PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejauh menyangkut ancaman militer dari luar, tidak diragukan bahwa peningkatan
kemampuan militer (modernisasi dan profesionalisasi) merupakan sa1ah satu pilihan. Namun,
selain karena pertimbangan ekonomi, peningkatan kekuatan militer selalu mengundang
kecurigaan pihak 1ain, terutama jika hal itu dilakukan dengan lebih banyak memberikan
prioritas pada modernisasi senjata-senjata ofensif.
Dalam suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa menimbulkan dilema
keamanan (security dilemma) terutama jika upaya unilateral itu berupa penggelaran jenis
senjata- senjata ofensif baru. Pengembangan kekuatan militer yang mengarah pada nonprovocative defense merupakan salah satu pilihan strategis.
Selain itu, di tengah gelombang interdependensi dalam kehidupan antarbangsa, suatu
negara tidak bisa mengamankan dirinya dengan mengancam orang lain. Upaya untuk
membangun keamanan, oleh karenanya, bergeser dari konsep security against menjadi
security with. Apa yang selama ini dikenal sebagai cooperative security, confidence
building measures, dan preventive diplomacy yang dilakukan secara bilateral, regiona1,
global, maupun multilateral adalah sebagian dari berbagai upaya menjawab persoalan ini.
2. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Pengertian Pertahanan Negara?
2. Definisi Keamanan Negara?
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara?
4. Komponen Pertahanan Negara?
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan ?
3. Identifikasi Penulisan Makalah
1. Pengertian Pertahanan Negara
2. Definisi Keamnan Negara
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara
4. Komponen Pertahanan Negara
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan
1.4. Sistematika Penulisan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertahanan Negara
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara
serta
keyakinan
pada
kekuatan
sendiri.
Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara.
Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)
diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya,
perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya. Pertahanan
nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai
kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.
B. Definisi Keamanan Negara
Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai
suasana "bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan".
Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering ditafsirkan dalam konteks ancaman
fisik (militer) yang berasal dari luar. Walter Lippmann merangkum kecenderungan ini
dengan pernyataannya yang terkenal: "suatu bangsa berada dalam keadaan aman
selama bangsa itu tidak dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang
diaggapnya penting (vital) ...dan jika dapat menghindari perang atau, jika terpaksa
melakukannya, dapat keluar sebagai pemenang. Karena itu, seperti kemudian
disimpulkan Arnord Wolfers, masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah
membangun kekuatan untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu
serangan.
Dengan semangat yang sama, kolom keamanan nasional dalam International
Encyclopaedia of the Social Science mendefinisikan keamanan sebagai kemampuan
suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai internalnya dari ancaman luar".
Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dilemma keamanan (security
dilemma) dan dilemma pertahanan (defence di1emma). Istilah yang pertama, dilema
keamanan, menggambarkan betapa upaya suatu negara untuk meningkatkan
2
G. Komponen pendukung
"Komponen pendukung" adalah "sumber daya nasional" yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen
cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan
fisik. "Sumber daya nasional" terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam,
dan sumber daya buatan. Sumber daya nasional yang dapat dimobilisasi dan
didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan
prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor
geografi dan lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara
dengan
segenap
unsur
perlengkapannya
dengan
atau
tanpa
modifikasi.
Para militer
Polisi (Brimob) - (lihat pula Polri)
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih
H. Redifinisi Doktrin
Redifinisi Doktrin,
Pembagian
Wewenang
dan
dikenal
Strategi
dengan
sebutan
Pertahanan
Threat, survival dan defence dilemma itu membawa implikasi serius. Pesan yang
hendaknya digarisbawahi adalah penggunaan eksesif dari resources tidak boleh.
Penggunaan kekerasan untuk menghadapi ancaman harus sepadan. Ancaman tertentu
harus dihadapi dengan instrumen tertentu yang sesuai, efektif, efisien, dan tidak
menimbulkan dislokasi sosial, ekonomi, politik, ideologi. Security deficit yang
timbu1 karena vu1nerabilitas membawa kompleksitas tersendiri. Semuanya bermuara
pada satu persoalan besar: perlunya kajiulang terhadap doktrin keamanan dan
pertahanan nasional, khususnya sejauh menyangkut apa yang harus dipertahankan,
bagaimana untuk mempertahankannya, dan siapa yang harus memikul
tanggungjawab itu.
4
kelihatannya
akan
bersifat
ancaman
tidak
langsung
yang
terjadi
karena
(sishankamrata)
e. Segenap kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
2. Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamanan
Postur Kekuatan Hankam. Untuk membangun postur kekuatan Hankam terdapat
empat pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan ancaman, misi, kewilayahan dan politik.
Pembangunan kekuatan Hankam. Konsepsi Hankam perlu mengacu kepada konsep
Wawasan Nusantara, dimana Hankam diarahkan kepada upaya pertahanan seluruh wilayah
kedaulatan Negara kesatuan RI. Hakekat Ancaman. Rumusan ini akan mempengaruhi
kebijaksanaan dan strategi pembangunan kekuatan Hankam.
Gejolak Dalam Negeri. Di dalam era globalisasi saat ini dan di masa mendatang, tidak
menutup kemungkinan akan mengundang campur tangan asing, dengan alasan menegakkan
nilai-nilai HAM, demokrasi, penegakan hukum dan lingkungan hidup, di balik kepentingan
nasional mereka.
upaya
diplomasi
guna
mencapai
tujuan
politik
dan
ekonomi.
Perkembangan Lingkungan Strategis. Penerapan cara-cara baru telah melibatkan super power
di dalamnya.
Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam. Susunan kekuatan Hankamneg yang
meliputi: pertama, perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata merupakan kekuatan
TNIyang selalu siap. Kedua, perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas Ratih dengan
fungsi Tibum, Linra, Kamra dan Linmas. Ketiga, komponen pendukung perlawanan
bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang profesinya.
3. Ketahanan Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
a. Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela
Negara, yang berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui penyelenggaraan
Siskamnas (Sishankamrata).
b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatannya.
c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan dimanfaatkan
untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dilindungi dari
segala ancaman dan gangguan.
e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan
kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat mungkin harus dihasilkan oleh
industri dalam negeri.
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
haruslah diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif bijaksana,
menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan menghayati makna nilai dan hakikat
perang dan damai.
g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI berpedoman pada
Sapta Marga yang merupakan penjabaran Pancasila
h. Sebagai kekuatan inti Kamtibmas
i. Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran dan ketaatannya
kepada hukum.
Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia Kondisi kehidupan nasional merupakan
pencerminan Ketahanan Nasional yang mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi, social
budaya dan pertahanan keamanan. Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional
diperlukan kesadaran setiap warganegara Indonesia, yaitu:
8
1.
Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjauangan Non Fisik yang
2.
ekonomi,
social
budaya
dan
pertahanan
keamanan.
aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi aspek ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam
.
seluruhnya. Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir
dan tdak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas persetujuan
yang bersangkutan. Faham ini mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan dan
kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak yaitu kebebasan
mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tangah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai
dengan bebas. Faham ini juga selalu mengaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia
yang menarik minat/daya tarik yang kuat untuk kalangan masyarakat tertentu. Aliran ini
diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan
Harold J.Laski.
c. Komunisme
Aliran pikiran teori golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels,
Lenin. Bermula merupakan kritikan Marx terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pada awal revolusi industri. Aliran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan
(kelas) untuk menindas kelas lain. Kelas atau golongan ekonomi kuat menidas ekonomi
lemah. Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh karena itu, Marx
menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan
negara dari kaum golongan kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa
dan mengatur negara. Aliran ini erat hubungannya dengan aliran material dialiktis atau
materialistik. Aliran ini juga menonjolkan adanya kelas/penggolongan, pertentangan amtar
golongan, konflik dan jalan kekerasan/revolusi dan perebutan kekuasaan negara.
Pikiran-pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi, politik yang kemudian disistematisasikan
oleh Frederick Engels ditambah dengan pikiran Lenin terutama dalam pengorganisasian, dan
operasionalisasinya menjadi landasan dari paham komunisme. Sesuai dengan aliran pikiran
yang melandasi komunisme maka dalam upaya merebut kekuasaan ataupun mempertahankan
kekuasaannya maka komunisme akan :
10
2. ajaran komunisme adalah atheis dan didasarkan pada kebendaan (materialistis) dan
tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, bahkan agama dinyatakan sebagai
racun bagi kehidupan masyarakat.
3. Masyarakat komunis bercorak internasional. Masyarakat yang dicita-citakan komunis
adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional. Hal ini
tercermin dalam seruan Marx yang terkenal kaum buruh di seluruh dunia
bersatulah !. Komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
4. Masyarakat komunis yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas. Masyarakat
tanpa kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan suasana hidup yang aman
dan tenteram, tidak ada pertentangan, tidak adanya hak milik pribadi atas alat
produksi dan hapusnya pembagian kerja. Perombakan masyarakat hanya dapat
dilaksanakan melalui jalan revolusi. Setelah revolusi berhasil maka kaum proletar
akan memegang tampuk pimpinan kekuasaan negara dan menjalankan pemerintahan
secara ditaktur mutlak (diktator proletariat).
4. HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA RI
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara
berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut.
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan
negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara yang dilandasi asas:
a. keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri;
b. keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan);
c. tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan asing.
3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu diusahakan
dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang dilakukan dalam keadaan
terpaksa.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung pengertian
tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif yang mengandung
pengertian sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan
mengatasi setiap kemungkinan timbulnya ancaman.
11
Pertahanan
dan
Keamanan
Rakyat
Semesta
(Sishankamrata)
Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan dan keamanan yang komponennya terdiri dari
seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam
upaya pertahanan dan keamanan negara (tujuan Hankamneg) dalam mencapai tujuan
nasional.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep, semesta dalam ruang lingkup dan semesta
dalam pelaksanaannya. Komponen kekuatannya terdiri dari berikut ini.
1.
2.
3.
4.
strategis
yang
menguntungkan.
Pola operasi kerja sama, yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan keamanan stabilitas
nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.
12
bersenjata
maupun
tidak
bersenjata.
1965, bela negara dipersepsikan identik dengan upayaPada periode 1950 pertahanan dan
keamanan yang dilaksanakan melalui komponen-komponen hankam, seperti ABRI, HANSIP,
PERLA SUKWAN/ SUKWATI. Hal ini sejalan dengan kondisi tantangan dan ancaman yang
kita hadapi pada periode itu, yaitu menghadapi pemberontakan di dalam negeri, peperangan
Trikora, membebaskan Irian Barat (sekarang Irian Jaya) dan Dwikora.
Pada periode Orde Baru ATHG yang dihadapi lebih kompleks dan lebih luas daripada
periode sebelumnya. ATHG tersebut dapat muncul dari segenap aspek kehidupan bangsa
(ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). Oleh karena itu, dalam konteks ini
bela negara dapat dilakukan dalam bidang-bidang kehidupan nasional tersebut dalam upaya
mencapai tujuan nasional. Untuk itu, dikembangkan konsepsi tannas. Dalam hal ini, bela
negara dapat dikatakan pula sebagai partisipasi warga negara dalam menciptakan dan
membangun tannas di segenap aspek kehidupan bangsa.
Upaya bela negara sebagaimana dipersepsikan merupakan pengertian atau penafsiran
yang cukup luas (segala aspek kehidupan bangsa). Dalam pengertian yang lebih sempit
diartikan sebagai upaya pertahanan dan keamanan yang dilandasi oleh dasar negara
Pancasila, UUD 1945 (Pasal 30 ayat (1) dan (2)) dan UU No. 20 Tahun 1982 tentang
Pertahanan dan Keamanan Negara disempurnakan dengan UU No. 3 Tahun 2000 tentang
Pertahanan Negara
Wujud upaya bela negara dilakukan melalui pemberian kesadaran bela negara yang
dilakukan sejak dini di sekolah dasar dan berlanjut sampai perguruan tinggi dan di luar
sekolah
melalui
kegiatan
pramuka
dan
13
organisasi
sosial
kemasyarakatan.
Peran serta politik tersebut semakin besar setelah penumpasan G 30 S/PKI sehingga
memungkinkan ABRI turut menentukan kebijaksanaan nasional dalam pembangunan. Hal itu
ditunjukkan oleh masuknya para perwira ABRI ke dalam berbagai bidang; lembaga
pemerintahan, lembaga legislatif, lembaga ekonomi kemasyarakatan. Meskipun demikian
tidak berarti militer menggantikan peranan sipil. Perluasan peran biasanya pada posisi-posisi
kunci dengan cara penempatan (kekaryaan) dan yang diminta oleh lembaga instansi terkait,
serta dengan memperhatikan perkembangan pembangunan dan kehidupan bangsa.
Luasnya penempatan personil militer tersebut pada instansi/lembaga pemerintahan dan
lembaga masyarakat menimbulkan silang pendapat yang menuntut perlunya aktualisasi dwi
fungsi ABRI (fungsi sospol) di masa depan.
Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan ini akan efektif apabila ada keseimbangan
kepentingan, yaitu keharmonisan antara kepentingan militer dan kepentingan sipil.
Konsensus selalu dapat dibuat atas dasar tidak satu pun pihak boleh mendominasi pihak yang
lain. Kecurigaan terhadap golongan lain harus dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar
konflik internal tentang hal ini tidak merebak menjadi perpecahan yang mengganggu tannas.
Runtuhnya rezim orde baru diganti dengan orde reformasi mengeliminasi peran TNI
(militer) dalam negara secara bertahap. TNI diharapkan menjadi kekuatan, pertahanan yang
profesional sebagaimana layaknya kekuatan pertahanan di negara-negara yang sudah maju
untuk itu segala keperluannya harus didukung oleh pemerintah dan pengelolaan yang
profesional.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah
kesadaran bersama antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan.
Pertahanan Negara melingkupi bidang-bidang:
1. politik
2. social
3. budaya
4. persatuan
5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara
Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman
keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal: rumit, karena perkembangan konsep
dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal, karena landasan
konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah
perlunya ketentuan yang mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh
digunakan dalam setiap bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan nasional.
B. Saran-Saran
Saran-saran dalam menerapkan sistm pertahanan nasional adalah:
Sebagai pelajar ada baiknya menghindari pengaruh negative seperti narkoba,
16
DAFTAR PUSTAKA
blogspot.com/2010/03/pertahanan-dan-keamanan-negara.html
blogspot.com/2011/03/bab-3-pertahanan-dan-keamanan-ri.html
http://keamanan-negara.blogspot.com/
17