Death Case Colitis Ulserativa
Death Case Colitis Ulserativa
RSUD
No. RM :233994
Pendamping : 1. dr. Triyono
2. dr. Faridha Achmawati
Tinjauan Pustaka
Istimewa
k
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Wanita, 40 tahun, lemes berbulan-bulan, memberat 1 minggu terakhir, intake makan dan
minum berkurang satu minggu terakhir karena ada sariawan di seluruh rongga mulut,
riwayat diare berbulan-bulan, cardiac arrest, syok hipovolemik pada colitis ulserativa.
Tujuan
:
Mengobati kegawatan penyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut
Bahan
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Bahasan
Cara
Diskusi
Membahas
DATA PASIEN
Nama Klinik : IGD
Presentasi dan
Pos
Diskusi
Nama : Ny. S
Telp : -
(17:20)
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : Cardiac Arrest e/c syok hipovolemik pada colitis ulserativa
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang) :
Pasien seorang wanita, 40 tahun, datang ke IGD RSUD Muntilan dengan
keluhan badan lemes, dirasakan sudah berbulan-bulan, memberat 1 minggu
terakhir, intake makan dan minum berkurang satu minggu terakhir karena ada
sariawan di seluruh rongga mulut, riwayat diare berbulan-bulan. Diare air >>
ampas, kadang disertai lender dan darah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat radang usus : (+) 6 bulan terakhir
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan serupa: disangkal
5. Riwayat Sosio-Ekonomi : ibu rumah tangga, pasien Jamkesmas
DAFTAR PUSTAKA :
Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama 2000. EGC, Jakarta.
1
HASIL PEMBELAJARAN :
1. Mengetahui patofisiologi syok hipovolemik pada colitis ulserativa
2. Mengetahui penatalaksanaan syok hipovolemik
3. Mengetahui penatalaksanaan kondisi cardiac arrest
KASUS : CARDIAC ARREST e/c SYOK HIPOVOLEMIK pada COLITIS ULSERATIVA
SUBJECTIVE
A. Keluhan Utama
Lemes
B. Keluhan Penyerta
: disangkal
: disangkal
OBJECTIVE
I PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 01 Februari 2015 pukul 17:20 :
A. Keadaan Umum : sakit berat, somnolen, lemah, gizi kesan kurang
B. Tanda Vital :
TD
: 60 per palpasi
Nadi
Respirasi
: 32 x/menit
Suhu
D. Kepala
G. Hidung
(-), lidah tiphoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka
pada sudut bibir (-), foetor ex ore (-), mukosa basah (-)
I. Tenggorokan
J. Leher
kelenjar
limfe
retroaurikuler,
Palpasi
Perkusi
: spatium
3
intercostale
II
linea
parasternalis sinistra
batas jantung kiri bawah
Bunyi jantung SI
: simetris
Auskultasi
Kanan
Kiri
Inspeksi
: tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok
costovertebral kiri(-), area troube tympani
Palpasi
(-).
4
O. Ekstremitas :
Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
Luka
Deformitas
Ikterik
Petekie
Sponn nail
Kuku pucat
Clubing finger
Hiperpigmentasi
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Extremitas superior
Dextra
Sinistra
+
+
5
5
Normal
Normal
+2
+2
-
Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
+
+
5
5
Normal
Normal
+2
+2
-
CRT > 2
Arteri Dorsalis Pedis teraba lemah, isi tidak adekuat-cepat
Rangsang Meningeal : negative
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
GDS : 124
DL, elektrolit, SGOT/SGPT, ureum/creatinine (dicancel, pasien bertahan di IGD 2 jam)
ASSESSMENT
1. Cardiac Arrest e/c syok hipovolemik e/c colitis ulserativa dengan low intake
PLANNING
I. TERAPI (17.20)
O2 4 lpm
Resusitasi cairan kristaloid (RL) maksimal 2 L
Pasang iv line 2 jalur, cek TD dan pulmo
Pasang DC cek urine output tidak keluar urine
Konsul dr. Primahati, Sp.PD
1. Syok teratasi lanjut IVFD Aminofluid : Kalbamin 20 tpm makro maintenance
5
2.
3.
4.
5.
6.
7.
II. MONITORING
Monitoring KU/VS per 15 menit
Foto thorax PA
EKG : PEA
EKG : Asistol
Progress Note
Jam
17.20
18.20
19.18
19.23
19.25
19.30
S
O:
Hemodinamik
TD
HR
T
Respirasi
Lemah
Lemah
Tidak sadar
Tidak sadar
Tidak sadar
60/palpasi
160x/menit
36,0C
32 x/menit
spontan
O2 4 lpm
75/40
160x/menit
36,0C
32 x/menit
spontan
O2 4 lpm
Tak terukur
Tak teraba
36,0C
Gasping
Bagging 15
Tak terukur
Tak teraba
36,0C
Tidak
No pulse
-
lpm
spontan
Bagging 15
Tak terukur
36,0C
Tidak spontan
Bagging 15
somnolen
Somnolen
Koma
Pupil
lpm
Koma
Pupil mulai
Koma
Pupil
midriasis
midriasis
Neurologi
anisokor
RC (+/+)
lpm
Pupil
midriasis
maksimal,
RC (-/-)
Tindakan
Resusitasi
kristaloid (RL)
2 jalur sampai
maksimal 2 L.
Resusitasi
kristaloid (RL)
2 jalur sudah
masuk 1000 cc
CPR 30 : 2
Lihat irama
EKG
monitor :
PEA
Lihat irama
EKG
monitor :
VT tanpa
nadi
Cek TD,
Cek pulmo,
Urine output
terpasang
DC
(tidak
keluar)
Konsul Ulang
dr Primahati,
Sp.PD:
Advice Tx:
Drips
dopamine
STOP
Defibrillator
360 Joule
monofasik
Drips
dopamine 220
ug/kgBB/menit
1 amp dalam
RL 20 tpm
makro
Inj epinefrin
1 mg
Inj
amiodarone
300 mg
Inj epinefrin
1 mg
Lanjut CPR
30 : 2 selama
(5 siklus)
Lanjut CPR
30 : 2
selama (5
siklus)
Lanjut CPR
30 : 2 selama
(5 siklus)
Menjelaskan
kondisi pasien
dan tindakan
medis
yang
akan dilakukan
ke keluarga
Motivasi
keluarga
kondisi
pasien jelek
TINJAUAN PUSTAKA
COLITIS ULSERATIVA
8
Lihat irama
EKG
monitor: PEA
Lihat irama
EKG
monitor :
Asistol
True
asistole
Motivasi
keluarga.
Pasien
dinyatakan
meninggal
dihadapan
suami,
keluarga,
dan tim
medis
A. BATASAN
Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar mengalami
peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut dan demam. Kolitis
ulserativa bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya dimulai antara umur 15-30
tahun.
Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa tidak selalu memperngaruhi seluruh
ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus halus. Penyakit ini biasanya dimulai
di rektum atau kolon sigmoid (ujung bawah dari usus besar) dan akhirnya menyebar ke
sebagian atau seluruh usus besar.
Sekitar 10% penderita hanya mendapat satu kali serangan. Proktitis ulserativa
merupakan peradangan dan perlukaan di rektum. Pada 10-30% penderita, penyakit ini
akhirnya menyebar ke usus besar. Jarang diperlukan pembedahan dan harapan hidupnya
baik.
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor keturunan dan respon sistem
kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya kolitis
ulserativa.
C. SIMPTOM
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,
sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak
sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana
penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut
bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan
kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara
waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah
merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak
muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air
besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa
nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala
ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang
paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.
D. DIAGNOSA
9
masa
bebas
gejalapun,
usus
jarang
terlihat
normal.
bisa
menunjukan
berat
dan
penyebaran
penyakit.
Barium enema dan kolonoskopi biasanya tidak dikerjakan sebelum pengobatan dimulai,
karena adanya resiko perforasi (pembentukan lubang) jika dilakukan pada stadium aktif
penyakit.Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran penyakit dan untuk
meyakinkan tidak adanya kanker.
Peradangan usus besar memiliki banyak penyebab selain kolitis ulserativa. Karena
itu, dokter menentukan apakah peradangan disebabkan oleh infeksi bakteri atau parasit.
Contoh tinja yang diperoleh selama pemeriksaan sigmoidoskopi diperiksa dibawah
mikroskop dan dibiakkan. Contoh darah dianalisa untuk menentukan apakah terdapat
infeksi parasit. Contoh jaringan diambil dari lapisan rektum dan diperiksa dibawah
mikroskop. Diperiksa apakah terdapat penyakit menular seksual pada rektum (seperti
gonore, virus herpes atau infeksi klamidia), terutama pada pria homoseksual.
Pada orang tua dengan aterosklerosis, peradangan bisa disebabkan oleh aliran darah yang
buruk ke usus besar.
Kanker usus besar jarang menyebabkan demam atau keluarnya nanah dari rektum,
namun harus difikirkan kanker sebagai kemungkinan penyebab diare berdarah.
E.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan
mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Penderita sebaiknya menghindari buah dan
sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang.
Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan
anemia
yang
disebabkan
oleh
hilangnya
darah
dalam
tinja.
Obat-obatan antikolinergik atau dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada
diare yang relatif ringan.
Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar dari
difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein.
10
Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi secara
ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.
Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi
peradangan
pada
kolitis
ulserativa
dan
untuk
mencegah
timbulnya
gejala.
Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan
yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).
Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah
sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti prednisone.
Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah prednisone
mengendalikan
peradangannya,
sering
diberikan
sulfasalazine,
olsalazine
atau
usus
besar
dan
rektum,
secara
permanen
akan
Kolitis
yang
Toksik,
hebat,
terjadi
perforasi
kerusakan
pada
atau
seluruh
penyebaran
ketebalan
dinding
infeksi.
usus.
Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti,
sehingga isi usus tidak terdorong di dalam salurannnya. Perut tampak menggelembung.
Usus besar kehilangan ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami pelebaran.
Rontgen perut akan menunjukkan adanya gas di bagian usus yang lumpuh.
Jika usus besar sangat melebar, keadaannya disebut megakolon toksik. Penderita tampak
sakit berat dengan demam yang sangat tinggi. Perut terasa nyeri dan jumlah sel darah
putih meningkat. Dengan pengobatan efektif dan segera, kurang dari 4% penderita yang
meninggal. Jika perlukaan ini menyebabkan timbulnya lubang di usus (perforasi), maka
resiko kematian akan meningkat.
3. Kanker Kolon (Kanker Usus Besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang
yang menderita kolitis ulserativa yang lama dan berat. Resiko tertinggi adalah bila
seluruh usus besar terkena dan penderita telah mengidap penyakit ini selama lebih dari 10
tahun, tanpa menghiraukan seberapa aktif penyakitnya.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar)
secara teratur, terutama pada penderita resiko tinggi terkena kanker, selama periode bebas
gejala. Selama kolonoskopi, diambil sampel jaringan untuk diperiksa dibawah
mikroskop. Setiap tahunnya, 1% kasus akan menjadi kanker. Bila diagnosis kanker
ditemukan pada stadium awal, kebanyakan penderita akan bertahan hidup.
Seperti halnya penyakit Crohn, kolitis ulserativa juga dihubungkan dengan kelainan
yang mengenai bagian tubuh lainnya. Bila kolitis ulserativa menyebabkan kambuhnya
gejala usus, penderita juga mengalami :
- peradangan pada sendi (artritis)
- peradangan pada bagian putih mata (episkleritis)
- nodul kulit yang meradang (eritema nodosum) dan
12
13