BAB I
PENDAHULUAN
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan
saluran cerna dengan
Secara garis besar IBD terdiri dari 3 jenis, yaitu Kolitis Ulceratif (KU, Ulcerative
Colitis), penyakit Crohn (PC, Crohns Disease), dan bila sulit membedakan kedua hal
tersebut, maka dimasukkan dalam katagori Indeterminate Colitis. Hal ini untuk secara
praktis membedakannya dengan penyakit inflamasi usus lainnya yang telah diketahui
penyebabnya seperti infeksi , iskemia dan radiasi.1
Hubungan ini menarik perhatian psikiatri untuk sindrom 25 tahun lalu. Sejak itu
banyak penelitian telah menunjukkan bahwa paparan stres psikososial kronis dan
hasil tekanan emosional dalam perubahan fisiologis tertentu dalam tubuh yang
meningkatkan berat dari inflamasi akut dan merusak fase penyembuhan pada individu
dengan kecenderungan untuk penyakit peradangan. Studi menyelidiki dampak stres
psikologis akut pada proses peradangan sistemik dan peradangan dari mukosa usus
besar khususnya, menunjukkan bahwa stres psikologis akut menginduksi sistemik
dan mukosa pro-inflamasi respon (perubahan fisiologis) yang berkontribusi terhadap
eksaserbasi dari UC. 3
Pada pasien dengan faktor psikogenik UC, gangguan emosional dan beberapa
ciri kepribadian yang hadir lebih konsisten daripada yang dapat dijelaskan
berdasarkan
kebetulan. Permulaan
UC
umumnya
mengikuti
beberapa
jenis
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ulcerative Colitis (colitis Ulcerosa, UC) adalah
usus. UC adalah penyakit sistemik yang
khususnya pada bagian usus gejala utama penyakit ini ialah luka terbuka di usus besar
yang menyebabkan diare berdarah dan kejang pada perut. UC adalah penyakit
intermiten, dengan gejala relatif
parah dan
periode yang
relatif bebas
psikologis dalam
B. EPIDEMIOLOGI
Kejadian colitis ulseratif di Amerika Utara adalah berkisar 10-12 kasus per
100.000 per tahun, dengan kejadian puncak kolitis ulseratif terjadi antara usia 15 dan
25. Penyakit ini mempengaruhi perempuan lebih dari laki-laki dengan insiden
tertinggi di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Skandinavia. Insiden yang lebih
tinggi terlihat di lokasi utara dibandingkan dengan selatan lokasi di Eropa dan
Amerika Serikat.4
Kolitis terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau
kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara.
menjauhkan
seseorang dari penyakit ini, namun kolitis ulseratif tidak diduga disebabkan oleh
faktor
makanan.
Meskipun
seolah-olah suatu
adalah
Seperti penyakit Chron, prevalensi radang usus besar adalah lebih besar di
antara Yahudi Ashkenazi dan penurunan secara progresif pada orang lain dari
keturunan Yahudi, non-Yahudi, Afrika, Hispanik, dan Asia.
kolitis ulserativa
tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya mengalami diare
bercampur darah dan lendir. Mereka juga mungkin memiliki tanda-tanda penurunan
berat badan dan darah pada pemeriksaan rektal. Penyakit ini biasanya disertai dengan
suhu badan meningkat ,sakit perut, merasa kram mulai yang ringan sampai parah.4
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kolitis ulseratif belum diketahui namun ada beberapa
faktor yang diduga kemungkinan menjadi penyebab terjadinya penyakit ini .Hal
tersebut meliputi faktor familial atau genetik, infeksi, imunologik dan psikologik.5
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina,dan insidensinya meningkat(3 sampai 6 kali lipat) pada
orang Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi .Hal ini menunjukkan
bahwa dapat ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini. 5
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi.Di samping banyak usaha ntuk
menemukan agen bakteri ,jamur,atau virus,belum ada yang sedemikian jauh
diisolasi.Laporan awal isolat varian dinding sel Pseudomonas atau agen yang
dapat ditularkan yang menghasilkn efek sitopatik pada kultur jaringan masih
harus dikonfirmasi. 5
3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat yang didasarkan pada konsep
manifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini ( misalnya
artritis,perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan bahwa zat
4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan.Tidak
lazim bahwa penyakit ini pada mula terjadinya ,atau berkembang,sehubungan
dengan adanya stres psikologis mayor misalnya kehilangan seorang anggota
keluarganya.Telah dikatakn bahwa pasien penyakit radang usus memiliki
kepribadian yang khas yang membuat mereka menjadi rentan terhadap stres
emosi yang sebaliknya dapat merangsang atau mengeksaserbasi gejalanya. 5
5. Faktor lingkungan
Ada hubungan terbaik antara operasi apendiktomi dan penyakit kolitis
ulseratif berdasarkan analisis bahwa insiden penyakit kolitis ulseratif menurun
secara signifikan pada pasien yang menjalani operasi apendiktomi pada dekade
ke-3.
D. PATOGENESIS
Ada bukti aktivitas imun pada IBD, dengan infiltrasi lamina propria oleh
limfosit, magrofag, dan sel-sel lain,meskipun antigen pencetusnya belum jelas. Virus
dan bakteri telah diperkiran sebagai pencetus, namun sedikit yang mendukung adanya
infeksi spesifik yang menjadi penyebab IBD. Hipotesis yang kedua adalah bahwa
dietary antigen atau agen mikroba nonpatogen yang normal mengaktivasi respon
imun yang abnormal. Hasilnya suatu mekanisme penghambat yang gagal. Pada tikus,
defek genetik pada fungsi sel T atau produksi sitokin menghasilkan respon imun yang
tidak terkontrol pada flora normal kolon. Hipotesis ketiga adalah bahwa pencetus
IBD adalah suatu autoantigen yang dihasilkan oleh epitel intestinal.pada teori ini,
pasien menghasilkan respon imun inisial melawan antigen lumenal, yang tetap dan
diperkuat karena kesamaan antara antigen lumenal dan protein tuan rumah. Hipotesis
autoimun ini meliputi pengrusakan sel-sel epitelia oleh sitotoksisitas seluler antibodydependent atau sitotoksisitas cell-mediated secara langsung. 2
E. GAMBARAN KLINIS
Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan yeri abdomen,seringkali
dengan demam dan penurunan berat badan pada kasus berat.Pada penyakit yang
ringan ,bisa terdapat satu atau dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung
sedikit darah tanpa manifestasi sistemik.2
Derajat
klinik
kolitis
ulseratif
dapat
dibagi
atas
berat,sedang
dan
Manifestasi ekstrakolon bias dijumpai. Hal ini termasuk penyakit ocular (iritis,
uveitis, episkleritis)keterlibatan kulit (eritemma nodosum, pioderma gangrenosum)
dan artralgia/arthritis (peripheral dan aksial artropati). Kolangitis sklerosing primer
jarang dijumpai. 2
Pemeriksaan kultur feses (pathogen usus dan bila diperlukan, E.coli 0157:H7),
ova, Parasit, dan toksin Clostridium difficile negative. 2
Gambaran radiologi
1. Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen umumnya perhatian kita cenderung terfokus pada
kolon.Tetapi kelainan lain yang sering menyertai penyakit ini adalah batu
ginjal,sakroilitis,spondilitis ankilosing dan nekrosis avaskular kaput femur.Gambaran
kolon sendiri terlihat memendek dan struktur haustra menghilang.Sifat feses pada
daerah infkamasi tidak ada,sehingga,apabila seluruh kolon terkena maka materi feses
tidak
akan
terlihat
di
dalam
abdomen
yang
disebut
dengan
empty
sering
menyebabkan
kematian
pabila
tidak
di;lakukan
tindakan
2. Barium enema
Barium enema merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan apabilab ada
kelainan pada kolon.Sebelum dilakukan pemeriksaan barium enema maka persiapan
saluran cerna merupakan pendahuluan yang sangat penting .Persiapan dilakukan
selama 2 hari berturut-turut dengan memakan makanan rendah serat atau rendah
residu,tetapi minum air yang banyak.Apabila diperlukan maka dapat diberikan
laksatif peroral. 2
Gambaran foto barium enema pada kasus dengan colitis ulseratif adalah mukosa
kolon yang granuler dan menghilangnya kontur haustra serta kolon tampak menjadi
kaku seperti tabung.Perubahan mukosa terjadi secara difus dan simetris pada seluruh
kolon .Lumen kolon menjadi lebih sempit akibat spasme.Dapat ditemukan
keterlibatan sebuah kolon .Tetapi apabila sitemukan lesi yang segmental maka rektum
dan kolon kiri (desendens) selalu terlibat,karena awalnya colitis ulseratifv ini mulai
terjadi di rectum dan menyebar kea rah proksimal secara kontinu.Jadi rectum selalu
terlibat ,walaupun rectum dapat mengalami inflamasi lebih ringan dari bagian
proksimalnya. 2
Pada keadaan dimana terjadi pan-ulseratif colitis kronis maka perubahan juga
dapat terjadi di ileum terminal.Mukosa ileum terminal menjadi granuler difus dan
dilatasi ,sekum berbentuk kerucut (cone-shaped caecum) dan katup ileoekal terbuka
sehingga terjadi refluks,yang disebut backwash ileitis.Pada kasus kronis ,terbentuk
ulkus yang khas yaitu collar button ulcers.Pasien dengan colitis ulseratif juga
menanggung resiko tinggi menjadi adenokarsinoma kolon. 2
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi sampai saat ini belum merupakan modalitas
pemeriksaan yang diminati untuk kasus-kasus IBD.Kecuali merupakan pemeriksaan
alternative untuk evaluasi keadaan intralumen dan ekstralumen. 2
Gambaran CT-scan pada colitis ulseratif ,terlihat dinding usus menebal secara
simetris dan kalau terpotong secara cross-sectional maka terlihat gambaran target
sign.Komplikasi di luar usus dapat terdeteksi dengan baik,seperti adanya abses atau
fistula atau keadaan abnormalitas yang melibatkan mesentrium .MRI dapat dengan
jelas memperlihatkan fistula dan sinus tract-nya. 2
Gambaran endoskopi
Pada dasarnya colitis ulseratif merupakan penyakit yang melibatkan mukosa
kolon secara difus dan kontinu,dimulai dari rectum dan menyebar/progresif ke
proksimal.Data dari beberapa rumah sakit di Jakarta didapatkan bahwa lokalisasi
colitis ulseratif adalah 80% pada rectum dan rektosigmoid,12% kolon sebelah kiri
(left side colitis).dan 8 % melibatkan seluruh kolon (pan-kolitis). 1,2
Gambaran hispatologi
Yang termasuk kriteria hispatologik adalah perubahan arsitekrur mukosa
,perubahan epitel dan perubahan lamina propria.Perubahan arsitektur mukosa
meliputi perubahan permukaan berkurangnya densitas kripta, gambaran abnormal
arsitektur kripta (distorsi, bercabang, memendek). 1,2
Perubahan epitel seperti berkurangnya musin dan metaplasia sel Paneth serta
permukaan
viliform
juga
diperhatikan.Perubahan
lamina
propria
meliputi
Tetapi pada colitis ulseratif dini,gambarannya tidak dapat dibedakan dari colitis
infektif.Dan colitis ulseratif mempunyai tiga stadium,yang gambaran mikroskopiknya
berbeda-beda.Perlu diingat bahwa pada seorang penderita dapat ditemukan gambaran
ketiga stadium dalam satu sediaan. 1,2
F. DIAGNOSIS
A. Gejala sigmoidoskopi dimulai tepat di sebelah dalam tepi anus dan
meluas ke atas ke atas ke kolon dalam jarak yang bervariasi ,dan pada
beberapa kasus lesi dapat mencapai sekum .Lesi loncatan(skip lesion)
tidak ditemukan .Pada penyakit ringan hingga sedang ,ditemukan
radang ,enema,friabilitas,granularitas,dan eksudat kuning kental .Pada
penyakit yang lebih berat ditemukan ulserasi ,perdarahan spontan
,pseudopolip,rigiditas,dan spastisitas.Biopsi dapat memperlihatkan abses
kripti,tetapi pembedaan dari colitis yang disebabkan oleh infeksi sukar
dilakukan. 8
B. Radiografi , Foto polos abdmen biasanya tidak membantu dalam
diagnosis awal tetapi harus dilakukan pada pasien dengan penyakit
sedang sampai berat untuk menyingkirkan megakolon toksik (diameter
pertengahan kolon transversum > 6 cm). Enema barium tidak sepeka
kolonoskopi untuk menentukan tingkat keterlibatan kolon. Pada pasien
yang terdapat resiko perforasi atau tercetusnya megakolon toksik. 8
C. Kolonoskopi adalah cara terbaik untuk menentukan tingkat penyakit
secara penuh.Pada penyakit kronis,kolonoskopi tahunan dilakukan untuk
penyakit ringan kanker setelah penyakit berjalan 10 tahun.Seperti halnya
enema barium ,kolonoskopi tidak boleh dilakukan pada pasien yang
toksik karena resiko perforasi dan tercetusnya megakolon toksik. 8
D. PENGOBATAN DAN TERAPI
Sebagian besar kasus dapat ditangani dengan terapi medis secara kronis atau
berkala . Mungkin 1 dari 3 pasien memerlukan kolektomi setelah 15-20 tahun
penyakit karena terus bertahannya gejala,adanya megakolon toksik,atau karsinoma.
A. Diet. Tidak ada pembatasan diet mutlak .Pasien harus menghindari susu atau
makanan lain kalau makanan itu jelas memperburuk gejala. 8
B. Terapi obat
1. Sulfasalazin (Azulfidin) tidak banyak gunanya pada penyakit akut
kecuali kalau serangannya ringan dan hanya di sebelah kiri .Obat ini
sungguh-sungguh berperan penting dalam terapi perawatan dengan
mengurangin kemungkinan kambuh.Dosis penyakit akut
harus
sedang.
pasien.Mesalamin
Diare
oral
dapat
juga
memburuk
efektif
pada
untuk
sekitar
mempertahankan
5. Pembedahan
a. Indikasi pada serangan akut. 9
- Bila tidak berhasil terapi medis
- Kemungkinan terjadi komplikasi yang berat misalnya perforasi
- Destruktif
b. Indikasi pada yang kronis.9
- Punya gejala kronis yang terus menerus dan sering mendapat
-
serangan
Striktura fibrosa dari kolon
Komplikasi pararektal misalnya adanya fistula Karsinoma dari
kolon
E. PROGNOSIS
Kolitis ulseratif adalah penyakit seumur hidup dikarakteristikkan dengan
eksaserbasi dan remisi.Untuk sebagian besar pasien penyakit dapat dikontrol dengan
terapi obat-obatan tanpa operasi .Sebagian besar tidak memerlukan rawat
inap.Manajemen yang tepat ,sebagian besar pasien dapat membuat hidup lebih
produktif. 1
Pada dasarnya,penyakit IBD merupakan penyakit yang bersifat remisi dan
eksaserbasi.Cukup banyak dilaporkan adanya remisi yang bersifat spontan dan dalam
jangka waktu yang lama.Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya komplikasi
atau tingkat respon terhadap pengobatan konservatif.1
BAB III
KESIMPULAN
Colitis ulcerative adalah penyakit ulserasi dan inflamasi akut atau kronis dari
rectum dan kolon, dengan tanda-tanda yang khas yaitu adanya diare, perdarahan per
rectal, nyeri perut, panas anoreksia dan penurunan berat badan. Dimana sampai
sekarang penyebabnya yang belum pasti diketahui. Colitis ulseratif mempunyai
patofisiologi yang kompleks dan multifaktorial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djojoningrat
D.
Inflammatory
Bowel
Disease:
Alur
Diagnosis
dan
8. Jay H. Stein MD. Kolitis Ulcerative. Dalam: Jay H. Stein MD, editor. Panduan
Klinik Ilmu Penyakit Dalam ed.3. Jakarta: EGC; 2002. H. 293-297.
9. Sujono Hadi. Colitis ulserativa. Dalam: Sujono H, Editor. Gastroenterologi.
Bandung: PT.Alumni ,2002. H. 360