Anda di halaman 1dari 17

BABI

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejauh menyangkut ancaman militer dari luar, tidak diragukan bahwa peningkatan
kemampuan militer (modernisasi dan profesionalisasi) merupakan sa1ah satu pilihan. Namun,
selain karena pertimbangan ekonomi, peningkatan kekuatan militer selalu mengundang
kecurigaan pihak 1ain, terutama jika hal itu dilakukan dengan lebih banyak memberikan
prioritas pada modernisasi senjata-senjata ofensif.
Dalam suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa menimbulkan dilema
keamanan (security dilemma) terutama jika upaya unilateral itu berupa penggelaran jenis
senjata- senjata ofensif baru. Pengembangan kekuatan militer yang mengarah pada nonprovocative defense merupakan salah satu pilihan strategis.
Selain itu, di tengah gelombang interdependensi dalam kehidupan antarbangsa, suatu
negara tidak bisa mengamankan dirinya dengan mengancam orang lain. Upaya untuk
membangun keamanan, oleh karenanya, bergeser dari konsep security against menjadi
security with. Apa yang selama ini dikenal sebagai cooperative security, confidence
building measures, dan preventive diplomacy yang dilakukan secara bilateral, regiona1,
global, maupun multilateral adalah sebagian dari berbagai upaya menjawab persoalan ini.
2. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Pengertian Pertahanan Negara?
2. Definisi Keamanan Negara?
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara?
4. Komponen Pertahanan Negara?
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan ?
3. Identifikasi Penulisan Makalah
1. Pengertian Pertahanan Negara
2. Definisi Keamnan Negara
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara
4. Komponen Pertahanan Negara
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan
1.4. Sistematika Penulisan Makalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertahanan Negara
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara
serta

keyakinan

pada

kekuatan

sendiri.

Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara.
Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)
diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya,
perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya. Pertahanan
nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai
kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.
B. Definisi Keamanan Negara
Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai
suasana "bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan".
Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering ditafsirkan dalam konteks ancaman
fisik (militer) yang berasal dari luar. Walter Lippmann merangkum kecenderungan ini
dengan pernyataannya yang terkenal: "suatu bangsa berada dalam keadaan aman
selama bangsa itu tidak dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang
diaggapnya penting (vital) ...dan jika dapat menghindari perang atau, jika terpaksa
melakukannya, dapat keluar sebagai pemenang. Karena itu, seperti kemudian
disimpulkan Arnord Wolfers, masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah
membangun kekuatan untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu
serangan.
Dengan semangat yang sama, kolom keamanan nasional dalam International
Encyclopaedia of the Social Science mendefinisikan keamanan sebagai kemampuan
suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai internalnya dari ancaman luar".
Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dilemma keamanan (security
dilemma) dan dilemma pertahanan (defence di1emma). Istilah yang pertama, dilema
keamanan, menggambarkan betapa upaya suatu negara untuk meningkatkan
2

keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam suasana anarki internasional,


membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan pertama pihak lain.
Istilah kedua, dilema pertahanan, menggambarkan betapa pengembangan dan
penggelaran senjata baru maupun aplikasi doktrinal nasional mungkin saja justru tidak
produktif atau bahkan bertentangan dengan tujuannya untuk melindungi keamanan
nasional. Berbeda dari dilema keamanan yang bersifat interaktif dengan apa yang
[mungkin] dilakukan pihak lain, dilema pertahanan semata-mata bersifat noninteraktif, dan hanya terjadi dalam lingkup nasional, terlepas dari apa yang mungkin
dilakukan pihak lain.
C. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara
Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin
perlindungan dari satu unit yang sensitif dan jika sumber daya ini jelas, misalnya
tentang cara-cara membela diri sesuai dengan spesialisasi mereka, pertahanan udara
(sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA), pertahanan rudal, dll. Tindakan,
taktik, operasi atau strategi pertahanan adalah untuk menentang/membalas serangan.
Jenis pertahanan:
Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan
Pertahanan nonmiliter/nirmiliter untuk menghadapi ancaman
nonmiliter/nirmiliter.
D. Komponen Pertahanan Negara
Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai "komponen utama" dengan
didukung oleh "komponen cadangan" dan "komponen pendukung". Sistem
Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan
sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur unsur lain dari kekuatan
bangsa.
E. Komponen utama
"Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan untuk
melaksanakan tugas tugas pertahanan.
F. Komponen cadangan
"Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya nasional" yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat
kekuatan dan kemampuan komponen utama.
3

G. Komponen pendukung
"Komponen pendukung" adalah "sumber daya nasional" yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen
cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan
fisik. "Sumber daya nasional" terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam,
dan sumber daya buatan. Sumber daya nasional yang dapat dimobilisasi dan
didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan
prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor
geografi dan lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara
dengan

segenap

unsur

perlengkapannya

dengan

atau

tanpa

modifikasi.

Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :

Para militer
Polisi (Brimob) - (lihat pula Polri)
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih

pertahanan sipil (Hansip)


Satuan pengamanan (Satpam)
Resimen Mahasiswa (Menwa)
Organisasi kepemudaan
Organisasi bela diri
Satuan tugas (Satgas) partai

H. Redifinisi Doktrin
Redifinisi Doktrin,

Pembagian

Wewenang

dan

dikenal

Strategi

dengan

sebutan

Pertahanan

Threat, survival dan defence dilemma itu membawa implikasi serius. Pesan yang
hendaknya digarisbawahi adalah penggunaan eksesif dari resources tidak boleh.
Penggunaan kekerasan untuk menghadapi ancaman harus sepadan. Ancaman tertentu
harus dihadapi dengan instrumen tertentu yang sesuai, efektif, efisien, dan tidak
menimbulkan dislokasi sosial, ekonomi, politik, ideologi. Security deficit yang
timbu1 karena vu1nerabilitas membawa kompleksitas tersendiri. Semuanya bermuara
pada satu persoalan besar: perlunya kajiulang terhadap doktrin keamanan dan
pertahanan nasional, khususnya sejauh menyangkut apa yang harus dipertahankan,
bagaimana untuk mempertahankannya, dan siapa yang harus memikul
tanggungjawab itu.
4

Jawaban atas pertanyaan pertama, apa yang harus dipertahankan, memerlukan


suatu kesepakatan politik. Pertimbangan historis, geografis, ideologis dan
perkembangan politik kontemporer harus dimasukkan dalam kalkulasi itu. Gravitas
hubungan antarnegara pada dinamika ekonomi tidak sepenuhnya menghapus relevansi
konteks politik geostrategi. Bagi sebuah negara kepulauan, termasuk Indonesia,
melindungi keamanan nasional adalah usaha besar untuk melindungi dan
mempertahankan kedaulatan maritim berikut sumberdaya yang berada di dalamnya.
Pada tingkat strategi, bagaimana mempertahankan dari ancaman, tantangan yang
dihadapi adalah bagaimana merumuskan ancaman secara lebih realistik. Untuk waktu
yang dapat diperhitungkan ke depan, keamanan terhadap ancaman interna1 masih
akan mendominasi pemikiran strategis di Indonesia. Pluralisme sosial, ketimpangan
ekonomi, disparitas regional menjadikan upaya bina-bangsa dan bina-bangsa menjadi
soal serius. Indonesia adalah suatu entitas politik (negara) yang dibangun di atas
fondasi pluralitas. Persatuan Indonesia seperti diikrarkan dalam Sumpah Pemuda
1928, selama ini lebih direkat oleh common history anti-kolonia1isme. Common
history menghadapi kolonialisme kelihatannya perlu dijelmakan dalam wujud yang
lebih konkret, misalnya common platform dan komitmen untuk menegakkan keadilan
sosia1, dan dengan menggunakan instrumen yang lebih appropriate seperti ketentuan
hukum yang demokratik.
Di tengah keharusan untuk mempersiapkan diri terhadap keamanan internal,
ancaman militer dari luar merupakan sesuatu yang harus selalu diperhitungkan,
sekalipun pada saat yang sama harus diakui pula bahwa untuk beberapa tahun yang
dapat diperhitungkan ke depan sukar dibayangkan terjadinya perang dalam pengertian
tradisional. Menduduki wilayah asing (occupation) menjadi sesuatu yang secara moral
memperoleh gugatan semakin tajam dan secara ekonomis semakin mahal. Konflik
bersenjata, jika harus terjadi, kemungkinan besar akan bersifat terbatas, berlangsung
dalam waktu singkat, dan menggunakan teknologi tinggi.
Amerika Serikat diperkirakan tetap memainkan peranan penting di kawasan
Asia Pasifik, baik karena potensi ketidakstabilan di semenanjung Korea, hubungan
tradisionalnya dengan Jepang dan Korea Selatan, kekhawatirannya terhadap
tampilnya Cina sebagai kekuatan hegemon regional, maupun karena kepentingan
ekonominya di kawasan ini. Ancaman militer dari luar terhadap Indonesia
5

kelihatannya

akan

bersifat

ancaman

tidak

langsung

yang

terjadi

karena

ketidakstabiIan regional. Termasuk dalam kategori ini adalah perlombaan senjata


yang dapat terjadi karena ketidakstabilan di Semenanjung Korea dan Asia Timur,
prospek penyelesaian masalah Taiwan, dan kemungkinan konf1ik tapalbatas.
Masalah pokok, seperti dirumuskan sebagai pertanyaan ketiga, adalah apa cara
yang paling efektif dan efisien untuk menghadapi sumber dan watak ancamanancaman tertentu. Ancaman internal harus diketahui dengan pasti alasan timbulnya.
Gagasan-gagasan, termasuk komunisme dan fundamentalisme religius, tidak pernah
secara langsung mempengaruhi tindakan [kekerasan] politik. Menghilangkan
deprivasi ekonomi, politik dan kultural. Demokratisasi dalam penggunaan dan
pengelolaan sumberdaya, dan distribusi pembangunan. Penghormatan pada budaya
lokal. Bhineka
Tunggal Ika adalah semboyan yang seharusnya ditafsirkan sebagai komitmen
untuk menghormati keragaman, bukan untuk menciptakan keseragaman. Upaya
nasional, unilateral, adalah demokratisasi. Pengenda1ian dan resolusi konflik
seharusnya semata-mata dilakukan sebagai tindakan polisionil.

I. Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya


Ketahanan di bidang sosial budaya atau ketahanan sosial budaya diartikan sebagai
kondisi dinamik budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik dari luar maupun dalam
Kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional
berdasarkan pancasila. Esensi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan sosial budaya
bangsa Indonesia adalah pengembngan kondisi sosial budaya di mana setiap warga
masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya yang dilandasi
nilai-nliai pancasila.
Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan, yaitu:
1. Pokok-pokok pengetahuan pertahanan dan keamanan
Pertahanan dan keamanan negara RI dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan
dan menggerakan seluruh potensi nasional temasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang
6

kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan pertahanan dan


keamanan secara nasional merupakan salah satu fungsi utama dari pemerintah dan negara RI.
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional.
Wujud ketahanan pertahanan dan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal
bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyatnya mengandung kemampuan
memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan negara yang dinamis.
Analog dengan pengertian ketahanan nasional maka ketahanan pertahanan dan
keamanan pada hakikatnya adalah keuletan dan ketnguuhan bangsa dalam mewujudkan
kesiapsiagaan serta upaya bela negara, suatu perjuangan rakyat semesta, dalam mana seluruh
potensi dan kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Kesinambungan
pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara berdasarkan pancasila dan
UUD 1945 yang ditandai sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai


Penyelanggaraan pertahanan dan keamanan negara kesatuan RI
Pertahanan dan keamanan negara merupakan upaya nasional terpadu
Pertahanan dan keamanan negara RI diselenggarakan dengan siskamnas

(sishankamrata)
e. Segenap kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
2. Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamanan
Postur Kekuatan Hankam. Untuk membangun postur kekuatan Hankam terdapat
empat pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan ancaman, misi, kewilayahan dan politik.
Pembangunan kekuatan Hankam. Konsepsi Hankam perlu mengacu kepada konsep
Wawasan Nusantara, dimana Hankam diarahkan kepada upaya pertahanan seluruh wilayah
kedaulatan Negara kesatuan RI. Hakekat Ancaman. Rumusan ini akan mempengaruhi
kebijaksanaan dan strategi pembangunan kekuatan Hankam.
Gejolak Dalam Negeri. Di dalam era globalisasi saat ini dan di masa mendatang, tidak
menutup kemungkinan akan mengundang campur tangan asing, dengan alasan menegakkan
nilai-nilai HAM, demokrasi, penegakan hukum dan lingkungan hidup, di balik kepentingan
nasional mereka.

Geopolitik Kearah Geoekonomi. Kondisi ini mengandung implikasi semakin


canggihnya

upaya

diplomasi

guna

mencapai

tujuan

politik

dan

ekonomi.

Perkembangan Lingkungan Strategis. Penerapan cara-cara baru telah melibatkan super power
di dalamnya.
Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam. Susunan kekuatan Hankamneg yang
meliputi: pertama, perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata merupakan kekuatan
TNIyang selalu siap. Kedua, perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas Ratih dengan
fungsi Tibum, Linra, Kamra dan Linmas. Ketiga, komponen pendukung perlawanan
bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang profesinya.
3. Ketahanan Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
a. Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela
Negara, yang berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui penyelenggaraan
Siskamnas (Sishankamrata).
b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatannya.
c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan dimanfaatkan
untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dilindungi dari
segala ancaman dan gangguan.
e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan
kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat mungkin harus dihasilkan oleh
industri dalam negeri.
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
haruslah diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif bijaksana,
menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan menghayati makna nilai dan hakikat
perang dan damai.
g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI berpedoman pada
Sapta Marga yang merupakan penjabaran Pancasila
h. Sebagai kekuatan inti Kamtibmas
i. Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran dan ketaatannya
kepada hukum.
Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia Kondisi kehidupan nasional merupakan
pencerminan Ketahanan Nasional yang mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi, social
budaya dan pertahanan keamanan. Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional
diperlukan kesadaran setiap warganegara Indonesia, yaitu:
8

1.

Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjauangan Non Fisik yang

2.

berupa keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah.


Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideology,
politik,

ekonomi,

social

budaya

dan

pertahanan

keamanan.

Untuk mewujudkan Ketahanan Nasional diperlukan suatu kebijakan umum dan


pengambil kebijakan yang disebut Politik dan Strategi Nasional (Polstranas).
Berdasarkan pemahaman tentang hubungan tersebut diperoleh gambaran bahwa
konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung
kehidupan yaitu :
1. aspek yang berkaitan dengan alamiah bersifat statis meliputi aspek geografi,
kependudukan, dan sumber daya alam
2.

aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi aspek ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam
.

a. Pengaruh Aspek Ideologi


Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan
motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicitacitakan oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi tergantung kepada rangkaian nilai yang
dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan
manusia baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat. Secara teori suatu
ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem
falsafah itu sendiri.
Ideologi besar yang ada di dunia adalah :
b. Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pikiran ini mengajarkan bahwa
negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang
(individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurut aliran ini, kepentingan harkat dan
martabat manusia (individu) dijunjung tinggi sehingga masyarakat tiada lebih dari jumlah
para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri. Hak dan kebebasan orang seorang dibatasi
hanya oleh hak yang sama yang dimiliki orang lain bukan oleh kepentingan mastarakat
9

seluruhnya. Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir
dan tdak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas persetujuan
yang bersangkutan. Faham ini mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan dan
kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak yaitu kebebasan
mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tangah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai
dengan bebas. Faham ini juga selalu mengaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia
yang menarik minat/daya tarik yang kuat untuk kalangan masyarakat tertentu. Aliran ini
diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan
Harold J.Laski.

c. Komunisme
Aliran pikiran teori golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels,
Lenin. Bermula merupakan kritikan Marx terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pada awal revolusi industri. Aliran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan
(kelas) untuk menindas kelas lain. Kelas atau golongan ekonomi kuat menidas ekonomi
lemah. Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh karena itu, Marx
menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan
negara dari kaum golongan kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa
dan mengatur negara. Aliran ini erat hubungannya dengan aliran material dialiktis atau
materialistik. Aliran ini juga menonjolkan adanya kelas/penggolongan, pertentangan amtar
golongan, konflik dan jalan kekerasan/revolusi dan perebutan kekuasaan negara.
Pikiran-pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi, politik yang kemudian disistematisasikan
oleh Frederick Engels ditambah dengan pikiran Lenin terutama dalam pengorganisasian, dan
operasionalisasinya menjadi landasan dari paham komunisme. Sesuai dengan aliran pikiran
yang melandasi komunisme maka dalam upaya merebut kekuasaan ataupun mempertahankan
kekuasaannya maka komunisme akan :

1. menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta


menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan

10

2. ajaran komunisme adalah atheis dan didasarkan pada kebendaan (materialistis) dan
tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, bahkan agama dinyatakan sebagai
racun bagi kehidupan masyarakat.
3. Masyarakat komunis bercorak internasional. Masyarakat yang dicita-citakan komunis
adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional. Hal ini
tercermin dalam seruan Marx yang terkenal kaum buruh di seluruh dunia
bersatulah !. Komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
4. Masyarakat komunis yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas. Masyarakat
tanpa kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan suasana hidup yang aman
dan tenteram, tidak ada pertentangan, tidak adanya hak milik pribadi atas alat
produksi dan hapusnya pembagian kerja. Perombakan masyarakat hanya dapat
dilaksanakan melalui jalan revolusi. Setelah revolusi berhasil maka kaum proletar
akan memegang tampuk pimpinan kekuasaan negara dan menjalankan pemerintahan
secara ditaktur mutlak (diktator proletariat).
4. HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA RI
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara
berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut.
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan
negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara yang dilandasi asas:
a. keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri;
b. keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan);
c. tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan asing.
3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu diusahakan
dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang dilakukan dalam keadaan
terpaksa.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung pengertian
tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif yang mengandung
pengertian sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan
mengatasi setiap kemungkinan timbulnya ancaman.
11

5. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta mempertahankan


kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan.
Sistem

Pertahanan

dan

Keamanan

Rakyat

Semesta

(Sishankamrata)

Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan dan keamanan yang komponennya terdiri dari
seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam
upaya pertahanan dan keamanan negara (tujuan Hankamneg) dalam mencapai tujuan
nasional.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep, semesta dalam ruang lingkup dan semesta
dalam pelaksanaannya. Komponen kekuatannya terdiri dari berikut ini.
1.
2.
3.
4.

Komponen dasar, yaitu rakyat terlatih.


Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.
Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas).
Komponen pendukung, yaitu sumber daya dan prasarana nasional.

Pengalaman penyelenggaraan hankam menghasilkan berbagai doktrin pertahanan dan


keamanan, yaitu doktrin perang gerilya rakyat semesta, doktrin perang wilayah, doktrin
perang rakyat semesta dan doktrin pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Sasaran operasi
Hankamnas, yaitu mencegah dan menghancurkan serangan terbuka, menjamin penguasaan
dan pembinaan wilayah nasional RI dan ikut serta memelihara kemampuan hankam Asia
Tenggara bebas dari campur tangan asing.
Pola operasi Hankamrata, yaitu operasi pertahanan, operasi keamanan dalam negeri,
operasi intelijen strategis dan pola operasi kerja sama pertahanan dan keamanan Asia
Tenggara. Pola operasi pertahanan bertujuan untuk menggagalkan serangan dan ancaman
nyata dari kekuatan perang musuh. Pola operasi keamanan dalam negeri bertujuan untuk
memelihara atau mengembalikan kekuatan pemerintah/negara RI pada salah satu atau
beberapa daerah (bagian wilayah) negara yang terganggu keamanannya.
Pola operasi intelijen strategis (Intelstrat) bertujuan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan strategi nasional dan operasi-operasi Hankam, menghancurkan
sumber-sumber infiltrasi, subversi, dan spionase yang terdapat di wilayah musuh, dan
mengadakan perang urat syaraf dan kegiatan-kegiatan tertutup lainnya untuk mewujudkan
kondisi-kondisi

strategis

yang

menguntungkan.

Pola operasi kerja sama, yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan keamanan stabilitas
nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.
12

5. Upaya Penyelenggaraan Bela Negara dalam Kerangka Sistem Pertahanan dan


Keamanan Rakyat Semesta
Kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival) merupakan tanggung jawab
(hak, kewajiban, dan kehormatan) setiap warga negara dan bangsa. Untuk itu, diperlukan
pembinaan kesadaran, dan partisipasi setiap warga negara dalam upaya bela negara.
Persepsi tentang bela negara dihadapkan kepada tantangan/ancaman yang dihadapi secara
kontekstual dalam periode waktu tertentu. Pada periode 1949 bela negara dipersepsikan
identik dengan perangtahun 1945 kemerdekaan. Hal ini berarti bahwa wujud partisipasi
warga negara dalam pembelaan negara adalah keikutsertaan dalam perang kemerdekaan baik
secara

bersenjata

maupun

tidak

bersenjata.

1965, bela negara dipersepsikan identik dengan upayaPada periode 1950 pertahanan dan
keamanan yang dilaksanakan melalui komponen-komponen hankam, seperti ABRI, HANSIP,
PERLA SUKWAN/ SUKWATI. Hal ini sejalan dengan kondisi tantangan dan ancaman yang
kita hadapi pada periode itu, yaitu menghadapi pemberontakan di dalam negeri, peperangan
Trikora, membebaskan Irian Barat (sekarang Irian Jaya) dan Dwikora.
Pada periode Orde Baru ATHG yang dihadapi lebih kompleks dan lebih luas daripada
periode sebelumnya. ATHG tersebut dapat muncul dari segenap aspek kehidupan bangsa
(ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). Oleh karena itu, dalam konteks ini
bela negara dapat dilakukan dalam bidang-bidang kehidupan nasional tersebut dalam upaya
mencapai tujuan nasional. Untuk itu, dikembangkan konsepsi tannas. Dalam hal ini, bela
negara dapat dikatakan pula sebagai partisipasi warga negara dalam menciptakan dan
membangun tannas di segenap aspek kehidupan bangsa.
Upaya bela negara sebagaimana dipersepsikan merupakan pengertian atau penafsiran
yang cukup luas (segala aspek kehidupan bangsa). Dalam pengertian yang lebih sempit
diartikan sebagai upaya pertahanan dan keamanan yang dilandasi oleh dasar negara
Pancasila, UUD 1945 (Pasal 30 ayat (1) dan (2)) dan UU No. 20 Tahun 1982 tentang
Pertahanan dan Keamanan Negara disempurnakan dengan UU No. 3 Tahun 2000 tentang
Pertahanan Negara
Wujud upaya bela negara dilakukan melalui pemberian kesadaran bela negara yang
dilakukan sejak dini di sekolah dasar dan berlanjut sampai perguruan tinggi dan di luar
sekolah

melalui

kegiatan

pramuka

dan
13

organisasi

sosial

kemasyarakatan.

Di sekolah dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), yang


diintegrasikan ke dalam kurikulum; Pendidikan dasar dan menengah, sedangkan di
pendidikan tinggi diwujudkan dalam mata kuliah Kewiraan (sekarang Kewarganegaraan). Di
luar Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wujud bela negara dibakukan dalam bentuk
Rakyat Terlatih, ABRI, Cadangan ABRI, dan Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang
merupakan komponen khusus dalam Pertahanan dan Keamanan Negara.
6. Politik serta Strategi Pertahanan dan Keamanan
Dwi fungsi ABRI mengandung pengertian bahwa ABRI mengemban dua fungsi, yaitu
fungsi sebagai kekuatan Hankam dan fungsi sebagai kekuatan sosial politik.
Fungsi sebagai kekuatan sosial politik hakikatnya adalah tekad dan semangat pengabdian
ABRI untuk ikut secara aktif berperan serta bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial
politik lainnya memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa Indonesia dalam
mengisi kemerdekaan dan kedaulatannya.
Tujuannya ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamik di
segenap aspek kehidupan bangsa dalam rangka memantapkan tannas untuk mewujudkan
tujuan nasional berdasarkan Pancasila.
Lahirnya ABRI sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia berangkat dari perjalanan
sejarah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Pengalaman sejarah itu mengakibatkan bagaimana ABRI memandang dirinya yakni sebagai
alat revolusi dan alat negara, juga sebagai pejuang yang terpanggil untuk memberikan
jasanya kepada semua aspek kehidupan dan pembangunan bangsa. Keterlibatannya dalam
memerankan fungsi sosial politik ini, didorong oleh kondisi internal (ABRI) dan kondisi
eksternal termasuk lingkungan strategik internasional.
1949 (Agresi Militer Belanda II) pemimpin-pemimpin Pada tahun 1948 politik ditangkap
Belanda, peran ABRI menjadi meningkat. Pada tahun 1959 ketika pem 1957impin politik
sipil juga tidak mampu mengatasi pemberontakan daerah, ABRI tampil menyelamatkan
negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat pemberontakan G 30 S/PKI di mana
kepemimpinan sipil gagal menyelamatkan Pancasila dari rongrongan Partai Komunis, lagilagi ABRI tampil di depan menyelamatkan Republik ini. Secara historis dan budaya dwi
fungsi ABRI dapat diterima oleh rakyat Indonesia kendatipun harus disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat.
14

Peran serta politik tersebut semakin besar setelah penumpasan G 30 S/PKI sehingga
memungkinkan ABRI turut menentukan kebijaksanaan nasional dalam pembangunan. Hal itu
ditunjukkan oleh masuknya para perwira ABRI ke dalam berbagai bidang; lembaga
pemerintahan, lembaga legislatif, lembaga ekonomi kemasyarakatan. Meskipun demikian
tidak berarti militer menggantikan peranan sipil. Perluasan peran biasanya pada posisi-posisi
kunci dengan cara penempatan (kekaryaan) dan yang diminta oleh lembaga instansi terkait,
serta dengan memperhatikan perkembangan pembangunan dan kehidupan bangsa.
Luasnya penempatan personil militer tersebut pada instansi/lembaga pemerintahan dan
lembaga masyarakat menimbulkan silang pendapat yang menuntut perlunya aktualisasi dwi
fungsi ABRI (fungsi sospol) di masa depan.
Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan ini akan efektif apabila ada keseimbangan
kepentingan, yaitu keharmonisan antara kepentingan militer dan kepentingan sipil.
Konsensus selalu dapat dibuat atas dasar tidak satu pun pihak boleh mendominasi pihak yang
lain. Kecurigaan terhadap golongan lain harus dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar
konflik internal tentang hal ini tidak merebak menjadi perpecahan yang mengganggu tannas.
Runtuhnya rezim orde baru diganti dengan orde reformasi mengeliminasi peran TNI
(militer) dalam negara secara bertahap. TNI diharapkan menjadi kekuatan, pertahanan yang
profesional sebagaimana layaknya kekuatan pertahanan di negara-negara yang sudah maju
untuk itu segala keperluannya harus didukung oleh pemerintah dan pengelolaan yang
profesional.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah
kesadaran bersama antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan.
Pertahanan Negara melingkupi bidang-bidang:
1. politik
2. social
3. budaya
4. persatuan
5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara
Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman
keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal: rumit, karena perkembangan konsep
dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal, karena landasan
konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah
perlunya ketentuan yang mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh
digunakan dalam setiap bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan nasional.
B. Saran-Saran
Saran-saran dalam menerapkan sistm pertahanan nasional adalah:
Sebagai pelajar ada baiknya menghindari pengaruh negative seperti narkoba,

pergaulan bebas, dan kriminalitas.


Menyikapi perbedaan suku bangsa, ras, atau agama di negera kita sebagai

keragaman yang indah untuk saling memahami dan bertukar pengetahuan.


Tidak memicu atau ikut dalam tawuran atau perkelahian antar pelajar.

16

DAFTAR PUSTAKA
blogspot.com/2010/03/pertahanan-dan-keamanan-negara.html
blogspot.com/2011/03/bab-3-pertahanan-dan-keamanan-ri.html
http://keamanan-negara.blogspot.com/

17

Anda mungkin juga menyukai