Anda di halaman 1dari 21

Bed Site Teaching

KETERANGAN UMUM
Nama

: Ny. Y

Tanggal Lahir

: 5 November 1962

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kp Cilendek 02/09, Cibeureum, Kota Baru, Tasik Malaya

Perkerjaan

: PNS

Status Marital

: Janda

Agama

: Islam

Tanggal Masuk

: 27 Mei 2012

Tanggal Pemeriksaan : 19 Juni 2012


PENANGGUNGJAWAB PASIEN
Heteroanamnesa diperoleh dari,
Nama

: Ny S

Umur

: 68 tahun

Alamat

: Siliwangi

Hubungan dengan penderita : Ibu kandung


Lama Perkenalan

: Sejak lahir

Sifat Perkenalan

: Akrab

Kebenaran Anamnesa

: Dapat dipercaya

ANAMNESIS
Keluhan Utama: Mengamuk, curiga terhadap orang lain dan tidak mau minum obat.
A. HETEROANAMNESIS
3 minggu SMRS, pasien mengamuk memecahkan barang- Impulsif1
1
barang, meludah ke suami, bapak dan ibu1. Kemudian oleh Agresivitas motorik

karena ketidak pedulian suami sekeluarga, ibu pasien meminta


tolong pihak RSHS untuk membawa pasien.
Pasien pulang rawat 13 hari yang lalu dari RSHS. Saat pulang
tampak tenang, bicara terarah dan cukup bergaul dengan
kerabat. Keesokan harinya, sikap pasien berubah, pasien banyak Waham/ide curiga
berburuk sangka pada orang lain2, marah tiba-tiba tanpa alasan
jelas

Waham/ide hubungan3

(misal: saat dilirik orang di angkot, pasien seperti Irritable3


tersinggung dan tiba-tiba melontarkan kata-kata kasar4). Pasien

juga sering bicara kasar dan marah tanpa sebab5 kepada suami, Agresivitas verbal4
sehingga hubungan pernikahan menjadi kurang harmonis dan
suami menghindari berjumpa dengan pasien. Komunikasi
interpersonal pasien dengan anggota keluarga lain juga

Impulsif5
Irritable5

terganggu.
Dua bulan SMRS pasien menjadi malas bekerja sebagai ibu Gangguan

fungsi

6
rumah tangga dan jarang masuk kerja6. 3 minggu SMRS pasien peran dan okupasi

tanpa sebab mengamuk7 terutama antara jam 6 sore 10 malam.

Impulsivitas7

2 minggu SMRS makan kurang, kadang-kadang tidak mau Agresivitas motorik7


makan8, dan mengalami gangguan tidur, tapi masih baik dalam Anorexia8
perawatan diri. Pasien sering terbangun tengah malam dan Waham curiga8
9
mengganggu orang rumah karena aktivitas yang tidak jelas Insomnia

tujuannya.10 Pasien juga beberapa kali melempari orang tak


dikenal yang lewat didekatnya.

11

Hiperaktivitas10
Agitasi motorik10
Impulsif 11

12

Selain itu pasien juga berpura-pura minum obat , padahal

Agresivitas motorik11
IOI buruk12

ketahuan bahwa obatnya dibuang. Keluarga yakin bahwa pasien


minum obat tidak teratur karena pasien menyimpan sendiri
obatnya dan tidak terawasi saat minum obat.

Pasien juga

terdengar bicara bohong dan selalu menyangkal perilaku


buruknya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sakit I: Saat usia pasien 22 tahun, dan saat pasien
mengandung anak pertama usia kehamilan 3-4 bulan, pasien
mengamuk dan marah-marah tanpa sebab. Kemudian oleh
keluarga pasien dibawa ke Cisarua selama 2 bulan. Pulang ada
perbaikan, kontrol teratur. 2 bulan SMRS pasien mendengar dan Faktor presipitasi
melihat suami pasien berduaan naik motor yang mana wanita
tersebut adalah teman sekerja suaminya.
Sakit II: Sewaktu hamil anak ke-2 pada usia 25 tahun,
hamil sekitar 3-4 bulan dengan keluhan mengamuk dan marahmarah. Keluarga membawa pasien ke RS, dirawat jalan sampai
keadaan sembuh, dan pasien bisa bekerja seperti semula.
Sakit III: Hamil anak ke-3 pada usia 28 tahun, keluhan
sama (mengamuk dan marah-marah), dibawa ke RSHS dan
dirawat jalan, ada perbaikan, dan pasien kontrol secara teratur.
Sakit IV: Pada saat lahir anak ke-4, pada usia 32 tahun, pasien
dirawat inap di RSHS atas keluhan yang sama, dirawat kurang
lebih 2 bulan. Terjadi perbaikan, dan pasien kontrol secara
teratur.
Sakit V: Pasien kembali dirawat selama 20 hari di RSHS karena
mengamuk. Kemudian pulang dengan perbaikan. Saat pulang,
pasien diberi obat Haloperidol 5 mg 2x1 tab, Triheksifenidil
2mg 2x1 tab, dan Ativan (Lorazepam) yang diminum 1 kali saat

malam hari. Sebelumnya pasien juga pernah disuntik Haldol


dekanoat 50 mg tiap bulan saat kontrol (terakhir suntik tanggal
3 September 2008). Menurut ibunya jika mendapat 3 macam
obat diatas dan disuntik keadaan pasien menjadi lebih tenang.
Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit yang sama didapatkan di kakak dan juga adik
pasien.
Riwayat Hidup
Masa Prenatal
Cukup bulan, persalinan lahir spontan, dibantu bidan, selama hamil ibu pasien sering
bertengkar dengan suami namun tidak berlangsung lama.
Masa Bayi
ASI sampai 1 tahun, berhenti karena ASI tidak lagi keluar. Toilet training 2 tahun
diajarkan oleh ibu tanpa paksa, tumbuh kembang sesuai anak seusianya.
Masa Prasekolah
Agak pendiam, suka bermain dengan anak seusianya.
Masa Sekolah & Pra Pubertas
SD usia 6 tahun, prestasi bagus, tamat SD lanjut ke SMP. Prestasi cukup baik tidak
ada masalah dengan guru dan teman-teman.

Masa Pubertas
Tamat SMP lanjut ke SMA, prestasi cukup baik, tidak ada masalah dengan guru,
pasien mulai pacaran sejak SMA.
Masa Dewasa

Setelah tamat SLTA, langsung bekerja selama 1 tahun, selepas itu ikut tes PNS,
langsung diterima.
Riwayat pekerjaan
Kerja pertama di BTN, selepas 1 tahun berhenti karena diterima sebagai PNS di
Departemen Agama dan telah bekerja disana selama 16 tahun.
Riwayat Pernikahan
Menikah untuk kali pertama pada tahun 1981, bercerai karena suami pasien
selingkuh. Mempunyai 3 orang anak dari suami pertama. Kemudian menikah untuk
kali keduanya (2001) dengan pria yang dipacari kurang lebih 3 bulan dan telah
dikaruniai 1 orang anak.
Riwayat PGZ
Tidak ada.
Kondisi Pasien Sebelum Sakit
Pasien sering bercerita ke orang tuanya kalau ada masalah. Pasien mempunyai sifat
perasa (sensitif).
Orientasi Psikoseksual
Normal

Kehidupan Emosional
Jika marah, pasien akan kembali seperti semula, dan sering mohon maaf.
Pandangan terhadap
Agama

: Baik

Moral

: Baik

Sosial

: Baik

Hubungan sosial
Hubungan dengan saudara dan tetangga baik.
B. AUTOANAMNESA
Pasien mengatakan suaminya selingkuh dengan orang lain/teman sekerjanya,
walaupun tidak pernah melihat sendiri/dibuktikan. Walaupun suami pasien sekarang
merupakan suami yang ke-2, pasien tetap mengatakan suaminya selingkuh dan sering
memikirkan apa saja yang sedang dikerjakan suaminya saat ini.
Pasien juga mengaku yang dia sering susah hati dan gelisah karena banyak
yang sedang difikirkan. Saat ditanya apa yang dipikirkan, pasien mengatakan tidak
tahu.
Pasien juga mengaku bahwa dia tidak sakit dan seharusnya tidak dirawat di
RS dan diberikan obat-obatan.
Pasien pernah mengatakan yang dia lelah dan merasa lebih baik jika dia tidak
hidup lagi.
Lain-lain belum dapat dinilai karena pasien kurang kooperatif, dan juga
karena moodnya yang labil.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 88 x/mnt

Respirasi

: 18 x/mnt

Suhu

: afebris

Status Interna

: dalam batas normal


STATUS PSIKIATRIKUS

Saat masuk (14/11/08)


Roman muka

: Hostile

Kesadaran

: CM

Kontak/rapport

: Ada/adekuat,kooperatif

Orientasi

: Tempat/waktu/orang: Baik/Baik/Baik

Ingatan

: Immediate

: Baik

Recent

: Baik

Remote

: Baik

Perhatian

: Adekuat

Persepsi

: Ilusi: (-)
Halusinasi: (-)

Pikiran

: Bentuk

: tidak realistik

Jalan

: Koheren

Isi

: Waham curiga (+),


ide hubungan (+)

Emosi

: Mood
Afek

: Senang
: Inappropriate

Insight of Illness

: stage 2 ; Slight awareness, but denying it at the same time

Tingkah laku

: Normoaktif

Bicara

: spontan, relevan

Dekorum

: Cukup

Saat ini (27/11/08)

Roman muka

: Hostile

Kesadaran

: CM

Kontak/rapport

: Ada/adekuat,kooperatif

Orientasi

: Tempat/waktu/orang: Baik/Baik/Baik

Ingatan

: Immediate

: Baik

Recent

: Baik

Remote

: Baik

Perhatian

: Adekuat

Persepsi

: Ilusi: (-)
Halusinasi: (-)

Pikiran

: Bentuk

: mulai realistik

Jalan

: Koheren

Isi

: Waham curiga (+); Pasien merasa yakin


bahwa suaminya berselingkuh
Idea of reference (+)

Emosi

: Mood
Afek

: Senang
: Inappropriate (roman muka tampak waspada,
nada bicaranya sinis)

Insight of Illness

: stage 5: Intelectual Insight

Tingkah laku

: Normoaktif

Bicara

: spontan, relevan

Dekorum

: Cukup
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi
Darah Rutin :
Hb
Ht
Leukosit

27/05/2012

Nilai Normal

12
37
9000

12-16
35-47
3800-10600

Trombosit

215000

150000-440000

14
4
18
0,8
91

13-33
6-27
15-36
0,7-1,2
<140

Kimia Klinik
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
GDS

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I

: Schizophrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.00)

Axis II

: Belum ada diagnosis

Axis III

: Tidak ada diagnosis

Axis IV

: Masalah keluarga (suami selingkuh)

Axis V

: GAF saat masuk 60-51


GAF saat ini 70-61
PENATALAKSANAAN

Rawat Inap
Anti psikosis : Haloperidol 2 x 5mg
Psikoterapi suportif
PROGNOSIS

Quo Ad Vitam: Ad bonam


Quo Ad Functionam: Dubia ad bonam

PEMBAHASAN
1.

Apa dasar diagnosis pada pasien ini?

Axis I : Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan


Pedoman Diagnostik Skizofrenia (PPDGJ III) :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2
gejala bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)
a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal, dan thought
broadcasting.
b.

Delusion of control, delusion of influence, atau passivity; persepsi


delusional.

c.

Halusinasi auditorik

d. Waham menetap jenis lain.


Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas
e.

Halusinasi yang menetap daripanca indera apa saja

f.

Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat
inkoherensi atau neologisme

g.

Perilaku katatonik : excitement, posturing, cerea flexibility, negativism,


mutisme, stupor

h.

Gejala-gejala negatif: apatis, pembicaraan terhenti, respons emosional


menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial, menurunnya kinerja
sosial.

Gejala khas itu berlangsung 1bulan, tidak termasuk fase prodromal


Perubahan konsisten dan bermakna dlm aspek perilaku perorangan
hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, berdiam diri (self-absorbed
attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid (PPDGJ III):
Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol. Contoh:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam/memberi perintah, atau
berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa
b. Halusinasi pembauan/pengecapan rasa, atau bersifat seksual
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan,waham dipengaruhi, keyakinan dikejar adalah yang
paling khas

Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala


katatonik secara relatif tidak nyata
Kriteria Berkelanjutan
Tidak ada remisi dari gejala psikotik selama periode observasi.
Pada pasien ini didapatkan:
waham curiga yang menetap dan menonjol, yang berlangsung 1bulan
gejala-gejala negatif: apatis, pembicaraan terhenti, respons
emosional

menumpul,

penarikan

diri

dari

pergaulan

sosial,

menurunnya kinerja sosial


tidak terdapat gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan

serta gejala katatonik


Tidak ada remisi dari gejala psikotik selama periode observasi.

Axis II : belum ada diagnosis karena tidak didapatkan keterangan yang lengkap
mengenai kondisi kepribadian pasien sebelum sakit.
Axis III : tidak ada diagnosis karena pemeriksaan fisik status interna dan hasil
laboratorium dalam batas normal
Axis IV :

masalah keluarga : ancaman ketidakharmonisan dengan suami,

hubungan dengan anak-anaknya terganggu


masalah sosial : ancaman dikucilkan dari pergaulan

Axis V :

GAF scale saat datang : 60-51,


karena terdapat hendaya sedang dalam fungsi sosial
GAF scale saat datang : 70-61,
karena terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, dengan hendaya
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

2.

Bagaimana psikodinamika pada pasien ini?


Pasien adalah seorang wanita, terlahir sebagai anak tengah. Saat pasien berada

dalam kandungan (prenatal), ibu dan ayah sering bertengkar. Setelah pasien lahir,
kondisi tersebut dapat menyebabkan reaksi penolakan (rejeksi) dari ibu dalam bentuk
pengasuhan yang tidak adekuat. Menurut Erik Erikson, masa ini merupakan fase
pembentukan rasa percaya (trust vs. mistrust), dimana perkembangan rasa percaya
kepada dunia berakar dari pengalaman pertama dari hubungan si anak dengan ibunya.
Seorang anak, dengan ibu yang dapat memenuhi kebutuhan si anak dengan konsisten
dan teratur, akan belajar untuk mentoleransi rasa frustasi karena belum terpenuhinya
kebutuhan dan akhirnya rasa percaya pun akan tumbuh.
Kegagalan

dalam

pembentukan

rasa

percaya

akan

menyebabkan

berkembangnya rasa tidak percaya. Pada saat dewasa, berkembangnya rasa tidak
percaya ini akan bermanifestasi menjadi gangguan dysthymic, gangguan depresi dan
rasa putus asa. Orang yang mengembangkan dan mengandalkan mekanisme mental
proyeksi kemungkinan akan menjadi paranoid dan mengalami gangguan waham.
Rasa tidak percaya juga merupakan kontributor utama dari berkembangnya gangguan
kepribadian skizoid.
Selain itu, jika seseorang terfiksasi pada transisi antara fase pembentukan
rasa percaya dan fase selanjutnya, yaitu fase otonom (Autonomy vs. Shame and
Doubt), dengan residunya, yaitu rasa tidak percaya dan keraguan terhadap diri
sendiri, akan menyebabkan berkembangnya rasa ketakutan dan kecemasan terhadap
ancaman mendapatkan hukuman.
Pada saat pasien berusia 22 tahun, pasien mengandung anak ke-1 dari suami
pertama. Pasien melihat suami membonceng perempuan lain dan pasien mengalami
gangguan jiwa untuk pertama kali (faktor presipitasi I). Pasien berobat ke rumah sakit
dan mengalami remisi.
Pada saat pasien berusia 25 tahun dan mengandung anak ke-2 dari suami
pertama, pasien kembali mengalami gangguan jiwa yang kedua kalinya. Gejala

berupa waham cemburu, yaitu yakin bahwa suaminya selingkuh. Gejala ini muncul
akibat pasien menggunakan mekanisme pertahanan proyeksi, dimana pasien merasa
suaminya akan selingkuh dengan wanita lain karena fungsi seksualnya menurun
akibat kehamilannya.
Kehamilan berikutnya yaitu saat pasien berusia 28 tahun dan mengandung
anak ke-3 dari suami pertama, pasien mengalami gangguan jiwa untuk ke-3 kalinya
dengan gejala yang sama seperti sebelumnya.
Kehamilan berikutnya yaitu saat pasien berusia 32 tahun dan mengandung
anak ke-1 dari suami kedua, pasien mengalami gangguan jiwa untuk ke-4 kalinya
dengan gejala yang sama seperti sebelumnya.
3. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
a. Rawat Inap
Pasien ini memenuhi indikasi rawat

inap,

yakni

mempunyai

kecenderungan menyakiti orang lain.


b. Medikamentosa : Antipsikotik Haloperidol 2x5mg tab. Oral
o Antipsikosis merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk
skizofrenia. Antipsikosis tradisional (tipikal) paling efektif dalam
pengobatan gejala skizofrenia yang positif (delusi, halusinasi, dan
gangguan pemikiran). Obat-obat baru dengan aktifitas penghambat
serotonin (atipikal) efektif untuk pasien-pasien yang resisten dengan
obat tradisional, terutama pengobatan dengan gejala
skizofrenia

(menarik

diri,

emosi

buntu,

negatif dari

kemunduran

dalam

komunikasi dengan orang lain).


o Haloperidol merupakan antipsikotik tipikal yang high potent.
Nama Generik
Haloperidol

Nama Dagang
SERENACE
HALDOL
GOVOTIL
LODOMER

Sediaan
Tab. 0,5mg, 1,5&5 mg
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 2 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Tab. 2 mg, 5 mg

Dosis Anjuran
5-15 mg/h

HALDOL DECANOAS

Amp. 50 mg/ml

50 mg /2-4 mg

Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
- Onset efek primer (efek klinis)
Onset efek sekunder (efek samping)
- Waktu paruh

: sekitar 2 4 minggu
: sekitar 2 6 jam
: 12 24 jam (1-2 x/hari)

- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.

Pengobatan dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran


dinaikkan setiap 2 3 hari
sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan Sindrom Psikosis)
dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan
dosis optimal
dipertahankan sekitar 8 12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu
dosis maintenance
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1- 2
hari/minggu)
tappering off (dosis diturunkan tiap 2 4 minggu)
STOP
o ,karenadadasarnya Psikoterapi suportif merupakan bentuk psikoterapi
yang sering digunakan dalam praktek klinis dan memerlukan skill
yang sangat baik daripada terapis. Ia memerlukan pemahaman tentang
peranan dari sejarah perkembangan penyakit pasien, dan pemahaman
menyeluruh tentang efek dari terapi dan transference dari hubungan
dokter-pasien.5
Psikoterapi suportif dikenal dari tujuan dan tekniknya. Berbeda dengan

psikoterapi psikoanalitik yang lain, psikoterapi ini meletakkan sasaran untuk untuk

membantu pasien mengembalikan semula fungsi yang terbaik seperti sebelumnya,


membatasi keadaan sakit dan kemampuan diri seperti sebelumya. 5
Perbedaan antara suportif psikoterapi dengan psikoterapi yang lain bisa diberi
perumpamaan seperti perbedaan perawatan untuk infeksi dari viral dan bakteri.
Secara umum, terapi untuk infeksi viral itu merupakan psikoterapi suportif, yaitu
dengan memberi bantuan yang diperlukan untuk pertahanan diri pasien dan
membantu dalam penyembuhan secara natural dalam satu environment. Berbeda
dengan terapi untuk infeksi dari viral, terapi untuk infeksi dari bakteri, diberi
perawatan dengan antibiotik yang akan menghilangkan penyebab penyakit.5
Disebut juga psikoterapi berorientasi hubungan, menawarkan dukungan
kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan,
atau dekompesasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan
dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah
terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi
pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu, dan
kecemasan. Dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin
terlalu kuat untuk dihadapi.4
Tabel 3.1 Ciri-ciri penting psikoterapi suportif.4
__________________________________________________________________
Ciri-ciri penting psikoterapi suportif
--------------------------------------------------------------------------------------------------1. Tujuan :
- Mendukung tes realitas
- Memberikan dukungan ego
- Mempertahankan atau menegakkan kembali tingkat fungsional
2. Kriteria pemilihan :

Pasien yang sangat sehat yang berhadapan dengan krisis yang


melanda
Pasien dengan defisit ego

3. Lama :
- Beberapa hari, bulan, atau tahun, sesuai kebutuhan
4. Teknik :
- Ahli terapi diramalkan berguna
- Interpretasi digunakan untuk memperkuat pertahanan
- Ahli terapi terus bekerja, hubungan didasarkan kenyataan
merupakan dasar untuk dukungan, perhatian, dan pemecahan
masalah
- Sugesti, dorongan, nasehat, tes realitas, restruktur kognitif, dan
penenteraman
- Cerita kehidupan psikodinamik
- Medikasi
__________________________________________________________________
3.2 Seleksi Pasien
Terdapat dua kelompok pasien yang diseleksi untuk diberikan psikoterapi
suportif, yaitu individu yang sangat sehat sebelumnya, tetapi menjadi lemah kerana
krisis yang tidak mampu dihadapinya di dalam hidup. Kelompok kedua adalah
individu yang mengalami gangguan jiwa yang kronis dan mengalami defisit ego.
Individu dari kelompok pertama merupakan individu yang hanya sementara
terkalahkan oleh krisis yang menimpa, dan masih mempunyai fungsi mental yang
sangat penting untuk bisa cope, sebaik sahaja balance of mental functioning dan
reserves of mental energy dikembalikan semula.5
Contoh individu dari golongan pertama adalah seperti mereka yang
berhadapan dengan perang, gempa bumi, dan kecelakaan dengan kendaraan. Individu
dari golongan kedua biasanya mempunyai primitive defenses seperti splitting,
projective identification, dan denial yang mengakibatkan individu dari kelompok ini

merasakan bahwa dunia sebgai suatu yang sangat membahayakan dan tidak selamat.
Oleh kerana itu, para terapis diharapkan dapat mewujudkan rasa selamat dan aman,
dalam hubungan terapeutik. Selain itu pengenalan serta manajemen tentang
transference dan countertransference merupakan sentral untuk psikoterapi yang
efektif. 5
Terdapat indikasi-indikasi untuk penekanan suportif dalam psikoterapi seperti
yang di bawah: 4
1. Defek ego yang bermakna dengan sifat jangka panjang.
2. Krisis hidup yang berat.
3. Toleransi frustasi yang buruk.
4. Tidak ada kesadaran psikologis.
5. Tes realitas yang buruk.
6. Hubungan objek yang terganggu parah.
7. Pengendalian impuls yang buruk.
8. Intelligensia rendah.
9. Sedikit kemampuan untuk mengobservasi diri sendiri.
10. Disfungsi kognitif dengan dasar organik.
11. Kemampuan yang lemah untuk membentuk ikatan terapetik.
Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimisme. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan
membantu mengoreksi. Bantu memecahkan problem eksternal (misalnya masalah

pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi


yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu)
dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya. Kenalilah
bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui
kemarahan, hostilitas, tuntutan yang tak masuk akal, dan lain-lain).4
3.3 Teknik-teknik Psikoterapi Suportif
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
kombinasi, termasuk: 4
1. Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah.
2. Pemuasan kebutuhan ketergantungan.
3. Mendukung perkembangan kemandirian yang sah akhirnya.
4. Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (contohnya, hobi).
5. Istirahat dan penghiburan yang adekuat.
6. Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.
7. Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan.
8. Medikasi untuk menghilangkan gejala.
9. Bimbingan dan nasehat dalam masalah sekarang.
Cara ini menggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong, dan aman serta tidak merasa cemas.4
Satu bahaya terbesar adalah terletak pada kemungkinan memberikan regresi
yang terlalu besar dan ketergantungan yang terlalu kuat. Dari awalnya, dokter
psikiatrik harus merencanakan untuk bekerja secara terus-menerus sehingga

memungkinkan

pasien

memikul

ketergantungan.

Tetapi

beberapa

pasien

membutuhkan terapi suportif yang dalam waktu yang tidak terbatas, seringkali hanya
dengan tujuan mempertahankan penyesuaian marginal yang memungkinkan mereka
berfungsi di dalam masyarakat.4
Ekspresi emosi adalah bagian penting dalam psikoterapi suportif. Verbalisasi
emosi kuat yang tidak terekspresi mungkin menimbulkan keringan yang cukup.
Tujuan pengungkapan tersebut bukan terutama untuk mendapatkan tilikan ke dalam
pola dinamika bawah sadar yang mungkin memperkuat respon sekarang. Malahan,
penurunan ketegangan dan kecemasan dalam dapat dihasilkan dari ekspresi emosi,
dan diskusi selanjutnya dapat menyebabkan tilikan ke dalam masalah sekarang dan
objektivitas dalam menilainya.4
Psikoterapi suportif adalah cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Sebagai
contohnya, cara ini dapat berguna jika pasien menentang psikoterapi ekspresif atau
dianggap terlalu terganggu secara emosional untuk prosedur tersebut. Terapi suportif
dapat dipilih jika penilaian diagnostik menyatakan bahawa proses kematangan yang
bertahap, didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan
yang paling menjanjikan ke arah perbaikan.4

Anda mungkin juga menyukai