Posr Emergency Final - Doc Belajar
Posr Emergency Final - Doc Belajar
B. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : kejang et causa tetanus dengan penurunan kesadaran
C. TUJUAN TATALAKSANA
a) Tatalaksana UGD Puskesmas
- Stabilisasi Survei primer (ABCDE). Utamakan menjaga jalan napas tetap terbuka
-
Jika pasien datang awal ke UGD RS tatalaksana dilakukan dari mengatasi kejang.
D. GOLONGAN OBAT
a) Tatalaksana di puskesmas (kalo soal kasus di puskesmas)
Golongan obat untuk mengatasi kejang
Golongan hidantoin
Golongan barbiturat
Golongan oksazolidindion
Golongan suksinimid
Golongan karbamzepine
Benzodiazepine
Asam valproat
Pilihan golongan obat: benzodiazepin
Alasan karena memiliki efektifitas pada sistem saraf pusat melalui pengaruh pada reseptor
inhibitor, sehingga sesuai untuk pasien yang mengalami kejang dengan kekakuan pada ototototnya. Benzodiazepin memiliki efek samping yang lebih sedikit dibanding fenitoin dan lebih
banyak digunakan untuk anak-anak karena tidak menyebabkan wajah kasar dan hipertrofi gusi.
Pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitif lebih kecil.
b) Jika pasien datang ke UGD RS langsung
Mengatasi kejang sama dengan diatas
Debridemen luka
Pemberian antibiotik
- Tertrasiklin
- Co-trimoksazole
- Sefalosporin
- Makrolide
- Aminoglikoside
- Polipeptide
- Kloramfenikol
- Florokuinolon
- Beta laktam (penisilin)
- Klindamisin
- Sulfonamide
- Amubiasid (metronidazole)
HTIG
ATS
TAT
pemberian ATS dapat disertai dengan imunisasi aktif DT setelah anak pulang dari rumah
sakit.
Jika semua obat telah diberikan, dan pasien mulai membaik, serta akan masuk ke ruang
perawatan, dilakukan pemasangan IV line dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
Alasan karena efektif digunakan untuk antitoksin tetani.selain itu harganya lebih murah dan
lebih mudah didapatkan daripada HTIG di rumah sakit.
F. BSO
Diazepam
Dosis
Bentuk Sediaan
Frekuensi
Pemberian
KIE:
1. Dipersiapan untuk perujukan ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih lengkap.
2. Persiapkan surat administrasi, uang, dan transportasi untuk perujukan
PUSKESMAS KOTA MATARAM
Alamat : Jl. Panji Masyarakat No. 6 Mataram
Telpon : 0370 666666
Dr. Ratna Patni
Mataram, 2 November
2013
R/ Amp. Diazepam 10 mg/2 ml
S.i.m.m
No. I
paraf
Pro
: Dundee
Umur : 3 tahun
No. I
par
af
Kasus 2
Bapak
Anton,
karyawan
swasta berusia 65
tahun
Swasta
Pro
: Dundee
Umur : 3 tahun
Alamat : Jl. Bakso Cilok No. 234, Mataram
seorang
dibawa ke UGD RS
dengan
keluhan
utama mengalami sesak napas sejak tadi malam. Keluhan ini sudah 20 tahun dialami, kambuhkambuhan, terutama musim hujan seperti saat ini. Keluhannya biasanya cukup berkurang ketika
dia mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter langganannya, tetapi serangan kali ini,
keluhannya tidak ada perbaikan sama sekali walaupun dia sudah menggunakan tiga dosis obat
dari biasanya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi, penyakit lain disangkal. Hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan pasien terlihat sesak napas, retraksi suprasternal (+), bibir tampak sianosis,
kulit teraba dingin dan basah, TD 150/95 mmHg, nadi 100 kali/menit, suhu tubuh 36,3 0C dan
pernapasan 40 kali/menit. Dari pemeriksaan auskultasi regio thoraks didapatkan bunyi wheezing.
1. Daftar Permasalahan
Laki-laki
Pasien berusia 65 tahun
UGD RS Swasta
Mengalami sesak napas sejak tadi malam
Sudah 20 tahun dialami, kambuh-kambuhan, terutama musim hujan
Keluhannya biasanya cukup berkurang ketika dia mengkonsumsi obat yang diberikan
oleh dokter langganannya, tetapi serangan kali ini tidak dapat diatasi dengan tiga dosis
obat biasanya
Mempunyai riwayat hipertensi
Pemeriksaan fisik : terlihat sesak napas, retraksi suprasternal (+), bibir tampak
sianosis, kulit teraba dingin dan basah, TD 150/95 mmHg, nadi 100 kali/menit, suhu
tubuh 36,30C dan pernapasan 40 kali/menit, regio thoraks didapatkan bunyi wheezing.
2. Diagnosis Kerja : Asma Persisten Berat dengan Hipertensi
Alasan : Di skenario dikatakan pasien sudah 20 tahun mengalami serangan asma, kambuhkambuhan, terutama saat musim hujan, keluhannya biasanya cukup berkurang ketika dia
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter langganannya, tetapi serangan kali ini
tidak dapat diatasi dengan tiga dosis obat biasanya, dan mempunyai riwayat hipertensi
(150/95 mmHg), hal ini menandakan bahwa pasien mengalami Asma Persisten Berat
dengan Hipertensi Grade I.
3. Tujuan Terapi
1) Mengatasi serangan asma
2) Mencegah eksaserbasi asma
3) Menurunkan tekanan darah
4. Golongan Obat
1) Mengatasi serangan asma
i. Agonis Beta 2 Adrenergik
ii. Kortikosteroid
iii. Metilxantin
iv. Antikolinergik
v. NSAID
vi. Modifikator Leukotrien
2) Mencegah eksaserbasi asma
i. Kortikosteroid
ii. Long Acting Beta-2 Agonist (LABA)
iii. Modifikator Leukotrien
iv. Theofilin
v. Cromones (sodium kromoglikat dan nedocromil sodium)
3) Menurunkan tekanan darah
i.
Diuretik
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
a. Thiazid
b. Loop Diuretic
c. Diuretik Hemat Kalium
d. Inhibitor Carbonic Anhydrase
Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Blocker
Ca++ Channel Blocker (CCB)
1 Reseptor Blocker
Alasan : ARB merupakan obat yang paling cocok digunakan untuk menurunkan tekanan darah
pada pasien di skenario karena tidak memiliki kontraindikasi dan efek yang memperparah
asmanya, selain itu dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat karena hanya
diminum 1 kali sehari. Beta blocker dan ACEI dikontraindikasikan pada pasien asma dan CCB
lebih digunakan untuk menurunkan tekanan darah karena kelainan pada jantung.
BSO : nebulizer
Dosis : Dosis sesuai pasien. Berat badan > 25 kg : 2,5 mg (1 unit dosis
paraf
paraf
Pro
: Jokowow
Umur : 65 tahun
Alamat : Jl. Ember Bocor No. 11, Mataram
dr. Jumirah
SIP No : 300/123/UP/DINKES
Praktek : Jl. bebek No. 6 Mataram
Telpon : 0370 632060
paraf
Pro
: Jokowow
Resep kedua ditebus
kemudian
setelah pasien stabil
Umur : 65 tahun
8. Edukasi PasienAlamat : Jl. Ember Bocor No. 11, Mataram
Hindari faktor pencetus (debu atau dingin) dengan cara memakai masker dan
menggunakan jaket jika suhu udara dingin
Menjaga higienitas agar tidak mudah terjangkit infeksi yang dapat mencetuskan
serangan asma
Jangan terlalu kecapekan karena dapat menyebabkan serangan asma
Menghentikan menggunakan 3 dosis obat yang biasanya dikonsumsi
Mengendalikan hipertensi dengan mengurangi diet garam dan berolahraga secara teratur
3-5 kali seminggu selama 30 menit.
Cara penggunaan turbuhaler :
o Penyiapan dosis obat :
1. Putar dan angkatlah penutupnya
2. Untuk memberikan dosis yang tepat turbuhaler harus dipegang tegak
dengan mouthpiece berada di atas
3. Putar pegangan bagian bawah yang berwarna coklat ke kanan secara penuh,
kemudian putar kembali ke kiri sampai terdengar bunyi klik.
o Menghirup Obat
1. Buanglah napas sampai tidak ada lagi udara keluar, tetapi jangan lakukan di
depan Pulmicort turbuhaler yang sudah dipersiapkan
2. Pada saat menghirup, posisikan turbuhaler mendatar
3. Masukkan mouthpiece ke dalam mulut lalu katupkan bibir dengan rapat. Hirup
obat dari turbuhaler melalui mulut secara perlahan-lahan dan dalam
4. Lepaskan mouthpiece dari mulut. Tahan napas 5-10 detik, setelah itu
hembuskan perlahan
5. Jika diperlukan lebih dari satu dosis, tunggu 30 detik sebelum menghirup dosis
selanjutnya
6. Setelah selesai, pasang kembali tutupnya
7. Berkumurlah dengan air.
KASUS 3
Seorang pasien perempuan, berusia 35 tahun dibawa ke UGD karena tiba-tiba pingsan di tengah
pesta 15 menit yang lalu. Menurut keluarga yang mengantar pasien mengalami keracunan
makanan. Pasien tidak mengalami mual dan muntah. Hasil pemeriksaan tanda vital : TD 70
mmHg/palpasi, Nadi 120 kali/menit, sangat lemah, reguler, RR 30 kali/menit, suhu 35,5 C.
DAFTAR PERMASALAHAN
Perempuan, 35 tahun
Hasil pemeriksaan tanda vital: TD 70 mmHg/ palpasi, nadi 120x/ menit, sangat lemah,
regular, RR 30x/ meni, suhu 35,oC
DIAGNOSIS
Syok anafilaktik
TUJUAN TERAPI
Terapi suportif
Pemberian cairan
Menaikkan TD
Golongan adrenalin
Golongan Dopamin
Dobutamin
Vasopresin
Golongan yang terpilih untuk menaikkan tekanan darah adalah golongan adrenalin
karena
berdasarkan penatalaksanaan syok anafilaktik pemberian epinefrin sebagai lini pertama
tidak boleh ditunda, dan dapat menaikkan tekanan darah dengan cepat karena berefek
vasokontriktor kuat bronkodilator yang kuat, sehingga penderita dengan cepat terhindar
dari hipoksia
Pemberian cairan
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Cairan yang dipakai adalah cairan isotonik. Cairan ini efektif mengisi sejumlah volume
cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Cairan isotonik ini juga mempunyai ketersediaan yang banyak
dan mudah didapat pada saat keadaaan darurat.
PEMILIHAN OBAT
Obat yang dipilih adalah epinefrin karena :
Epinefrin merupakan salah satu vasopresor paling poten yang dikenal. Jika diberikan secara
cepat melalui rute IV, akan meningkatkan tekanan darah secara cepat. Peningkatn tekananan
sistol lebih besar daripada tekanan diastolik sehingga dapat meningkatkan tekanan nadi.
Setelah respon berkurang, tekanan rata-rata dapat turun dibawah normal sebelum kembali ke
tekanan kontrol.
Epinefrin
Efinefrin 1 : 1000 diberikan 0,01 ml/kgBB maksimal 0,3 ml subkutan dan dapat diulang
setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali. Dosis ini diberikan pada kondisi akut syok anafilaktik.
Jika kondisi memburuk dapat diberikan 0,5 ml/kgBB injeksi intramuskular. Wanita usia 35
tahun memiliki berat badan sekitar 50 kg, sehingga dosis efinefrin pada pasien ini yaitu 0,5
ml injeksi subkutan.
Metil - prednisolon
Metil-prednisolon diberikan melalui injeksi intravena dengan dosis 5 mg/kgBB.
RESEP
TERAPI SUPORTIF
Terapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan terapi medikamentosa dan sebaiknya
dilakukan secara bersamaan.
1. Pemberian Oksigen
Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian O2 3 5 ltr / menit harus
dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi
perlu dipertimbangkan.
2. Posisi Trendelenburg
Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi )
akan membantu menaikan venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat.
KIE
KASUS 4
Seorang laki-laki, usia 30 tahun, dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas
60 menit yang lalu. Saat dibawa ke UGD, pasien dalam keadaan kesadaran menurun, pasien
masih dapat membuka mata dan menggerakkan tanganya jika dirangsang dengan nyeri.
Menurut yang membawa ke UGD, pasien sempat muntah dalam perjalanan ke ke rumah sakit.
Hasil pemeriksaan fisik : luka lecet di pelipis kanan, dan keluar darah dari telinga kanan. Tanda
vital 100/70 mmHg, nadi 100 kali/menit, RR 22 kali/menit, suhu afebris.
a. Daftar Masalah
Kesadaran menurun, masih dapat membuka mata dan menggerakkan tangannya jika
b. Diagnosis
Trauma Kapiti (keterangan luka lecet pada pelipis kanan pasien)
c. Tujuan Terapi
1. Menstabilisasi keadaan umum pasien dengan control ABCDE
2. Resusitasi cairan
d. Golongan obat
1. Menstabilisasi keadaan umum pasien dengan control ABCDE
Airway membuka jalan nafas, dan memastikan patensi jalan nafas baik
Breathing memberikan O2 melalui sungkup 4-6 lt/menit
Circulating pemasangan iv line 2 jalur untuk pemberian cairan dan obat-obatan
Disability Cek GCS, pupil, tanda-tanda herniasi, posisi flowler
Exposure mencari sumber perdarahan dan mencegah hipotermia
2. Resusitasi cairan
Klasifikasi cairan berdasarkan tujuan pemberian :
Cairan Rumatan.
Cairan hipotonis: D5%, D5%+1/4NS dan D5%+1/2NS
Cairan pengganti.
Cairan isotonis: RL, NaCl 0,9%, koloid.
Cairan khusus.
Cairan hipertonik: NaCl 3%, mannitol 20%, bic-nat.
Pada kasus ini, dipilih jenis cairan isotonic karena cairan ini dapat dengan cepat mengisi
vaskuler dan memiliki osmolaritas mendekati plasma sehingga sangat bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi.
KELAS I
KELAS II
KELAS III
KELAS IV
KehilanganDarah (ml)
Sampai 750
Kehilangan Darah (% Volume Sampai 15%
750-1500
15%-30%
1500-2000
30%-40%
>2000
>40%
Denyut
Darah) Nadi
Tekanan Darah
Tekanan nadi
>100
Normal
Menurun
>120
Menurun
Menurun
>140
Menurun
Menurun
<100
Normal
Normal / Naik
Frekuensi Pernafasan
Produksi Urin (ml/jam)
CNS/ Status Mental
Penggantian
Cairan
14-202
20-30
30-40
>35
>30
20-30
5-15
Tidak berarti
Sedikit cemasdr. hero
Agak cemas
Cemas, bingung Bingung,lesu
Rumah Sakit UmumProvinsi
Kristaloid
Kristaloid
Kristaloid
dan Kristaloid
(lethargic)dan darah
NTB
(Hukum3:l)
darah
Berdasarkan tanda vital TD 100/70 mmHg, nadi 100 kali/menit, 22 kali/menit, maka
Praktek:
termasuk
derajat 2, sehingga perkiraan darah yang hilang adalah 750-1500 cc. Pada
Jln Pendidikan no 37 Mataram
Telp:ini
(0370)
653666
kasus
kita
menganggap kehilangan cairannya adalah 1000 cc, sehingga
Paraf
paraf
Pro
Umur
Alamat
: Tn. Riza
: 30 tahun
: Jl. Ampenan Selatan No. 21 Mataram
4. KIE
- Stabilisasi posisi kepala pasien
- Pantau GCS dan tanda-tanda vital untuk mengetahui respon pemberian cairan
- CT Scan Kepala untuk mengetahui ada atau tidak perdarahan dan lokasi perdarahan
KASUS 5
Seorang pasien perempuan, berusia 25 tahun dibawa ke UGD Puskesmas setelah mengalami
perdarahan pervaginan setelah persalinan di dukun 1 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik :
pasien dalam keadaan pingsan, pucat, dan darah menetes dari pakaian yang dikenakan. Hasil
pemeriksaan tanda vital : TD 80/60 mmHg, Nadi 120 kali/menit, sangat lemah, reguler, RR 30
kali/menit, suhu 36,5 C. hasil pemeriksaan inspekulo tampak ruptur perineum derajat 2. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan penunjang cito dan hasilnya Hb 8 mg/dl.
DAFTAR PERMASALAHAN
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Sampai 750
750 - 1500
1500 - 2000
>2000
Kehilangan Darah
Sampai 15%
15% - 30%
30% - 40%
>40%
Denyut Nadi
<100
>100
>120
>140
Tekanan Darah
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Tekanan Nadi
Menurun
Menurun
Frekuensi Pernafasan
14 - 20
20 - 30
30 - 40
>35
>30
20 - 30
5 - 15
Tidak berarti
Cemas,
Bingung, lesu
bingung
(lethargic)
(% Volume Darah)
Penggantian cairan
Kristaloid
Kristaloid
(Hukum 3 : 1)
Kristaloid
darah
danKristaloid dan
darah
DIAGNOSIS
Diagnosisnya adalah Syok Hipovolemik derajat III et causa suspect Atonia Uteri disertai Ruptur
Perineum Derajat 2.
TUJUAN TERAPI
Disability (periksa kesadaran, dan memposisikan pasien dengan kaki lebih tinggi
daripada kepala = posisi trendelenburg)
Eksposure (mencari sumber pendarahan dan mengatasi nya, mencegah
hipotermia)
2. Mengatasi syok hipovolemik
a. Rehidrasi Cairan
-
Cairan hipotonik
Cairan isotonik
Cairan hipertonik
Cairan isotonik dipilih karena bermanfaat untuk kasus hipovolemi karena cairan/larutan ini
memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan ini efektif mengisi
sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera, mempunyai ketersediaan yang banyak dan mudah
didapat pada saat keadaaan darurat.
b. Transfusi Darah
-
Whole blood
Trombosit Concentrated
Kriopresipitat
whole blood
dipilih karena merupakan jenis transfusi yang paling efektif diberikan pada
perdarahan akut karena dapat menggantikan seluruh komponen darah yang hilang selama
perdarahan akut.
3.Golongan uterotonik
-
Alkaloid ergot
Oksitosin
Prostaglandin
oksitosin dipilih karena merupakan obat yang paling aman, efek samping jarang terjadi dan
ketersediaannya banyak baik di rumah sakit maupun puskesmas.
Ringer laktat
NaCl 0,9 %
koloid
Larutan RL dipilih karena dapat memperbaiki kondisi asidosis metabolik yang biasanya
disebabkan akibat hipoksia yang disebabkan menurunnya perfusi jaringan atau syok
berat. Ketersediaannya banyak, tersedia dipuskesmas, dan harganya murah.
2. Untuk uterotonika dipilih oksitosin karena merupakan obat yang paling aman dan terapi lini
pertama pada HPP, efek samping jarang terjadi dan ketersediaannya banyak dan tersedia di
puskesmas.
3. Dipilih whole blood
pada kasus ini pemberian transfusi tidak diberikan di puskemas karena pasien direncanakan
untuk dirujuk ke RSU untuk mendapatkan pelayanan spesialitik untuk menghentikan
pendarahan, dan pemberian transfusi darah disarankan diberikan di RSU.
DOSIS DAN BSO
1. Oksitosin : 10 IU secara IM
- BSO : Injeksi
- Dosis : 10 IU secara IM
Diresepkan sebanyak 2 ampul, 10 IU pertama diberikan untuk mengganti MAK III yang
belum diberikan setelah persalinan, 10 IU kedua diberikan setelah 15 menit pemberian
pertama.
Note : penyuntikan dilakukan pada 1/3 atas antero lateral paha secara intramuscular
3. Ringer Laktat
BSO : injeksi
Dosis : berdasarkan panduan penatalaksanaan syok HPP diusahakan mengganti cairan 2-3 kali
lipat jumlah cairan yang hilang, cairan infus diberikan dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20
menit pertama (diguyur), kemudian 2 liter dalam 1 jam pertama (diguyur).
Diresepkan RL sebanyak 6 botol
sediaan = 500 ml
4.
BSO : injeksi
Dosis : 3 kantong , intervensi yang diharapkan hb menjadi 11 g/dl (setiap unit sel darah
merah yang ditransfusi akan meningkatkan Hb 1 g/dl pada perempuan dengan BB 70 kg).
RESEP
VI
KETERANGAN TAMBAHAN
Pasien akan dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (RS) guna mendapatkan
Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma terhadap uretra
saat penjahitan robekan jalan lahir.
EDUKASI PASIEN
Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan makanan dan
minuman pada ibu.