Menurut buku Foto Jurnalistik, teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret
setelah diketahui bagaimana tahapan memotret.
Mari kita bahas sedikit tentang tahapan memotret sebelum kita membahas tentang teknik
memotret. Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan sebelum kita mulai memotret,
yaitu komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma. Keempat tahap ini penting diperhatikan
pada saat memotret untuk dapat menghasilkan foto yang baik secara teknik.
TAHAPAN DALAM MEMOTRET
Komposisi diatur dengan memilih point of interest dari suatu objek. Point of interest
adalah sesuatu yang paling menonjol dalam sebuah objek foto. Komposisi menempati
urutan pertama yang harus diperhatikan dalam tahapan memotret. Ini karena pengaturan
komposisi foto hanya dapat diatur oleh fotografer sendiri dan tidak bisa digantikan oleh
kamera. Ini berbeda dengan fungsi yang lain seperti fokus, kecepatan dan diafragma.
Pada kamera otomatis, ketiga hal ini dapat digantikan oleh kamera.
Setelah mengatur komposisi, kita harus mengatur fokus dari objek yang akan kita foto.
Point of interest adalah hal utama yang harus difokuskan. Focusing bisa dilakukan
dengan memutar ring fokus pada lensa atau mengatur jarak kamera dengan objek foto.
Tahap selanjutnya adalah pengaturan kecepatan. Maksud dari kecepatan ini adalah
gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang dipilih tombol kecepatan.
Semakin cepat gerakan membuka dan menutup tirai maka semakin sedikit cahaya yang
masuk. Sedangkan jika gerakannya semakin lambat maka semakin banyak cahaya yang
masuk. Semakin cepat atau lambatnya gerakan tirai ini ditunjukan pada angka-angka
yang terdapat pada kamera.
Diafragma sering juga disebut bukaan lensa. Inilah hal terakhir dalam tahapan memotret.
Last but not least, karena pengaturan diafragma juga penting agar dapat menghasilkan
foto yang baik. Teorinya hampir sama dengan kecepatan yang memakai prinsip bola mata
manusia. Semakin kecil bukaan lensa maka semakin sedikit cahaya yang masuk dan
begitu pula sebaliknya.
Namun ada sedikit perbedaaan antara diafragma dan kecepatan. Angka yang ditunjukkan
pada kamera berbanding terbalik dengan besarnya bukaan. Jadi semakin kecil angka yang
ditunjukkan maka semakin besar bukaan lensanya. Sedangkan semakin besar angkanya
maka semakin kecil bukaan lensanya.
Selain banyak sedikitnya cahaya, depth of field atau ruang tajam juga dapat diatur
melalui diafragma ini. Teori ruang tajam adalah, semakin besar bukaan lensa maka
semakin sempit ruang tajam atau objek yang dapat difokus. Sedangkan semakin kecil
bukaan lensa maka semakin luas ruang tajam dari objek foto. Contoh penggunaan ruang
tajam yang sempir adalah ketika kita ingin membuat foto wajah seseorang. Yang terlihat
Ada beberapa pendapat tentang bagaimana mengkonsep sebuah foto. Ada pendapat
bahwa jauh sebelum kita memotret, kita harus menyiapkan sebuah konsep yang matang.
Ini memudahkan kita dalam memilih objek foto dan menggunakan teknik apa dalam foto
tersebut. Selain itu dengan konsep yang matang, foto yang kita hasilkan bisa memiliki
pesan yang cukup kuat.
Namun ada beberapa fotografer yang berpendapat bahwa konsep bisa saja muncul
beberapa detik sebelum kita menekan tombol shutter pada kamera. Karena tentu pada
saat itu kita berpikir bagaimana membingkai suatu objek. Dan disitulah pengkonsepan
foto terjadi.
Jika melihat kedua pendapat ini, maka kita bisa menyimpulkan bahwa ada dua macam
pengkonsepan. Yang pertama adalah pengkonsepan secara spontan yaitu pengkonsepan
yang dilakukan sesaat sebelum tombol shutter ditekan. Yang kedua adalah pengkonsepan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Biasanya untuk menghasilkan foto Komersial dan foto Fine Art diperlukan pengkonsepan
yang cukup lama. Ide untuk menghasilkan foto-foto jenis ini memang harus digodok
secara matang sebelum kemudian dieksekusi.
Foto komersial biasanya objeknya berupa sebuah barang atau jasa yang akan dipasarkan.
Penggodokan konsep yang matang sangat diperlukan dalam membuat foto jenis ini.
Karena nantinya foto Komersial adalah media komunikasi produsen yang didalam foto
tersebut strategi yang efektif dalam memasarkan sebuah produk.
Sedangkan pada karya foto Fine Art penggodokan konsep sangat diperlukan agar
idealisme fotografer dapat tertuang dalam sebuah foto. Karena pemaknaan foto fine art
sendiri perlu pemikiran yang mendalam, maka tentu saja awal lahirnya konsep itu sendiri
membutuhkan pemikiran yang cukup mendalam pula.
Pengkonsepan dalam foto Jurnalistik, berbeda dengan foto Fine art atau Komersial.
Dalam membuat foto jurnalistik tidak memerlukan proses pengkonsepan yang lama.
Namun bukan berarti foto ini tidak butuh konsep. Meskipun kesannya spontan, akan
tetapi konsep sangat perlu diperlukan untuk menghasilkan foto Jurnalistik agar nantinya
dapat menghasilkan foto yang bercerita.
Beberapa orang menganggap bahwa konsep dalam memotret tidak wajib dibuat. Mereka
menganggap bahwa konsep bisa dibuat atau bisa juga ditinggalkan. Karena menurut
mereka dengan membuat konsep terlebih dahulu, dapat mempersempit ruang gerak dan
kreatifitas mereka. Sehingga mereka tidak punya kesempatan untuk berkreasi. Mereka
menganggap insting adalah yang paling penting. Karena dengan insting yang tajam,
mereka dapat dengan mudah menemukan objek yang menarik untuk dipotret.
Namun apa yang tidak disadari adalah, sebuah konsep muncul dengan sendirinya dalam
diri seorang fotografer sesaat setelah ia berniat untuk memotret. Konsep muncul tanpa
kita sadari. Disaat kita menentukan kemana kita akan memotret, kamera apa yang akan
kita pakai, kapan kita akan pergi dan pertimbangan lain, disaat itulah kita mengkonsep.
Konsep dalam fotografi sendiri adalah ide yang kita tuangkan dalam sebuah foto. Maka
tidaklah mungkin kita dapat menghasilkan sebuah karya foto, terlepas itu baik taupun
tidak, tanpa sebuah konsep. Karena tanpa konsep maka sebuah karya foto tidak akan
dapat tercipta. Betul tidak?
MANA YANG LEBIH PENTING?
Ada banyak hal yang dijadikan perdebatan oleh para pencinta fotografi. Salah satu
perdebatan yang menarik adalah yang mana yang lebih penting, penguasaan teknik atau
pengkonsepan yang baik dalam menghasilkan sebuah karya foto.
Sedikit ringkasan dari apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, teknik fotografi adalah
cara dalam memotret sebuah objek. Adapun teknik-teknik yang sering digunakan yaitu
freeze, panning, zooming, bulb, double/multiple exposure, makro dan siluet. Sedangkan
konsep fotografi adalah ide yang terkandung dalam sebuah foto. Tanpa konsep kita tidak
akan dapat menghasilkan sebuah karya foto, terlepas dari apakah karya foto itu baik atau
tidak. Konsep akan muncul dengan sendirinya dalam diri seorang fotografer ketika ia
memutuskan untuk memotret.
Etika dan estetika merupakan hal yang wajib diperhatikan dalam menghasilkan sebuah
karya. Tak terkecuali juga dalam menghasilkan karya fotografi. Etika terwakilkan pada
teknik fotografi. Ketika teknik fotografi sudah dikuasai maka seorang fotografer sudah
dapat menghasilkan foto yang baik yaitu foto yang sesuai dengan etika ilmu fotografi itu
sendiri. Sedangkan konsep akan melahirkan estetika atau keindahan dari sebuah karya
seni. Jika foto tersebut memiliki konsep yang menarik dan dapat tersampaikan pada
penikmat foto maka foto tersebut bisa dikatakan sebagai foto yang indah atau memiliki
estetika.
Lantas muncul pertanyaan manakah yang lebih penting antara konsep dan teknik, maka
jawabannya adalah konsep. Mengapa konsep? Karena dengan konsep, pesan dalam foto
yang ingin disampaikan oleh fotografer dapat ditangkap dengan baik oleh orang yang
melihat foto itu. Foto tersebut dapat berbicara banyak dan memiliki kandungan pesan
yang kuat.
Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa kegiatan fotografi adalah suatu proses
komunikasi. Pesan dari komunikator akan tersampaikan dengan baik kepada komunikator
manakala komunikator jeli memilih saluran penyampai pesan dan bagaimana pesan itu
dikemas. Jika komunikator jeli membaca komunikan maka ia akan muncul dengan
strategi komunikasi yang baik sehingga pesan dapat sampai. Seperti inilah pengkonsepan
dalam fotografi.
Teknik dari fotografi sendiri sebenarnya masuk dalam pengkonsepan. Dengan
mengkonsep kita akan memilih teknik apa yang akan kita gunakan. Pemilihan teknik ini
sama dengan memilih strategi yang baik agar maksud komunikator dapat tersampaikan
pada komunikan pada proses komunikasi. Dengan memilih teknik yang tepat maka
semakin kuat pesan dalam foto yang dihasilkan.
Konsep sangat penting karena dengan pengkonsepan yang baik maka foto tersebut dapat
berbicara atau bercerita. Foto yang kurang terkonsep maka akan datar atau terkesan
tidak memiliki pesan meskipun sudah secara teknik sudah baik.
Lantas jika seorang pemula ingin mempelajari ilmu fotografi, mana yang harus ia pelajari
terlebih dahulu? Meskipun konsep lebih penting, dalam tahap pemula sebaiknya teknik
dipelajari lebih dulu. Dengan begini, konsep yang dimiliki dapat tersalurkan dalam
sebuah karya fotografi. Jika seorang pemula mempelajari konsep terlebih dahulu maka
dikhawatirkan akan tersesat tataran pengkonsepan saja. Dan tidak dapat berkarya karena
tidak melakukan eksekusi akibat kurangnya pengetahuan tentang teknik fotografi.
Belajar haruslah bertahap. Tidak terkecuali belajar fotografi. Tahapan awal adalah
mengenal teknik fotografi sehingga kita dapat memahami kemampuan dari kamera kita.
Setelah itulah baru kita mempelajari cara mengkonsep yang baik karena dengan itu kita
dapat menghasilkan karya fotografi yang baik sekaligus indah.