Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar sarjana kedokteran
Oleh:
LIA ANGGRAINI
NIM : 0907101010024
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena berkat
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Akseptabilitas dengan Pemakaian
Intra Uterine Device di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Salawat dan Salam
semoga tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad SAW, beserta keluarga
dan sahabat beliau yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan ini.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala.
2. dr. Liza Salawati, M.Kes selaku dosen pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu dan membimbing penulis hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
3. dr. Mohd. Andalas, Sp.OG, FMAS selaku dosen pembimbing kedua pada
tahap penyusunan skripsi yang telah meluangkan waktu dan membimbing
penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. dr. Sarah Ika Nainggolan, Sp.OG selaku dosen pembimbing kedua pada tahap
penyusunan proposal yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis
hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. dr. Tgk. Puspa Dewi, Sp.OG selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan-masukan demi perbaikan skripsi ini.
6. dr. Nasyaruddin Herry Taufik, Sp.RM selaku dosen penguji pada tahap ujian
proposal yang telah memberikan masukan-masukan demi perbaikan skripsi
ini.
ii
7. dr. Zulkarnain, M.Sc selaku dosen penguji pada tahap ujian skripsi yang telah
memberikan masukan-masukan demi perbaikan skripsi ini.
8. dr. Jufriady Ismi, Sp.U, M.Kes selaku dosen wali yang telah mendidik penulis
selama lebih dari 3 tahun ini.
9. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah
memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.
10. Tim Pengelola Skripsi (TPS) dan seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala yang selama ini sudah membantu penulis selama perkuliahan.
11. Guru-guru penulis dari masa TK sampai SMA yang telah mengajarkan penulis
banyak hal tanpa pamrih hingga penulis bisa sampai pada tahap ini.
12. Orang-orang terpenting dalam hidup penulis, Ayahanda Harry Mardianto dan
Ibunda Sriaty Matondang tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan
mendukung penulis baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Tak lupa kepada adik penulis Dian Novianti yang juga
memberikan semangat kepada penulis dan kepada kakak tercinta Almh.
Henny Yulita Sari yang selalu menjadi teladan bagi penulis dalam menuntut
ilmu.
13. Sahabat-sahabat penulis, Alivia Rizky Nuriyanto dan Rosa Galica Gita
Gressia yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi serta turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Rizky Munandar yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
15. Teman-teman angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang setia menjadi teman seperjuangan.
16. Para pegawai Puskesmas Kuta Alam yang selalu bersedia membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian.
17. Para
responden
yang
telah
bersedia
meluangkan
waktunya
untuk
iii
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi penyempurnaan tulisan ini
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT . ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
1.5 Hipotesis Penelitian ...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana ..................................................................................
2.2 Kontrasepsi ................................................................................................
2.3 Intra Uterine Device .................................................................................
2.3.1 Definisi IUD ......................................................................................
2.3.2 Jenis-Jenis IUD ..................................................................................
2.3.3 Efektifitas ..........................................................................................
2.3.4 Mekanisme Kerja IUD ......................................................................
2.3.5 Keuntungan IUD ...............................................................................
2.3.6 Kerugian IUD ....................................................................................
2.3.7 Indikasi Pemakaian IUD ...................................................................
2.3.8 Kontraindikasi Pemakaian IUD .........................................................
2.3.9 Pemasangan IUD ...............................................................................
2.3.10 Teknik Pelepasan IUD .....................................................................
2.4 Pengetahuan ...............................................................................................
2.5 Pendidikan .................................................................................................
2.6 Akseptabilitas ............................................................................................
2.7 Kerangka Teori ..........................................................................................
2.8 Kerangka Konsep ......................................................................................
1
3
3
4
4
5
5
6
6
6
7
8
8
8
9
9
9
12
12
13
15
18
19
20
20
20
20
20
21
21
22
23
23
23
24
25
26
26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta Alam Banda
Aceh......................................................................................................28
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB terhadap IUD di Ruang
KB Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh..............................................28
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor .........................................29
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam
Banda Aceh...30
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor KB di Puskesmas Kuta
Alam Banda Aceh.................................................................................30
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Akseptabilitas Akseptor.......................................30
Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh .....................................................31
Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh ....................................................32
Tabel 4.9 Hubungan Akseptabilitas Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh .....................................................33
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
ABSTRACT
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk
adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan
Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk, program KB juga
bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun
2015 seperti tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015
indikator 5b (BKKBN,2011). Perkembangan program Keluarga Berencana (KB)
di Indonesia berjalan pesat. Sudah banyak manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dengan adanya program KB ini. Meskipun program KB telah berhasil
menekan pertumbuhan penduduk, namun tidak selamanya program tersebut
berjalan dengan lancer. Adakalanya pencapaian peserta KB aktif dan peserta KB
baru mengalami peningkatan dan pada saat yang lain mengalami penurunan. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya
(BKKBN, 2003).
Strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014, salah
satunya adalah meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD), implant dan sterilisasi. Target RPJM
2010-2014 dalam peningkatan pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 25,9%
dan pencapaian peserta KB baru MKJP sebesar 12,9% (BKKBN, 2011).
IUD adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang digunakan 150 juta
wanita di dunia untuk membatasi dan mengontrol kehamilan. Namun, IUD tidak
biasa digunakan di Amerika Serikat. Kurang dari 3% wanita Amerika yang
menggunakan IUD. Hal yang sama terjadi pada tahun 2002 di mana hanya 0,1%
wanita di Amerika Serikat yang menggunakan IUD. Beberapa penelitian di
Amerika menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan
mengenai IUD. Masyarakat kota di Amerika melaporkan kurangnya pembahasan
dan informasi mengenai IUD dari penyedia layanan kesehatan, media dan jaringan
informasi sehingga menyebabkan rendahnya pemakaian IUD (Diaz, 2011).
1
IUD telah digunakan sekitar 23% (162 juta wanita) akseptor dari semua
jenis KB di Vietnam pada tahun 2007, menjadikan IUD sebagai metode
kontrasepsi terbanyak dipilih setelah sterilisasi. Penelitian yang dilakukan di tiga
pusat pelayanan kesehatan Vietnam pada tahun 2006-2009 menunjukkan, dari
1316 peserta KB IUD, 12,1% mengalami pencabutan setelah 12 bulan
pemasangan, 19,4% setelah 24 bulan dan 26,9% setelah 36 bulan. Tingkat
pencabutan IUD tertinggi yaitu pada wanita usia tua dan petani. Tingginya tingkat
pencabutan IUD ini diduga akibat ketidakpuasan akseptor dengan pelayanan IUD
yang diberikan oleh pemberi layanan kesehatan di tempat mereka melakukan
pemasangan IUD (Park, 2011).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode
1991-2007, pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh
kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek. MKJP seperti IUD cenderung
mengalami penurunan, yakni 13,3% (SDKI 1991), 10,3% (SDKI 1997), turun
menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003) dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007).
Menurut hasil Mini Survey 2010, pencapaian peserta KB baru MKJP mencapai
sekitar 11,6%, sementara untuk pencapaian prevalensi IUD sekitar 4,7% (BKKBN
2011).
Pencapaian peserta KB baru di Provinsi Aceh bulan Desember 2011
diketahui sebanyak 15.289 akseptor, di mana peserta KB baru untuk kontrasepsi
IUD sebanyak 366 akseptor atau sekitar 2,39% dari total pemakaian alat
kontrasepsi, sedangkan jumlah peserta KB lama yang telah mengalami
pencabutan IUD sampai dengan bulan Desember 2011 dengan berbagai alasan
meliputi: 1) oleh Klinik Keluarga Berencana (KKB) sebanyak 360 akseptor; 2)
oleh Dokter Praktek Swasta (DPS) sebanyak 4 akseptor; 3) oleh Bidan Praktek
Swasta (BPS) sebanyak 168 akseptor, dengan jumlah seluruhnya adalah 532
akseptor (BKKBN, 2011).
Data dari Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh didapatkan bahwa jumlah
akseptor KB pada tahun 2011 sebanyak 5650 akseptor, di mana akseptor KB
untuk kontrasepsi IUD sebanyak 973 orang atau sekitar 17,22% dari seluruh
akseptor KB. Dengan jumlah ini IUD menjadi alat kontrasepsi pilihan ketiga
terbanyak setelah KB pil dan suntik oleh akseptor di Puskesmas Kuta Alam Banda
Aceh, dengan jumlah peminat jenis alat kontrasepsi lainnya, seperti KB suntik
sebanyak 1631 orang (28,87%), KB pil 2082 orang (36,85%), kondom 689 orang
(12,19%), implan sebanyak 140 orang (2,48%), MOW 131 orang (2,31%) dan
MOP 3 orang (0,05%).
Tingkat pemakaian kontrasepsi IUD dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya pengetahuan, sikap, dukungan suami, umur akseptor, konseling dan
penyuluhan, adanya efek samping pemakaian serta fasilitas pelayanan KB
(Hartanto, 2007). Sedangkan menurut Maryatun (2009) beberapa faktor yang
mempengaruhi penggunaan IUD adalah umur, paritas, pendapatan, pendidikan,
pengaruh nilai anak, pengaruh pelayanan (akses, kualitas pelayanan dan image/
penerimaan KB). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan
pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas dengan pemakaian IUD di Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang
bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi
(Wiknjosastro, 2008).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal
itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan; 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus;
5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6) mudah pelaksanaannya; 7) murah
harganya, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8) dapat
diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Wiknjosastro, 2008).
5
pertama
pemakaian
dan
akseptor
mengalami
sedikit
(mengandung
progesteron)
dan
Mirena
(mengandung
levonorgestrel). IUD ini sangat efektif yaitu 0,5-1 kehamilan per 100
perempuan selama satu tahun penggunaan.
2.3.3 Efektifitas
Sebagai kontrasepsi, IUD memiliki efektifitas yang tinggi yaitu berkisar
97-99%. Tipe Paragard dapat dipakai sampai 10 tahun, Mirena dapat dipakai
sampai 5 tahun dan tipe Progestasert dapat dipakai sampai 1 tahun (Morgan,
2009). Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka
kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan, tanpa
terjadinya kehamilan atau tanpa pengeluaran karena alasan medis ataupun pribadi.
Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3 kehamilan per 100 wanita per
tahun.
spermatozoa.
IUD
bioaktif,
mekanisme
kerjanya
selain
menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga oleh karena ion logam atau
bahan lain yang terlarut dalam IUD mempunyai pengaruh terhadap sperma.
Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga
(Cu); pengaruh IUD bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama
makin berkurang (Wiknjosastro, 2008).
Cara kerja IUD menurut Saifuddin (2006) adalah: (1) menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi; (2) mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai kavum uteri; (3) IUD bekerja terutama mencegah
sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam
alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi;
(4) memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
10
waktu siklus pertengahan, namun dengan laju infeksi dan ekspulsi yang lebih
rendah; 3) pemasangan setelah hari ke-18 siklus dapat berakibat lebih nyeri
dan perdarahan singkat. Bila pasien bersenggama tanpa alat kontrasepsi sejak
hari menstruasi terakhir atau sejak pelahiran, maka harus diperiksa adanya
kehamilan.
2. Sewaktu postpartum, segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu pasca persalinan. Setelah enam bulan bila menggunakan
metode amenorea laktasi (MAL).
3. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
4. Sewaktu postabortum, setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7
hari) bila tidak ditemukan gejala infeksi.
5. Beberapa hari setelah haid terakhir
Menurut Morgan (2009), prosedur berikut ini perlu dipatuhi saat
memasang IUD:
1. Ingatkan pasien untuk bergerak perlahan dan hati-hati saat pemasangan IUD.
Bacalah selalu aturan pakai untuk IUD khusus yang Anda pasang.
2. Setengah jam sebelum pemasangan, pertimbangkan untuk memberi inhibitor
prostaglandin, seperti ibuprofen untuk mengatasi ketidaknyamanan.
3. Jelaskan prosedur untuk membantu pasien relaks.
4. Perlihatkan dan jelaskan tentang IUD.
5. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan posisi uterus. Perforasi
paling sering terjadi pada uterus yang berada dalam keadaan retrofleksi yang
tidak terdiagnosis sebelum IUD dipasang.
6. Perlihatkan serviks dan bersihkan serviks dengan larutan antiseptik, misalnya
larutan yodium 1:2500. Bila yodium tersedia dalam bentuk larutan, lakukan
uji alergi terhadap yodium.
7. Pertimbangkan pemberian injeksi anestesia lokal interserviks pada proses
pemasangan atau gunakan Hurricaine Spray.
8. Genggam bibir anterior serviks dengan tenakulum, kira-kira 1,5-2 cm dari
tulang jika uterus dalam keadaan anteversi. Bila posisi uterus retroversi,
genggam bagian posterior serviks. Penggunaan tenakulum tidak selalu
diperlukan, namun umumnya direkomendasikan.
11
9. Pasang sonde uterus perlahan dan hati-hati. Letakkan kapas pada serviks saat
sonde dipasang. Angkat sonde dan kapas pada waktu yang sama. Tindakan
dapat memfasilitasi pengukuran tinggi uterus sampai 0,25 cm.
10. Pasang IUD ke dalam barel penginsersi dengan teknik steril.
11. Lakukan traksi lembut pada tenakulum dan masukkan barel penginsersi ke
dalam kanalis serviks sampai ke fundus.
12. Masukkan IUD ke dalam rongga tersebut sesuai instruksi IUD.
13. Pada kelompok wanita yang tidak hamil selama beberapa tahun, perlu
diberikan kewaspadaan mengenai latihan prosedur. Mereka lebih cenderung
mengalami serangan vasovagal dan nyeri pasca pemasangan. Masalah ini juga
umum terjadi pada wanita yang sedang cemas atau mereka yang memiliki
kanalis servikalis yang sempit, ruang uterus yang kecil, lambung dalam
keadaan kosong atau riwayat pingsan.
14. Bila menggunakan IUD yang bertali, jepit tali tersebut. Biarkan menjuntai
sekitar 5 cm. Hal ini memungkinkan untuk memotongnya pada waktu nanti.
Pastikan untuk selalu mencatat panjang tali pada catatan pasien.
15. Biarkan pasien merasakan sendiri tali IUD tersebut sebelum meninggalkan
ruang pemeriksaan. Pasien perlu pula diingatkan untuk merasakan IUD sendiri
setiap masa setelah menstruasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu
serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah
bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau
bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus
dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali
(Saifuddin, 2007).
12
eksternum. Tidak terlihatnya benang IUD ini dapat disebabkan oleh 1) akseptor
menjadi hamil; 2) perforasi uterus; 3) ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor;
4) perubahan letak IUD sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti pada mioma uterus (Wiknjosastro, 2008).
Menurut Morgan (2009), prosedur pelepasan IUD adalah sebagai berikut:
1. Hindari putusnya tali dengan cara menarik secara mantap dan perlahan serta
lepaskan IUD secara perlahan. Bila IUD tidak mudah dikeluarkan, lakukan
sonde uterus dan secara perlahan putar sonde 90 derajat.
2. Bila dengan penarikan lembut IUD tidak lepas, konsultasikan untuk tindakan
dilatasi dan kuretase.
3. Pelepasan IUD selama menstruasi sedikit lebih mudah.
(2007)
mengungkapkan
bahwa
sebelum
seseorang
mengadopsi perilaku baru, dari diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan
yaitu :
13
penelitian
menyebutkan
bahwa
rendahnya
pemakaian
2.4.2 Pendidikan
Pendidikan
merupakan
suatu
proses
menolong
dan
memajukan
14
yang
diselenggarakan
setiap
negara
telah
dapat
15
2.4.3 Akseptabilitas
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Notoatmodjo, 2007):
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek), mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa
perlakuan, sikap terhadap objek.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya
seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang
anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah tif terhadap gizi
anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan orang tuanya sendiri.
16
Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, upaya untuk
lebih meningkatkan penerimaan keluarga berencana masih dapat digalakkan.
Sebagai bukti, masih banyak kehamilan terjadi, yang sebenarnya tidak diinginkan,
tetapi masyarakat belum mempergunakan salah satu metode KB efektif
(Manuaba, 2001). Tidak ada alat kontrasepsi yang sempurna jika kita
mempertimbangkan efek samping maupun keefektifannya. Semua alat kontrasepsi
mempunyai keuntungan dan kerugian yang harus dipadukan secara cermat dengan
keadaan akseptor. Karena itu perlu penentuan yang cermat bagi masing-masing
individu untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dan untuk
mengoptimalkan penerimaan akseptor (Benson, 2008).
Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan
jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,
tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode
kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status
kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang
tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan
norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk ini semua, konseling merupakan
bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana.
Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan
keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi
(Informed Choice) yang akan digunakannya (Saifuddin, 2006).
Akseptor yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB,
karena: (Saifuddin, 2006)
1. Informed choice adalah suatu kondisi akseptor/ calon akseptor KB yang
memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat
informasi yang lengkap melalui konseling.
2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci
yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami
kontrasepsi yang akan dipakai.
17
18
Katz, 2002
Notoatmodjo, 2007
- Pengetahuan
- Pengaruh pelayanan
KB
(akses
pelayanan, kualitas
pelayanan,
image/penerimaan
KB)
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Umur
- Sikap
Pemakaian
IUD
Maryatun, 2009
- Faktor individu dan sosial: umur,
paritas, pendidikan, pengetahuan,
pendapatan
- Faktor nilai anak dan keinginan
memiliki anak
- Faktor pelayanan kesehatan: akses,
pelayanan, penerimaan KB
19
Pengetahuan
Pendidikan
Pemakaian IUD
Dukungan suami
Akseptabilitas
BAB III
METODE PENELITIAN
20
21
22
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam
penelitian ini pengetahuan dimaksudkan sebagai kemampuan responden dalam hal
pemahaman mengenai program KB dan alat kontrasepsi, khususnya IUD; alat
ukur yang digunakan dalam mengukur pengetahuan adalah kuesioner; cara ukur
melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah Baik dan
Kurang; skala ukur yang digunakan adalah ordinal.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah dilalui responden; alat
ukur yang digunakan dalam mengukur pendidikan adalah kuesioner; cara ukur
melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah Tinggi dan
Menengah dan Dasar dan Tidak Sekolah; skala ukur yang digunakan adalah
ordinal.
3. Akseptabilitas
Akseptabilitas adalah penerimaan. Dalam penelitian ini akseptabilitas
dimaksudkan sebagai penerimaan IUD sebagai alat kontrasepsi dari sudut
pandang akseptor sendiri, pasangan, agama dan lingkungan budaya di masyarakat;
alat ukur yang digunakan dalam pengukuran akseptabilitas adalah kuesioner; cara
ukur melalui wawancara langsung kepada responden; hasil ukurnya adalah Ya
dan Tidak; skala ukur yang digunakan adalah ordinal.
23
2. Alat pengumpulan data bagian B yang berisi pertanyaan yang bertujuan untuk
mengetahui jenis kontrasepsi yang sedang digunakan oleh responden.
3. Alat pengumpulan data bagian C yang berisi daftar pernyataan yang bertujuan
untuk melihat gambaran pengetahuan responden mengenai IUD.
4. Alat pengumpulan data bagian D yang berisi daftar pertanyaan yang bertujuan
untuk melihat gambaran akseptabilitas responden terhadap IUD.
3.5.1 Sumber Data
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden
dengan menggunakan kuesioner yang dipandu oleh peneliti dan mengacu kepada
variabel yang diteliti, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil buku register
untuk melihat cakupan pemakaian IUD.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada, yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yang akan diberikan kepada responden
yaitu akseptor KB yang datang ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh yang berisi
pertanyaan tentang pemakaian IUD, pengetahuan, pendidikan dan akseptabilitas.
3.5.3 Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba telah dilakukan dengan wawancara kepada 10 responden yaitu
akseptor KB di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Uji coba instrumen yang
dilakukan berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil uji instrumen untuk
menilai validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah disusun, kemudian
dianalisis dengan menggunakan rumus Cronbach's Alpha.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan pada suatu alat ukur agar alat ukur
tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui
bahwa kuesioner yang telah disusun mampu mengukur yang hendak diukur, maka
perlu diuji dengan uji korelasi antara nilai tiap item pertanyaan dengan skor total
pertanyaan tersebut. Bila semua pertanyaan itu memiliki korelasi yang bermakna,
berarti pertanyaan tersebut valid atau sesuai dengan yang hendak diukur
(Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai kritis terhadap 10
24
responden dengan menggunakan df= n-2 atau 10-2= 8 dengan taraf signifikan 5%
diperoleh nilai kritis tabel (r tabel= 0,632). Nilai korelasi dari pertanyaan pada
kuesioner dinyatakan valid bila nilai r hasil >0,632. Dari hasil pengujian validitas
didapatkan nilai r hitung untuk 35 pertanyaan >0,632 terlihat pada kolom
Corrected Item-Total Correlation (Lampiran 5), maka seluruh pertanyaan pada
kuesioner dinyatakan valid dan signifikan.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2007). Uji reliabilitas tersebut dilakukan dengan rumus Cronbach
Alpha yaitu membandingkan nilai r hasil (nilai alpha) dengan r tabel. Bila nilai r
alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil
pengujian reliabilitas kuesioner didapatkan nilai r alpha untuk pertanyaan
mengenai pengetahuan adalah 0,967 dan akseptabilitas 0,978 yang berarti bahwa
dari semua item pertanyaan yang diujicobakan nilai r alpha > r tabel (>0,632) dan
dinyatakan reliabel (Lampiran 5).
25
b. Kurang
3. Pendidikan
Pengukuran variabel pendidikan akseptor didasarkan pada skala ordinal
dengan kategori:
a. Tinggi dan menengah
b. Dasar dan tidak sekolah
4. Akseptabilitas
Pengukuran variabel akseptabilitas didasarkan pada skala ordinal dari
beberapa pertanyaan kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:
a. Ya
b. Tidak
26
27
Jika uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka akan digunakan uji
alternatifnya yaitu uji Fisher (Sopiyudin, 2009).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Frekuensi (n)
7
26
33
Ya
Tidak
Total
Persentase (%)
21.21
78.79
100
Frekuensi (n)
19
14
33
Persentase (%)
57.58
42.42
100
28
29
menggunakan
kuesioner
maka
didapatkan
skor
masing-masing
pertanyaan. Gambaran secara lengkap dan jelas diperlihatkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor
Pengetahuan
Alat dalam program KB
Kandungan hormon dalam kontrasepsi IUD
Jenis IUD
Cara Kerja IUD
IUD dalam mencegah kehamilan
Indikasi IUD pada nulipara
Kontraindikasi IUD pada wanita yang terpapar PMS
Indikasi pelepasan IUD
Efek IUD saat berhubungan suami istri
Pemasangan dan pencabutan IUD
Efektifitas IUD
Efek samping perdarahan pada IUD
Pemasangan IUD pada ibu postpartum
Pemasangan IUD pada ibu postabortus
Gangguan yang ditimbulkan IUD
Pengaruh IUD terhadap ASI
Angka kegagalan pemakaian IUD
Kontrol ulang pada akseptor IUD
Keputihan akibat pemakaian IUD
Masa percobaan pemakaian IUD
n
33
28
22
33
32
13
29
31
26
30
30
31
20
22
22
24
19
31
27
30
Baik
%
100
84.8
66.7
100
97.0
39.4
87.9
93.9
78.8
90.9
90.9
93.9
60.6
66.7
66.7
72.7
57.6
93.9
81.8
90.9
Kurang
n
%
0
0
5
15.2
11
33.3
0
0
1
3.0
20
60.6
4
12.1
2
6.1
7
21.2
3
9.1
3
9.1
2
6.1
13
39.4
11
33.3
11
33.3
9
27.3
14
42.4
2
6.1
6
18.2
3
9.1
30
Frekuensi (n)
22
11
33
Persentase (%)
66.67
33.33
100
Frekuensi (n)
16
17
33
Persentase (%)
48.48
51.52
100
skor
masing-masing
pertanyaan.
Gambaran
secara
lengkap
n
32
16
24
0
32
19
8
Ya
%
97.0
48.5
72.7
0
97.0
57.6
24.2
Tidak
n
%
1
3.0
17 51.5
9
27.3
33 100
1
3.0
14 42.4
25 75.8
31
Akseptabilitas
Keyakinan bahwa IUD aman
Minat memakai IUD terkait keamanannya
Minat memakai IUD terkait masa percobaan
Minat memakai IUD terkait pengaruh terhadap ASI
Minat memakai IUD terkait kemungkinan
perdarahan
Minat memakai IUD terkait rasa kurang nyaman
saat berhubungan suami istri
Minat menggunakan IUD sebagai kontrasepsi halal
Dukungan suami untuk pemakaian IUD sebagai
kontrasepsi halal
Tidak
n
%
8
24.2
17 51.5
21 63.6
15 45.5
n
25
16
12
18
%
75.8
48.5
36.4
54.5
33
100
1
12
3
36.4
32
21
97
63.6
17
51.5
16
48.5
percobaan pemakaian walaupun dengan alasan IUD sebagai alat kontrasepsi yang
halal. Sebanyak 51,5% responden juga tidak berminat memakai IUD walaupun
sudah dibekali informasi yang lengkap tentang IUD.
4.1.5 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD
Hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian IUD dapat
disajikan dalam bentuk tabel silang berikut.
Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Pemakaian IUD
Pengetahuan
Tidak
Ya
n
%
n
%
Kurang
12 85.71 2 14.29
Baik
14 73.68 5 26.32
Total
26 78.79 7 21.21
Total
n
%
14 100
19 100
33 100
p value
RP
0.670
1.16
32
Pendidikan
Tinggi dan Menengah
Dasar dan Tidak
Sekolah
Total
n
5
2
7
Pemakaian IUD
Ya
Tidak
%
n
%
22.73 17 77.27
18.18
21.21
9
26
81.82
78.79
Total
n
22
%
100
11
33
100
100
p
value
RP
1.000 1.25
33
Aceh dengan RP 1,25 artinya akseptor yang berpendidikan dasar dan tidak
sekolah mempunyai peluang 1,25 kali untuk tidak memakai IUD dibandingkan
dengan akseptor yang berpendidikan tinggi dan menengah.
4.1.7 Hubungan Akseptabilitas dengan Pemakaian IUD
Hubungan akseptabilitas akseptor KB dengan pemakaian IUD disajikan
dalam bentuk tabel silang berikut.
Tabel 4.9 Hubungan Akseptabilitas Akseptor KB dengan Pemakaian IUD di
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Pemakaian IUD
Akseptabilitas
Tidak
Ya
n
%
n
%
Tidak
17
100
0
0
Ya
9 56.25 7 43.75
Total
26 78.79 7 21.21
Total
n
17
16
33
%
100
100
100
p value
RP
0.003
1.78
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian IUD di Puskesmas Kuta
Alam Banda Aceh
Hasil analisis data diketahui bahwa sebagian besar akseptor yang
berkunjung ke Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, baik yang berpengetahuan
kurang sebanyak 85,71% maupun berpengetahuan baik sebanyak 73,68% samasama tidak memakai IUD sebagai alat kontrasepsi. Data tersebut menunjukkan
34
35
36
37
kemungkinan kegagalan pada pemakaian IUD dan 63,6% tidak berminat memakai
kontrasepsi IUD terkait adanya masa percobaan pemakaian.
Hasil uji statistik menggunakan Fishers Exact Test pada interval
kepercayaan 95% dengan =0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara akseptabilitas akseptor dengan pemakaian IUD di Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh dengan p value 0,003. Artinya, dalam penelitian ini,
akseptabilitas mempengaruhi para akseptor untuk memakai kontrasepsi IUD.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akseptabilitas
dengan pemakaian IUD pada akseptor KB di Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p
value 0,001.
Menurut Notoatmodjo (2007), akseptabilitas atau penerimaan diartikan
bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek),
mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa perlakuan, sikap terhadap
objek. Akseptabilitas merupakan salah satu tingkatan dari sebuah sikap, yakni
menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Sedangkan sikap itu
sendiri adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Akseptor yang memiliki sikap yang positif dan mendapat dukungan akan
memiliki rasa akseptabilitas yang baik dalam menggunakan IUD sebagai alat
kontrasepsi, sebaliknya akseptor yang tidak memiliki sifat yang positif perlu
ditumbuhkan akseptabilitas dalam diri akseptor sehingga tertarik untuk
menggunakan IUD. Pengetahuan akseptor tentang IUD dapat membantu dalam
membentuk akseptabilitas yang baik, namun kenyataannya informasi mengenai
IUD masih belum disampaikan dengan baik dan lengkap. Asumsi peneliti bahwa
akseptabilitas berhubungan dengan pemakaian IUD pada penelitian ini
kemungkinan oleh karena untuk memunculkan sikap positif terhadap IUD maka
harus dimulai dengan penerimaan terhadap segala aspek mengenai IUD,
mencakup sudut pandang akseptor, pasangan, agama dan lingkungan budaya di
masyarakat.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan,
sebagai berikut:
1. Pemakaian IUD pada akseptor yang berkunjung ke Puskesmas Kuta Alam
Banda Aceh sebesar 21,21%.
2. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian IUD pada
akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.
3. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemakaian IUD pada
akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara akseptabilitas dengan pemakaian
IUD pada akseptor KB di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.
5.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan maka peneliti akan memeberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepada Instansi terkait hendaknya dapat meningkatkan penyampaian
informasi tentang pemakaian IUD sebagai alat kontrasepsi pilihan kepada para
akseptor KB melalui penyuluhan maupun melalui media seperti poster, brosur
dan lainnya, guna menambah pengetahuan, akseptabilitas dan motivasi
akseptor KB dalam memilih IUD.
2. Kepada akseptor KB diharapkan dapat menggali informasi lebih banyak lagi
mengenai kontrasepsi, khususnya IUD, dari sumber yang terpercaya seperti
dokter, bidan, perawat dan sebagainya yang memiliki kompetensi mengenai
kontrasepsi agar tidak salah informasi, tidak salah pilih alat kontrasepsi serta
mendapat informasi secara lengkap dan jelas untuk setiap jenis kontrasepsi,
sehingga
dengan
informasi
yang
lengkap
tersebut
akseptor
dapat
40
DAFTAR PUSTAKA
untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan
Katz, K.R., Jhonson, L.M., Janowitz, B., Carranza, J.M. 2002. Reason for the
Low of IUD Use in El Salvador. International Family Planning
Perspective. 28(1): 26-31.
Magadi, M.A. and Curtis, L.S. 2003. Trends and Determinants of Contraceptive
Method Choice in Kenya. Family Planning. 34(3): 149-159.
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. EGC. Jakarta.
Maryatun. 2009. Analisis Faktor-Faktor pada Ibu yang Berpengaruh
terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di Kabupaten
Sukoharjo. Eksplanasi. Oktober(4): 155-169.
Meilani, N. 2010. Pelayanan Keluarga Berancana (Dilengkapi dengan
Penuntun Belajar). Fitramaya. Yogyakarta.
Morgan, G. and Carole H. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik.
Edisi 2. EGC. Jakarta.
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Park, M.H. 2011. Dynamics of IUD Use in Vietnam: Implications for Family
Planning Services at Primary Care Level. International Journal of
Womens Health 201. 1(3): 429-434.
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Sopiyudin M. D. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,
Bivariat dan Multivariat. Salemba Medika. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Lampiran 1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2012
2013
Kegiatan
4
Studi kepustakaan
Survey awal
Pembuatan
proposal
Uji Validitas
Seminar proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Pembuatan skripsi
Sidang Skripsi
10
11
12
Lampiran 2
: Lia Anggraini
Nim
: 0907101010024
Alamat
2012
Hormat Saya,
(LiaAnggraini)
Peneliti
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Banda Aceh,
Responden
2012
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER
:
:
: (1) Tidak sekolah
(2) SD (Sekolah Dasar)
(3) SMP (Sekolah Menengah Pertama)
(4) SMA (Sekolah Menengah Atas)
(5) Diploma
(6) Sarjana: (S1), (S2), (S3)
B
1
S
0
0
1
1
1
0
0
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
b. Tidak
(0)
14. Jika Ibu sudah mengetahui bahwa IUD itu halal setelah mendiskusikannya
dengan pihak terkait seperti ustadz atau ahli agama, apakah Ibu mau
menggunakan IUD?
a. Ya
(1)
b. Tidak
(0)
15. Jika Ibu dan suami mengetahui bahwa IUD halal, apakah suami Ibu
mendukung Ibu memakai IUD?
a. Ya
(1)
b. Tidak
(0)
c. Tidak tahu
(0)
Lampiran 5
Hasil Uji Kuesioner
1. Pengetahuan
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
Total
%
10
90.9
9.1
11
100.0
N of Items
.967
20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
c1
c2
c3
c4
c5
c6
c7
c8
c9
c10
c11
c12
c13
c14
c15
c16
c17
c18
c19
c20
13.00
12.80
13.00
13.10
13.10
12.90
12.90
12.90
12.80
12.80
12.80
13.10
13.00
13.20
13.20
13.10
13.20
13.10
13.20
13.10
.905
.634
.905
.761
.761
.708
.787
.787
.634
.634
.634
.761
.729
.797
.700
.894
.700
.894
.700
.894
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.963
.967
.963
.965
.965
.966
.965
.965
.967
.967
.967
.965
.966
.965
.966
.964
.966
.964
.966
.964
2. Akseptabilitas
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
Total
%
10
100.0
.0
10
100.0
N of Items
.978
15
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
d9
d10
d11
d12
d13
d14
d15
5.70
5.80
5.80
5.90
5.80
5.80
5.70
5.70
5.70
5.80
5.80
5.80
5.90
5.80
5.80
.746
.954
.736
.883
.954
.665
.852
.852
.781
.954
.954
.736
.883
.954
.954
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.978
.975
.979
.976
.975
.980
.977
.977
.978
.975
.975
.979
.976
.975
.975
Lampiran 6
Data Distribusi Frekuensi
Frequency Table
Pendidikan
Valid
Dasar
Menengah/Tinggi
Total
Frequency
11
22
33
Percent
33,3
66,7
100,0
Valid Percent
33,3
66,7
100,0
Cumulative
Percent
33,3
100,0
Pemakaian IUD
Valid
Tidak
Ya
Total
Frequency
26
7
Percent
78,8
21,2
Valid Percent
78,8
21,2
33
100,0
100,0
Cumulative
Percent
78,8
100,0
Pengetahuan
Valid
Kurang
Baik
Total
Frequency
14
19
Percent
42,4
57,6
Valid Percent
42,4
57,6
33
100,0
100,0
Cumulative
Percent
42,4
100,0
Akseptabilitas
Valid
Tidak
Ya
Total
Frequency
17
Percent
51,5
Valid Percent
51,5
16
33
48,5
100,0
48,5
100,0
Cumulative
Percent
51,5
100,0
Pendidikan Dasar
Total
Pemakaian IUD
Tidak
Ya
9
2
8,7
2,3
Total
11
11,0
18,2%
28,6%
5
4,7
100,0%
33,3%
22
22,0
22,7%
71,4%
7
100,0%
66,7%
33
7,0
21,2%
100,0%
33,0
100,0%
100,0%
Count
Expected Count
% within Pendidikan
81,8%
% within Pemakaian IUD
34,6%
Menengah/Tinggi Count
17
Expected Count
17,3
% within Pendidikan
77,3%
% within Pemakaian IUD
65,4%
Count
26
Expected Count
26,0
% within Pendidikan
78,8%
% within Pemakaian IUD 100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
,091b
,000
,092
,088
Asymp. Sig.
(2-sided)
,763
1
1
1,000
,761
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
1,000
,571
,767
33
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2,33.
Lampiran 7
Data Hasil Tabulasi Silang
Pengetahuan
Kurang
Baik
Total
Count
Expected Count
% within Pengetahuan
% within Pemakaian IUD
Count
Expected Count
% within Pengetahuan
% within Pemakaian IUD
Count
Expected Count
% within Pengetahuan
% within Pemakaian IUD
Pemakaian IUD
Tidak
Ya
12
2
11,0
3,0
Total
14
14,0
85,7%
46,2%
14
15,0
14,3%
28,6%
5
4,0
100,0%
42,4%
19
19,0
73,7%
53,8%
26
26,3%
71,4%
7
100,0%
57,6%
33
26,0
78,8%
100,0%
7,0
21,2%
100,0%
33,0
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
,698b
,164
,722
,677
Asymp. Sig.
(2-sided)
,403
1
1
,686
,396
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
,670
,348
,411
33
Akseptabilitas
Tidak
Ya
Total
Count
Expected Count
% within Akseptabilitas
% within Pemakaian IUD
Count
Expected Count
% within Akseptabilitas
% within Pemakaian IUD
Count
Expected Count
% within Akseptabilitas
% within Pemakaian IUD
Pemakaian IUD
Tidak
Ya
17
0
13,4
3,6
Total
17
17,0
100,0%
65,4%
,0%
,0%
100,0%
51,5%
9
12,6
56,3%
7
3,4
43,8%
16
16,0
100,0%
34,6%
26
26,0
78,8%
100,0%
100,0%
7
7,0
21,2%
100,0%
48,5%
33
33,0
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
9,440b
7,004
12,176
9,154
Asymp. Sig.
(2-sided)
,002
1
1
,008
,000
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
,003
,003
,002
33