KETERANGAN UMUM
Nama
: Ny. Y
Tanggal Lahir
: 5 November 1962
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Perkerjaan
: PNS
Status Marital
: Janda
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 27 Mei 2012
: Ny S
Umur
: 68 tahun
Alamat
: Siliwangi
: Sejak lahir
Sifat Perkenalan
: Akrab
Kebenaran Anamnesa
: Dapat dipercaya
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Mengamuk, curiga terhadap orang lain dan tidak mau minum obat.
A. HETEROANAMNESIS
3 minggu SMRS, pasien mengamuk memecahkan barang- Impulsif1
1
barang, meludah ke suami, bapak dan ibu1. Kemudian oleh Agresivitas motorik
Waham/ide hubungan3
juga sering bicara kasar dan marah tanpa sebab5 kepada suami, Agresivitas verbal4
sehingga hubungan pernikahan menjadi kurang harmonis dan
suami menghindari berjumpa dengan pasien. Komunikasi
interpersonal pasien dengan anggota keluarga lain juga
Impulsif5
Irritable5
terganggu.
Dua bulan SMRS pasien menjadi malas bekerja sebagai ibu Gangguan
fungsi
6
rumah tangga dan jarang masuk kerja6. 3 minggu SMRS pasien peran dan okupasi
Impulsivitas7
11
Hiperaktivitas10
Agitasi motorik10
Impulsif 11
12
Agresivitas motorik11
IOI buruk12
Pasien juga
Masa Pubertas
Tamat SMP lanjut ke SMA, prestasi cukup baik, tidak ada masalah dengan guru,
pasien mulai pacaran sejak SMA.
Masa Dewasa
Setelah tamat SLTA, langsung bekerja selama 1 tahun, selepas itu ikut tes PNS,
langsung diterima.
Riwayat pekerjaan
Kerja pertama di BTN, selepas 1 tahun berhenti karena diterima sebagai PNS di
Departemen Agama dan telah bekerja disana selama 16 tahun.
Riwayat Pernikahan
Menikah untuk kali pertama pada tahun 1981, bercerai karena suami pasien
selingkuh. Mempunyai 3 orang anak dari suami pertama. Kemudian menikah untuk
kali keduanya (2001) dengan pria yang dipacari kurang lebih 3 bulan dan telah
dikaruniai 1 orang anak.
Riwayat PGZ
Tidak ada.
Kondisi Pasien Sebelum Sakit
Pasien sering bercerita ke orang tuanya kalau ada masalah. Pasien mempunyai sifat
perasa (sensitif).
Orientasi Psikoseksual
Normal
Kehidupan Emosional
Jika marah, pasien akan kembali seperti semula, dan sering mohon maaf.
Pandangan terhadap
Agama
: Baik
Moral
: Baik
Sosial
: Baik
Hubungan sosial
Hubungan dengan saudara dan tetangga baik.
B. AUTOANAMNESA
Pasien mengatakan suaminya selingkuh dengan orang lain/teman sekerjanya,
walaupun tidak pernah melihat sendiri/dibuktikan. Walaupun suami pasien sekarang
merupakan suami yang ke-2, pasien tetap mengatakan suaminya selingkuh dan sering
memikirkan apa saja yang sedang dikerjakan suaminya saat ini.
Pasien juga mengaku yang dia sering susah hati dan gelisah karena banyak
yang sedang difikirkan. Saat ditanya apa yang dipikirkan, pasien mengatakan tidak
tahu.
Pasien juga mengaku bahwa dia tidak sakit dan seharusnya tidak dirawat di
RS dan diberikan obat-obatan.
Pasien pernah mengatakan yang dia lelah dan merasa lebih baik jika dia tidak
hidup lagi.
Lain-lain belum dapat dinilai karena pasien kurang kooperatif, dan juga
karena moodnya yang labil.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 88 x/mnt
Respirasi
: 18 x/mnt
Suhu
: afebris
Status Interna
: Hostile
Kesadaran
: CM
Kontak/rapport
: Ada/adekuat,kooperatif
Orientasi
: Tempat/waktu/orang: Baik/Baik/Baik
Ingatan
: Immediate
: Baik
Recent
: Baik
Remote
: Baik
Perhatian
: Adekuat
Persepsi
: Ilusi: (-)
Halusinasi: (-)
Pikiran
: Bentuk
: tidak realistik
Jalan
: Koheren
Isi
Emosi
: Mood
Afek
: Senang
: Inappropriate
Insight of Illness
Tingkah laku
: Normoaktif
Bicara
: spontan, relevan
Dekorum
: Cukup
Roman muka
: Hostile
Kesadaran
: CM
Kontak/rapport
: Ada/adekuat,kooperatif
Orientasi
: Tempat/waktu/orang: Baik/Baik/Baik
Ingatan
: Immediate
: Baik
Recent
: Baik
Remote
: Baik
Perhatian
: Adekuat
Persepsi
: Ilusi: (-)
Halusinasi: (-)
Pikiran
: Bentuk
: mulai realistik
Jalan
: Koheren
Isi
Emosi
: Mood
Afek
: Senang
: Inappropriate (roman muka tampak waspada,
nada bicaranya sinis)
Insight of Illness
Tingkah laku
: Normoaktif
Bicara
: spontan, relevan
Dekorum
: Cukup
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah Rutin :
Hb
Ht
Leukosit
27/05/2012
Nilai Normal
12
37
9000
12-16
35-47
3800-10600
Trombosit
215000
150000-440000
14
4
18
0,8
91
13-33
6-27
15-36
0,7-1,2
<140
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
GDS
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I
Axis II
Axis III
Axis IV
Axis V
Rawat Inap
Anti psikosis : Haloperidol 2 x 5mg
Psikoterapi suportif
PROGNOSIS
PEMBAHASAN
1.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2
gejala bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)
a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal, dan thought
broadcasting.
b.
c.
Halusinasi auditorik
f.
Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat
inkoherensi atau neologisme
g.
h.
menumpul,
penarikan
diri
dari
pergaulan
sosial,
Axis II : belum ada diagnosis karena tidak didapatkan keterangan yang lengkap
mengenai kondisi kepribadian pasien sebelum sakit.
Axis III : tidak ada diagnosis karena pemeriksaan fisik status interna dan hasil
laboratorium dalam batas normal
Axis IV :
Axis V :
2.
dalam kandungan (prenatal), ibu dan ayah sering bertengkar. Setelah pasien lahir,
kondisi tersebut dapat menyebabkan reaksi penolakan (rejeksi) dari ibu dalam bentuk
pengasuhan yang tidak adekuat. Menurut Erik Erikson, masa ini merupakan fase
pembentukan rasa percaya (trust vs. mistrust), dimana perkembangan rasa percaya
kepada dunia berakar dari pengalaman pertama dari hubungan si anak dengan ibunya.
Seorang anak, dengan ibu yang dapat memenuhi kebutuhan si anak dengan konsisten
dan teratur, akan belajar untuk mentoleransi rasa frustasi karena belum terpenuhinya
kebutuhan dan akhirnya rasa percaya pun akan tumbuh.
Kegagalan
dalam
pembentukan
rasa
percaya
akan
menyebabkan
berkembangnya rasa tidak percaya. Pada saat dewasa, berkembangnya rasa tidak
percaya ini akan bermanifestasi menjadi gangguan dysthymic, gangguan depresi dan
rasa putus asa. Orang yang mengembangkan dan mengandalkan mekanisme mental
proyeksi kemungkinan akan menjadi paranoid dan mengalami gangguan waham.
Rasa tidak percaya juga merupakan kontributor utama dari berkembangnya gangguan
kepribadian skizoid.
Selain itu, jika seseorang terfiksasi pada transisi antara fase pembentukan
rasa percaya dan fase selanjutnya, yaitu fase otonom (Autonomy vs. Shame and
Doubt), dengan residunya, yaitu rasa tidak percaya dan keraguan terhadap diri
sendiri, akan menyebabkan berkembangnya rasa ketakutan dan kecemasan terhadap
ancaman mendapatkan hukuman.
Pada saat pasien berusia 22 tahun, pasien mengandung anak ke-1 dari suami
pertama. Pasien melihat suami membonceng perempuan lain dan pasien mengalami
gangguan jiwa untuk pertama kali (faktor presipitasi I). Pasien berobat ke rumah sakit
dan mengalami remisi.
Pada saat pasien berusia 25 tahun dan mengandung anak ke-2 dari suami
pertama, pasien kembali mengalami gangguan jiwa yang kedua kalinya. Gejala
berupa waham cemburu, yaitu yakin bahwa suaminya selingkuh. Gejala ini muncul
akibat pasien menggunakan mekanisme pertahanan proyeksi, dimana pasien merasa
suaminya akan selingkuh dengan wanita lain karena fungsi seksualnya menurun
akibat kehamilannya.
Kehamilan berikutnya yaitu saat pasien berusia 28 tahun dan mengandung
anak ke-3 dari suami pertama, pasien mengalami gangguan jiwa untuk ke-3 kalinya
dengan gejala yang sama seperti sebelumnya.
Kehamilan berikutnya yaitu saat pasien berusia 32 tahun dan mengandung
anak ke-1 dari suami kedua, pasien mengalami gangguan jiwa untuk ke-4 kalinya
dengan gejala yang sama seperti sebelumnya.
3. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
a. Rawat Inap
Pasien ini memenuhi indikasi rawat
inap,
yakni
mempunyai
(menarik
diri,
emosi
buntu,
negatif dari
kemunduran
dalam
Nama Dagang
SERENACE
HALDOL
GOVOTIL
LODOMER
Sediaan
Tab. 0,5mg, 1,5&5 mg
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 2 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Dosis Anjuran
5-15 mg/h
HALDOL DECANOAS
Amp. 50 mg/ml
50 mg /2-4 mg
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
- Onset efek primer (efek klinis)
Onset efek sekunder (efek samping)
- Waktu paruh
: sekitar 2 4 minggu
: sekitar 2 6 jam
: 12 24 jam (1-2 x/hari)
- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.
psikoterapi psikoanalitik yang lain, psikoterapi ini meletakkan sasaran untuk untuk
3. Lama :
- Beberapa hari, bulan, atau tahun, sesuai kebutuhan
4. Teknik :
- Ahli terapi diramalkan berguna
- Interpretasi digunakan untuk memperkuat pertahanan
- Ahli terapi terus bekerja, hubungan didasarkan kenyataan
merupakan dasar untuk dukungan, perhatian, dan pemecahan
masalah
- Sugesti, dorongan, nasehat, tes realitas, restruktur kognitif, dan
penenteraman
- Cerita kehidupan psikodinamik
- Medikasi
__________________________________________________________________
3.2 Seleksi Pasien
Terdapat dua kelompok pasien yang diseleksi untuk diberikan psikoterapi
suportif, yaitu individu yang sangat sehat sebelumnya, tetapi menjadi lemah kerana
krisis yang tidak mampu dihadapinya di dalam hidup. Kelompok kedua adalah
individu yang mengalami gangguan jiwa yang kronis dan mengalami defisit ego.
Individu dari kelompok pertama merupakan individu yang hanya sementara
terkalahkan oleh krisis yang menimpa, dan masih mempunyai fungsi mental yang
sangat penting untuk bisa cope, sebaik sahaja balance of mental functioning dan
reserves of mental energy dikembalikan semula.5
Contoh individu dari golongan pertama adalah seperti mereka yang
berhadapan dengan perang, gempa bumi, dan kecelakaan dengan kendaraan. Individu
dari golongan kedua biasanya mempunyai primitive defenses seperti splitting,
projective identification, dan denial yang mengakibatkan individu dari kelompok ini
merasakan bahwa dunia sebgai suatu yang sangat membahayakan dan tidak selamat.
Oleh kerana itu, para terapis diharapkan dapat mewujudkan rasa selamat dan aman,
dalam hubungan terapeutik. Selain itu pengenalan serta manajemen tentang
transference dan countertransference merupakan sentral untuk psikoterapi yang
efektif. 5
Terdapat indikasi-indikasi untuk penekanan suportif dalam psikoterapi seperti
yang di bawah: 4
1. Defek ego yang bermakna dengan sifat jangka panjang.
2. Krisis hidup yang berat.
3. Toleransi frustasi yang buruk.
4. Tidak ada kesadaran psikologis.
5. Tes realitas yang buruk.
6. Hubungan objek yang terganggu parah.
7. Pengendalian impuls yang buruk.
8. Intelligensia rendah.
9. Sedikit kemampuan untuk mengobservasi diri sendiri.
10. Disfungsi kognitif dengan dasar organik.
11. Kemampuan yang lemah untuk membentuk ikatan terapetik.
Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimisme. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan
membantu mengoreksi. Bantu memecahkan problem eksternal (misalnya masalah
memungkinkan
pasien
memikul
ketergantungan.
Tetapi
beberapa
pasien
membutuhkan terapi suportif yang dalam waktu yang tidak terbatas, seringkali hanya
dengan tujuan mempertahankan penyesuaian marginal yang memungkinkan mereka
berfungsi di dalam masyarakat.4
Ekspresi emosi adalah bagian penting dalam psikoterapi suportif. Verbalisasi
emosi kuat yang tidak terekspresi mungkin menimbulkan keringan yang cukup.
Tujuan pengungkapan tersebut bukan terutama untuk mendapatkan tilikan ke dalam
pola dinamika bawah sadar yang mungkin memperkuat respon sekarang. Malahan,
penurunan ketegangan dan kecemasan dalam dapat dihasilkan dari ekspresi emosi,
dan diskusi selanjutnya dapat menyebabkan tilikan ke dalam masalah sekarang dan
objektivitas dalam menilainya.4
Psikoterapi suportif adalah cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Sebagai
contohnya, cara ini dapat berguna jika pasien menentang psikoterapi ekspresif atau
dianggap terlalu terganggu secara emosional untuk prosedur tersebut. Terapi suportif
dapat dipilih jika penilaian diagnostik menyatakan bahawa proses kematangan yang
bertahap, didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan
yang paling menjanjikan ke arah perbaikan.4