ZZ Portofolio DHF
ZZ Portofolio DHF
Audit
Bahasan
Cara
Pos
Diskusi
Membahas
DATA PASIEN
Nama Klinik : IGD
Presentasi dan
Diskusi
Nama : Ny. S.M.
Telp : -
(18.40)
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : DHF GRADE III
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang) :
Pasien wanita, usia 31 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS.
Timbul mendadak, disertai nyeri kepala, nyeri otot dan sendi. Perut terasa mual dan
muntah 3 kali. BAB 1 kali bercampur darah warna hitam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi/Jantung/Diabetes Melitus : disangkal
Mondok : tidak pernah
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan Serupa : disangkal
Hipertensi/Jantung/Diabetes Melitus : disangkal
5. Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal
6. Riwayat Sosio-Ekonomi : Ibu Rumah Tangga, pasien JKN
DAFTAR PUSTAKA :
Anonim.2009.Tata Laksana DBD.(On-line).http://www.depkes.go.id. Diakses 25 Juli 2014
Fahmi M. 2006. Demam Berdarah Dengue. (On-line).http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses 25
Juli 2014
Guntur A. 2006. Bed Side Teaching Ilmu Penyakit Dalam. Surakarta: UNS press. Hal 49-51
Konthen P.G., Effendi C., Soegiarto G., Baskoro A., Tjokroprawir0 A., Sutjahjo A., Murtiwi S.
et.al. 2008. Demam berdarah dengue dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF
1
Ilmu Penyakit Dalam RSU Dr. Soetomo.Ed.III., Surabaya: UNAIR press. Hal 353-7
HASIL PEMBELAJARAN :
1.
2.
3.
4.
Demam
B. Keluhan Penyerta
Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan BAB bercampur darah warna
hitam
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita, usia 31 tahun, datang ke IGD RSUD Muntilan pada tanggal 19
Juli 2014 dengan keluhan utama demam. Demam dirasakan sejak 2 hari SMRS.
Demam terus menerus, timbul mendadak, tidak turun meski diberikan obat penurun
panas. Demam sampai menggigil baik siang maupun malam.
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala (+). Nyeri kepala terasa cekot-cekot di
2
seluruh kepala. Memberat saat digunakan aktivitas dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Selain itu, pasien mengeluhkan nyeri otot dan sendi (+), mual (+), muntah
(+) sebanyak 3 kali, mulas (-),kembung (-), nafsu makan menurun (+) karena perasaan
mual, dan badan terasa lemas (+). Kemudian pasien berobat ke bidan, namun keluhan
tidak membaik.
BAK pasien 1-2x/hari @1/4-1/2 gelas belimbing, warna kuning pekat, tidak
nyeri saat BAK, tidak berpasir dan tidak berdarah. BAB 1x/hari, tidak nyeri saat
BAB, warna coklat, lembek. BAB bercampur darah warna hitam dan tidak berlendir.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat tekanan darah tinggi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
4. Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
OBJECTIVE
I PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 19 Juli 2014 jam 18.40:
A. Keadaan Umum : sakit berat, gelisah, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital :
Tensi
: 80/55 mmHg
Nadi
Respirasi
: 24 x / menit
Suhu
Rumple Leed : +
C. Kulit
D. Kepala
G. Hidung
(-), lidah tiphoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada
sudut bibir (-), foetor ex ore (-).
I. Leher
submandibuler,
kelenjar
servikalis,
limfe
supraklavikularis,
retroaurikuler,
aksilaris
dan
Palpasi
Perkusi
: spatium
intercostale
II
linea
parasternalis sinistra
batas jantung kiri bawah
Dinamis
Palpasi
Statis
: simetris
Dinamis : pengembangan dinding dada kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Auskultasi
Kanan
: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronchi basah kasar (-),
ronchi basah halus (-), wheezing (-).
Kiri
: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan ronchi basah kasar (-),
ronchi basah halus (-), wheezing (-).
L.Abdomen
Inspeksi
: dinding perut sejajar dari dinding dada, distended (-), ikterik (-),
venectasi (-), sikatriks (-), striae (-), edema (-).
Auskultasi
Perkusi
: tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok
costovertebral kiri (-), area troube tympani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tidak teraba.
M. Genitourinaria
(-).
N. Ekstremitas :
Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
Luka
Deformitas
Ikterik
Petekie
Sponn nail
Kuku pucat
Clubing finger
Hiperpigmentasi
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Extremitas superior
Dextra
Sinistra
+
+
5
5
Normal
Normal
+2
+2
-
Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
+
+
5
5
Menurun
Menurun
+2
+2
-
19 Juli 2014
18
51,2
6,17
8,32
59
Satuan
g/dl
%
6
10 / L
103 / L
103/ L
Rujukan
12-15
37-43
4-5
5-10
150-400
heterolog yang ada tidak akan menetralisasi virus dalam tubuh sehingga virus akan bebas
berkembangbiak dalam sel makrofag. Hipotesis antibody dependent enhancement (ADE) adalah
suatu proses dimana antibodi nonnetralisasi yang terbentuk pada infeksi primer akan membentuk
kompleks antigen-antibodi dengan antigen pada infeksi kedua yang serotipenya heterolog.
Kompleks antigen-antibodi ini akan meningkatkan ambilan virus yang lebih banyak lagi yang
kemudian akan berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel monosit. Teori virulensi menurut
Russel, 1990, mengatakan bahwa DBD berat terjadi pada infeksi primer dan bayi usia < 1 tahun,
serotipe DEN-3 akan menimbulkan manifestasi klinis yang berat dan fatal, dan serotipe DEN-2
dapat menyebabkan syok. Hal-hal diatas menyimpulkan bahwa virulensi virus turut berperan
dalam menimbulkan manifestasi klinis yang berat.
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis infeksi sekunder yang dirumuskan oleh
Suvatte tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekuder oleh tipe virus dengue yang beralinan pada
seorang pasien, respon antibody anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer antibody IgG anti
dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi
dengan akibat etrdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya
kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akn mengakibatkan aktivasi system komplemen.
Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravascular ke ruang
ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbeukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit,
penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites).
Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan asidosis dan anoksia yang dapat
berakhir dengan kematian.
Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi komplemen dapat juga menyebabkan
agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh
darah. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada
membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosine difosfat) sehingga trombosit
melekat satu sama lain. Adanya trombus ini akan dihancurkan oleh RES (retikuloendotelial
system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit juga menyebabkan pengeluaran
platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulasi intravskular deseminata yang ditandai
dengan peningkatan FDP (fibrinogen degradation product) sehingga terjadi penurunan factor
pembekuan. Agregasi trombosit juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit sehingga
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfunsgi baik. Di sisi lain aktivasi
koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi kinin sehingga
memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi
perdarahan massif pada DBD disebabkan oleh trombositopenia, penurunan factor pembekuan
(akibat koagulasi intravascular deseminata), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding
endotel kapiler. Akhirnya perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.
E. TANDA DAN GEJALA
8
Masa inkubasi 4-6 hari (rentang 3-14 hari). Setelahnya akan timbul gejala prodromal yang
tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah. Tanda khas dari DD
ialah peningkatan suhu mendadak (suhu pada umumnya antara 39-400C, bersifat bifasik, menetap
antara 5-7 hari), kadang disertai menggigil, nyeri kepala, muka kemerahan. Dalam 24 jam terasa
nyeri retroorbita terutama pada pergerakan mata atau bila bola mata ditekan, fotofobia, dan nyeri
otot serta sendi. Pada awal fase demam terdapat ruam yang tampak di muka, leher, dada. Akhir
fase demam (hari ke-3 atau ke-4) ruam berbentuk makulopapular atau skarlatina. Pada fase
konvalesens suhu turun dan timbul petekie yang emnyeluruh pada kaki dan tangan. Perdarahan
kulit terbanyak adalah uji tourniket positif dengan atau tanpa petekie.
F. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus chikungunya, demam tifoid, leptospirosis dan malaria.
G. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Kriteria Diagnosis (WHO, 1997)
1. Kriteria Klinis
a. Demam
Diawali dengan demam tinggi mendadak, kontinu, bifasik, berlangsung 2-7 hari, naik-turun
tidak mempan dengan antipiretik. Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan suhu namun perlu
hati-hati karena dapat sebagai tanda awal syok. Fase kritis ialah hari ke 3-5.
b. Terdapat manifestasi perdarahan
1) Uji tourniket positif berarti fragilitas kapiler meningkat. Hal ini juga dapat dijumpai pada
campak, demam chikungunya, tifoid, dll. Dinyatakan positif bila terdapat > 10 petekie dalam
diameter 2,8 cm (1 inchi persegi) di lengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
2) Petekie, Ekimosis, Epistaksis, Perdarahan gusi, Melena, Hematemesis
c. Hepatomegali
Umumnya bervariasi, mulai dari hanya sekedar dapat diraba sampai 2-4 cm dibawah
lengkungan iga kanan. Proses hepatomegali dari yang sekedar dapat diraba menjadi terba
jelas dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD. Derajat pemebsaran hati tidak sejajar
dengan beratnya penyakit namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan
adanya perdarahan.
d. Kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi cepat dan elmah serta penurunan tekanan nadi (
20 mmHg), hipotensi (sitolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), akral dingin, kulit
lembab, dan pasien tampak gelisah.
2. Kriteria laboratoris
a. Trombositopenia ( 100.000/l)
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan Ht 20 %.
Diagnosis pasti DBD = dua kriteria klinis pertama + trombositopenia + hemokonsentrasi serta
dikonfirmasi secara uji serologik hemaglutinasi.
9
PENATALAKSANAAN
10
Mengingat pada saat awal pasien datang, kita belum selalu dapat menentukan diagnosis DD/DBD
dengan tepat, maka sebagai pedoman tatalakasana awal dapat dibagi dalam 3 bagan yaitu
a. Tatalaksana kasus tersangka DBD, termasuk kasus DD, DBD derajat I dan DBD derajat II
tanpa peningkatan kadar hematokrit. (Bagan 1)
b. Tatalaksana kasus DBD, temasuk kasus DBD derajat II dengan peningkatan kadar hematokrit
(Bagan 2)
c. Tatalaksana kasus sindrom syok dengue, termasuk DBD derajat III dan IV (Bagan 3)
BAGAN 1
LANJUTAN BAGAN 1
11
BAGAN 2
12
BAGAN 3
13
I.
KOMPLIKASI
1. Ensefalopati Dengue
Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan tetapi
dapat juga terjadi pada DBD tanpa syok. Didapatkan kesadaran pasien menurun menjadi
apatis/somnolen, dapat disertai kejang. Penyebabnya berupa edema otak perdarahan kapiler
serebral, kelainan metabolic, dan disfungsi hati. Tatalaksana dengan pemberian NaCl 0,9
%:D5=1:3 untuk mengurangi alkalosis, dexametason o,5 mg/kgBB/x tiap 8 jam untuk
14
mengurangi edema otak (kontraindikasi bila ada perdarahan sal.cerna), vitamin K iv 3-10 mg
selama 3 hari bila ada disfungsi hati, GDS diusahakan > 60 mg, bila perlu berikan diuretik
untuk mengurangi jumlah cairan, neomisin dan laktulosa untuk mengurangi produksi
amoniak.
2. Kelainan Ginjal Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan
mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Dieresis diusahakan > 1 ml/kg
BB/jam.
3. Edema Paru Adalah komplikasi akibat pemberian cairan yang berlebih.
J.
PENCEGAHAN
Saat ini, tidak tersedia vaksin untuk demam berdarah. Karena itu, pencegahan terbaik adalah
dengan menghilangkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan menghindari gigitan
nyamuk.
Langkah Umum untuk Mencegah Penyakit yang Disebarkan oleh Nyamuk
1. Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat penangkal nyamuk
yang mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi.
2. Gunakan kawat nyamuk atau kelambu di ruangan tidak berAC.
3. Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di tempat yang dilalui nyamuk,
seperti jendela, untuk menghindari gigitan nyamuk.
4. Cegah munculnya genangan air
a. Buang kaleng dan botol bekas di tempat sampah yang tertutup
b. Ganti air di vas bunga paling sedikit seminggu sekali, dan jangan biarkan ada air
menggenang di pot tanaman.
c. Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.
d. Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.
e. Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air.
K.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.Tata Laksana DBD.(On-line).http://www.depkes.go.id. Diakses 25 Juli 2014
Fahmi M. 2006. Demam Berdarah Dengue. (On-line).http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses 25
Juli 2014
Guntur A. 2006. Bed Side Teaching Ilmu Penyakit Dalam. Surakarta: UNS press. Hal 49-51
Konthen P.G., Effendi C., Soegiarto G., Baskoro A., Tjokroprawir0 A., Sutjahjo A., Murtiwi S.
et.al. 2008. Demam berdarah dengue dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Dalam RSU Dr. Soetomo.Ed.III., Surabaya: UNAIR press. Hal 353-7
15