Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MASSAGE COUNTERPRESSURE TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 2 UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
Ni Made Gita Gumangsari
Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT
Dysmenorhea is a condition that occurs during menstrual cycle which can interfere with
activity and it requires a treatment. Dysmenorrhea is characterized by pain in the abdomen or pelvic
area,if is not handled, dysmenorhea causes disruption of physical activity female teenage . There are
several ways to cope with dysmenorhea, such as herbal treatment like cinnamon, soy, cloves,
turmeric, ginger, and chinese herbs. The use of fish oil supplements, vitamin E. The Medical care such
as relaxation, hypnotherapy, and acupuncture. One of the effective ways to prevent dysmenorhea is
hand massage by hands or called as massage counterpressure. The purpose of this research is to
know the effects of counterpressure massage to decrease the level of menstrual pain in female
teenagers at SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang.
The method used in this research was quasi experimental with non equivalent time control
group design. The population in this study was all female teenagers at SMAN 2 Ungaran Kabupaten
Semarang. The sample were 28 respondents, divided into 2 groups is 14 counterpressure massage
and 14 kontrol group, selected by purposive sampling. Data collection used primary data by
measuring menstrual pain in female teenage performed by pretest and posttest in 2 groups:
intervention group and control group. Test analysis used in the research was T test dependent.
T test dependent showed significan the effects of massage counterpressure foward the level
of menstrual pain in female teenages in SMAN 2 Ungaran with p-value of 0,000 < (0,05)
It the research in provide recommendations to the midwife to use counterpressure massage to
reduce menstrual pain onfemale teenages . Female teenagers expected to used counterpressure
massage as an alternative to reducing menstrual pain.
Keywords : Counterpressure Massage, Menstrual Pain

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di
bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
remaja sangat pesat, baik fisik maupun
psikologis. Pada perempuan sudah mulai
terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah
mulai
mampu
menghasilkan
sperma
(Proverawati, Misaroh, 2009).
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan,
perubahan, munculnya berbagai kesempatan,
dan seringkali menghadapi risiko - risiko
kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan
meningkatkan pelayanan kesehatan dan sosial
terhadap remaja semakin menjadi perhatian di

seluruh
penjuru
dunia.
International
Conference on Population and Development
(ICPD) atau yang disebut Konperensi
Internasional mengenai kependudukan dan
pembangunan mendorong Pemerintah dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk
mengembangkan program yang tanggap
terhadap masalah seksual dan reproduksi
remaja.
Berbagai
negara
juga
direkomendasikan
agar
berupaya
menghilangkan hambatan hukum, hambatan
peraturan dan hambatan sosial atas informasi
dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
(Kilbourn, Paulette, dan Swan, 1998).
Adapun masalah kesehatan remaja
meliputi Kehamilan dan persalinan dini,
HIV.malnutrisi,
kesehatan
mental,
merokok,bahaya
penggunaan
alkohol,
kekerasan, trauma (Anurogo,2011).

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010


menunjukkan bahwa berdasarkan laporan
responden yang sudah mengalami haid, ratarata usia menarche di Indonesia adalah 13
tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal
pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang
lebih lambat sampai 20 tahun serta 7,9% tidak
menjawab/lupa (Balipemkes Kemenkes RI,
2010).
Saat haid, pada sebagian perempuan ada
yang mengalami berbagai gangguan haid yang
cukup berat. Misalnya ada sebagian yang
mengalami kram karena kontraksi otot otot
halus pada rahim, sakit kepala, sakit perut,
gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas,
hidung terasa tersumbat, bahkan selalu ingin
menangis. Selain itu ada juga yang mengalami
kemarahan tak berujung pangkal, depresi,
kondisi ingin makan yang berlebihan hingga
nyeri haid yang luar biasa. Kondisi ini sering
disebut dengan gejala datang bulan atau PMS
(Anurogo, 2011).
Rasa nyeri timbul sebelum atau bersamasama dengan menstruasi dan berlangsung
beberapa jam, walaupun pada kasus dapat
berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri
adalah kejang yang berjangkit, yang biasanya
terbatas di perut bawah tetapi dapat merambat
ke daerah pinggang dan paha disertai dengan
mual, muntah, sakit kepala dan diare (Judha,
Sudarti & Fauziah, 2012).
Angka kejadian dismenorea di Amerika
Serikat dialami oleh 45-90%. Tingginya angka
tersebut diasumsikan dari berbagai gejala yang
belum di laporkan. Banyak perempuan yang
membeli obat sendiri dan tidak berkunjung ke
dokter. Disminore juga bertanggung jawab atas
ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah,
sebanyak 13-51% perempuan telah absen
sedikitnya sekali dan 5-14% berulang kali
absen (Anurogo, 2011).
Di Indonesia lebih banyak perempuan
yang mengalami disminorea tidak melaporkan
atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke
dokter dan kecenderungan untuk meremehkan
penyakit sering membuat data penderita
penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat di
pastikan secara mutlak. Dikatakan 90 persen
perempuan Indonesia pernah mengalami
disminorea (Anurogo, 2011).
Meskipun disminore merupakan masalah
fisik bukan masalah psikis, namun disminore
dengan
tingkatan
nyerinya
sering
menimbulkan bahaya. Kondisi seperti ini

membawa remaja pada situasi yang tidak


menyenangkan.
Melihat
dampak
dari
disminore tersebut dapat dikatakan bahwa
disminore merupakan salah satu problema
dalam kehidupan remaja putri, yang memaksa
mereka untuk menggunakan berbagai cara
untuk mencegah terjadinya nyeri disminore
(Ramaiah, 2006).
Disminore dapat dikurangi dengan 6 cara
yaitu pengobatan herbal yaitu kayu manis,
kedelai, cengkeh, kunyit, jahe, herbal cina.
Penggunaan suplemen yaitu minyak ikan,
vitamin E. Perawatan medis, relaksasi,
hipnoterapi, akupuntur. Salah satu cara yang
efektif untuk mencegah nyeri disminore ini
adalah relaksasi dalam bentuk pijatan tangan
atau masase (Anurogo, 2011).
Counterpressure adalah pijatan tekanan
kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau
bagian datar dari tangan, atau juga
menggunakan bola tenis. Tekanan pada
Counterpressure dapat di berikan dalam
gerakan lurus atau lingkaran kecil (Maryunani,
2010).
Teknik
Counterpressure
dapat
menyebabkan peningkatan endorphine, yang
pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena
merangsang produksi hormon endorphine yang
menghilangkan rasa sakit secara alamiah.
Menurut
Avron
Goldstein
dalam
Maryunani (2010), menyatakan bahwa
endorphine mempengaruhi transmisi impuls
yang
diinterpretasikan
sebagai
nyeri.
Endorphine kemungkinan bertindak sebagai
neurotransmiter maupun neuromodulator yang
menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi,
adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf
menyebabkan status penurunan dalam sensasi.
Kegagalan
melepaskan
endorphine
memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti
morphine atau endorphine (kadang-kadang
disebut
enkephalin),
kemungkinan
menghambat transmisi pesan nyeri dengan
mengaitkan tempat reseptor opiate pada sarafsaraf otak dan tulang belakang. Kadar
endorphine tinggi sudah jelas akan merasa
kurang nyeri sedangkan kadar endorphine
rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani,
2010).
Counterpressure tidak dapat diteruskan
jika wanita merasa penekanan ini tidak dapat
menolong mengurangi rasa nyeri yang di
deritanya. Bentuk massase yang kita gunakan
tiap hari untuk mengatasi trauma minor seperti

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

benjol tentu saja dapat dilakukan sendiri.


Namun masase ini lebih mudah di ingat dan
menarik perhatian umum biasanya dilakukan
oleh orang lain. Gerakan gerakan dasar
meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan
mendorong
kedepan
dan
belakang
menggunakan tenaga ,menepuk nepuk,
meremas remas, setiap gerakan menghasilkan
efek yang diinginkan pada jaringan
dibawahnya (Johariah, 2012).
Jumlah penderita yang ada di lapangan
selalu lebih bnayak dari laporan yang bisa
diklaim oleh Dinas Kesehatan dan instansi
terkait. Kesadaran untuk menjaga kesehatan
diri dan melindungi sesegera mungkin dari
penyakit di kalangan masyarakat masih rendah
(Anurogo, 2011).
Berdasarkan penelitian Zulianti (2013),
yang berjudul Efektifitas Teknik Efflurage
dengan kompres hangat terhadap Penurunan
Tingkat Disminore Pada Siswi SMA N 1
gresik 2013 menyebutkan dari hasil uji MannWhitney U = 770 menunjukkan signifikan
hasil hitung = 0,005 < 0,05, berati Ho ditolak
dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan
yang signifikan penurunan tingkat disminore
antara teknik efflurage dengan kompres hangat
dimana kompres hangat memiliki angka
penurunan nyeri lebih tinggi dibandingkat
teknik efflurage (Zulianti, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan pada 25
Maret 2014 di SMA 2 Ungaran, diketahui
jumlah peserta didik remaja putri tahun 2014
adalah sejumlah 531 siswi dengan rincian
jumlah siswi kelas X adalah 186 siswi, jumlah
siswi kelas XI adalah 178 siswi dan jumlah
siswi kelas XII adalah berjumlah 167 siswi.
Dan dari hasil wawancara terhadap 10 siswi
ynag mengalami menstruasi, 7 diantaranya
mengalami nyeri haid dan 3 orang tidak
mengalami nyeri haid. Ada 9 siswa yang
mengetahui tentang nyeri haid dan 1 siswa
tidak melihat tentang nyeri haid. 10 siswa
tersebut tidak mengetahui cara mengatasi nyeri
haid dan mereka juga tidak tahu apakah nyeri
itu normal atau tidak, mereka juga
kebingungan dalam mengatasi nyeri haid. Ada
7 siswa yang beranggapan bahwa nyeri haid
tidak perlu diobati dan ada 3 siswi yang
mencoba mengobati dengan cara memberi
kompres hangat pada perut mereka saat nyeri
haid, mereka punya persepsi bahwa nyeri haid
tidak perlu diatasi akan sembuh dengan

sendirinya, tetapi mereka juga ketika


mengalami
nyeri
haid
berkeinginan
mengobatinya karena merasakan nyeri dan
mengganggu aktifitasnya terutama remaja putri
yang masih sekolah akan menggangggu proses
belajar mengajar (SMA N 2 Ungaran).
Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk
meneliti
tentang
pengaruh
massage
counterpressure terhadap penurunan tingkat
nyeri haid pada remaja putri di SMA 2
Ungaran tahun 2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metode penelitian ini adalah quasy
experimntal design (eksperimen semu) dengan
jenis desain non equivalent time control group
design yaitu ada dua kelompok yang di pilih
secara acak, lalu diberi pretest untuk mencari
perbedaan dengan kelompok kontrol terhadap
eksperimen yang akan digunakan. Pengukuran
dilakukan sebelum dan sesudah diberikan
intervensi. (Hidayat, 2009).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli
2014 di SMA N 2 Ungaran Kabupaten
Semarang.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswi putri di SMA N 2 Ungaran yang
berjumlah 531 siswi.
Sampel Penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan estimasi (perkiraan)
untuk menguji hipotesis beda rata-rata 2
kelompok tidak berpasangan.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan rumus di atas, diperoleh sampel
sebesar 14 responden untuk kelompok
intervensi dan 14 responden sebagai kelompok
kontrol.
Teknik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah purposive sampling yaitu
teknik yang digunakan dengan pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo,

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

2005). Sampel dalam penelitian


dibagi
menjadi dua kelompok sampel yaitu kelompok
perlakuan dan kontrol. Sampel
dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria
inklusi: 1) Siswi Kelas X dan XI yang sedang
mengalami nyeri haid; 2) Siswi yang
mengalami nyeri haid pada hari pertama; 3)
Siswi yang tidak menggunakan obat obatan
apapun; 4) Siswi yang mengalami nyeri sedang
dan nyeri berat; 4) Siswi yang bersedia
menjadi responden
Pada penelitian ini, kriteria eksklusi
adalah sebagai berikut: 1) Siswi yang tidak
masuk sekolah; 2) Siswi yang mengalami nyeri
haid yang disertai dengan gangguain lain
seperti gangguan reproduksi.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini adalah data yang langsung
didapat dari sumber melalui pengukuran rasa
nyeri. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah jumlah siswi putri di SMA N 2 Ungaran
tahun 2014.
Alat dan Bahan Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi yang berisi data subjektif dan
objektif terhadap responden. Lembar observasi
ini berisi tanggal penelitian, nomor kode
responden, umur. Mengukur tingkat nyeri,
dilakukan
observasi
respon
nyeri
menggunakan
Skala
nyeri
menurut

Bourbanais. Tingkat nyeri di ukur dengan skor


0-10 pada skala bourbanais.

Gambar 1. Skala nyeri


Analisis Data
Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendefinisikan tiap variabel yang akan diteliti
secara terpisah. Analisis data dilakukan dengan
analisis univariat untuk menghitung jumlah
skor yang didapatkan dibagi dengan skor
maksimal pada masing-masing sub variable
yang diteliti. Hasil penghitungan analisis
univariat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
Hasil analisis dalam bentuk distribusi
frekuensi adalah penurunan nyeri haid sebelum
dan
sesudah
diberikan
masase
Counterpressure pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.
Analisa Bivariat
Penelitian ini menggunakan metode
analitik dengan sampel kecil ( 50 ) maka uji
normalitas data menggunakan uji shaphirowilk dengan ketentuan nilai keyakinan yang
dipakai adalah 0,95 dan nilai kesalahan =
0,05. Pengambilan keputusannya yaitu: apabila
nilai p >0,05 maka distribusi data normal dan
apabila nilai p < 0,05 maka distrubusi data
tidak normal (Arikunto, 2006).

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sebelum Dilakukan massage counterpressure pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2
Ungaran, 2014
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
Nyeri Disminore
Persentase
Persentase
Frekuensi
Frekuensi
(%)
(%)
0,0
0
0,0
0
Tidak Nyeri
0,0
0
0,0
0
Nyeri Ringan
92,9
13
85,7
12
Nyeri Sedang
7,1
1
14,3
2
Nyeri Berat
0,0
0
0,0
0
Nyeri Sangat Berat
Jumlah
14
100
14
100
4

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui


bahwa dari 14 remaja putri kelompok
intervensi sebelum dilakukan massage
counterpressure sebagian besar mengalami
nyeri sedang, yaitu sejumlah 12 remaja

(85,7%), sedangkan dari 14 remaja putri


kelompok kontrol sebelum perlakuan sebagian
besar juga mengalami nyeri sedang sejumlah
13 remaja (92,9%).

Gambaran Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Disminore Sesudah Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2
Ungaran, 2014
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
Nyeri Disminore
Persentase
Persentase
Frekuensi
Frekuensi
(%)
(%)
0,0
0
0,0
0
Tidak Nyeri
7,1
1
64,3
9
Nyeri Ringan
85,8
12
35,7
5
Nyeri Sedang
7,1
1
0,0
0
Nyeri Berat
0,0
0
0,0
0
Nyeri Sangat Berat
Jumlah
14
100
14
100
sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan terapi sebagian besar masih
mengalami nyeri sedang sejumlah 12 remaja
(85,8%).

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui


bahwa sesudah diberikan terapi massage
counterpressure pada kelompok intervensi
sebagian besar remaja telah mengalami nyeri
ringan, yaitu sejumlah 9 remaja (64,3%),

Analisis Bivariat
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage counterpressure pada
Kelompok Intervensi
Tabel 3.
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage counterpressure
pada Kelompok Intervensi pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran, 2014
Variabel

Perlakuan

Mean

SD

p-value

Tingkat Nyeri

Sebelum
Sesudah

14
14

5,36
3,21

1,008
0,893

7,806

0,000

disminore sebelum dan sesudah dilakukan


massage counterpressure pada kelompok
intervensi pada remaja putri di SMA N 2
Ungaran.

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan


nilai t hitung sebesar 7,806 dengan p-value
sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <
(0,05), ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan tingkat nyeri

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol
Tabel 4.
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol
pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran, 2014
Variabel

Perlakuan

Mean

SD

p-value

Tingkat Nyeri

Sebelum
Sesudah

14
14

5,21
4,93

0,893
0,997

1,472

0,165

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Berdasarkan uji t dependen, didapatkan


nilai t hitung sebesar 1,472 dengan p-value
sebesar 0,165. Terlihat bahwa p-value 0,165 >
(0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan tingkat nyeri


disminore sebelum dan sesudah perlakuan
pada kelompok kontrol pada remaja putri di
SMA N 2 Ungaran.

Pengaruh massage counterpressure terhadap Tingkat Nyeri Disminore


Tabel 5.
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore Sesudah Dilakukan Massage Counterpressure antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaranm 2014
Variabel
Tingkat Nyeri

Kelompok
Intervensi
Kontrol

Berdasarkan uji t independen, didapatkan


nilai t hitung sebesar -4,793 dengan p-value
0,000. Karena kedua p-value 0,000 < (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan tingkat nyeri disminore remaja
putri sudah diberikan massage counterpressure
antara kelompok intervensi dan kontrol. Ini
juga menunjukkan bahwa ada pengaruh
signifikan massage counterpressure terhadap
tingkat nyeri disminore pada remaja putri di
SMA N 2 Ungaran.
PEMBAHASAN
Gambaran Tingkat Nyeri Disminore
Remaja Putri Sebelum Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari 14 remaja putri
kelompok intervensi sebelum dilakukan
massage counterpressure sebagian besar
mengalami nyeri sedang, yaitu sejumlah 12
remaja (85,7%), sedangkan dari 14 remaja
putri kelompok kontrol sebelum perlakuan
sebagian besar juga mengalami nyeri sedang
sejumlah 13 remaja (92,9%). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar tingkat nyeri disminore
remaja putri sebelum dilakukan massage
Counterpressure pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol di SMA N 2 Ungaran
mengalami nyeri sedang.
Pengukuran intensitas nyeri menggunakan
pengukuran skala menurut bourbanis. Remaja
putri
sebelum
diberikan
massage
Counterpressure pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol mengalami nyeri sedang
dengan pengukuran skala 4-6 yang berarti
secara obyektif remaja putri mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri

N
14
14

Mean
3,21
4,93

SD
0,893
0,993

T
-4,793

p-value
0,000

dengan tepat dan dapat mendeskripsikan,


pasien dapat mengikuti perintah dengan baik
dan responsif terhadap tindakan manual
(Batbual, 2010).
Nyeri sedang yang dialami remaja
kelompok intervensi dan kelompok kontrol ini
disebabkan
karena
adanya
jumlah
prostalgladin yang berlebih pada darah
menstruasi sehingga merangsang hiperaktivitas
uterus. Prostagladin menyebabkan peningkatan
aktivitas uterus dan serabut serabut syaraf
terminal rangsang nyeri.
Menurut Maryunani (2010), Munculnya
nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya pada organ viseral,
persendian, dinding arteri, hati dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan
respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa
zat kimiawi seperti histamin, brakidini,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang
dilepas apabila tedapat kerusakan pada
jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik
atau mekanis.
Menurut Harel (2006) kombinasi antara
peningkatan
kadar
prostagladin
dan
peningkatan
kepekaan
miometrium
menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400
mmHg
dan
menyebabkan
kontraksi
miometrium yang hebat. Atas dasar itu
disimpulkan bahwa prostaglandin yang
dihasilkan
uterus
berperan
dalam
menimbulkan hiperaktivitas miometrium.
Kontraksi miometrium yang disebabkan oleh
prostagladin akan mengurangi aliran darah,

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

sehingga terjadi iskemia sel sel miometrium


yang
mengakibatkan
timbulnya
nyeri
spasmodic.
Gambaran Tingkat Nyeri Disminore
Remaja Putri Sesudah Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa sesudah diberikan terapi
massage counterpressure pada kelompok
intervensi sebagian besar remaja telah
mengalami nyeri ringan, yaitu sejumlah 9
remaja (64,3%), sedangkan pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi sebagian
besar masih mengalami nyeri sedang sejumlah
12 remaja (85,8%).
Nyeri haid
ringan yang dialami oleh
remaja kelompok intervensi lebih ringan
dibandingkan kelompok kontrol yang masih
mengalami nyeri sedang. Hal ini disebabkan
karena saat massage Counterpresure remaja
merasa rileks yang artinya bahwa pemberian
massage Counterpressure dapat meningkatkan
kadar hormon endorphine yang menghilangkan
rasa sakit secara alamiah. Dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan
terapi apapun akan merasakan nyeri sedang
karena tidak diberikan terapi massage
Counterpressure sehingga remaja putri
merasakan nyeri yang lebih sakit.
Teknik
Counterpressure
dapat
menyebabkan peningkatan endorphine, yang
pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena
merangsang produksi hormon endorphine yang
menghilangkan rasa sakit secara alamiah.
Menurut Avron Goldstein dalam Maryunani
(2010), menyatakan bahwa endorphine
mempengaruhi
transmisi
impuls
yang
diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine
kemungkinan
bertindak
sebagai
neurotransmiter maupun neuromodulator yang
menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi,
adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf
menyebabkan status penurunan dalam sensasi.
Kegagalan
melepaskan
endorphine
memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti
morphine atau endorphine (kadang-kadang
disebut
enkephalin),
kemungkinan
menghambat transmisi pesan nyeri dengan
mengaitkan tempat reseptor opiate pada sarafsaraf otak dan tulang belakang. Kadar
endorphine tinggi sudah jelas akan merasa
kurang nyeri sedangkan kadar endorphine

rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani,


2010).
Nyeri pada saat haid dapat terjadi akibat
problema otot diseputar rongga pinggul. Selain
nyeri, gangguan pada otot ini juga dapat
menimbulkan kejang, tegang otot, hingga sakit
punggung. Untuk mengurangi rasa nyeri ini
ada massage Counterpressure yang bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri secara alamiah.
Pemberian massage counterpressure pada
punggung menstimulasi serabut taktil dikulit
sehingga sinyal nyeri haid dapat dihambat.
Massage counterpressure dapat menyebabkan
peningkatan endorphine, yang pada gilirannya
dapat meredakan nyeri karena merangsang
produksi
hormon
endorphine
yang
menghilangkan rasa sakit secara alamiah.
Nyeri haid ringan juga disebabkan oleh
pengalaman sebelumnya. Remaja yang
sebelumnya pernah mengalami nyeri haid
kemungkinan akan lebih siap menghadapi
nyeri dibandingkan remaja yang belum pernah.
Hal ini memungkinkan bahwa remaja yang
pernah merasakan nyeri haid mengatakan
bahwa nyeri yang dideritanya ini ringan
dibandingkan remaja yang belum pernah
mengalami nyeri haid. Namun demikian,
pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu
berarti bahwa individu akan mengalami nyeri
yang lebih mudah pada masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian nyeri tanpa pernah
sembuh maka rasa takut akan muncul dan juga
sebaliknya. Akibatnya klien akan akan lebih
siap untuk melakukan tindakan tindakan yang
diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Judha,
2012).
Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa
setelah diberikan massage Counterpressure
ada sejumlah 5 remaja pada kelompok
intervensi yang masih mengalami nyeri
sedang. Ini terjadi kemungkinan karena proses
adaptasi yaitu sistem saraf menjadi terbiasa
dengan rangsangan dan organ perasa berhenti
berespon.
Saat haid, pada sebagian perempuan ada
yang mengalami berbagai gangguan haid yang
cukup berat. Misalnya ada sebagian yang
mengalami kram karena kontraksi otot otot
halus pada rahim, sakit kepala, sakit perut,
gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas,
hidung terasa tersumbat, bahkan selalu ingin
menangis. Selain itu ada juga yang mengalami
kemarahan tak berujung pangkal, depresi,

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

kondisi ingin makan yang berlebihan hingga


nyeri haid yang luar biasa. Kondisi ini sering
disebut dengan gejala datang bulan atau PMS
(Anurogo, 2011).
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore
Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian
dapat
diketahui bahwa pada kelompok intervensi
sebelum diberikan massage counterpressure,
rata-rata skala nyeri disminore remaja putri
sebesar 5,36, kemudian berkurang menjadi
3,21 sesudah diberikan teknik massage
counterpressure.
Berdasarkan uji t dependen, didapatkan
nilai t hitung sebesar 7,806 dengan p-value
sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <
(0,05), ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan tingkat nyeri
disminore sebelum dan sesudah dilakukan
massage counterpressure pada kelompok
intervensi pada remaja putri di SMA N 2
Ungaran. Hal ini terjadi karena pemberian
massage counterpressure pada punggung
bagian bawah menstimulasi serabut taktil
dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat.
Mekanisme massage counterpressure dapat
menyebabkan peningkatan endorphine, yang
pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena
merangsang produksi hormon endorphine yang
menghilangkan rasa sakit secara alamiah
(Maryunani, 2010).
Mekanisme massage counterpressure
merangsang produksi endorphin dan menutup
gerbang/gate terhadap rasa nyeri. Menurut
Avron Goldstein dalam Maryunani (2010),
menyatakan bahwa endorphine mempengaruhi
transmisi impuls yang diinterpretasikan
sebagai nyeri. Endorphine kemungkinan
bertindak sebagai neurotransmiter maupun
neuromodulator yang menghambat transmisi
dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine pada
sinaps sel-sel saraf menyebabkan status
penurunan
dalam
sensasi.
Kegagalan
melepaskan endorphine memungkinkan nyeri
terjadi. Opiate, seperti morphine atau
endorphine
(kadang-kadang
disebut
enkephalin),
kemungkinan
menghambat
transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan
tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak
dan tulang belakang. Kadar endorphine tinggi
sudah jelas akan merasa kurang nyeri

sedangkan kadar endorphine rendah akan


mersa lebih nyeri (Maryunani, 2010).
Selain itu, massage counterpressure
menutup gerbang/gate terhadap rasa nyeri.
Gate Control Theory yang diajukan oleh
Melzak dan Wall pada tahun 1965
menejelaskan bahwa mekanisme gate/pintu
sepanjang
sistem
saraf
mengontrol/
mengendalikan transmisi nyeri. Akhirnya, jika
gate terbuka, impuls yang menyebabkan
sensasi nyeri dapat mencapai tingkat
kesadaran. Jika gate tertutup, impuls tidak
mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri
tidak dialam. Keterlibatan neurologis yang
mempengaruhi apakah gate terbuka atau
tertutup, yaitu menyangkut aktifiitas dalam
serat-serat (fibers) saraf besar dan kecil yang
mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri
melalui serat-serat yang berdiameter kecil.
Serat-serat saraf yang berdiameter menutup
gate pada impuls yang melalui serat-serat
kecil. Teknik yang menggunakan stimulasi
kutaneous pada kulit, yang mempunyai banyak
serat berdiameter besar, bisa membantu
menutup gate pada transmisi impuls yang
menimbulkan nyeri, dengan cara demikian
meringankan/ menghilangkan sensasi nyeri.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rohmi,
Winarni dan Sadiyanto (2007) yang berjudul
Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap
pengurangan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Pada Primipara Di RSIA Bunda
Arif Purwokerto Tahun 2011. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimen
dengan pendekatan pre eksperimen desain
yang digunakan Rohmi, Winarni dan
Sadiyanto (2007) adalah one group pretest
posttest untuk mengetahui pengaruh metode
massage
counterpressure
terhadap
pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I
fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah
intervensi.. Adapun populasinya yaitu ibu-ibu
dengan primipara dalam keadaan inpartu kala I
fase aktif persalinan fisiologis. Hasil yang
didapatkan Rohmi, Winarni dan Sadiyanto
(2007) adalah massage counterpressure
mempunyai pengaruh bermakna dalam
menurunkan tingkat nyeri inpartu kala I fase
aktif pada primipara yang dibuktikan dengan
nilai signifikasi 0,0000.

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore


Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada
Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian
dapat
diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang
tidak diberikan terapi sebelum perlakukan ratarata skala nyeri disminore remaja putri sebesar
5,21, sedangkan setelah perlakukan sedikit
berkurang menjadi 4,93.
Berdasarkan uji t dependen, didapatkan
nilai t hitung sebesar 1,472 dengan p-value
sebesar 0,165. Terlihat bahwa p-value 0,165 >
(0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan tingkat nyeri
disminore sebelum dan sesudah perlakuan
pada kelompok kontrol pada remaja putri di
SMA N 2 Ungaran.
Menurut Maryunani (2010), munculnya
nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya pada organ viseral,
persendian, dinding arteri, hati dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan
respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa
zat kimiawi seperti histamin, brakidini,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang
dilepas apabila tedapat kerusakan pada
jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik
atau mekanis.
Selama menstruasi, sel-sel endometrium
yang terke-lupas melepaskan prostaglandin
(kelompok persenyawaan mirip hormon kuat
yang terdiri dari asam lemak esensial.
Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim)
dan memengaruhi pembuluh darah; biasa
digunakan untuk menginduksi aborsi atau
kelahiran) yang menyebabkan iskemia uterus
(penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim)
dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh
darah). Peningkatan kadar prostat telah
terbukti ditemukan pada cairan haid pada
perempuan dengan dismenorea berat. Kadar ini
memang meningkat terutama selama dua hari
pertama haid. Vasopressin (disebut juga:
antidiuretic hormone, suatu hormon yang
disekresi oleh lobus posterior kelenjar pituitari
yang
menyempitkan
pembuluh
darah,
meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi

pengeluaran excretion = air seni) juga


memiliki peran yang sama.
Riset terbaru menunjukkan bahwa
patogenesis dismenorea primer adalah karena
prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu
stimulan miometrium yang kuat dan
Vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah
yang ada di endometrium sekretori. Respons
terhadap inhibitor (penghambat) prostaglandin
pada pasien dengan dismenorea mendukung
pernyataan bahwa dismenorea diperantarai
oleh prostaglandin. Banyak bukti kuat
menghubungkan dismenorea dengan kontraksi
uterus, yang memanjang dan penurunan aliran
darah ke miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat
ditemukan di cairan endometrium perempuan
dengan dismenorea dan berhubungan baik
dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial
prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi
dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan
peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
haid,
peningkatan
prostaglandin
di
endometrium yang mengikuti penurunan
progesterone
pada
akhir
fase
luteal
menimbulkan peningkatan tonus miometrium
dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Menurut Harel (2006) kombinasi antara
peningkatan
kadar
prostagladin
dan
peningkatan
kepekaan
miometrium
menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400
mmHg
dan
menyebabkan
kontraksi
miometrium yang hebat. Atas dasar itu
disimpulkan bahwa prostaglandin yang
dihasilkan
uterus
berperan
dalam
menimbulkan hiperaktivitas miometrium.
Kontraksi miometrium yang disebabkan oleh
prostagladin akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemia sel sel miometrium
yang
mengakibatkan
timbulnya
nyeri
spasmodic.
Pengaruh massage counterpressure terhadap
Tingkat Nyeri Disminore pada remaja putri
di SMA N 2 Ungaran
Berdasarkan
hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pada kelompok intervensi
rata-rata selisih nyeri sebelum sesudah
diberikan massage sebesar 2,14 sedangkan
pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
massage counterpressure memiliki rata-rata
selisih nyeri yang lebih rendah sebesar 0,24.
Berdasarkan uji t independen, didapatkan
nilai t hitung sebesar 5,524 dengan p-value

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

0,000. Karena kedua p-value 0,000 < (0,05),


maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan selisih nyeri desminore
sebelum dan sesudah diberikan massage
counterpressure antara kelompok intervensi
dan kontrol pada remaja putri di SMA N 2
Ungaran. Ini juga menunjukkan bahwa ada
pengaruh signifikan massage counterpressure
terhadap tingkat nyeri desminore pada remaja
putri di SMA N 2 Ungaran. Hal ini
menunjukkan bahwa nyeri haid kelompok
intervensi
lebih
rendah
dibandingkan
kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi
massage Counterpressure
Hal ini karena massage Counterpressure
dapat menyebabkan peningkatan endorphine,
yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri
karena
merangsang
produksi
hormon
endorphine yang menghilangkan rasa sakit
secara alamiah. Menurut Avron Goldstein
dalam Maryunani (2010), menyatakan bahwa
endorphine mempengaruhi transmisi impuls
yang
diinterpretasikan
sebagai
nyeri.
Endorphine kemungkinan bertindak sebagai
neurotransmiter maupun neuromodulator yang
menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi,
adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf
menyebabkan status penurunan dalam sensasi.
Kegagalan
melepaskan
endorphine
memungkinkan nyeri terjadi. Opiate, seperti
morphine atau endorphine (kadang-kadang
disebut
enkephalin),
kemungkinan
menghambat transmisi pesan nyeri dengan
mengaitkan tempat reseptor opiate pada sarafsaraf otak dan tulang belakang. Kadar
endorphine tinggi sudah jelas akan merasa
kurang nyeri sedangkan kadar endorphine
rendah akan mersa lebih nyeri (Maryunani,
2010).
Selain itu, teknik Counterpressure
menutup gerbang/gate terhadap rasa nyeri.
Gate Control Theory yang diajukan oleh
Melzak dan Wall pada tahun 1965
menejelaskan bahwa mekanisme gate/pintu
sepanjang
sistem
saraf
mengontrol/mengendalikan transmisi nyeri.
Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang
menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai
tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls
tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi
nyeri tidak dialam. Keterlibatan neurologis
yang mempengaruhi apakah gate terbuka atau
tertutup, yaitu menyangkut aktifiitas dalam
serat-serat (fibers) saraf besar dan kecil yang

10

mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri


melalui serat-serat yang berdiameter kecil.
Serat-serat saraf yang berdiameter menutup
gate pada impuls yang melalui serat-serat
kecil. Teknik yang menggunakan stimulasi
kutaneous pada kulit, yang mempunyai banyak
serat berdiameter besar, bisa membantu
menutup gate pada transmisi impuls yang
menimbulkan nyeri, dengan cara demikian
meringankan/ menghilangkan sensasi nyeri.
Gangguan sekunder menstruasi yang
paling sering dikeluhkan adalah nyeri sebelum,
saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut
timbul akibat adanya hormon prostaglandin
yang
membuat
otot
uterus
(rahim)
berkontraksi. Bila nyerinya ringan dan masih
dapat beraktivitas berarti masih wajar. Namun,
bila nyeri yang terjadi sangat hebat sampai
mengganggu aktivitas ataupun tidak mampu
melakukan aktivitas, maka termasuk pada
gangguan. Nyeri dapat dirasakan di daerah
perut bagian bawah, pinggang bahkan
punggung.
Dismenore yang sering terjadi adalah
dismenore fungsional (wajar) yang terjadi pada
hari pertama atau menjelang hari pertama
akibat penekanan pada kanalis servikalis (leher
rahim). Biasanya dismenore akan menghilang
atau membaik seiring hari berikutnya
menstruasi. Dismenore yang non fungsional
(abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang
dirasakan terus menerus, baik sebelum,
sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya.
Kalau hal itu terjadi, penyebab paling sering
yang dicurigai adalah endometriosis atau kista
ovarium.
Nyeri pada saat haid dapat terjadi akibat
problema otot diseputar rongga pinggul. Selain
nyeri, gangguan pada otot ini juga dapat
menimbulkan kejang, tegang otot, hingga sakit
punggung. Untuk mengurangi rasa nyeri ini
ada massage Counterpressure yang bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri secara alamiah.
Pemberian massage counterpressure pada
punggung menstimulasi serabut taktil dikulit
sehingga sinyal nyeri haid dapat dihambat.
Massage counterpressure dapat menyebabkan
peningkatan endorphine, yang pada gilirannya
dapat meredakan nyeri karena merangsang
produksi
hormon
endorphine
yang
menghilangkan rasa sakit secara alamiah.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rohmi,
Winarni dan Sadiyanto (2007) yang berjudul

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap


pengurangan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Pada Primipara Di RSIA Bunda
Arif Purwokerto Tahun 2011. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimen
dengan pendekatan pre eksperimen desain
yang digunakan Rohmi, Winarni dan
Sadiyanto (2007) adalah one group pretest
posttest untuk mengetahui pengaruh metode
massage
counterpressure
terhadap
pengurangan intensitas nyeri persalinan kala I
fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah
intervensi.. Adapun populasinya yaitu ibu-ibu
dengan primipara dalam keadaan inpartu kala I
fase aktif persalinan fisiologis. Hasil yang
didapatkan Rohmi, Winarni dan Sadiyanto
(2007) adalah massage counterpressure
mempunyai pengaruh bermakna dalam
menurunkan tingkat nyeri inpartu kala I fase
aktif pada primipara yang dibuktikan dengan
nilai signifikasi 0,0000.

disminore remaja putri sebesar 5,36, kemudian


berkurang menjadi 3,21 sesudah diberikan
teknik massage counterpressure.
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore
Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada
Kelompok Kontrol. Pada kelompok kontrol
yang tidak diberikan terapi sebelum
perlakukan rata-rata skala nyeri disminore
remaja putri sebesar 5,21, sedangkan setelah
perlakukan sedikit berkurang menjadi 4,93.
Pengaruh
massage
counterpressure
terhadap Tingkat Nyeri Disminore pada remaja
putri di SMA N 2 Ungaran. pada kelompok
intervensi
sesudah
diberikan
massage
counterpressure,
rata-rata
skala
nyeri
disminore remaja sebesar 3,21, sedangkan
pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
massage, memiliki rata-rata skala nyeri yang
lebih tinggi sebesar 4,93.

Keterbatasan Penelitian
Faktor psikologis yang mempengaruhi
nyeri haid seperti tingkat stres tidak di teliti,
dimana faktor psikologis ini juga yang penting
dalam meningkatnya drajat nyeri haid pada
remaja putri.
Kondisi Fisik remaja putri yang
mengalami gangguan haid juga mengalami
nyeri haid tetapi tidak di perhatikan, diman
nyeri haid bukan karena keadan yang normal
tetapi yang tidak normal juga bisa terjadi nyeri
haid yang berlebih.

Diharapkan bidan dapat melakukan


massage counterpressure sebagai pengobatan
alternatif untuk mengatasi nyeri haid karena
melakukan
massage
counterpressure
merupakan metode yang aman, murah tanpa
efek samping.
Bagi institusi pendidikan hendaknya dapat
menambah
referensi
sebagai
bahan
kepustakaan, sebagai bahan referensi bagi
dosen dan mahasiswa kesehatan khususnya
mahasiswa kebidanan.

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri
Sebelum Dilakukan massage counterpressure
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol adalah
12 remaja putri kelompok intervensi (85,7%),
sedangkan 13 remaja pada kelompok kontrol
(92,9%) mengalami nyeri sedang.
Gambaran Tingkat Nyeri Disminore
Remaja Putri Sesudah Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol yaitu sejumlah 9 remaja (64,3%)
mengalami nyeri ringan, sedangkan sejumlah
12 remaja (85,8%)mengalami nyeri sedang.
Perbedaan Tingkat Nyeri Disminore
Sebelum dan Sesudah Dilakukan massage
counterpressure pada Kelompok Intervensi.
Pada kelompok intervensi sebelum diberikan
massage counterpressure, rata-rata skala nyeri

[1] Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan


Proses
Keperawatan
Nyeri.
Yogyakarta.Ar- Ruzz Media
[2] Anurogo D, Wulandari A. ( 2012). Nyeri
haid. Yogyakarta: ANDI
[3] Balipemkes Kemenkes RI. (2010). Riset
Kesehatan Dasar 2010. Diaskes tanggal
2 april 2014 jam 18.03 WIB, dari
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Ha
sil%20Penelitian/Karakteristik%20Demo
grafis/2011/Kajian%20profil%20pendudu
k%20Remaja20(10%20%2024%20tahun).
pdF
[4] Batbual,
B
Hypnobirthing.
Publishing

(2010).
Hypnosis
Yogyakarta. Gosyen

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

11

[5] Dahlan, Sopiyudin (2009). Besar Sampel


dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta :
Salemba Medika

[13] Nursalam, (2010). Konsep dan Penerapan


Metodologi
Penelitian
Ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

[6] Hidayat, A (2009). Metode Penelitian


Kebidanan
dan
Teknik
Analisis
Data.Jakarta: Salemba Medika

[14] Proverawati A, Misaroh S. ( 2009).


Menarche. Yogyakarta. Nuha Medika.

[7] Johariah, Wahyu E. ( 2012). Buku Ajar


Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: TIM
[8] Judha M, Sudarti, Fauziah A. (2012).
Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan.Yogyakarta.Nuha Medika
[9] Kilbourn M, Mckay P, Swan D. (1998).
Kesehatan
Reproduksi
Remaja
Membangun Perubahan yang Bermakna.
Diakses tanggal 7 April 2014 jam 15.00
WIB
dari
http://www.path.org/publications/files/Ind
onesian_16-3.pdf.
[10] Maryunani, A (2010). Nyeri Dalam
Persalinan. Jakarta. CV.Trans Info Media
[11] Marmi,
(2013).
Kesehatan
Reproduksi.Yogyakarta. Pustaka Pelajar
[12] Notoadmodjo, S (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

12

[15] Sugyono, (2012). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung : Alfabeta
[16] Sukarni I, Margareth. ( 2013). Kehamilan,
Persalinan dan Nifas. Yogyakarta. Nuha
Medika
[17] Yanti. (2009). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan
Persalinan.
Yogyakarta.
Pustaka Rihama
[18] Wahyuni D, Rahmadewi. (2011). Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan- BKKBN. Diaskes tanggal
2 April 2014 jam 18.05 WIB, dari
http://www.bkkbn.go.id/publikasi/docume
nts/policy%20brief%20remaja%20%20pe
rkawinan%20dini.pdf.
[19] Zuliyati, I. (2013).Efektifitas Teknik
Efflurage dan Kompres Hangat Terhadap
Penurunan tingkat Disminore pada siswi
SMAN 1 Gresik tahun 2013. Diaskes
tanggal 2 april 2014 jam 18.10 WIB, dari
http://lppmunigresblog.files.wordpress.co
m/2013/06/jurnal-iin.pdf

Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada remaja Putri
Di SMAN 2 Ungaran Kabupaten Semarang

Anda mungkin juga menyukai