 41 cm, APGAR skor 9/10/10
Plasenta dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap, hematom (-), infark (-)
Jahit uterus dengan chromic catgut no I, jahit overhacting sekalian tutup plica vesica
uterine
Perdarahan (+) 300 cc. besihkan kavum ueri dari sisa perdarahan
Tindakan selesai
FOLLOW UP
Tanggal 9 Mei 2012, jam 07.30 WIB
S : Nyeri pada bekas operasi, belum dapat miring kiri-kanan, sakit kepala, pandangan kabur,
belum kentut, ASI belum keluar.
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 96 kali/menit
Suhu : 37 C
RR : 22 kali/menit
Laboratorium :
Hb : 13,7 mg/dl
GDS : 307 mg/dl
Cholesterol : 307 mg/dl
Trigliseride : 244 mg/dl
Creatinin : 1,43 mg/dl
SGOT : 69,4 U/l
SGPT : 26,6 U/l
Page 9
A : PIIAI, Post SC hari I atas indikasi bekas SC dengan impending eklampsi dan diabetes mellitus
gestasional
P : Amoxan 3 x 1 gr
Alinamin 2 x 1 amp
Vit C 1 x 1 amp
Tradil 2 x 1 amp
Flagil supp 2 x 1 amp
Lasix 1 x 1 amp
Humulin R 1x 20 cc
Tanggal 9 Mei 2012, jam 16.00 WIB
S : Nyeri pada bekas operasi, pegal-pegal, belum dapat miring kiri kanan, sakit kepala,
pandangan kabur, sudah kentut, ASI belum keluar.
O : Keadaan umum : Agak lemah
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Suhu : 37 C
RR : 22 kali/menit
A: PIIAI, Post SC hari I atas indikasi bekas SC dengan impending eklampsi dan diabetes mellitus
gestasional
P : Observasi
Lanjutkan terapi
Tanggal 9 Mei 2012, jam 22.30 WIB
S : Terjadi penurunan kesadaran pada orang sakit, orang sakit sempat tidak sadarkan diri
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Stupor
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Suhu : 37 C
RR : 38 kali/menit
HR : 140 kali/menit
Page 10
A : PIIAI, Post SC hari I atas indikasi bekas SC dengan impending eklampsi dan diabetes mellitus
gestasional. Pasien mengalami perburukan kondisi akibat adanya hiperglikemi dan
menunjukkan tanda-tanda decompensatio cordis.
P : Berikan oksigen 10 L
Infus Ringer Laktat + Valium 1 amp 25 tetes per menit
Periksa EKG
Periksa kadar glukosa
Tanggal 10 Mei 2012, jam 05.30 WIB
S : Nyeri pada bekas operasi, sakit kepala, pegal-pegal, ASI belum keluar, sesak napas dan
lemas.
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolen
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Nadi : 124 kali/menit
Suhu : 37 C
RR : 38 kali/menit
SaO2 : 94 %
A : PIIAI, Post SC hari ke II atas indikasi bekas SC dengan impending eklampsi dan diabetes
mellitus gestasional.
P : Observasi
Tanggal 10 Mei, jam 12.00 WIB
S : Nyeri pada bekas operasi, sakit kepala, pegal-pegal, ASI belum keluar, sesak napas dan lemas
O : Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolen
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Suhu : 37 C
RR : 38 kali/menit
A : PIIAI, Post SC hari ke II atas indikasi bekas SC dengan KAD dan edema paru
P : Guyur NaCl 2 fl
Lasix 40 mg
Catapres 4 amp dalam NaCl 100 cc, 12 tetes per menit
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 11
Page 12
Eklampsia
Eklampsia adalah kasus akut pada penderita preeklampsi dengan kejang yang menyeluruh dan
coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, oedem dan
protenuria. Eklampsia lebih sering terjadi pada primigravidae dari pada multiparae.
Menurut saat terjadinya eklampsi kita mengenai istilah:
Eklampsi antepartum ialah eklampsi yang terjadi sebelum persalinan (sering terjadi).
Eklampsi intrapartum ialah eklampsi sewaktu persalinan.
Eklampsi postpartum, eklampsi dalam waktu 24 jam setelah persalinan.
Kebanyakan terjadi antepartum, jika terjadi postpartum maka timbul dalam 24 jam setelah
partus. Pada penderita preeklampsi yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau
tanda-tanda yang khas, yang dianggap sebagai tanda prodroma akan terjadinya kejang.
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 13
Preeklampsi yang disertai tanda-tanda prodroma ini disebut impending eklampsi atau imminent
eklampsi. Dalam kehamilan eklampsi terjadi dalam triwulan terakhir dan makin besar
kemungkinan mendekati saat cukup bulan.
Eklampsi lebih sering terjadi pada:
1. Kehamilan kembar
2. Hydramnion
3. Mola hidatidosa (terjadi sebelum bulan ke-8)
Gejala:
Eklampsi selalu didahului oleh gejal-gejala preeklampsi. Gejala-gejala preeklampsi yang
berat seperti:
Page 14
Karena kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsi, maka eclampsi sine eclampsi
sering dimasukkan preeklampsi yang berat. Pada eklampsi tensi biasanya tinggi sekitar
180/110.
Nadi kuat dan berisi tapi kalau keadaan sudah buruk menjadi kecil dan cepat. Demam
(cerebral) yang tinggi memburukkan prognosa.
Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsi yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hampir selalu ada malahan kadang-kadang sangat banyak, juga oedema
biasanya ada.
Pada eklampsi antepartum biasanya persalinan mulai setelah beberapa waktu. Tapi
kadang-kadang pasien berangsur baik tidak kejang lagi dan sadar sedangkan kehamilan terus
berlangsung.
Eklampsi yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsi intercurrent. Dianggap
bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan ialah dari
eklampsia ke dalam keadaan preeklampsi. Jadi kemungkinan eklampsi tetap mengancam pasien
semacam ini sebelum persalinan terjadi.
Setelah persalinan keadaan pasien berangsur baik. Kira-kira dalam 12-24 jam. Juga kalau
anak mati di dalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang. Proteinuria
hilang dalam 4-5 hari sedangkan tensi normal kembali dalam kira-kira 2 minggu. Ada kalanya
pasien yang telah menderita eklampsi menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3
postpartum dan berlangsung 2-3 minggu. Prognosa umumnya baik. Penyulit lainnya ialah
hemiplegic dan gangguan penglihatan (buta) akibat oedema retina.
Pada wanita yang meninggal akibat eklampsi terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak,
paru-paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia, oedema,
hiperaemia atau iskemik dan thrombosis. Pada plasenta terdapat infark-infark karena degeneradi
synctium. Perubahan lain yang terdapat ialah retensi air dan natrium, haemo-konsentrasi dan
kadang-kadang asidosis.
Diagnosis Banding
Kejang pada eklampsi harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain. Oleh karena
itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi,
lesi otak, kelainan metabolic, meningitis, epilepsy iatrogenic. Eklampsi selalu didahului oleh
preeklampsi. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi preeclampsia perlu ketat
dilakukan agar dapat dikenal sendini mungkin gejala-gejala prodroma eklampsia. Sering
Page 15
dijumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang eklampsia,
karena tidak terdeteksi adanya preeclampsia sebelumnya.
Kejang-kejang dimulainya dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang tonik ialah dengan
dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka khususnya sekitar mulut, yang
beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang mengalami distorsi, bola mata
menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam posisi inverse.
Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30
detik.
Kejang tonik ini segera disusul kejang klonik. Kejang klonik ini dimulai dengan terbukanya
rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan
tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi intermiten pada otot-otot muka
dan otot-otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini sehingga seringkali
penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang
yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari mulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang
disertai bercak- bercak darah. Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva
mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.
Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernapasan tertahan, kejang klonik
berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah dan akhirnya
penderita diam tidak bergerak. Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian
berangsur-angsur kontraksi melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam koma.
Pada waktu timbul kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat. Demikian juga suhu badan
meningkat, yang mungkin oleh karena gangguan serebral. Penderita mengalami inkontinensia
disertai dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahan muntah.
Koma yang terjadi setelah kejang, berlangusng sangat bervariasi dan bila tidak segera diberi obat
antikejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Setelah berakhirnya kejang,
frekuensi pernapasan meningkat, dapat mencapai 50 kali per menit akibat terjadinya hiperkardia
atau hipoksia. Pada beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang sadar
kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
Patofisiologi
Pada preeclampsia yang berat dan eklampsia dijumpai perburukan patologis fungsi sejumlah
organ dan system, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Untuk mempermudah penjelasan,
efek-efek ini dipisahkan menjadi efek pada ibu dan janin; namun, kedua efek merugikan ini
sering terjadi bersamaan. Walaupun terdapat banyak kemungkinan konsekuensi gangguan
hipertensi akibat kehamilan, untuk memudahkan, efek-efek tersebut dibahas berdasarkan analisis
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 16
terhadap perubahan kardiovaskular, hematologis, endokrin dan metabolic, serta aliran darah
regional disertai gangguan end-organ. Kausa utama gangguan janin adalah berkurangnya perfusi
utero plasenta.
Perubahan kadiovaskular gangguan pada kardiovaskular ini berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemik kehamilan atau yang secara iatrogenic ditingkatkan
oleh larutan onkotik atau kristalois intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasu ke dalam
rungan ekstraselular, terutama paru.
Etiologi
Penyebab eklampsi belum diketahui dengan pasti. Salah satu teori yang dikemukakan bahwa
eklampsi disebabkan iskemik rahim dan plasenta (iskemik uteroplasenta). Selama kehamilan
uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola hidatidosa, hidramnion, kehamilan ganda,
nullipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu,
diabetes, peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau
deciduas yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.
Epidemiologi
Hipertensi gestasional paling sering mengenai wanita nullipara. Wanita yang lebih tua, yang
memperlihatkan peningkatan insiden hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia, berisiko
lebih besar mengalami preeklampsi pada hipertensi kronik. Dengan demikian, wanita di kedua
ujung usia reproduksi dianggap lebih rentan.
Insiden preeklampsi sekitar 5%, sangat dipengaruhi oleh paritas; berkaitan dengan ras dan etnis;
genetic; dan lingkungan. Palmer dkk (1999) melaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado
meningkatkan insiden preeklampsi. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa wanita yang
sosioekonomi lebih maju lebih jarang terjangkit preeklampsi, bahkan setelah faktor ras dikontrol.
Sebaliknya, dalam studi-studi epidemiologi yang terkontrol baik, Baird dkk. (1969) mendapatkan
bahwa insiden preeklampsi tidak berbeda di antara kelas social.
Secara umum, eklamsia dapat dicegah dan penyakit ini sudah jarang dijumpai di Amerika Serikat
karena sebagian besar wanita sekarang sudah mendapat asuhan prenatal yang memadai. Insiden
eklamsia di Parkland Hospital sebesar 1 dalam 700 persalinan untuk periode 25 tahun
sebelumnya. Selama periode 4 tahun dari tahun 1983 sampai 1986, insidennya 1 dalam 1150
persalinan, dan untuk tahun 1990 sampai 2000 insidennya sekitar 1 dalam 2300 persalinan.
Dengan menggunakan angka-angka dari the National Vital Statistic Report, Ventura dkk. (2000)
memperkirakan insiden sekitar 1 per 3250 untuk Amerika Serikat pada tahun 1998. Douglas dan
Redman (1994) menyebutkan insiden 1 per 2000 untuk Inggris pada tahun 1992.
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 17
Matter dan Sibai (2000) mengumpulkan efek merugikan pada 399 kasus wanita dengan eklampsi
yang melahirkan antara tahun 1977 dan 1998 di sentra mereka di Memphis. Penyulit utama
adalah solusio plasenta (10%), deficit neurologis (7%), pneumonia aspirasi (7%), edema paru
(5%), henti kardiopulmonal/ cardiopulmonary arrest (4%), gagal ginjal akut (4%), dan kematian
ibu (1%).
Penatalaksanaan
Perawatan eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang
harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang,
mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada wakut kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada
waktu dan cara yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia, merupakan perawatan yang sangat
penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan menghentikan
kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu
seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan cara yang tepat.
Pengobatan medikamentosa
Obat antikejang
Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama adalah magnesium sulfat. Bila dengan
jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai jenis obat lain, misalnya
thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat dosis
yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang
berpengalaman. Pemberian diuretika hendaknya disertai dengan memonitor plasma
elektrolit. Obat kadriotonika ataupun obat-obat antihipertensi hendaknya selalu disiapkan
dan diberikan benar-benar atas indikasi.
penting,
misalnya
tindakan-tindakan
untuk
memperbaiki
asidosis,
Page 18
Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri
terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena
hilangnya reflex muntah. Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah
terbuntunya jalan napas atas. Oleh karena itu, tindakan pertama pada penderita koma
ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas tetap terbuka. Hal penting kedua yang
perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan kehilangan reflex muntah sehingga
kemungkinan terjadi aspirasi lambung sangat besar. Oleh karena itu, semua benda yang
ada dalam mulut baik berupa lendir maupun sisa makanan harus segera diisap secara
intermiten.
Profilaksis ialah dengan pencegahan, diagnose dini dan terapi yang cepat dan intensif dari
preeklampsi. Mengatur diit dan berat badan selanjutnya, pengukuran tensi, pemeriksaan urine
dan tambah berat badan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya eklampsi. Disamping itu
juga perlu pengobatan atau pengakhiran kehamilan (jika perlu).
Karena eklampsi disebabkan oleh kehamlan, maka teoritis pengobatan yang terbaik dari
eklampsi ialah secepat mungkin mengakhiri kehamilan, misalnya dengan Sectio. Tapi dalam
praktek terbukti bahwa hasilnya kurang memuaskan terutama karena dilakukan operasi pada
Page 19
pasien yang keadaannya sudah buruk. Dengan sikap yang konservatif hasil-hasil jauh lebih
memuaskan, dan pada umumnya sekarang eklampsi dirawat secara konservatif.
Sebagai pertolongan pertama dapat diberikan dengan segera suntikan 20 mg Morfin, misalnya
sebelum membawa pasien ke Rumah Sakit atau sambil menunggu persiapan-persiapan yang
diperlukan. Pasien ditempatkan dalam kamar tenang dan setengah gelap tapi yang masih cukup
terang untuk memungkinkan observasi. Persiapan yang cukup dilakukan untuk menghindarkan
pasien melukai diri sendiri atau jatuh dari tempat tidur, gigi palsu harus ditanggalkan, dan dicari
benda misalnya karet atau kain yang digulung untuk dimasukkan antara tulang rahang jika terjadi
kejang. Juga disediakan alat penghisap lender. Perawat tidak boleh meninggalkan pasien sekejap
matapun. Makan dan minum per os tidak boleh diberikan. Setelah pasien agak tenang dilakukan
pemeriksaan umum dan obtetris dan dipasang dauer catheter.
Tujuan pengobatan eklampsi, antara lain:
1. Sedasi untuk mencegah kejang selanjutnya. Kejang berbahaya karena dapat
menyebabkan hipoksia, asidosis respiratoris atau metabolic dan terjasi hipertensi.
2. Menurunkan tensi dengan menghasilkan vasospasmus.
Hipertensi merupakan suatu usaha dari badan untuk mengatasi vasospasmus hingga darah
tetap cukup mengalir kepada organ-organ penting. Penurunan hipertensi harus bertahap:
a) Tekanan darah tidak boleh lebih turun dari 20% dalam 1 jam.
(maksimal dari 200/120 mmHg menjadi 160/95 mmHg dalam 1 jam)
b) Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90.
3. Pemberian haemokonsentrasi dan memperbaiki diurese dengan pemberian glukosa 5%10%. Karena air keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan oedema maka terjadi
hipovolemik. Hipovolemik ini menyebabkan oliguri hingga anuri, bahkan shock.
Pemberian cairan harus hati-hati karena dapat menimbulkan hiperhidrasi dan oedema
paru-paru. Oleh karena itu miksi dan tekanan vena central menjadi pegangan:
(a) Urin tidak boleh kurang dari 30 cc/jam.
(Oliguri= urin <16 cc/jam; anuri= urin < 4 cc/jam)
(b) Tekanan vena central tidak melebihi 6-8 cm air.
4. Mengusahakan agar O2 cukup dengan mempertahankan kebebasan jalan nafas.
Preventif
Asuhan Antenatal upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Kunjungan Berkala Asuhan Antenatal
Bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Bila kehamilan termasuk resiko
tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Dalam program kesehatan ibu dan anak,
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 20
kunjungan antenatal ini diberi kode huruf K yang merupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan
antenatal selama kehamilan 28 36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada
usia kehamilan di atas 36 minggu.
Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk
mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu hamil.
Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul bersamaan dengan terjadinya kehamilan
(misalnya, hipertensi dalam kehamilan) atau baru akan menujukkan gejala pada usia kehamilan
tertentu (misalnya, perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa). Selain itu,
upaya memberdayakan ibu hamil dan keluarganya tentang proses kehamilan dan masalahnya
melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan efektif apabila tersedia cukup waktu untuk
melaksanakan pendidikan kesehatan yang diperlukan.
Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan
yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya untuk
menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan
bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan
keluarganya termasuk rencana persalinan (dimana, penolong, dana, pendamping, dan
sebagainya). Beberapa informasi penting tersebut adalah:
Nutrisi yang adekuat, antara lain:
Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori.
Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut
sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan
keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya
tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein tersebut
dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu,
telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema.
Status Obsterti dan Ginekologi
Page 21
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan
janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh
adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia
pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang
diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah.
Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil
dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous
fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi.
Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah
asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam
folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
Prognosa
Eklampsi merupakan suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk
ibu maupun anak.
Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas, artinya prognosa bagi multiparae lebih buruk,
dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada
waktu pasien masuk Rumah Sakit.
Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa: jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau
200 cc tiap 6 jam prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang
buruk.
Gejala-gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Page 22
Page 23
Page 24
Bila indeks massa tubuh lebih dari 30 kg per m2, maka dianjurkan asupan rendah kalori sampai
30-33%. Diet ini akan mencegah terjadinya ketonemia. Olahraga teratur akan memperbaiki
control gula darah
Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam upaya mencegah bayi lahir
mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin
akibat persalinan.
Page 25
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi, maka pada periode pasca
persalinan, perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin.
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet, setelah persalina tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya. Namun, bila pada waktu kehamilan diberi pengobatan
insulin, sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2
jam postprandial.
Karena risiko terjadinya tipe 2 diabetes mellitus di kemudian hari meningkat, maka 6
minggu pasca persalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara pemeriksaan
kadar gula darah puasa dalam dua waktu atau dua jam setelah pemberian 75 g glukosa
pada glucose tolerance test (kadar kurang dari
Page 26
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Preeklampsia
(Toksemia
of
Pregnancy).
Page 28
Page 29