7.1 Pendahuluan
Bilamana dua buah rangkaian atau lebih yang terhubung secara langsung atau
tidak satu sama lainnya, akan tetapi mempunyai pangaruh antara satu sama lainnya
secara magnetik, diakibatkan adanya medan magnet disalah satu rangkaian tersebut,
maka rangkaian tersebut dikatakan rangkaian gandeng magnetik ( magnetically couple).
Pada beberapa peralatan listrik yang dibuat berdasarkan prinsip di atas, misalnya
seperti transformator yang dipergunakan pada sistem tenaga listrik yang fungsinya untuk
mentransfer energi listrik dari suatu loop ke loop yang lainnya pada frekuensi tetap.
Transformator ini ada yang disebut sebagai transformator penaik tegangan (step up) atau
sebagai penurun tegangan (step down), dan selain itu transformator juga pada peralatan
elektronika.
Apabila dua buah induktor / kumparan / koil (N1 dan N2) yang berdekatan satu
sama lainnya, dan bilamana salah satu kumparan dialiri oleh arus (misalnya N1) tersebut
akan timbul fluksi magnetik, dimana fluksi ini ada yang merambat ke kumparan N2, yang
mana fluksi yang merambat ke kumparan N2 akan menimbulkan tegangan pada
kumparan N2 (sering disebut sebagai tegangan induksi), maka fenomena di atas dikenal
dengan induksi timbal balik (mutual indutance). Sebagai ilustrasi perhatikan gambar
rangkaian di bawah ini :
Gambar 7.1 Fluksi magnetik yang dibangkitkan pada kumparan dengan N belitan.
165
d
dt
(7.1)
akan tetapi karena fluksi yang dihasilkan oleh arus I, maka dapat dikatakan perubahan
fluksi juga diakibatkan oleh perubahan arus, atau dituliskan dengan :
vN
d di
.
di dt
(7.2)
Sebagaimana diketahui bilamana sebuah induktor dialiri arus, maka akan terjadi
tegangan pada induktor tersebut sebesar :
vL L
di
dt
(7.3)
d
dt
(7.4)
dimana fluksi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu 11 dan 12. Fluksi 11 ini adalah
fluksi yang hanya melingkupi N1, sedangkan fluksi 12 adalah fluksi yang berasal dari
kumparan N1 yang melingkupi kumparan N2. Sehingga dengan demikian besar fluksi
yang timbul pada kumparan N1 akibat adanya arus yang mengalir pada kumparan ini
dapat dituliskan dengan :
1 11 12
(7.5)
maka walaupun kedua kumparan ini secara fisik terpisah, akan tetapi mereka dikatakan
terhubung secara magnetik.
Karena adanya 1, maka pada kumparan N1 terjadi tegangan induksi sebesar :
v1
d1
dt
(7.6)
Selanjutnya karena adanya 12, maka pada kumparan N2 akan timbul juga tegangan
induksi sebesar :
v2
d12
dt
(7.7)
Adapun fluksi-fluksi yang ada pada kumparan N1, disebabkan oleh karena adanya
arus i1 yang mengalir pada kumparan N1, yang mana fluksi ini akan menimbulkan
tegangan induksi v1 pada kumparan N1 seperti yang diperlihatkan oleh Persamaan (7.6).
Oleh karena itu Persamaan (7.6) ini dapat dibuat dalam bentuk :
v1 N1
d1 di1
di
.
L1 . 1
dt dt
dt
(7.8)
d1
dt
(7.9)
dimana :
L1 N1
v2 N 2
d12 di1
.
di1 dt
(7.10)
bila dimisalkan :
M12 N 2
d12
di1
(7.11)
167
v 2 M12
di1
dt
(7.12)
dimana M21 ini disebut sebgai induktansi timbal balik dari kumparan N2 akibatnya 12
dari kumparan N1, dimana subskrit 21 mengindikasikan hubungan tegangan induksi pada
kumparan N2 dengan arus pada kumparan N1.
Selanjutnya apabila arus i2 yang mengalir pada kumparan N2, seperti gambar
berikut ini:
Gambar 7.3 Induktansi timbal balik M12 pada kumparan N1 yang diakibatkan kumparan N2
Apabila kumparan N2 dialiri arus i2, maka pada kumparan N2 ini timbul fluksi 2,
dimana fluksi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu 22 dan 21. Fluksi 22 adalah fluksi
yang hanya melingkupi N2 sedangkan fluksi 21 adalah fluksi yang bersasal dari
kumparan N2 yang melingkupi kumparan N1. Sehingga dengan demikian besar fluksi 2
yang timbul pada kumparan N2 akibat adanya arus i2 yang mengalir pada kumparan ini
dapat dituliskan dengan :
2 22 21
(7.13)
v2
d 2
dt
(7.14)
selanjutnya karena adanya 21 pada kumparan N1, maka pada kumparan N1 akan timbul
juga tegangan induksi sebesar :
168
v1 N1
d 21
dt
(7.15)
Adapun fluksi-fluksi yang ada pada kumparan N2, disebabkan oleh karena adanya
arus i2 yang mengalir pada kumparan N2, yang mana fluksi ini akan menimbulkan
tegangan induksi v2 pada kumparan N2 seperti yang diperlihatkan oleh Persamaan (7.14),
oleh karena itu Persamaan (7.14) ini dapat dibuat dalam bentuk :
v2 N2
d 2 di 2
di
.
L2 2
dt dt
dt
(7.16)
d 2
dt
(7.17)
dimana :
L2 N2
disebut sebagai induktansi diri (self-indutance) dari kumparan N2. Karena pada
kumparan N1, hanya ada 21 , dimana fluksi ini timbul karena adanya arus i2 yang
mengalir pada kumparan N2, oleh sebab itu Persamaan (15) dapat dituliskan :
v1 N1
d 21
d di
di
N1 21 . 2 M12 2
dt
dt dt
dt
(7.18)
dimana :
M12 N1
d 21
dt
(7.19)
M12 disebut sebagai induktansi timbal balik (mutual-indutance) dari kumparan N1 akibat
adanya fluksi 21 dari kumparan N2.
Dari penganalisaan M21 dan M12, maka dapat disimpulkan bahwa induktansi
timbal balik terjadi karena adanya tegangan induksi pada suatu rangkaian, akibat adanya
perubahan arus perwaktu pada rangkaian lainnya. Hal ini merupakan sifat induktor,
dimana pada suatu induktor akan terjadi tegangan induksi akibat adanya arus yang
merupakan fungsi waktu yang mengalir pada induktor lain yang dekat dengannya,
sehingga dapat dikatakan :
Induktansi timbal balik M yang satuannya dalam henry [H] adalah ukuran
kemampuan suatu induktor untuk menginduksikan tegangan pada induktor lain
yang berdekatan dengannya.
169
di
dt bisa berharga positif atau negatif. Adapun salah satu
di
dt , bila arah belitan terlihat dengan jelas
(a)
(b)
Gambar 7.4 Aturan tangan kanan (a) untuk tanda M positif (b) untuk tanda M negatif
170
Selain aturan dari tangan kanan Lenz untuk menentukan tanda aljabar dari
di
dt ,
di
dt adalah positif.
(a)
(b)
Gambar 7.5 Aturan dot untuk arus sama-sama menuju atau meninggalkan tanda dot
(a) Sama-sama menuju tanda dot (b) Sama-sama meninggalkan tanda dot
2. Apabila salah satu arus menuju tanda dot, sedangkan yang lain meninggalkan
tanda dot, maka tanda aljabar dari
di
dt adalah negatif.
Gambar 7.6 Arus menuju tanda dot dan yang lain meninggalkan tanda dot
Catatan :
171
Adapun yang dimaksud dengan arus menuju tanda dot adalah bilamana tanda
panah arus lebih dahulu mengenai tanda dot baru kemudian tanda kumparan.
Sedangkan yang dimaksud arus meninggalkan tanda dot adalah apabila tanda panah
arus lebih dahulu mengenai tanda kumparan baru kemudian mengenai tanda dot.
1 2
Li
2
(7.20)
maka untuk menentukan energi yang tersimpan pada suatu rangkaian gandeng magnetik,
perhatikan gambar berikut ini :
Gambar 7.8 Rangkaian untuk memperlihatkan energi yang tersimpan dalam rangkaian gandeng
172
Kemudian arus i1 dinaikkan/ diperbesar dari nol sampai I1 sedangkan i2 tetap nol,
maka daya pada kumparan L1 adalah :
p1 (t ) v1.i1 i1L1
di1
dt
(7.21)
w1 p1.dt L1 i1di1
0
1
L1I12
2
(7.22)
selanjutnya harga i1 = I1 dipertahankan tetap, maka kemudian arus i2 dinaikkan dari nol
sampao I2, maka tegangan induksi timbal balik pada kumparan L1 adalah
M12
di 2
dt ,
sedangkan tegangan induksi bersama pada kumparan L2 adalah nol (karena i1 tidak
berubah dengan perubahan waktu), maka daya pada kumparan L2 ini adalah sebesar :
p 2 ( t ) i1M12
di 2
di
di
i 2 .v 2 I1M12 2 i 2 .L 2 2
dt
dt
dt
(7.23)
I2
w 2 p 2 dt M12 I1 di 2 L 2 i 2 di 2 M12 I1 I 2
0
1
L2I 22
2
(7.24)
Maka total energi yang tersimpan pada kedua kumparan, bilamana arus i1 dan i2
memiliki harga yang konstan adalah :
w w1 w 2
1
1
L1I12 L 2 I 2 2 M 12 I1I 2
2
2
(7.25)
Seandainya peninjauan dibalik, yaitu arus i2 terlebih dahulu dinaikkan dari nol
sampai I2 dan kemudian barulah i1 dinaikkan dari nol sampai I1, maka total energi yang
tersimpan pada kedua kumparan adalah :
w
1
1
L1I12 L 2 I 2 2 M 21I1I 2
2
2
(7.26)
terlihat bahwa energi total yang tersimpan pada kedua kumparan pada Persamaan (7.25)
dan (7.26) adalah sama, dan bilamana kedua persamaan ini disamakan, akan diperoleh :
173
M12 M 21 M
(7.27)
1
1
L1I12 L 2 I 2 2 M.i1
2
2
(7.28)
Pada Persamaan (7.28) tanda aljabar M diambil positif sesuai dengan Gambar 7.8,
dimana kedua arus i1 dan i2 sama-sama menuju tanda dot, akan tetapi seandainya Gambar
7.8, seperti berikut :
Gambar 7.9 Rangkaian untuk memperlihatkan energi yang tersimpan dalam rangkaian gandeng
1
1
L1I12 L 2 I 2 2 M.I1I 2
2
2
(7.29)
1
1
L1i12 L 2 i 2 2
M.i1i 2
2
2
(*)
(7.30)
Adapun energi yang tersimpan pada rangkaian gandeng (kumparan) tidak pernah
berharga negatif. Hal ini kaena induktor adalah merupakan kmponen pasif. Ini berarti
bahwa besaran pada sisi kanan Persamaan (7.29) ini tidak akan pernah negatif (lebih
besar atau sama dengan nol) :
1
1
L1i12 L 2 i 2 2 M.i1i 2 0
2
2
(7.31)
Bilamana Persamaan (7.31) ini ditarik akarnya, dan kemudian kedua sisinya
ditambahkan dan dibagikan dengan i1i 2 L1L 2 , maka akan diperoleh :
174
L1L 2 M 0
atau :
M L1L 2
(7.32)
maka dari Persamaan (7.32) ini terlihat bahwa harga induktansi timbal balik M tidak
akan pernah lebih besar dari induktansi diri L1 dan L2, dan adapun batas limit / harga
yang paling besar dari M dinyatakan dengan :
k
M
L1L 2
(7.33)
atau :
M k L1L 2
(7.34)
12
k 12
1
22 21
(7.35)
21
k 21
2
22 21
(7.36)
atau :
Contoh :
Suatu rangkaian gandeng magnetik seperti di bawah ini :
175
Carilah bentuk persamaan tegangan pada rangkaian gandeng di atas dalam wawasan
waktu dan wawasan frekuensi.
Jawab :
Rangkaian sperti di atas adalah rangkaian dalam wawasan waktu, maka manurut
hukum tegangan Kirchhoff, persamaan tegangan pada :
Loop 1 :
v1 R 1i1 L1
di1
di
M 2
dt
dt
Loop 2 :
v 2 R 2i 2 L 2
di 2
di
M 1
dt
dt
Loop 2 :
Contoh :
Hitunglah berapa besar arus phasor I1 dan I2 pada rangkaian di bawah ini :
176
Jawab :
Persamaan tegangan pada loop 1 :
atau :
I2
190.I1 120
390
390
atau :
I 2 0,3330.I1 4 90
(a)
3 90.I1
0.223 116,56.I1
13,4126,56
(b)
(0,234.I1 j0,199).I1 4 90
atau :
0,307 40,37.I1 4 90
atau :
I1
4 90
13,029 49,63 A
0,307 40,37
177
I 2 0,3330.(13,029 49,63) 4 90
atau :
I 2 4,338 49,63 j4
atau :
I 2 2,809 j3,305 j4
atau :
I 2 2,809 j0,695
atau :
I 2 2,8913,89 A
Contoh :
Perhatikan rangkaian di bawah ini :
Carilah harga k dan energi yang tersimpan dalam rangkaian gandeng ini selama 1 detik.
Jawab :
Besar konstanta gandeng k adalah :
k
M
L1 .L 2
2,5
5x 4
0,56
Untuk mencari energi yang tersimpan dalam rangkaian gandeng ini, maka semua
besaran yang ada dalam rangkaian harus besaran wawasan frekuensi.
Disini = 4 rad/det
Wawasan Waktu
Wawasan Frekuensi
60 30 o
L1 = 5 H
j L1 = j 20
L2 = 4 H
j L2 = j16
C = 0,0625 F
1/j C = -j4
178
R = 10
R = 10
j M = j10
M = 2,5 H
Persamaan Loop 1 :
(*)
Persamaan Loop 2 :
jM.I1 ( jL 2 jC).I 2 0
atau :
j10.I1 j12.I 2 0
atau :
I1
j12.I 2
j10
atau : I1 1,2.I 2
(**)
I2
6030
6030
3,255160,6 A
(12 j4) 18,432 130,6
I1 1,2.(3,255160,6) 3,904160,6
179
atau :
1
1
L1i12 L 2 i 2 2 Mi1i 2
2
2
atau :
w
1
1
(5)(3,386) 2 (4)(2,824) 2 (2,5)(3,386)(2,824)
2
2
atau :
180
(7.37)
0 jL1.I1 (R 2 jL 2 Z L ).I 2
(7.38)
I2
jL1.I1
(R 2 jL 2 Z L )
(7.39)
jL1.I1
(R 2 jL 2 Z L )
atau :
V (R jL1 ).I1
2 M 2 I1
(R 2 jL 2 Z L )
atau :
2 M 2
.I1
V (R jL1 )
(
R
Z
)
2
2
L
maka diperoleh :
Zin
V
2 M 2
(R jL1 )
I1 (R 2 jL 2 Z L )
(1)
(2 )
(7.40)
Terlihat dari Persamaan (7.40) terbagi menjadi dua bagian, dimana bagian (1)
merupakan impedansi primer, sedangkan bagian (2) menyatakan adanya kopling antara
181
belitan primer dan sekunder dan ini menyatakan seolah-olah impedansi ini direpleksikan
ke sisi primer, sehingga impedansi ini sering disebut dengan impedansi refleksi (relected
impedance) ZR :
ZR
2 M 2
(R 2 jL 2 Z L )
(7.41)
Terlihat dari Persamaan (7.40) dan (7.41) bahwa penempatan tanda dot tidak
berpengaruh pada suatu transformator, karena hasilnya akan sama dengan menempatkan
M ataupun M.
Gambar 7.11 Transformator linier (a) Rangkaian ekivalen ; (b) Hubungan T ; (c) Hubungan
Dari Gambar 7.11a, adalah rangkaian tergandeng secara magnetik, dan dapat
dituliskan persamaan tegangan pada setiap loop, yaitu :
182
V1 jL1I1 jMI 2
(7.42)
V2 jMI1 jL 2 I 2
(7.43)
Persamaan (7.42) dan (7.43) ini dapat disusun dalam bentuk matrik sebagai berikut
V1 jL1
V jM
2
jM I1
jL 2 I 2
(7.44)
V jMI 2
I1 1
jL1
(7.45)
V2 jL 2 I 2
jM
(7.46)
V1 jMI 2 V2 jL 2 I 2
jL1
jM
atau :
atau :
jL1V2 jMV1
2
M L1L 2
jL1V2
2
M L1L 2
jMV1
2
M 2 2 L1L 2
atau :
jL1
jM
V
V
I2
2
2 M 2 2 L L
2 M 2 2 L L 1
1 2
1 2
atau :
jL1
I2
L1L 2 M 2
jM
V2
V1
(L1L 2 M 2 )
atau :
jL1
jM
I2
V1
2
(L1L 2 M )
L1L 2 M 2
V2
atau :
183
L1
M
I2
V1
2
j(L1L 2 M )
j L1L 2 M 2
V2
(7.47)
V2
jL 2 I 2
j M
j M
I1
jL
V2
2
jM jM
MV1
L1V2
2
j(L1L 2 M ) j L1L 2 M 2
atau :
I1
jL
V2
2
jM jM
L1V2 MV1
j(L1L 2 M 2 )
atau :
I1
jL
V2
2
jM jM
L1V2
MV1
j L1L 2 M 2
j(L1L 2 M 2 )
I1
V2
jL 2 L1V2
jL 2 MV1
jM 2 M L1L 2 M 2 2 M(L1L 2 M 2 )
atau :
atau :
I1
V2
jL 2 MV1
jL 2 L1V2
2
2
2
jM M(L1L 2 M ) M L1L 2 M 2
atau :
I1
V2
jL MV1 L 2 L1V2
2
jM M(L1L 2 M 2 )
atau :
I1
atau :
I1
atau :
I1
L 2 M 2 V1 V2 M 3
j 2 M 2 ( L1L 2 M 2 )
M 2 ( L 2 V1 MV2 )
j 2 M 2 ( L1L 2 M 2 )
atau :
184
I1
L2
2
j( L1L 2 M )
V1
M
j( L1L 2 M 2 )
V2
(7.48)
Sehingga Persamaan (7.47) dan (7.48) disusun dalam bentuk matrik adalah :
L2
I1 j(L1L 2 M 2 )
I
M
2
2
j(L1L 2 M )
j(L1L 2 M 2 ) V1
L1
V2
j(L1L 2 M 2 )
(7.49)
(7.50)
V2 jMI1 j(L b L c )I 2
(7.51)
V1 j(L a L b )
V
jL c
2
jL c
I1
j(L b L c ) I 2
(7.52)
L a L1 M
Lc M
Lb L2 M
(7.53)
1
1
I1 jL A jL C
I
1
2
jL C
1
j
L
C
V1
1
1 V2
jL B jL C
(7.54)
185
Maka dengan menyamakan matrik admitansi dari Persamaan (7.49) dan (7.54),
maka diperoleh :
L L M2
LA 1 2
L2 M
L L M2
LB 1 2
L1 M
L1L 2 M 2
LC
M
(7.55)
Contoh :
Dari rangkaian dibawah ini carilah besar impedansi input dan arus I1
Jawab :
Adapun besar impedansi input :
Zin Z1 jXL1
2 M 2
52
(60 j100) j20
Z2 ZL
(30 j40) (80 j60)
atau :
25
25
(60 j80)
(110 j100)
148,6642,27
atau :
I1
V1
5060
0,5113,07 A
Z in 99,86 53,07
Contoh :
Buatlah rangkaian ekivalen hubungan T dari transformator linear dibawah ini :
Jawab :
Dalam hubungan T berlaku :
L a L1 M 10 2 8 H
Lc M 2 H
Lb L2 M 4 2 2 H
maka rangkaian ekivalennya :
Contoh :
Carilah rangkaian ekivalen hubungan dari rangkaian transformator linear
dibawah ini :
187
Jawab :
Dalam hal ini :
L L M 2 10.4 2 2
LA 1 2
18 H
L2 M
42
L L M 2 10.4 2 2
LB 1 2
4,5 H
L1 M
10 2
L L M 2 10.4 2 2
LC 1 2
18 H
M
2
harga koefisien
gandeng k = 1 yang terdiri dari dua atau lebih kumparan dengan jumlah belitan yang
banyak yang dililitkan pada inti dari bahan yang memiliki permeabilitas yang tinggi,
yang mana hal ini menyebabkan semua fluksi akan melingkupi seluruh kumparan.
Untuk memperlihatkan suatu transformator ideal (yang terdiri dari dua kumparan)
dimana besar induktansi-nya mendekati tak terhingga dan koefisien gandeng k = 1, maka
perhatian rangkaian pada Gambar 7.12. dibawah ini :
188
V1 jL1I1 jMI 2
(7.56)
V2 jMI1 jL 2 I 2
(7.57)
I1
(V1 jMI 2 )
jL1
dan apabila harga I1 ini disubtitusikan kedalam Persamaan (7.57) akan diperoleh :
(V1 jMI 2 )
(V1M jM 2 I 2 )
V2 jM
jL 2 I 2
jL 2 I 2
jL1
L1
atau :
V M jM 2 I 2
V2 jL 2 I 2 1
L1
L1
L1.L 2 , sehingga ;
V L .L
jL1L 2 I 2
V2 jL 2 I 2 1 1 2
L1
L1
atau :
V L .L
V2 1 1 2
L1
bila dimisalkan M =
V1
L12 L 2
L1
L1
V1L1
L1
L2
L1
V1
L2
L1
189
Maka bilamana L1: L2; M maka harga dan akan tetap, sehingga rangkaian gandeng
disebut sebagai suatu tranformator ideal. Adapun sifat-sifat dari suatu transformator ideal
diantaranya adalah :
1. Kumparannya memiliki harga reaktansi yang sangat besar (L1; L2;M )
2. Koefensi gandeng k = 1
3. Kumparan primer dan sekundur tanpa rugi-rugi (R1 = 0 = R2)
dimana tranformator ideal dapat digambarkan seperti Gambar 7.13 di bawah ini :
N1
N2
dan tranformator ideal ini sering disimbolkan seperti Gambar 7.14 berikut ini.
Bilamana pada sisi primer dari suatu tranformator ideal diberikan sumber
tegangan sinusoidal V seperti pada Gambar 7.15 dibawah ini.
190
Gambar 7.15 Transformator ideal dengan sumber tegangan ac pada sisi primer
Maka pada kedua belitan akan muncul fluksi dan menurut Hukum Faraday tegangan
yang terjadi pada belitan primer adalah :
v1 N1
d
dt
(7.58)
d
dt
(7.59)
v2 N2
n
v1 N1
(7.60)
V2 N 2
n
V1 N1
(7.61)
Sesuai dengan prinsip konversi energi, maka energi yang diberikan pada sisi
primer harus sama dengan energi yang diabsorbsi siis sekunder sehingga tidak ada rugirugi yang terjadi dan hal ini adalah salah satu sifat dari tranformato ideal, sehingga
dengan demikian dapat dituliskan :
v1i1 v 2i 2
(7.62)
dalam bentuk phasor bila Persamaan (7.62) di konjugasikan dengan Persamaan (7.61)
diperoleh :
I1 V2
n
I 2 V1
(7.63)
191
Terlihat bahwa arus-arus pada sisi primer dan sekunder bila dihubungkan dengan
perbandingan belian n dapat dilakukan dengan cara mengambil inverse perbandingan
tegangan. Adapun Persamaan (7.61) dapat dinyatakan dengan :
V1 N1 1
V2 N 2 n
(7.64)
V1 I 2 1
V2 I1 n
(7.65)
I 2 N1 1
I1 N 2 n
(7.66)
dikatakan
sebagai
tranformator
penaik
tegangan
(step-up
transformator), disini tegangan pada sisi primer dinaikan pada sisi sekunder (V2>V1)
3. Bilamana n < 1 :
Tranformator dikatakan
tranformer), disini tegangan pada sisi primer diturunkan pada sisi sekunder (V2<V1)
Bila dilihat dari Persamaan (7.61) dan (7.66) maka selalu dapat diekspresikan V1
dalam V2 dan II dalam I2 atau sebaliknya sehingga :
V1
V2
n
(7.67)
atau :
V2 nV1
(7.68)
I1 nI 2
(7.69)
atau :
192
I
I2 1
n
(7.70)
Satu hal yang penting adalah bagaiamana untuk mengetahui poloritas dari
tegangan ataupun arah arus dalam suatu transformator seperti pada Gambar 7.15. Kalau
polaritas V1 ataupun V2 dan arah I1 ataupun I2 dirubah, maka n pada Persamaan (7.61)
sampai dengan Persamaan (7.66) tanda aljabarnya diganti menjadi n.
Sebagai lengkapnya dapat diperlihatkan seperti Gambar 7.16 dibawah ini :
Gambar 7.16 Untuk menentukan polaritas tegangan dan arah arus pada transformator ideal
n.
193
S1 V1I*
V2
(nI 2 )* V2 I 2 * S 2
n
terlihat bahwa daya kompleks diberikan dari sisi ke sisi sekunder tanpa rugi-rugi, hal ini
terjadi karena yang sedang ditinjau adalah tranformator ideal yang bersifat rugi-rugi.
Adapun impedansi input dapat ditentukan dengan memperhatikan rangkaian pada
Gambar 7.17 dibawah ini :
V
1 V2
Zin 1
.
I1 n 2 I 2
(7.71)
kemudian dari Gambar 7.17 juga terlihat bahwa : ZL = V2/I2, dengan demikian
Persamaan (7.71) menjadi :
Zin
ZL
n2
(7.72)
Biasanya salah satu spesifikasi dari suatu transformator dinyatakan dengan V1/V2,
misalnya suatu tranformator dengan spesifikasi 2400/120 volt [rms], maka ini berarti
pada sisi primer adalah 2400 volt [rms] dan tegangan pada sisi sekunder 120 vol [rms]
sehingga tranformator ini merupakan tranformator penurun tegangan (step-down
tranformer).
Contoh :
Sebuah tranfomator ideal dengan data-data : 2400/120 vol; 9,6 kVA dimana jumlah
belitan pada sisi sekunder 50 lilitan. Hitunglah :
a. Perbandingan belitan n
b. Banyak belitan pada sisi primer
194
Jawab :
Tranformator ini adalah tranformator penurun tegangan (step-down transformer)
dimana tegangan pada sisi primer V1 = 2400 volt dan tegangan pada sisi sekunder
V2 = 120 volt. Maka :
a. Perbandingan belitan adalah :
V2
120
0,05
V1 2400
N2
N1
atau :
N1
N2
50
1000
n
0,05
liltan
S
9600
4 Amp.
V1 2400
dan :
I2
S
9600
80 Amp.
V2
120
Contoh :
Suatu tranformator ideal seperti rangkaian dibawah ini.
Hitunglah :
195
R2
n
20
22
sehingga :
V
1200
11,0933,69 Amp.
Z in 10,82 33,69
1
1
I1 (11,0933,69) 5,54533,69 Amp .
n
2
transformator
ideal juga
dipergunakan
dalam
196
V1 N1 N 2
N
1 1
V2
N2
N2
(7.73)
karena pada autotranformator ideal ini juga tidak ada rugi-rugi, maka daya kompleks
pada sisi belitan primer sama dengan sisi belitan sekunder, sehingga :
S1 V1I1* S 2 V2 I 2 *
(7.74)
V1I1 V2 I 2
atau :
V2 I1
V1 I 2
(7.75)
I1
N2
I 2 N1 N 2
(7.76)
Untuk autotranformator ideal penaik tegangan seperti Gambar 7.19, dibawah ini :
197
V1
V2
N1 N1 N 2
atau :
V1
N1
V2 N1 N 2
(7.77)
Sedangkan untuk daya komplek pada autotranformator penaik tegangan ini berlaku
Persamaan (7.74).
Adapun
perbedaan
yang
utama
antara
transformator
ideal
dengan
autotranformator ideal ini adalah pada autotranformator sisi primer dan sekunder selain
terhubung secara magnetik juga terhubung konduktif.
Contoh :
Dari rangkaian autotranformator dibawah ini :
Jawab :
a. Autotranformator adalah penaik tegangan sehingga berlaku :
V1
N1
80
80
V2 N1 N 2 80 120 200
atau :
198
V2
200
200
V1
(12030) 300 30 volt
80
80
I2
V2 30030
30030
30 6,87 Amp.
ZL
(8 j6) 1036,87
I1 N1 N 2 80 120 200
I2
N1
80
80
atau :
I1
200
200
I2
(30 6,87) 75 6,87 Amp .
80
80
I 2 I1 I o
atau :
I o I 2 I1 (30 6,87) (75 6,87) ( 29,78 j3,58) (74,46 j8,97)
sehingga :
I o 44,68 j5,39 45173,12 Amp.
1. Dua buah kumparan yang tergandeng secara magnetik dengan koefisien gandeng
k = 0,85 dimana kumparan N1 memiliki 250 belitan yang dialiri arus i1 = 2 A dengan
fluksi total 1 = 0,3 mWb. Bila arus i1 tereduksi secara linier ke harga nol dalam
waktu 2 milli detik maka tegangan yang terinduksi pada kumparan N2 sebesar
63,75 V. Hitunglah L1 ; L2 ; M dan N2.
2. Dua buah kumparan yang tergandeng secara magnetik dengan N1 = 100 lilitan dan
N2 = 800 lilitan mempunyai koefisien gandeng k = 0,85. Dengan lilitan N1 terbuka
199
maka arus yang mengalir pada lilitan N2 sebesar 5 A dan fluksi 2 = 0,35 mWb.
Hitunglah berapa besar L1 ; L2 dan M.
3. Pada rangkaian di bawah ini, hitunglah perbandingan V2/V1 yang mengakibatkan
arus I1 = 0.
4. Pada rangkaian di bawah ini, hitunglah berapa besar harga koefisien gandeng k
bilamana disipasi daya pada R sebesar 32 watt.
V 200 V
R=3
XM = 3
V
I1
XL2 = 5
I2
Xc = 8
6. Dari rangkaian transformator ideal di bawah ini hitunglah besar Vo dan daya
kompleks yang diberikan oleh sumber.
V 100 0 V (rms )
7. Hitunglah daya yang diberikan sumber pada R2 pada rangkaian di bawah ini.
200
V 1000 V( rms)
8. Pada rangkaian di bawah ini L3 tidak tergandeng secara magnetik dengan L1 dan L2.
Maka hitunglah I1 ; I2 dan Is untuk = 1000 rad/detik.
201
V 150 0 V
Z L 1060
202