NARISWARI PRAMEGIA
07120110074
BAB I
PENDAHULUAN
-
Infeksi
SSP
menjadi
masalah
yang
perlu
diperhatikan
karena
Meningitis merupakan salah satu infeksi SSP yang masih sering terjadi
di negara berkembang. Terbanyak disebabkan oleh virus dan bakteri
BAB 2
ISI
DEFINISI
Meningitis : radang yang mengenai sebagian atau semua lapisan
selaput otak yang membungkus jaringan otak sampai sumsum
tulang belakang yang terdiri dari Duramater,
Arachnoid
dan
Piamater.
ETIOLOGI
Meningitis Purulenta
Di Jakarta : paling banyak Pneumokokkus dan H.
influenza
Di negeri barat : meningokokus
Neonatus
Dewasa
E. Coli
H. Influenza
Pneumokokus
Streptokokus
Pneumokokus
Meningokokus
Stafilokokus
Meningokokus
Stafilokokus
pneumokokus
E. Coli
Streptokokus
Streptococcus
H. influenza
Meningitis Serosa
serta lambat
EPIDEMIOLOGI
Meningitis Purulenta
menyerang anak usia <2 tahun, puncak : usia 6-18 bulan
Penyebab utama anak : Haemophilus influenzae tipe B (Hib)
dan Streptococcus pneumoniae
Hib menurun 94%, dan S. pneumoniae menurun dari 51,598,2 kasus/100.000 anak usia 1 tahun menjadi 0 kasus setelah
4 tahun program imunisasi nasional PCV7 dilaksanakan.
Di
Indonesia,
kasus
tersangka
meningitis
purulenta
Meningitis Viral
Mumps 10-20%
Bakteremia
2. Faktor Mikroorganisme
Neisseria : lebih mudah diterapi tanpa gejala sisa
Pneumokokus dan Streptococus lebih sulit dan fatal
3. Faktor Lingkungan
kepadatan
Kebersihan kurang
Pendidikan dan sosioekonomi rendah
Meningen
Tuberkel
Penyebaran hematogen
Multiplikasi
Daya tahan
tubuh turun
MENINGITIS TUBERKULOSA
Ruptur tuberkel
Inokulasi dan Replikasi virus pada sistem organ awal (sistem respi
dan GI)
ditandai
dengan
fontanella
moaning cry
yang
mencembung,
strabismus,
diplopia,
ptosis,
reaksi
pupil
lambat,
demam tinggi
- opistotonus
edema papil
Hiperglikemia
- hiperpireksia
Meningitis Viral
DIAGNOSIS
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Cairan Otak (Lumbal Pungsi)
LP
PURULENTA
SEROSA
Warna
Keruh
Jernih
Sel
PMN 1000-10000
MMN 300-500
Protein
100-500 mg%
100-500 mg%
Glukosa
0-40 mg%
Rendah
Klorida
650-680
510
Mikroorganisme
Kultur
Khusus/Ziehl-Nielsen
dalam
tabung
reaksi
24
jam
Kadar glukosa
Normal di CSF :60% dari gluokosa darah
TB dan purulenta
% tetapi tidak
hipoglikorazia.
Kadar klorida
normal pada stadium awal, kemudian menurun
Pemeriksaan Darah
TB : LED meningkat 80% kasus
Leukosit meningkat sampai 20.000
04 mm
(-) : tidak ada infeksi M. tuberculosa.
39 mm
meragukan : kesalahan teknik, reaksi silang
dengan Mycobacterium
vaksinasi BCG.
10 mm
(+) : sedang atau pernah terinfeksi M. tuberculosa
atypic atau
setelah
Foto toraks
menunjukkan tanda infeksi tuberkulosis aktif (infiltrat
terutama di apex paru)
CT-scankepala
adanya dan luasnya kelainan di daerah basal atau
hidrosefalus
enhancementdi
daerah
basal,
tampak
hidrosefalus
KOMPLIKASI
Meningitis Purulenta
kejang (30-40% pada anak)
Koma
Edema serebri
gangguan pendengaran
disfungsi saraf kranial
Paralisis fokal
Kebutaan
Efusi subdural
Hidrosefalus
SIADH
Fase akut : bakteri menembus rintangan darah otak melalui tempat lemah
(mikrovaskular / pleksus koroid) karena merupakan media pertumbuhan baik
masuk CSF menyebar ke ventrikel ke seluruh ruang subaraknoid
bahan toksik menyebabkan hiperemia pembuluh darah +migrasi neutrofil ke
subaraknoid
merangsang kongesti dan peningkatan permeabilitas
merangsang PMN menembus endotel melalui tight junction untuk fagosit bakteri
Terbentuk eksudat dan debris di subaraknoid
Selanjutnya terjadi eksudasi fibrinogen (di minggu kedua sel fibroblas muncul)
Jaringan fibrosis
-Di sisterna basalis hidrosefalus komunikan
-Di aquadectus sylvii, foramen Luscha , Magendi
hidrosefalus obstruktif :
Vaskuliitis
Kejang
terjadi hampir 1 dari 5 pasien
40% pada usia <1 tahun
Iskemik difus SSP atau komplikasi sistemik kematian
Walaupun terapi antibiotik efektif, komplikasi neurologis
tetap terjadi pada 30% pasien
Tuli
Terutama : S.penumoniae
Tuli konduktif karena infeksi telinga tengah yang
menyertai meningitis mastoiditis karena perluasan
infeksi
Tuli sensorineural karena sepsis koklear (paling sering)
atau kelainan N.VIII.
SIADH
Peradangan sekresi ADH berlebih kelenjar hipofisis posterior
Keadaan hiponatremia dan hipo-osmolalitas meskipun keadaan
volume
plasma
normal
atau
meningkat
gejala
water
curiga jika :
Efusi Subdural
demam setelah 72 jam pemberian antibiotic +obat suportif adekuat
ubun-ubun besar tetap membonjol
gambaran klinis meningitis tidak membaik
kejang fokal atau umum, timbul kelainan neurologis fokal atau
muntah
Diagnosis : transiluminasi kepala atau pencitraan. Positif bila daerah
translusen asimetri, pada bayi <6 bulan >3cm, dan >6 bulan >2 cm.
efusi subdural mempunyai 4 kemungkinan: a. kering sendiri, bila
jumlahnya sedikit; b.menetap atau bertambah banyak; c. membentuk
membrane yang berasal dari fibrin; d. menjadi empiema
Pengobatan : kontroversial biasanya : tap subdural tiap 2 hari
(selang sehari) sampai kering. Satu kali tap maksimal 30 ml di kedua
sisi. Cairan berwarna xantocrom pada mulanya, setelah beberapa tap
menjadi kuning muda. Bila dalam 2 minggu tidak kering konsul bedah
saraf. Dalam 2 minggu tersebut dapat tumbuh membran dari fibrin
yang menghalangi pertumbuhan otak dan membran membentuk
neovaskular yang ujungnya menempel di korteks serebri dapat
menjadi fokus iritatif - epilepsi kemudian hari
Araknoiditis
Peradangan kronik dan fibrous dari leptomeningen (araknoid dan
piameter) biasa pada kanalis spinalis paling sering vertebra
torakalis, lalu lumbalis dan servikalis
Gejala pertama : nyeri spontan, radikuler lalu gangguan motorik
berupa paraplegi dan tetraplegia
Vaskuliitis
Sekuele
Hidrosepalus
SIADH
diberikan untuk :
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edem cerebri
Mencegah perlengketan arachnoid dan otak
Mencegah arteritis/ infark otak
Indikasi :
Kesadaran menurun
Defisit neurologi fokal
amoniglikosida
atau
BAKTERI
ANTIBIOTIK
Neonatus
Tak diketahui
Ampisilin + gentamisin
Streptokokus grup B
Penisilin G
E. Koli
Ampisilin + Gentamisin
Pseudomonas
Gentamisin
Klebsiela
Gentamisin
Listeria
Ampisilin
Bayi dan anak kecil
Tidak diketahui
Ampisilin + kloramfenikol
Penisilin + kloramfenikol /
Sefalosforin (sefotaksim, Seftriakson)
Streptokokus Pneumoniae
Penisilin G
Ampisilin + gentamisin
Kloramfenikol
Anak dan orang dewasa
Penisilin G
Meningitis Viral
Kebanyakan jinak dan self limited teori suportif
Manajemen antivirus masih kontroversial
Beberapa ahli tidak menganjurkan terapi antivirus kecuali
bila diikuti dengan ensefalitis
PENCEGAHAN
Meningitis Bakterial
vaksin PCV : 2,4,6, 12-15 bulan
Bila diberikan pada usia 7-12 bulan : 2 kali interval 2 bulan, >1
tahun : 1 kali
dimana keduanya dilanjutkan dengan booster sebanyak 1 kali
pada usia >12 bulan minimal 2 bulan setelah dosis terakhir
>2 tahun : hanya satu kali
Vaksin HiB : dapat dikombinasikan dengan vaksin lainnya.
usia 2, 4, dan 15-18 bulan.
Meningitis TB
Vaksin BCG : Dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimalnya usia 2
bulan.
> 3 bulan : uji tuberkulin
Meningitis viral :
Cegah infeksi virus dengan cuci tangan , jaga kebersihan bendabenda, hindari mencium, bertukar gelas dan alat-alat lain dengan
seorang yang sakit
TERIMA KASIH