Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
NAPZA merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lain. Masalah gangguan penggunaan NAPZA merupakan problema kompleks
yang penatalaksanaan melibatkan banyak bidang keilmuan baik medik maupun
non medik. Di beberapa negara, gangguan penggunaan NAPZA merupakan
masalah yang menjadi perhatian disamping masalah HIV/AIDS, kekerasan,
kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan global, dan kelangkaan pangan.1
Beberapa zat dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi keadaan mental
yang dirasakan seperti mood, maupun aktivitas seperti prilaku. Zat dapat
menyebabkan gejala neuropsikiatri yang tidak dapat dibedakan dengan gejala
gangguan psikiatri umum tanpa kausa yang diketahui seperti skizofrenia dan
gangguan mood.2 Beberapa zat yang dapat mempengaruhi keadaan mental
antaralain alkohol, amfetamin, kafein, kanabis, kokain, nikotin, opioid, zat
sedatif/hipnotik, dan lainnya.2
WHO memperkirakan bahwa jumlah pengguna tembakau sebanyak 1,1
milyar orang, pengguna alkohol sebanyak 250 juta orang, dan pengguna NAPZA
lain sebanyak 15 juta orang diseluruh dunia. Menurut Riskesdes tahun 2007,
perilaku merokok di Indonesia pada kelompok umur 10 tahun keatas adalah
sebesar 29,2%, sedangkan perilaku minum alkohol selama 12 bulan terakhir
adalah 4,6%, sementara prevalensi penyalahgunaan NAPZA lainnya di Indonesia
sulit untuk diketahui besarnya. Namun, berdasarkan hasil perhitungan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) diperkirakan ada 3,2 juta orang (1,5% dari total
populasi) di Indonesia mempunyai riwayat NAPZA dan diperkirakan hanya 10%
yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis.1 Diperkirakan hampir 25%
penggunaan obat ilegal diantara remaja dari usia 12 tahun hingga 17 tahun.3
Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
gangguan prilaku (marah-marah, mengamuk, dan lainnya), halusinasi, ilusi, dan
lainnya.Selain itu penggunaan NAPZA dengan menggunakan jarum suntik dapat
menyebabkan seseorang menderita penyakit sepeti HIV/AIDS dan hepatitis B. 1
Oleh karena itu, makalah ini akan mendiskusikan mengenai gangguan psikiatri

yang timbul akibat penggunaan NAPZA pada pasien yang dirawat di RS Ernaldi
Bahar.

BAB II
2

LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
1. Nama

: M. Rahmadi

2. Jenis kelamin

: Laki-laki

3. Tanggal Lahir/Umur

:22 tahun

4. Pendidikan

: SMA

5. Pekerjaan

: Tidak bekerja

6. Status Perkawinan

: Belum Menikah

7. Warga Negara

: Indonesia

8. Agama

: Islam

2.1 STATUS INTERNUS

Keadaan Umum

Sensorium

:Compos Mentis

Suhu

: 36,8oC

Berat Badan

: 45 kg

Nadi

: 80x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Tinggi Badan

:-

Tekanan Darah

:110/80 mmHg

Turgor

:Baik

Status Gizi

:Baik

Sistem Kardiovaskular
Sisem Respiratorik
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urogenital
Kelainan Khusus

: Tidak ada kelainan


: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan

2.2 STATUS NEUROLOGIKUS


Urat Syaraf Kepala (panca indera)
: Tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal
: Tidak ada kelainan
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada kelainan

Mata :
- Gerakan
- Persepsi Mata

: Baik ke segala arah


: Baik, diplopia tidak ada,
visus normal

Pupil

: Bentuk bulat, sentral,


isokor, 3mm, reaksi
cahaya +/+, reaksi
konvergensi +/+

Refleks Kornea
Pemeriksaan Oftalmoskopi

Motorik

: +/+
: Tidak dilakukan
: Tonus eutoni, koordinasi
baik, turgor baik, reflex
normal, kekuatan +5/+5

Sensibilitas

: Tidak ada kelainan

Susunan Saraf Vegetatif

: Tidak ada kelainan

Fungsi Luhur

: Tidak ada kelainan

Kelainan khusus

: Tidak ada kelainan

2.3 ANAMNESIS
Identitas alloanamnesis (pasien datang ke IRD RS Dr.Ernaldi Bahar Palembang
dibawa oleh keluarganya)
1. Nama

: M. Jauhari

2. Umur

: 44 tahun

3. Alamat

: Jl. Sumatra, Blok A, No 13, RT 15, RW 18

4. Pekerjaan

: PNS

5. Pendidikan

: SMA

6. Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung


-

Sebab Utama
Mengamuk

Keluhan Utama
Tidak ada

Riwayat Perjalanan Penyakit


Kurang lebih sejak 2 minggu pasien mengalami perubahan prilaku.
Pasien sering melamun, ngoceh-ngoceh sendiri dan susah tidur. Pasien
mengaku menggunakan ganja sejak 6 bulan yang lalu, namun selama 2
minggu ini pasien berhenti menggunakan ganja.
Kurang lebih sejak 2 hari yang lalu, pasien mulai marah-marah
tanpa sebab dan mudah tersinggung serta curiga terhadap orang lain.
Pasien cenderung ingin keluar rumah terus.
Kurang lebih 2 jam SMRS, pasien memasuki rumah tetangganya
tanpa izin dan merusak barang-barang di rumah tetangganya tersebut.
Pasien pun ingin memukul orang yang dilihatnya yang dianggapnya
sebagai musuh. Pasien dibawa ke rumah sakit Erba.

Riwayat Premorbid
Bayi
: Lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, ditolong
Anak-anak
Remaja
Dewasa

bidan
: Banyak teman, mudah bergaul
: Banyak teman, mudah bergaul
: Banyak teman, mudah bergaul

Riwayat Pendidikan
SD
: Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMA : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
PT
: Pasien pernah kuliah di Bina Darma jurusan olahraga namun
berhenti sampai semester 2 kemudian pasien melanjutkan lagi kuliah di
IAIN dan berhenti sampai semester 2 juga.

Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja

Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.

Riwayat Keluarga

Penderita merupakan anak pertama dari 5 saudara. Orang tua sudah


bercerai semenjak 2 tahun yang lalu secara agama.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal

Status Ekonomi
Pasien belum pernah bekerja. Pasien mengaku diberikan jatah uang harian
20 ribu sehari dan uang tersebut dirasa cukup untuk kebutuhannya seharihari. Ibu pasien berdagang.

2.4 AUTOANAMNESIS

Pemeriksa

Pasien

Interpretasi

Assalammualaikum,

Waalaikumsalam

pak (pemeriksa

(Pasien menatap mata

(Psikopatologi)
- compos mentis
- kooperatif,

tersenyum sambil

pemeriksa dan menjabat

menatap mata pasien

tangan pemeriksa

dan mengajak
bersalaman)
saya dokter disini,

perhatian ada
verbalisasi jelas
cara bicara lancer
kontak fisik, mata,
dan verbal ada

boleh

boleh ngorol sebentar,


pak?

M. Rahmadi dok

nama lengkapnya siapo


pak?
umurnyo berapo
rumahnyo dimano?

22 tahun
Rumah aku di Plaju
dok

tinggal samo siapo bae

dengan ibu samo adek

dirumah

aku, dok

bapak tau sekarang lagi di RS jiwo dok

Daya ingat baik


Orientasi tempat,
waktu, dan orang
baik

ado dimano?
sudah berapo lamo
nginep disini pak

mungkin 10 hari dok

siapo yang bawa ibu


kesini?

Ibu samo adek-adek


aku dok, banyak jugo

Bapak tau dak kenapa

yang bawak aku kesini

dibawa kesini oleh


keluarga?
Oh, bapak sendiri
merasa sakit dak
sekarang
Kato keluarga bapak,

Dak tau jugo, mereka


fikir aku dak waras
dok
Yo idak lah, aku biasobiaso bae, aku sehat

- Discriminative
insight terganggu

bapak pernah ngamuk


ngamuk yo, bener idak?

Yo, bener

Ngapo Bapak nagmukngamk?

Dak taulah yo ngapo,


kadang aku itu ado
perasaan kesel samo

2.5 KEADAAN UMUM

Kesadaran/Sensorium

: Compos Mentis

Perhatian

: Adekuat

Sikap

: Kooperatif

Inisiatif

: Ada

Tingkah Laku Motorik : Normoaktif

Ekspresi Fasial

: Cenderung curiga

Verbalisasi

: jelas

Cara Bicara

: lancar

Kontak Psikis

- Kontak Fisik

: Ada, adekuat

- Kontak Mata

: Ada, adekuat

- Kontak Verbal

: Ada, adekuat

2.6 KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

Keadaan Afektif

: afek terbatas

Keadaan mood

: iritabel

Hidup Emosi

Stabilitas

: Labil

Dalam-dangkal

: dangkal

Pengendalian

: Terkendali

Adekuat-Inadekuat

: Inadekuat

Echt-Unecht

: Echt

Skala Diferensiasi

: Menyempit

Einfuhlung

: mudah dirabarasakan

Arus Emosi

: Lambat

Keadaan dan Fungsi Intelek


- Daya ingat (amnesia, dsb) : Amnesia tidak ada, daya ingat baik
- Daya Konsentrasi
: Adekuat
- Orientasi
Tempat : Baik
Waktu
: Baik
Personal : Baik
- Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai
- Discriminative Judgement
: normal
8

Discriminative Insight
: normal
Dugaan taraf intelegensi
: IQ rata-rata
Kemunduran intelektual (demensia, dsb): (-)

Kelainan Sensasi dan Persepsi


- Ilusi
: (-)
- Halusinasi
:
Halusinasi auditori : pasien merasa ada suara-suara yang
dibisikkan ketelinganya.
Halusinasi somatik : pasien merasa ada orang yang memegang

tangannya dan menahannya

Keadaan Proses Berpikir


- Psikomotilitas
: cepat
- Mutu proses berpikir : kurang jelas
- Arus Pikiran

Flight of ideas (-)


Inkoherensi(+)
Sirkumstansial(-)
Tangensial (+)
Asosiasi

Terhalang(+)
Terhambat (-)
Perseverasi (-)
Verbigerasi(-)

longgar(+)

Isi Pikiran
- Waham (+)
-

Pola Sentral (-)


(-)

(+)
Fobia (-)

Konfabulasi (-)
Perasaan inferior (-)

Kecurigaan (-)

(belum taraf waham)


Rasa permusuhan/dendam (-)
Perasaan berdosa/salah(-)
Hipokondria (-)
Lain-lain (-)

Pemilikan Pikiran
-

Obsesi(-)

Alienasi(-)

Bentuk Pikiran
- Simbolik (-)
- Dereistik (-)
- Simetrik (-)
- Paralogik (+)
- Lain-lain (-)
- Konkritisasi (-)
Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan

Abulia/Hipobulia(-)
Vagabondage (-)
Stupor(-)
Pyromania(-)
Impulsivitas (-)
Mannerisme (-)
Kegaduhan Umum
(+), sekarang tidak
ada

Autisme(+)
Deviasi Seksual(-)
Logore(-)
Ekopraksi (-)
Mutisme(-)
Ekolalia (-)

Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt): ( tidak ada)


Reality Testing Ability: alam fikiran dan perbuatan terganggu

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Hasil pemeriksaan laboratorium dengan spesimen urine tanggal 18
Februari 2014
-

Parameter
Kualitatif
THC-C
COC-C
AMP
M-AMP
MORPHIN-C
BENZODIAZEPH

INE
-

Kuantitatif (Drug

Monitoring
THC-C

Hasil
Positif (+)
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
Positif (+)

Nilai Normal
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)
Negatif (-)

Negatif (-)

2.8 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


- AKSIS I
:
F. 12 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan
kanabinoida +
F.23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (skizofrenia-like) akut
AKSIS II
: Z 03.2. Tidak ada diagnosis aksis II
- AKSIS III
: Tidak ada diagnosis
- AKSIS IV
: Masalah Keluarga; ayah dan ibunya sudah bercerai
- AKSIS V
:GAF scale tertinggi 1 tahun terakhir : 90-81
GAF scale saat MRS
: 80-71
-

GAF scale saat

follow up

: 80-71

2.9 DIAGNOSIS DIFERENSIAL


- F 12.1. Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan yang merugikan
+ F. 25. Gangguan skizoafektif

F. 12.5. Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kanabinoida


dengan gangguan psikotik Lir-skizofrenia.

2.10

TERAPI
Farmakoterapi :
- THP 2mg 2x1
- Clozapin 12,5mg 1x1
Psikoterapi:
Individual
o Menjalin komunikasi interpersonal dengan pasien, sehingga
menumbuhkan rasa percaya terhadap dokter da orang lain.
o Membantu pasien dalam mempelajari kelebihan dan kelemahan
diri.
o Memotivasi pasien untuk minum obat secara teratur.
o Menjelaskan kepada pasien mengenai bahaya penggunaan zat
terlarang dan memotivasi pasien untuk menghentikan sama sekali
penggunaan zat-zat berbahaya ketika pasien sudah keluar dari
-

rumah sakit.
Keluarga
o Memotivasi keluarga untuk membawa pasien kontrol ke dokter
secara teratur dan menciptakan suasana yang dapat membantu
penyembuhan
o Memberikan nasehat kepada keluarga untuk menciptakan kondisi
rumah yang kondisif seperti mengindari pertengkaran dan
permushan sehinga mengurangi stree terhadap pasien
o Memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada pasien

Lingkungan
o Tidak menjauhi pasien, membiarkan pasien berinteraksi dengan

2.11
-

lingkungan sehingga membantu resosialisasi.


PROGNOSIS
Dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 NAPZA
3.1.1 Batasan dan pengertian

A. NAPZA
- NAPZA (Narkotika,

Psikotropika

dan

Zat

adiktif

lain)

adalah

bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi


tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja
pada otak, sehingga menimbulkan perubahan prilaku, perasaan, dan pikiran.
1,4

B. NARKOBA
- NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.
Istilah ini sangat popular di masyarakat termasuk media massa dan aparat

penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan


NAPZA. 1,4
-

3.1.2 Jenis NAPZA yang disalahgunakan

A. NARKOTIKA
- Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.4
- Narkotika dapat dibagi atas beberapa golongan yakni : 4
Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. (Contoh : heroin/putauw,
kokain, ganja).
-

Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhit dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).


Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat sebagai pengobatan dan mempunyai

potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.(Contoh : kodein)


B. PSIKOTROPIKA
Menurut Undang-Undang RI no 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
prilaku. 4
- Psikotropika dapat dibagi atas beberapa golongan yakni : 4
Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi


sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,

shabu, LSD).
Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi, mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. (Contoh : amfetamin, metilfenidat atau ritalin).


Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
untuk

terapi

serta

memiliki

potensi

sedang

mengakibatkan

ketergantungan. (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).


Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
memiliki potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
(Contoh

diazepam,

bromazepam,

fenobarbital,

klinazepam.

nitrazepam).
C. ZAT ADIKTIF
- Zat adiktif adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotopika, meliputi : 4
Minuman berakhol, mengandung etanil etil alkohol yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat. Jika dipakai bersama narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakhol yaitu : 4
Golongan A : kadar etanil 1-5% (bir)
Golongan B : kadar etanol 5-20% ( berbagai jenis minuman

anggur)
Golongan C : kadar etanol 20-45% (whiskey, vodka, dan lainnya).
Inhalansia
Berupa gas yang dihirup atau zat pelarut yang mudah menguap
berupa senyawa organic. Contoh : lem, tinner, aseton, bensin.
Tembakau
Pemakaian nikotin sangat luas di masyarakat yakni rokok.

- Berdasarkan efeknya terhadap prilaku yang ditimbulkan NAPZA


dapat digolongkan menjadi 3 golongan yakni :

Golongan depresan
Berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh, membuat
pemakai merasa tenang, pendiam, bahkan membuat tertidur. Yang

termasuk yakni opioid (morfin, heroin/putau), sedative, hipnotik.


Golongan stimulant
Berfungsi merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan

kerja. Yang termasuk yakni amfetamin (shabu, ekstasi), kafein, kokain.


Golongan halusinogen
Jenis ini dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Yang termasuk yakni
kanabis (ganja).

3.1.3 Penyalahgunaan dan ketergantungan


Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis
atau medic psikiatrik yang menunjukkan ciri pemakaian yang
bersifat patologik yang harus dibedakan dengan tingkat

pemakaian psikologik-sosial, yang belum bersifat patologik.


A. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial
B. Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikis sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin
bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau dihentikan akan
timbul gejala putus zat (withdrawal symptom). Oleh karena itu, ia selalu
berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar
dapat melakukan kegiatannyasehari-hari secara normal.
C. Tingkat pemakaian NAPZA4

Pemakaian coba-coba (experimental use) yaitu pemakaian NAPZA yang


tujuannya ingin mencoba, untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian

pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lagi berlanjut pada tahap

lebih berat.
Pemakaian sosial atau rekreasi (recreational use), yaitu pemakaian
NAPZA dengan tujuan bersenang-senang pada saat rekreasi atau santai.
Sebagian pemakai tetap bertahan, pada tahap ini namun sebagian lagi

meningkat pada tahap yang lebih lanjut.


Pemakaian situasional (situational use) yaitu pemakaian pada saat
mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan,

dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.


Penyalahgunaan (abuse), yaitu pemakaian sebagai suatu

pola

penggunaan yang bersifat patologi (menyimpang) yang ditandai oleh


intoksikasi sepanjang hari, tak mampu mengurangi atau menghentikan,
berusaha berulag kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit

fisiknya kambuh.
Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional
yang ditandai oleh relasi dalam keluarga tidak baik, perilaku agresif dan
tak wajar, hubungan dengan teman terganggu, sering bolos, melanggar

hukum, tak mampu berfungsi secara efektif.


Ketergantungan (dependent use) yaitu telah terjadi toleransi dan gejala
putus zat bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya.

3.2 KANABIS

3.2.1

Definisi Kanabis (Ganja)

Ganja atau kanabis berasal dari tanaman cannabis sativa.


Nama lainnya adalah charas, grass, dope, pot, weed, mull,
bhang, dele, daun, cimeng dan hashish.5,6 Ganja hadir dalam
berbagai bentuk dan merupakan tembakau hijau seperti
campuran daun. Ganja atau Kanabis adalah tumbuhan budidaya
penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat
narkotika pada bijinya. Efek psikoaktif pada ganja karena
mengandung tetrahydrocannabinol (THC).THC merupakan

depresan sistem saraf pusat yang mempunyai efek halusinogen.


Ada 3 bentuk kanabis yang disalahgunakan, yaitu marijuana
daun atau bunga yang dikeringkan, harshish (resin THC) dan
minyak harsish.6
-

3.2.2

Morfologi Kanabis (Ganja)

Kanabis atau yang sering dikenal ganja merupakan tanaman


semusim dimana tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun
menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman
berbeda (berumah dua), hanya dapat tumbuh di pegunungan
tropis dengan ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan
laut. Tanaman ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu ganja
betina dan ganja jantan. Ganja jantan tidak berbungan ataupun
berbuah sehingga tidak dapat diambil hasilnya kecuali seratnya
dijadikan sebagai tali, sedangkan ganja betina berbunga dan
berbuah. Ketika tanaman ini telah tumbuh sempurna maka
seluruh bagiannya mengandung zat psikoaktif yang secara
keseluruhan dikenal sebagai cannabinoids.5,6

3.2.3

Senyawa Dalam Ganja

Terdapat 50 zat terkandung dalam ganja dan lebih dari 400


senyawa cannabinoids ada pada sebuah pohon ganja, salah satu
yang terpenting adalah delta-9 tetrahydrocannabinol (THC).
Kandungan THC tergantung pada bagian dari tumbuhan ini,
kondisi lingkungan terutama iklim dimana ganja tersebut
tumbuh. Kandungan THC dalam ganja membagi bentuk ganja

menjadi tiga,yaitu7
1. Marijuana (bhang, ganja, ganga, sinsemilla)
2. Hashish (charas, cannabis resin)

3. Hash oil (liquid cannabis)


- Kandungan THC tertinggi terdapat pada pucuk daun dan menurun
lagi ke daun yang dibawahnya. Kandungan THC untuk marijuana berkisar
antara 0,5 sampai 5% namun untuk sinsemilla berkisar 7 sampai 14%.
Sedangkan kandungan THC pada hashish berkisar antara 2 sampai 8% dan
hashish oil berkisar antara 15 sampai 50%. Tetrahidrokanabinol (THC)
dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang
berkepanjangan tanpa sebab).6
- Adapun beberapa diantara senyawa kanabis tidak beracun dan
terbukti mampu mengobati kanker,mengurangi kecenderungan psikotik
pasien skizofrenia dan mengobati berbagai penyakit kronis lainnya.
1.
2.
3.
4.

Senyawa-senyawa tersebut antara lain :


Cannabidiol (CBD)
Cannabinol (CBN)
Cannabichromene (CBC)
Cannabigerol (CBG)

5. Tetrahydrocannabivarian (THCV)
-

3.2.4

Jenis-Jenis Kanabis

Ditemukan 3 jenistanaman kanabis yaitu Cannabis sativa,

Cannabis indica, Cannabis ruderalis. Ketiga jenis tanaman ganja ini


memiliki

kandungan

THC

yang

berbeda-beda.

Cannabis

indicamengandung THC paling banyak kemudian baru Cannabis sativa


dan Cannabis ruderalis. THC sendiri adalah zat psikoaktif yang memiliki
efek halusinasi dan ini terdapat pada seluruh bagian tanaman ganja, baik
daun, ranting ataupun bijinya.2,7 Karena kandungan THC inilah maka
setiap orang menyalahgunakan ganja akan terkena efek psikoaktif yang
sangat membahayakan.7,8
-

3.2.5

Cara Pemakaian Kanabis (Ganja)

Pemakaian kanabis (ganja) sering dilakukan dengan cara

merokok dalam bentuk seperti sigaret dengan menambahkan sedikit tembakau

untuk memudahkan dalam membakarnya. Pemakaian hashish sering dicampur


dengan cara merokok seperti sigaret namun lebih banyakmenggunakan pipa kecil
yang disebut bong. Hashish juga sering dimakan dalam makanan yang sudah
dimasak. Efek psikoaktif THC lebih cepat dengan cara dihisap daripada dimakan.
THC tidak dapat dilarutkan dalam air sehingga tidak memungkinkan dengan cara
menyuntikkannya.6
-

3.2.6

Epidemiologi

Gangguan Berhubungan Dengan Kanabis

Dalam kelompok usia 18 sampai 25 tahun sekitar 50%


pernah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan 13%
nya merupakan pemakai saat ini. Dalam kelompok usia 12
tahun sampai 17 tahun, sekitar 13% pernah menggunakan
kanabis sekurangnya satu kali dan 4% diantaranya merupakan
pemakai saat ini.1

Neurofarmakologi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari
kanabis adalah delta 9 tetrahydrocannabinol, yang secara cepat
dikonversi menjadi 11-hydroxy delta 9 tetrahydrocannabinol,
suatu metabolit yang aktif di dalam sistem saraf pusat. Reseptor
kanabinoid diikat dengan protein G inhibitor (Gi), yang
berikatan dengan adenilil siklase dalam aktivitas inhibisi.
Reseptor kanabinoid banyak ditemukan di ganglia basalis,
hipokampus dan serebelum. Sedangkan dalam jumlah yang
sedikit ditemukan di batang otak. Beberapa penelitian
menemukan

bahwa

kanabinoid

mempengaruhi

neuron

monoamin dan gamma aminobutyric acid (GABA). Selain itu,


kanabinoid juga diduga mempengaruhi pusat kesenangan
(reward center) di otak, yaitu neuron dopaminergik di area
teg,ental ventralis. Gejala putus kanabis pada manusia terbatas
pada peningkatan iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia
dan perasaan mual. Banyak variabel yang dapat mempengaruhi
sifat psikoaktif dari kanabis seperti potensi penggunaan
kanabis, jalur pemberian, teknik menghisap, efek pirolisis dari
kandungan kanabinoid, dosis, lingkungan, pengalaman masa
lalu pemakai, harapan pemakai dan kerentanan biologis
pemakai terhadap efek kanabinoid.1
-

Intoksikasi Kanabis
Pada intoksikasi kanabis dapat ditemui beberapa keadaan
seperti pemakaian kanabis yang belum lama, perilaku
maladaptif atau perubahan psikologi yang bermakna secara
klnis (misalnya, gangguan koordinasi motorik, euforia,
kecemasan,

sensasi

waktu

menjadi

lambat,

gangguan

pertimbangan dan penarikan sosial) yang berkembang segera


atau segera setelah pemakaian kanabis. Selain itu dapat juga
ditemukan tanda-tanda seperti injeksi konjungtiva, peningkatan
nafsu makan, mulut kering dan takikardia.1
-

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis


Gangguan kecemasan akibat kanabis (cannabis induced
anxiety disorder) adalah suatu diagnosis umum untuk
intoksikasi kanabis akut, dimana banyak pemakai kanabis
mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali
dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam keadaan tersebut,
serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut
yang tidak jelas dan tidak terorganisir.1

3.2.7

Gambaran Klinis Kanabis

Efek fisik yang paling sering adalah dilatasi pembuluh

darah konjungtiva (yaitu mata merah) dan takikardia ringan. Pada dosis
tinggi,

hipotensi

ortostatikdapat

terjadi.peningkatan

nafsu

makan,

seringkali disebut sebagai pengunyah dan mulut kering adalah intoksikasi


kanabis. Efek merugikan potensial yang paling serius dari penggunaan
kanabis berasal dari inhalasi hidrokarbon karsinogenik. Pengguna kanabis
berat berada dalam risiko mengalami penyakit pernapasan kronis dan
kanker paru paru. Penggunaan kanabis jangkapanjang berhubungan
dengan atrofi serebral, kerentanan kejang, kerusakan kromosom, defek
kelahiran,

gangguan

reaktivitas

kekebalan,

perubahan

konsentrasi

testosteron, dan disregulasi siklus menstruasi.1


- Efek dari penggunaan ganja berdasarkan dosis yang digunakan
terdiri dari 6:
a. Efek Ganja Pada Dosis Rendah
- Timbul setelah 2 -3 jam setelah merokok ganja, yaitu berupa :
Rileks, tenang bahkan tertawa sendiri
Pada awal pemakaian merangsang nafsu makan
Daya ingat berkurang atau hilang
Mata merah, dan tekanan darah turun
b. Efek Ganja Pada Dosis Besar
- Dosis besar akan menimbulkan efek seperti di atas tetapi dengan intensitas
yang lebih tinggi dan masih disertai efek lain seperti dingin, kelelahan,
euphoria, halusinasi, gelisah, panik, dan paranoid.
c. Efek Jangka Panjang
- Dari berbagai penelitian, efek jangka panjang pemakaian ganja berupa :
Gangguan Saluran Pernapasan
Pemakaian kanabis umumnya dirokok atau dihisap. Kanabis
mengandung tar lebih banyak dibandingkan tembakau, maka perokok

ganja akan lebih besar kemungkinannya terserang bronkitis.


Hilang Motivasi
Pengguna ganja akan mengalami lemah fisik, halusinasi sehingga
prestasi kerja atau belajar sangat menurun.

Fungsi Otak Menurun


Kanabis dapat menghilangkan kemampuan mengingat, konsentrasi,
dan dampaknya baru kembali setelah beberapa bulan berhenti

menggunakan.
Gangguan Hormon
Terjadi gangguan hormon reproduksi baik pada wanita atau laki
laki yang dapat berakibat gairah seks menurun, menstruasi tidak teratur

dan jumlah sperma menurun.


Gangguan Sistem Saraf
Telah banyak ditemukan pengguna jangka panjang kanabis dapat
mengalami psikosis (gangguan jiwa) yang ditandai dengan halusinasi,
delusi dan paranoid.
Akibat yang ditimbulkan pada penyalahgunaan kanabis/ganjayang

harus diwaspadai adalah ketergantungan baik secara fisik maupun psikis.


Ketergantungan

fisik

dapat

terjadi

bila

pasien

mengurangi

atau

menghentikan penggunaan ganja yang biasa digunakan, maka akan


mengalami gejala putus zat walaupun jarang ditemukan pada pengguna
ganja. Ketergantungan psikis bila seorang pengguna tidak menggunakan
ganja

maka

akan

mengalami

kerinduan

yang

kuat

sekaliuntuk

menggunakannya kembali. Pengguna akan mencari dan menggunakan


segala cara untuk mendapatkannya walaupun sedang tidak mengalami gejala
putus zat atau sedang di bawah tekanan seseorang.6
d. Dampak Sosial Dari Ketergantungan Ganja
Kecanduan ganja dapat menyebabkan berbagai efek samping pada
setiap pengguna baik yang menggunakannya secara kausal ataupun pengguna
jangka panjang. Beberapa gejala dari gangguan gangguan ini meliputi hal
hal seperti gangguan tidur, gangguan mengingat, gangguan koordinasi
motorik, kesulitan dalam memahami pembicaraan atau memahami situasi dan
peristiwa, halusinasi, pikiran atau perasaan yang cenderung paranoid, serta
serangan panik. Sementara beberapa dari masalah ini mungkin tidak terlihat
serius (serta tidak menimbulkan kematian), namun semua hal itu dapat

menyebabkan masalah jangka panjang dan akan membuat gangguan pada


kondisi dan situasi sosial.6
Masalah sosial yang dialami terutama pada anak usia muda atau
remaja antara lain:
Kesulitan belajar sampai dikeluarkan dari sekolah.
Kenakalan remaja.
Hancurnya akademis atau kinerja kerja sampai kehilangan pekerjaan.
Gangguan dalam mengendarai kendaraan,alat mesin
Terlibat masalah hukum
Umumnya dampak sosial yang terjadi akibat penyalagunaan ganja/kanabis
terdiri dari gangguan belajar pada anak, gangguan motivasi dan gangguan
perilaku sosial.1,2
-

1. Gangguan Belajar
Menurut sebuah studi yang baru baru ini dilakukan terhadap
sekelompok mahasiswa, pengguna ganja dapat mengganggu proses belajar,
berpikir kritis dan fungsi kognitif terkait lainnya selama 24 jam setelah
dosis terakhir diambil. Hasil dari studi ini, setelah mengonsumsi ganja
siswa jauh lebih parah pada pengguna jangka panjang dikarenakan adanya
perubahan yang terjadi pada otak ketika mengonsumsi ganja dalam jangka
waktu yang lama.
2. Gangguan Motivasi
Salah satu efek utama yang disebabkan karena ganja adalah
kurangnya motivasi.ganja dapatmenyebabkan penggunanya untuk menjadi
mudah terganggu/distracted, dan meskipun mereka dapat membuat
rencana yang sangat kreatif, mereka dengan mudah bisa melupakannya
atau tidak cukup termotivasi untuk melakukannya. Secara fisik memang
tidak ada yang salah, tetapi secara mental adanya gangguan motivasi pada
pengguna. Pecandu kemudian dapat mengalami apa yang dikenal sebagai
Sindrom Motivasi, dimana mereka kehilangan motivasi tentang semua
aspek dalam kehidupan, seperti sekolah, kerja, keluarga dan berkurangnya
tanggung jawab.

3. Gangguan Perilaku Sosial


Secara sosial, dampak

yaitu

kurangnya

motivasi

dapat

menyebabkan beberapa masalah yang cukup serius. Bagi yang


sudahbekerja, gangguan motivasi akan menyebabkan penurunan performa
dalam kinerja, masalah disiplin atau mungkin dapat berakhir dengan
terminasi. Bagi yang bersekolah/pelajar, kurangnya motivasi dapat
menyebabkan masalah dalam proses belajar dan performa secara umum.
Kurangnya motivasi untuk bersahabat, dan kehilangan kepercayaan karena
konotasi negatif pengguna ganja.
- 3.2.7
Pengobatan
Pengobatan kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan
pengobatan penyalahgunaan substansi lain abstinensia dan dukungan.
Abstinensia dapat dicapai melalui intervensi langsung,
seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar
rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urine, yang dapat
mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai enam minggu setelah
pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi
individual, keluarga, dan kelompok. Pendiidkan harus merupakan inti
untuk program abstinensia dan dukungan karena pasien yang tidak
mengerti alasan intelektual untuk mengatasi penyalahgunaan substansia
menunjukkan sedikit motivasi untuk berhenti. Untuk beberapa pasien
suatu obat antiansietas mungkin berguna untuk menghilangkan gejala
putus zat jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan kanabis mungkin
berhubungan dengan gangguan depresi dasar yang mungkin berespons
dengan terapi antidepresan spesifik.6
-

- Tatalaksana1
1. Intoksikasi Kanabis
a. Umumnya tidak perlu farmakoterapi dapat diberikan terapi suportif
dengan talking down
b. Bila ada gejala ansietas berat :
Lorazepam 1- 2 mg oral
Alprazolam 0,5- 1 mg oral

Chlordiazepoxide10- 50 mg oral
c. Bila terdapat gejala psikotik menonjol dapat diberikan Haloperidol 1 2
mg oral atau i.m. ulangi setiap 20 -30 menit
-

- BAB IV
- ANALISIS KASUS
-

Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis

sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif,


dimana D9-tetrahydrocannabinol ( D9-THC) adalah yang paling banyak.
Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed, tea,
dan Mary Jane. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar
20%. Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di
ganglia basalis, hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang
lebih rendah di korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak,
suatu kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada
fungsi pernafasan dan jantung. Efek fisik yang paling sering dari kanabis
adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata merah) dan takikardi
ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.peningkatan
nafsu makan dan mulut kering. Intoksikasi kanabis dosis tinggi, pemakai
mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan
motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada
keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah
menghilang. Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis
ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis
kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi,
koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Gangguan psikotik akibat
kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering.
Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang terjadi, keadaan ini

mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada


sebelumnya pada orang yang terkena.
Seorang pria, usia 22 tahun, belum menikah, beragama
islam, dibawa keluarganya ke RSJ Ernaldi Bahar dengan sebab utama
mengamuk sejak 2 jam SMRS. Kurang lebih sejak 2 minggu pasien
mengalami perubahan prilaku. Pasien sering melamun, ngoceh-ngoceh
sendiri dan susah tidur. Kurang lebih sejak 2 hari yang lalu, pasien mulai
marah-marah tanpa sebab dan mudah tersinggung serta curiga terhadap
orang lain. Pasien cenderung ingin keluar rumah terus. Sekitar 2 jam
SMRS, pasien memasuki rumah tetangganya tanpa izin dan merusak
barang-barang di rumah tetangganya tersebut. Pasien pun ingin memukul
orang yang dilihatnya yang dianggapnya sebagai musuh.
Dari autoanamnesis didapatkan informasi bahwa pasien
telah mengkonsumsi ganja sejak 6 bulan yang lalu, namun selama 2
minggu terakhir pasien tidak mengkonsumsi ganja tersebut. Berdasarkan
kriteria PPDGJ III dapat ditegakkan suatu diagnosis Gangguan Mental dan
Perilaku Akibat Penggunaan Kanabinoida Yang Merugikan, karena akibat
penggunaan ganja tersebut menimbulkan kecaman dari pihak lain
(keluarga dan tetangga) dan menimbulkan konsekuensi sosial yang tidak
diinginkan.
-

Dari autoanamnesis juga didapatkan gangguan sensasi dan

persepsi (halusianasi visual dan auditorik); proses berfikir (tangensial,


inkoherensi, blocking); isi pikiran (waham); bentuk pikiran (autistic dan
paralogik), berdasarkan PPDGJ III, keadaan tersebut dapat di diagnosis
sebagai Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (Schizopherina-like) Akut.
Pasien ini belum dapat didiagnosis menderita skizofernia karena waktu
timbulnya kelainan perilaku tersebut belum mencapai 1 bulan, pada pasien
ini masih berlangsung dalam kurun waktu 2 minggu.
-

Faktor stressor yang mungkin menyebabkan perubahan

mental dan perilaku pasien ini adalah masalah perceraian kedua orang tua
pasien. Akibat perceraian tersebut, pasien mulai mengkonsumsi ganja yang
diperoleh dari rekan pasien. Pasien mengaku dengan mengkonsumsi ganja

tersebut dapat melupakan masalah-masalah yang sedang dialami olehnya,


salah satunya adalah masalah keluarga. Dari anamnesis dapat disimpulkan
juga bahwa pasien merasa tertekan dengan masalah yang ditimbulkan oleh
kedua orang tuanya, hal ini menyebabkan pasien mencari sebuah
pelampiasan dengan mengkonsumsi ganja.
-

- DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. KMK No. 422 ttg NAPZA
2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Gangguan
Berhubungan Dengan Zat. Dalam: Sinopsis Psikiatri. Jilid Satu. Jakarta:
Binarupa Aksara; 2010. hal. 585-698.
3. Benjamin JS, Virginia AS. Gangguan Mood/Suasana Perasaan Dalam: Kaplan
& Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.
4. Joewana, satyo. 2004. Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta: EGC. Hal 79-90
5. Utomo Pranjoto M. Psikotropika yang Berbahaya Bagi Kesehatan.
Yogayakarta: FMIPAUNY, 2007. h.3-7
6. Safaria Triantoro. Jurnal Perbedaan Tingkat Kemaknaan Hidup Antara
Kelompok Pengguna NAPZA Dengan Kelompok Non Pengguna NAPZA.
2009.
7. Visions Journal. BC's Mental Health and Addictions Journal of Cannabis.
2009.
8. Mc.Laren A.Jennifer, Sillins Edmund, Hutchinson Delyse, Mattick P,
Richard, Hall Wayne. Assesing Evidence For Causal Link Between Cannabis
and Psychosis; A Review Cohort Studies. Australia: International Journal Of
Drug Policy. 2009.
-

Anda mungkin juga menyukai