dihasilkan. Pipa yang berukuran terlalu kecil akan mengakibatkan friction loss
yang besar dan mengakibatkan pengurangan effisiensi volumetric dari gas lift dan
ESP.
C. Tipe Komplesi
Disain artificial lift juga tergantung tipe komplesi, apakah dengan open
hole atau dengan menggunakan interval perforasi.
D. Deviasi Sumur
Deviasi sumur merupakan sudut kemiringan sumur terhadap garis vertikal.
Pemilihan metode produksi juga tergantung pada faktor ini karena ada metode
produksi yang tidak dapat digunakan pada sumur yang miring seperti Sucker Rod
Pump.
dengan
memanfaatkan
energi
alamiah
reservoir
dan
tanpa
Inflow Performance
Bean Performance
A. Inflow Performance
Inflow performance adalah aliran air, minyak dan gas dari formasi menuju
kedalaman sumur ( dasar sumur ), yang dipengaruhi oleh productivity index-nya
atau lebih umum oleh inflow performance relationship (IPR).
Kalau IPR diumpamakan merupakan grafik linier maka PI merupakan
angka yang akan menentukan potensial formasi yang bersangkutan, dimana angka
tersebut didapat dari persamaan berikut :
PI =
q
..................................................................... (4-1)
Ps Pwf
Dimana :
PI
= Productivity Index
Pwf
Ps
dP
dP
dP
dP
=(
)el + (
)f + (
)acc ......................................... (4-2)
dL
dL
dL
dL
Dimana :
fv 2
, merupakan komponen yang ditumbulkan oleh adanya
2 gc d
gesekan.
(dP/dL)acc =
vdv
2 g c dZ
berdasarkan
persamaan energi umum, yang kemudian diubah dalam bentuk total masa laju
aliran, seperti pada persamaan berikut ini :
dP
1
f (w2 )
...................................... (4-3)
10
5
dL 144
7.413 10 d
Dimana :
= faktor gesekan
gradient
persamaan :
gradient gradient
gradient
dP
staits
gesekan percepa tan
dh total
Dimana :
Gradient statis = HLLg + (1-HL) g g ...................................... (4-5)
gradient
1 dP
H L (1 H L ) g
........................... (4-7)
L g dh
L gesekan
Pola aliran yang terjadi, selama pengamatan yang dilakukan oleh Ros,
dibagi dalam tiga pola aliran utama , tergantung pada jumlah gas yang mengalir,
yaitu :
Daerah I, fasa cair kontinyu dan pola aliran dapat merupakan bubble flow, plug
flow, dan sebagian froth flow.
Daerah II, pada daerah ini, fasa cair dan gas berselang-seling. Pola aliran yang
tercakup dalam daerah ini adalah, slug flow, dan sebagian forth flow (sisa dari
daerah I).
Daerah III, gas merupakan fasa yang kontinyu dan pola aliran yang terjadi di
daerah ini adalah mist flow.
Ketiga daerah aliran tersebut, membedakan korelasi yang dugunakan
untuk menentukan slip velocity maupun hold-up serta faktor gesekan. Penentuan
daerah aliran berdasarkan parameter-parameter NLv, Ngv, L1, L2 dan Nd.
Peta pola aliran tersebut merupakan fungsi dari pada NLv, dan Ngv oleh
karena kedua parameter tersebut mempunyai kaitan langsung dengan laju aliran
cairan dan gas.
Liquid Hold-up, yang terjadi juga mempubnyai kaitan dengan slip
velocity, vs, yaitu sebagai berikut :
vs = [vsg / (1 - HL) - vsL/HL] ....................................................... (4-8)
Dalam bentuk tak berdimensi :
S = vs (L / g) ....................................................................... (4-9)
Persamaan yang digunakan untuk menentukan harga S, berbeda-beda
tergantung pada daerah alirannya, yaitu sebagai berikut :
Untuk daerah I :
( N gv ) 0.982 F6 '
(1 F7 N Lv ) 2
..................................................... (4-11)
Dimana :
F6 = 0.029Nd + F6
Untuk daerah III :
S = 0, dengan demikian HL = vsL / (vsL + vsg)
Gradient tekanan akibat dari gesekan, dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Untuk daerah I Dan II :
v sg
4 f (v ) 2
dP
) ............................................. (4-12)
f w L sL (1
2d
v sL
dh
Berdasarkan data percobaan, untuk menentukan harga gesekan, Duns dan
Ros membuat persamaan-persamaan sebagai berikut :
Fw = f1 f2/f3 ............................................................................. (4-13)
Harga f1 yang mana harga f1 merupakan fungsi Bilangan Reynold. Harga
f2 merupakan koreksi terhadap adanya gas liquid ratio yang mana harga f2 tersebut
merupakan fungsi dari f1 R Nd 2/3. R adalah Gas Liquid Ratio.
Faktor ini pada dasarnya sama dengan 1 apabila R sangat kecil, tetapi
berkurang dengan cepat untuk harga R yang tinggi.
Harga f3 merupakan faktor koreksi tambahan terhadap viscositas dan GLR.
Harga f3 dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
F3 = 1 + f1 (R/50) ................................................................... (4-14)
Untuk daerah III :
Gradient tekanan akibat gesekan dihitung berdasarkan fasa gas dan dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
4 f w g (v sg ) 2
dP
........................................................... (4-15)
2d
dh f
Oleh karena merupakan aliran gas, maka tidak terjadi slip dan faktor
gesekan fw ditentukan dengan menggunakan diagram Moody, tetapi merupakan
fungsi :
g (v sg ) d
NRe =
g
Gambar 4.1.
Pembagian Pola Aliran Utama Duns and Ros 3)
3. Metode Beggs Dan Brill
Pengembangan metode ini berdasarkan data percobaan aliran dalam pipa
dalam skala kecil. Pipa yang digunakan adalah pipa acrylic dengan diameter 1 in.
dan 1.5 in. dengan panjang 90 ft. Pipa tersebut dapat dimiringkan pada berbagai
sudut kemiringan. Range dari pada parameter-parameter yang diukur adalah :
Tabel IV.1.
Parameter Untuk Metode Beggs And Brill 3)
Parameter
1. Laju aliran gas
2. Laju aliran cairan
3. Tekanan sistem rata-rata
4. Diameter pipa
5. Liquid Hold-up
6. Gradient tekanan
7. Sudut kemiringan
8. Pola aliran
Selang Pengukuran
0 300 MSCF/hari
0 300 gal/min
35 95 psia
1 dan 1,5 in.
0,00 0,87
0 0,8 psi/ft
-900 - +900
Horizontal
Stratified Flow
Wavy Flow
Annular Flow
Plug Flow
Slug Flow
Bubble Flow
Mist Flow
4. Transition Flow
-
Gambar 4.2.
Pola Alliran Beggs And Brill 3)
f tp n vm
dP
2g c d
dz f
................................................................. (4-16)
Dimana :
n = LL + gg
ftp = fn
f tp
fn
.............................................................................. (4-17)
Harga fn ditentukan dari diagram Moody untuk pipa halus atau dengan
menggunakan persamaan :
fn
1
.................................. (4-18)
N Re
2
(2 log
)
4.5223 log( N Re ) 3.8215
N Re
nVm d
......................................................................... (4-19)
n
Dimana :
n = LL + gg
Perbandingan antar faktor gesekan dua fasa (ftp), dengan faktor no-slip (fn),
adalah sebagai berikut :
(ftp/fn) = es .............................................................................. (4-20)
Dimana :
ln y
... (4-21)
0.0523 3.1821ln y 0.8725(ln y ) 2 0.01853(ln y ) 4
L
{HL( )}2
Dan ,
Harga S menjadi tidak terbatas untuk 1 < y < 1.2 pada selang harga ini, S
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
S = ln (2.2 y 1.2) ................................................................... (4-22)
Beggs and Brill menentukan gradient tekanan dengan menggunakan
persamaan berikut :
f tp GmVm
g
tp sin
2g c d
P g c
................................................. (4-23)
t pVmVsg
z
1
gc p
C. Bean Performance
Meliputi studi mengenai pressure loss yang terjadi pada aliran fluida
reservoir pada saat melalui suatu pipa yang diameternya diperkecil pada suatu
tempat saja, kemudian fluida akan mengalir kembali melalui pipa dengan diameter
semula.
Pemillihan ukuran bean/choke di lapangan dimaksudkan agar tekanan
down-stream di dalam flow line yang disebabkan oleh tekanan saparator tidak
berpengaruh terhadap tekanan kepala sumur (THP) dan kelakuan produksi sumur.
Tekanan kepala sumur atau tubing sedikitnya dua kali lebih besar dari tekanan
flow line.
Christmas tree dibagi menjadi dua macam, yaitu bercabang satu (single wing atau
single arm) dan bercabang dua (double wing atau double arm). Christmas tree
terdiri dari komponen-komponen peralatan utama, yaitu :
a. Monitor Tekanan
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur tekanan pada
casing (Pc) dan tekanan pada tubing.
b. Master Gate
Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika
diperlukan. Untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi, selain dipasang
master gate juga dipasang suatu valve lain yang letaknya di bawah master gate
tersebut.
c. Choke
Choke berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur sehingga
produksi minyak dan gas pada suatu sumur dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.
Dalam prakteknya dikenal dua macam choke, yaitu :
-
Positive choke
Choke jenis ini terbuat dari besi baja pejal dimana pada bagian dalamnya
Adjustable choke
Pada choke jenis ini besarnya diameter dapat diatur sesuai dengan
f. Blast Joint
Gambar 4.3.
Pemasangan Tubing Berdasarkan Top Perforasi 2)
= Panjang tubing
BHP
Sistem Injeksi
Tinggi
Tinggi
Continous
Tinggi
Rendah
Intermittent
Rendah
Tinggi
Intermittent
Rendah
Rendah
Intermittent
utama
yang
digunakan
dalam
menentukan
cara
penginjeksian gas di atas didasarkan pada tekanan dasar sumur (BHP) dan
Productivity Index (PI). Tabel IV-1 menunjukkan kriteria dalam menentukan cara
atau sistem injeksi.
Gambar 4.4.
Operasi Continous Gas Lift 3)
Pwh
Gfa
Gfb
Pwf yang diperlukan agar sumur dapat berproduksi dengan rate yang diinginkan,
yaitu dengan cara menginjeksikan gas pada kedalaman tertentu di dalam tubing.
Diagram tekanan kedalaman seperti terlihat pada Gambar 4.5. memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai continous gas lift dan merupakan dasar
perencanaan.
Umumnya perencanaan continous gas lift bertolak dari laju produksi yang
diinginkan. Apabila indeks produktivitasnya dan tekanan statik terbaru diketahui,
maka tekanan alir dalam sumur yang sesuai dengan laju produksi yang
diinjeksikan dapat dihitung.
Gambar 4.5.
Ilustrasi Sumur Dengan Laju Aliran Yang Kontinyu 3)
tekanan injeksi gas yang tersedia, garis gradient gas dalam annulus dapat
digambarkan dan titik keseimbangan antara tekanan gas dalam annulus dengan
tekanan alir dalam tubing dapat ditentukan. Kemudian letak katup operasi dapat
pula ditentukan pada kedalaman yang mempunyai tekanan alir dalam tubing 100
psi lebih kecil dari tekanan injeksi gas. Apabila tekanan alir di kepala sumur
tertentu, maka perlu diinjeksikan sejumlah gas tertentu, sehingga memberikan
perbandingan gas cairan titik injeksi yang tepat dan menghasilkan gradient aliran
di atas titik injeksi yang diinginkan. Gradient aliran harus menghasilkan
penurunan tekanan sedemikian rupa sehingga tekanan aliran di permukaan sama
dengan tekanan di kepala sumur. Berdasarkan perbandingan gas cairan yang
diperoleh tersebut serta GLRf, maka jumlah gas yang diinjeksikan dapat dihitung.
Pada keadaan sebenarnya, pressure traverse yang digunakan tidak selalu
tepat dengan hasil pengukuran gradient aliran di dalam sumur. Kesalahan dapat
berkisar antara 10 20 %. Dengan demikian akan terjadi pula kesalahan dalam
menempatkan katup operasi. Untuk mengatasi kesalahan ini perlu ditambah
katup-katup pada selang di atas dan di bawah katup operasi. Selang ini disebut
dengan Bracketing Envelope. Perencanaan continous gas lift meliputi :
1. Penentuan titik injeksi.
2. Penentuan jumlah gas injeksi.
3. Penentuan kedalaman katup-katup sembur buatan
Intermittent gas lift merupakan proses yang berulang dan dapat dibagi
dalam tiga periode (seperti yang terlihat dalam Gambar 4.7.), yaitu :
1) Periode Aliran Masuk
Ditunjukkan oleh gambar distribusi tekanan dari awal sampai titik A.
selama periode ini cairan mengalir dari reservoir masuk ke dalam lubang sumur
dan terkumpul dalam tubing di atas katup (valve) operasi. Selama periodeini valve
dalam keadaan tertutup. Kenaikan tekanan yang ditunjukkan dalam kurva
diakibatkan oleh bertambahnya cairan yang masuk ke dalam tubing.
Gambar 4.6.
Siklus Operasi Intermittent Gas Lift 3)
2) Periode Pengangkatan
Ditunjukkan oleh kurva mulai dari titik A sampai titik D. Bila cairan yang
terkumpul dalam tubing sudah cukup, valve akan terbuka dan gas yang bertekanan
tinggi masuk ke dalam tubing untuk mengangkat slug cairan ke permukaan. Dari
kurva tersebut terlihat pada saat valve terbuka terjadi kenaikan tekanan dalam
tubing yang tajam sehingga mencapai maksimum (kurva BC) kemudian turun
(kurva CD). Turunnya tekanan ini disebabkan oleh penurunan tekanan dalam
casing dan pengembangan gas dalam tubing.
Gambar 4.7.
Grafik Tekanan Dasar Sumur Pada Proses
Intermittent Gas Lift 3)
d. Alat-alat Kontrol
Beberapa jenis alat control yang digunakan pada operasi gas lift adalah :
a) Choke Control dan Regulator
Choke control adalah alat yang digunakan untuk mengatur jumlah gas
injeksi sehingga dalam waktu tertentu (saat valve terbuka) gas tersebut
dapat mencapai suatu harga tekanan yang dibutuhkan. Choke control ini
dirangkai dengan regulator yang berfungsi untuk membatasi jumlah gas
injeksi yang dibutuhkan. Bila gas injeksi telah cukup maka regulator akan
menutup.
b) Time Cycle Control
Time Cycle Control adalah alat yang berfungsi untuk mengotrol laju aliran
gas injeksi dalam intermittent gas lift untuk interval waktu tertentu. Time
cycle control dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
menutup valve diperlukan adanya penurunan tekanan dalam casing. Gambar 4.8.
menunjukkan skematis dari pressure valve.
2. Fluid Operated Valve
Valve ini bekerja karena tekanan fluida dalam tubing. Dalam posisi
tertutup valve ini (50 100 %) sensitif terhadap tekanan dalam tubing dan dalam
posisi terbuka 100 % sensitif terhadap tekanan dalam tubing. Ini berarti valve
akan membuka apabila tekanan dalam tubing naik dan valve akan menutup bila
tekanan dalam tubing menurun. Operasi valve ini dapat dilihat dalam Gambar 4.9.
3. Thortling Pressure Valve (Valve Kontinyu)
Valve ini disebut dengan valve yang proposional atau valve aliran
kontinyu. Dalam posisi tertutup valve ini sama dengan pressure valve, tetapi
apabila dalam posisi terbuka, valve ini sensitif terhadap tekanan dalam tubing.
Berarti untuk membuka valve diperlukan tekanan dalam casing dan untuk
menutup valve diperlukan penurunan tekanan dalam tubing atau casing. Gambar
4.10. menunjukkan skema valve gas lift aliran kontinyu.
Gambar 4.8.
Skematis Pressure Valve 3)
Gambar 4.9.
Fluid Operating Valve 3)
Gambar 4.10.
Skema Thortling Pressure Valve 3)
j.
k. API minyak, spesifik gravity air (w), spesifik gravity gas injeksi (gi)
2. Menyiapkan kertas transparan
Membuat sumbu kartesian berskala yang sesuai dengan skala pressure
traverse. Menggambarkan tekanan pada sumbu datar dan kedalaman pada
sumbu tegak dengan titik asal (nol) di sudut kiri kertas.
3. Menghitung tekanan alir dasar sumur berdasarkan laju alir yang diinginkan
(ql) dengan menggunakan persamaan :
Untuk aliran satu fasa
Pwf Ps
ql
................................................................. (4-25)
PI
Dv
Pd
................................................................................. (4-32)
Gs
Pa = (1 + BE) Pwh
Pb = (1 BE) Pwh
f. Menghubungkan titik (Paa,Y) dengan titik (Pa,0). Titik potong antara garis
ini dengan garis gradient gas dari langkah 10b.Titik potong ini adalah
batas atas dari Bracketing Envelope.
g. Menghubungkan titik (Pbb,Y) dengan titik (Pb,0). Memperpanjang garis
ini sampai memotong garis gradient gas dari langkah 10b. Titik potong ini
adalah batas bawah dari Bracketing Envelope.
h. Dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimum antara katup gas lift (Dv).
Berdasarkan harga ini, mulai dari batas atas Bracketing Envelope katupkatup gas lift dapat dipasang sejarak Dv batas bawah Bracketing Envelope.
cairan yang terdapat dalam pompa menekan traveling valve ke atas sehingga
traveling terbuka dan cairan masuk ke dalam tubing. Kemudian proses ini
dilakukan berulang kali. Dengan cara demikian maka cairan terkumpul di dalam
tubing yang akhirnya sampai meluap naik ke atas dan mengalir menuju ke
separator melalui flowline.
Adanya gas ataupun pasir yang masuk ke dalam pompa sangat
mempengaruhi hisapan dan pembuangan pompa atau dengan kata lain efisiensi
volumetric pompa.
Gambar 4.11.
Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod 18)
b. Prime Mover
Untuk menggerakkan pumping unit digunakan motor penggerak (prime
mover) yang terdiri dari :
1. Motor Listrik
2. Motor Thermis
Keterangannya :
1. Motor Listrik
Pada umumnya dipergunakan motor non sincron tiga fase dengan tegangan
antara 500 1000 volt, RPM = 750 dan frekwensi = 50 Hz. Sifat-sifat yang
dimiliki oleh motor listrik adalah :
1. Torsi permulaan cukup besar.
2. Jangan sampai terjadi superheating dalam hal apabila terjadi perubahan
muatan.
3. Dapat bekerja dalam udara bebas, kadang-kadang bila terjadi bahaya
ledakan, pengkaratan dan kelembaban udara yang tinggi.
Gambar 4.12.
Conventional Pumping Unit 3)
Pada umumnya digunakan motor gas, karena gas biasanya diperoleh dari
kepala sumur, maka boleh dikatakan bahwa pemakaian motor gas merupakan
saingan terhadap motor listrik. Untuk keadaan sekarang ini lebih baik dan murah
menggunakan motor gas daripada motor-motor lainnya.
Motor bensin jarang digunakan karena harga bahan bakarnya cukup tinggi,
sedangkan motor diesel harus mendapatkan perawatan yang istimewa.
Dahulu digunakan motor bersilinder satu, motor lambat RPM 100 200.
Pada masa sekarang digunakan motor bersilinder banyak (4 6 silinder) dengan
RPM 900 1100. Pada umumnya pemakaian gas untuk motor gas diperkirakan
0,3 0,37m 3 standart/Hph.
plunger ataupun traveling valve diikatkan di ujung bawah sucker rod dan
diturunkan sampai menyentuh standing valve.
Apabila pompa hendak dicabut maka baik sucker rod maupun tubing harus
dicabut secara bersamaan. Tubing pump biasanya dipakai pada sumur-sumur yang
dangkal dan produktifitasnya kecil. Tipe yang kita kenal sekarang ini adalah tipe
TLE.
Fungsi utama peralatan pompa sucker rod di dalam sumur adalah untuk
menaikkan fluida dari formasi ke dalam tubing dan mengangkat fluida tersebut ke
permukaan. Unit pompa sucker rod di dalam sumur terdiri dari :
a) Working Barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai dengan
langkah pemompaan dan menampung minyak yang terhisap oleh plunger pada
saat bergerak ke atas (upstroke). Menurut standart API ada dua jenis working
barrel, yaitu :
a. Working barrel yang terdiri dari sejumlah liner yang diselubungi oleh
jacket (biasa diberi simbol L).
b. Working barrel yang terdiri dari satu bagian utuh dan kuat (biasa diberi
simbol W dan H).
b) Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel dan dapat
bergerak naik turun dan berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi
masuk ke barrel, dan mengangkat minyak yang telah terakumulasi dalam
barrel ke permukaan melalui tubing. Plunger ini biasanya berbentuk Plain
Metal Plunger atau Grooved Metal Plunger (plunger yang mempunyai celah).
c) Standing Valve
Merupakan suatu komponen katup
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi masuk
ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas
kemudian standing valve membuka. Disamping itu untuk menahan minyak
agar tetap tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
bawah, dalam hal ini standing valve menutup. Standing valve ini terbuat dari
bola besi dan kedudukannya (ball and seat). Standing valve ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam sistem pemompaan karena efisiensi
volumetris pompa sangat tergantung pada cara kerja dan bentuk dari ball dan
seatnya tersebut. Ketepatan membuka dan menutup dengan gaya naik turun
plunger sangat menentukan efisiensi volumetris pemompaan.
d) Traveling Valve
Merupakan ball dan seat yang terletak pada bagian bawah dari plunger dan
akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah menurut gerakan dari plunger.
Traveling valve berfungsi untuk :
Mengalirkan minyak dari working barrel masuk ke plunger, hal ini
terjadi pada saat plunger bergerak ke bawah.
Menahan minyak keluar dari plunger pada saat plunger bergerak ke
atas (upstroke) sehingga minyak tersebut dapat diangkat ke tubing
seterusnya ke permukaan.
b. Tubing
Untuk mengalirkan minyak ke dari lubang sumur ke permukaan digunakan
tubing. Dalam hal ini minyak mengalir melalui annulus antara tubing dan sucker
rod. Disamping itu pada ujung tubing inilah ditempatkan unit pompa (subsurface
pump), gas anchor dan lain-lain.
c. Sucker Rod String
Sucker rod string terdiri dari (seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
4.13) :
a) Sucker Rod
b) Pony Rod
c) Polished Rod
Keterangannya :
a) Sucker Rod
Merupakan bagian dari unit pompa dalam sumur yang sangat penting, karena
merupakan penghubung antara plunger dengan peralatan-peralatan penggerak
yang ada di permukaan. Fungsi utamanya adalah melanjutkan gerak lurus naik
turun dari horse head ke plunger pompa. Untuk menghubungkan antara dua
sucker rod digunakan sucker rod coupling. Umumnya panjang satu single
sucker rod yang sering digunakan berkisar 25 30 ft.
b) Pony Rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang yang lebih pendek
daripada ukuran sucker rodnya sendiri. Fungsinya adalah untuk melengkapi
panjang dari sucker rod, apabila sucker rod tidak mencapai panjang yang
dibutuhkan, yang ukurannya adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12 ft.
c) Polished Rod
Merupakan tangkai yang menghubungkan sucker rod string dengan carrier bar
(wireline hanger pada horse head), yang naik turun dalam stuffing box.
Diameter stuffing box lebih besar daripada diameter sucker rod, yaitu 1 1/8
in., 1 in., 1 1/5 in., 1 in. Panjang polished rod adalah 8, 11, 16, 22 ft.
d. Gas Anchor
Komponen ini dipasang di bagian bawah dari pompa. Fungsinya adalah
untuk memisahkan gas dari minyak, agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
pompa bersama-sama dengan minyak, karena adanya gas akan mengurangi
efisiensi pompa (Gambar 4.14.). Ada dua macam tipe gas anchor yaitu Poorman
Type dan Packer Type.
a) Poorman Type
Larutan gas dalam minyak yang masuk ke dalam anchor akan melepaskan diri
dari larutan. Cairan (minyak) masuk ke dalam suction pipe, sedangkan
sebagian gas yang telah terpisah akan kembali masuk ke annulus.apabila
suction pipe terlalu panjang atau diameternya terlalu panjang atau kecil, maka
akan terjadi pressure loss yang cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan PI sumur pompa. Sedangkan apabila suction pipe terlalu pendek,
maka proses pemisahan gas kurang sempurna.
b) Packer Type
Cairan (minyak) masuk melalui ruang antara dinding anchor dengan suction
pipe. Kemudian minyak jatuh di dalam annulus antara casing dan gas anchor
dan ditahan oleh packer, selanjutnya minyak yang masuk ke dalam annulus
sudah terpisah dari gasnya.
Gambar 4.13.
Skema Rangkaian Sucker Rod 18)
Gambar 4.14.
Skema Rangkaian Tubing Pada Sumur Pompa 18)
Pwf
Gf
b. Displacement Pompa
PD = Q / ............................................................................... (4-36)
Dimana :
PD
= Densitas
SP = S
40.8 L2 5.20SgDAp Lt L1 L 2
At A1 A2 .................... (4-38)
E
E
Atau :
SP = S
40.8 L2 5.20SgDAp 1
1
............................ (4-39)
E
E
At Ar
Dimana :
SP
= Acceleration factor
Ap
Sg
At
Ar
Lt
= Panjang tubing, ft
Lr
= Panjang rod, ft
Sp
i. Berat Fluida
Wf = 0.433 Sg (L Ap 0.294 Wr) ........................................... (4-42)
Dimana :
Wf
= Berat fluida, lb
Sg
Ap
Wr
l. Counterbalance
Ci = 0.5 Wf + Wr (1-0.127 Sg), lb ........................................... (4-45)
m. Torque
Tp = (Wmaks 0.95 Ci) S/2, lb-in ........................................... (4-46)
n. Tenaga Motor
Hh = 7.36 10-6 Q Sg L, Hp
Hf = 6.31 10-7 Wr S N, HP
Hb = 1.5 (Hh + Hf), HP .......................................................... (4-47)
Dimana :
Hh
Hf
Hb
Tabel IV-3
Contoh Tabel Design Data Untuk API size 40 Unit
Dengan 34-inch 3)
Tabel IV-4.
Data Plunger Pompa 3)
Tabel IV-5.
Data Sucker Rod 3)
Gambar 4.15.
Diagram Pemilihan Unit Pompa Dan
Panjang Langkah (Stroke Length) 3)
terjadilah proses penghisapan dan cairan ditekan ke dalam pompa oleh tekanan
udara.
Gambar 4.16.
Instalasi Electric Submersible Pump 3)
agar
tidak
menimbulkan
kebakaran
di
switchboard.
Alat
ini
Gambar 4.17.
Motor Pompa ESP 3)
b. Kabel
Kabel dipakai sebagai sarana penghantar daya listrik dari permukaan ke
motor yang letaknya di dalam sumur. Kabel selain tahan temperatur dan tekanan
fluida, serta kedap terhadap resapan liquid dari sumur. Untuk itu kabel harus
memiliki bagian seperti :
Konduktor
Isolasi
Sarung
Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai round cable atau flat cable. Jenisjenis kabel dapat dilihat pada Gambar 4.18.
Kabel listrik terdiri dari tiga kabel yang diisolir satu sama lain dengan
pembalut dari karpet. Ketiganya terbungkus oleh suatu pelindung yang terbuat
dari baja penampang kawat tembaga berubah-ubah fungsi tegangan arus dari
motor dan biasanya dipilih antara 16,25 atau 35 mm2. Hubungan antara tubing dan
kabel dilakukan dengan pertolongan kabel clamp.
Gambar 4.18.
Kabel 17)
Protector terdiri dari dua kamar yaitu kamar atas dan kamar bawah.
Keduanya dipisahkan oleh piston. Tekanan hidrostatis cairan dalam pompa sumur
masuk ke dalam protector melalui orifice dan bekerja pada piston. Karena
tegangan di dalam kamar atas, tekanan dijaga agar lebih besar tekanan di luar
pompa. Di dalam kamar atas dimasukkan minyak pelumas pompa, sedangkan di
dalam kamar bawah permukaan dimasukkan minyak motor. Pemilihan protector
dilakukan sesuai dengan pompa. Protector (Seal Section) dapat dilihat pada
Gambar 4.19.
d. Intake Section (Separator Gas)
Pada umumnya yang tidak banyak mengandung gas, cukup dengan
menggunakan pump intake, sedangkan untuk sumur yang mengandung gas
terutama dissolved gas (gas terlarut dalam minyak) sangat perlu menggunakan
separator gas, yang dapat ditunjukkan pada Gambar 4.20. Kegunaan dari separator
gas, adalah :
1. Mencegah turunnya head capacity yang dapat dihasilkan oleh pump.
2. Mencegah terjadinya gas lock dan kavitasi pompa terutama pada flow rate
(laju aliran) yang tinggi dan fluida yang mengandung gas, dengan
demikian akan dapat memperbaiki efisiensi pompa.
3. Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor penggeraknya.
4. Mengurangi adanya surging (tekanan dan sentakan).
e. Pompa Centrifugal
Pompa submersible adalah tipe pompa centrifugal multi tingkat. Setiap
tingkat terdiri dari bagian yang bergerak yaitu impeller dan bagian yang stasioner
(tidak bergerak) yaitu diffuser. Tipe dan ukuran dari tiap tingkat menentukan
volume dari fluida yang dapat diproduksi. Jumlah tingkatnya menentukan jumlah
head yang dihasilkan, apabila dikalikan dengan daya (HP) per tingkat dan spesific
gravity-nya, maka jumlah HP motor yang dibutuhkan dapat ditentukan.
Pompa tandem adalah beberapa single pump (pompa tunggal) yang
disusun seri baik secara hydraulic untuk memberikan total head dari pompa yang
dibutuhkan untuk keperluan tertentu.
Gambar 4.19.
Seal Section atau Protector 17)
Komponen ini, seperti halnya poros pompa dibuat khusus yang tahan
korosi, scale, temperatur tinggi, pasir dan jumlah tingkat yang digunakan untuk
ukuran tertentu tergantung pada head pengangkatan, seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 4.21.
Gambar 4.20.
Gas Separator atau Intake Section 3)
Gambar 4.21.
Pompa Centrifugal 3)
1
Qtot .......................................................... (4-52)
1 WOR
Apabila harga tersebut belum selesai, mengulangi dengan memilih harga Pwf
dengan penjajalan.
5. Menghitung pump intake (PIP) dengan persamaan :
PIP = Pwf GF (HS HPIP) .......................................... (4-53)
Harga PIP harus lebih besar dari BPP (tekanan jenuh). Bila tidak terpenuhi,
mengulangi langkah 4 dan 5 dengan laju produksi yang lebih rendah.
6. Menghitung arus cairan kerja Zf1 = HS (Pwf / GF).
7. Menentukan kehilangan tekanan sepanjang tubing (HF) dengan Gambar 4.22.
8. Menghitung Total Dynamic Head (TDH) menurut persamaan :
TDH =
THP
Zf 1 Hf .................................................... (4-54)
GF
Gambar 4.22.
Chart Kehilangan Tekanan Dalam Pipa 3)
9. Memilih jenis dan ukuran pompa dari catalog perusahaan pompa bersangkutan
dengan gambar yang menunjukkan efisiensi maksimum untuk laju produksi
yang diperoleh dari langkah 4.
Membaca harga head capacity (HC) dan daya kuda motor (HP motor) pada
laju produksi tersebut.
10. Menghitung jumlah stages (tingkat) :
Jumlah Stages = TDH / HC ................................................ (4-55)
11. Menghitung daya kuda yang diperlukan :
HP = HP motor jumlah stages ......................................... (4-56)
12. Menentukan jenis motor pada Tabel IV-6. yang memenuhi HP tersebut.
13. Menghitung kecepatan aliran di annulus (FV) motor untuk masing-masing
jenis motor :
FV =
0.0119 Qtotal
..................................... (4-57)
( IDca sin g ) 2 (ODmotor ) 2
Jenis motor dan OD motor terkecil yang memberikan FV > 1 ft/detik adalah
pasangan yang harus dipilih.
14. Membaca harga arus listrik (A) dan tegangan listrik motor (Vmotor) yang
dibutuhkan untuk jenis motor yang bersangkutan.
15. Memilih jenis kabel dari harga arus listrik tersebut, yang dapat dilihat pada
Gambar 4.23., dan dianjurkan memilih kabel yang mempunyai kehilangan
tegangan di bawah atau sekitar 30 volt tiap 1000 ft.
Vkabel = (HS 50) V / 1000 ft
16. Memilih transformator dan switchboard :
a. Menghitung tegangan yang diperlukan motor dan kabel :
(Vtot) = Vmotor + Vkabel .................................................... (4-58)
b. Menghitung KVA = 1.73 Vtot A/1000 .............................. (4-59)
c. Menentukan transformator yang memenuhi hasil perhitungan 16b dari
Tabel IV-7. karena aliran tiga fasa maka transformator adalah sepertiga
dari hasil perhitungan 16b.
17. Melakukan perhitungan total tegangan pada waktu start sebagai berikut :
a. Kebutuhan tegangan start = 20.35 voltage rating.
Gambar 4.23.
Chart Kehilangan Tegangan 3)
Tabel IV-6
Jenis Motor ESP 17)
Tabel IV-7
Jenis Motor 17)